Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II

TOPIK : Semen Seng Fosfat


KELOMPOK : B5
HARI PRAKTIKUM : Senin
TANGGAL PRAKTIKUM : 13 September 2021
PEMBIMBING : Titien Hary Agustantina, drg., M.Kes.

NAMA
1. Risma Almufarrida Ihsani NIM 022011133084
2. Intan Rama Dhani NIM 022011133085
3. Celine Tamarani NIM 022011133087
4. Irene Salim NIM 022011133088
5. Diajeng Kinanthi Dewi Sekartaji NIM 022011133089

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
1. TUJUAN
a. Mengetahui cara memanipulasi semen seng fosfat untuk basis dan luting
(penyemenan) dengan benar.
b. Melakukan pengujian konsistensi semen seng fosfat sebagai basis dan luting
dengan benar.
c. Melakukan pengujian setting time semen seng fosfat sebagai basis dan luting
dengan benar.

2. ALAT DAN BAHAN


2.1 Bahan
a. Bubuk dan cairan semen seng fosfat

A B

Gambar 1.1 Bahan praktikum. A. Bubuk dan cairan semen seng fosfat, B. Vaselin

2.2 Alat
a. Glass slab (kaca tebal)
b. Kaca tipis
c. Spatula semen
d. Plastic filling instrument
e. Stopwatch
f. Cetakan sampel
g. Celluloid strip
h. Gunting/cutter
i. Jarum Gillmore
j. Timbangan analitik/digital
k. Sendok takar
l. Kuas
A B C D

E F G H

I J K

Gambar 1.2 Alat Praktikum. A. Glass slab, B. Kaca tipis, C. Spatula semen, D.
Plastic filling instrument, F. Stopwatch, G. Celluloid strip, H. Gunting/cutter, I.
Jarum Gillmore, J. Timbangan analitik/digital, K. Sendok takar, L. Kuas.

3. CARA KERJA
3.1 Manipulasi Semen Seng Fosfat sebagai Luting
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Cetakan disiapkan dengan dialasi dengan celluloid strip dan diletakkan di atas
kaca tipis.
c. Botol bubuk semen seng fosfat dilakukan tap pada telapak tangan secara pelan
dan berat botol bubuk semen seng fosfat ditimbang di atas timbangan digital,
dicatat sebagai berat awal bubuk.
d. Bubuk semen seng fosfat diambil 1 sendok takar, diambil secara ringan tanpa
penekanan dengan cara memposisikan sendok takar secara horizontal dan
meratakan kelebihan bubuk semen seng fosfat dengan sekat yang ada pada
botol.
e. Botol kembali ditimbang dan didapatkan sebagai berat akhir bubuk. Berat akhir
dan berat awal bubuk diambil selisihnya sebagai berat bubuk yang digunakan.
f. Semen yang sudah ditakar, diletakkan di atas glass slab dan dibagi menjadi 3
bagian tidak sama besar yaitu bubuk dengan jumlah sedikit, sedang, dan paling
banyak.
g. Botol cairan diambil dan diputar perlahan, tidak dikocok. Botol cairan
ditimbang di atas timbangan digital, dicatat sebagai berat awal cairan. Cairan
diteteskan secara vertikal di atas glass slab tanpa penekanan sebanyak 3 tetes
untuk semen seng fosfat sebagai luting.
h. Botol cairan ditimbang kembali untuk mendapatkan berat akhir cairan. Berat
akhir dan berat awal cairan diambil selisihnya sebagai berat cairan yang
digunakan.
i. Stopwatch dinyalakan dan bubuk bagian pertama mulai dicampur dengan cairan
menggunakan spatula semen selama 10 detik. Semen diaduk dengan dengan
gerakan memutar dan menekan spatula pada glass slab lalu dilakukan
spreading. Bubuk bagian kedua ditambahkan dan diaduk dengan cara yang
sama, demikian seterusnya pada bagian ketiga dilakukan pengadukan sampai
mencapai detik ke-30 hingga homogen (bubuk dan cairan telah tercampur
dengan sempurna).
j. Campuran bubuk dan cairan yang telah homogen dikumpulkan menjadi satu.
k. Konsistensi semen seng fosfat yang telah diaduk dilakukan pengujian.
Konsistensi semen seng fosfat sebagai luting dapat diketahui dengan spatula
diletakkan miring 45 derajat terhadap glass slab dan adonan semen ditarik ke
atas setinggi kurang lebih 1 inchi (2,5 cm). Ketika semen ikut terangkat tanpa
terputus, seperti tali (string), maka konsistensi untuk luting sudah didapatkan.
3.2 Manipulasi Semen Seng Fosfat sebagai Basis
a. Tahap persiapan alat dan bahan serta manipulasi dari poin a hingga h diulangi
dalam manipulasi semen seng fosfat sebagai basis. Pada tahapan poin g, jumlah
cairan yang digunakan untuk semen seng fosfat basis sebanyak 2 tetes
disiapkan.
b. Stopwatch dinyalakan dan bubuk bagian pertama mulai dicampur dengan cairan
menggunakan spatula semen selama 10 detik. Semen diaduk dengan dengan
gerakan memutar dan menekan spatula pada glass slab lalu dilakukan
spreading. Bubuk bagian kedua ditambahkan dan diaduk dengan cara yang
sama, demikian seterusnya pada bagian ketiga dilakukan pengadukan sampai
detik ke-30 hingga homogen (bubuk dan cairan telah tercampur dengan
sempurna).
c. Campuran bubuk dan cairan yang telah homogen dikumpulkan menjadi satu.
d. Konsistensi semen seng fosfat yang telah diaduk dilakukan pengujian.
Konsistensi semen seng fosfat sebagai basis tercapai apabila adonan dapat
dibentuk menjadi bola atau bulatan dan konsistensinya menyerupai putty.
3.3 Uji setting time semen seng fosfat
a. Adonan semen dimasukkan ke dalam cetakan sampel yang telah disediakan
dengan bantuan plastic filling instrument hingga penuh.
b. Permukaan adonan semen seng fosfat dilapisi dengan celluloid strip dan kaca
tipis.
c. Cetakan sampel yang telah dilapisi celluloid strip dan kaca tipis ditekan dengan
jari.
d. Kaca tipis dilepaskan dari permukaan dan ditunggu hingga celluloid strip sudah
dapat dilepas.
e. Jika celluloid strip sudah dapat dilepas, jarum Gillmore ditekan pada
permukaan adonan semen seng fosfat dengan interval 5 detik ketika mendekati
setting time (ketika dilakukan penekanan, bekas sudah hampir hilang).
Penekanan dengan jarum Gillmore dilakukan di tempat permukaan yang
berbeda.
f. Uji setting time dilakukan hingga tidak ada bekas cekungan dari jarum Gillmore
pada permukaan adonan.
4. HASIL PRAKTIKUM
a. Setting Time Semen Seng Fosfat sebagai Luting

Percobaan Bubuk Cairan Setting Time

1. 0,31 gram 0,20 gram 15 menit 5 detik

2. 0,32 gram 0,20 gram 15 menit 15 detik

3. 0,29 gram 0,20 gram 17 menit 45 detik

Rata - Rata 0,31 gram 0,20 gram 16 menit 2 detik

b. Setting Time Semen Seng Fosfat sebagai Basis

Percobaan Bubuk Cairan Setting Time

1. 0,33 gram 0,12 gram 7 menit 15 detik

2. 0,32 gram 0,12 gram 7 menit 25 detik

3. 0,31 gram 0,12 gram 7 menit 55 detik

Rata – Rata 0,32 gram 0,12 gram 7 menit 32 detik

5. PEMBAHASAN
5.1 Tinjauan Pustaka
5.1.1 Semen Kedokteran Gigi & Semen Seng Fosfat
Semen kedokteran gigi merupakan material yang akan mengalami set di
dalam rongga mulut. Semen kedokteran gigi digunakan untuk melekatkan suatu
protesa pada gigi yang sudah dipreparasi. Semen kedokteran gigi harus teruji
biokompatibilitas, keamanan dan efektifitasnya. Semen kedokteran gigi seharusnya
tidak menyebabkan kerusakan pada gigi dan mempunyai berbagai sifat yang sesuai
dengan tujuan penggunaanya (Anusavice, Shen, & Rawls, 2013, p. 309).
Semen kedokteran gigi tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan atau dua
pasta yang terpisah. Pada umumnya cairan bersifat asam (donor proton) dan bubuk
bersifat basa (alkali), pada umumnya terdiri dari suatu kaca/glass atau oksida
logam. Reaksi semen tergantung dari komposisinya, ada yang bereaksi asam basa,
reaksi hidrasi dan reaksi polimerisasi. Semen kedokteran gigi secara luas digunakan
untuk berbagai macam aplikasi. Kegunaan semen kedokteran gigi dapat
dikelompokkan sebagai berikut: pelindung pulpa, luting, restorasi, dan formula lain
(Anusavice, Shen, & Rawls, 2013, p. 309).
Semen seng fosfat merupakan semen konvensional berbahan dasar air yang
pertama kali ditemukan dalam literatur tahun 1879. Semen ini merupakan semen
luting tertua yang mempunyai catatan keberhasilan secara klinis. Formulasi semen
ini telah dimodifikasi selama beberapa tahun. Semen seng fosfat masih digunakan
di kedokteran gigi dan dianggap sebagai semen standar pembanding dari semen
yang lebih baru (Anusavice, Shen, & Rawls, 2013, p. 316).
Semen seng fosfat tersedia dalam beberapa bentuk, yaitu bubuk dan cairan
pada botol yang terpisah, bentuk kapsul dengan ukuran bubuk dan cairan yang
proporsional. Sediaan tersebut tersedia dalam beberapa warna, yaitu kuning, abu-
abu, coklat keemasan (golden brown), merah muda (pink), dan putih (Manappallil
JJ, 2016, p. 89).
Kegunaan semen seng fosfat dapat diaplikasikan sebagai berikut: luting
suatu restorasi (inlays, crowns, fixed dental prostheses, dll), high strength bases,
restorasi sementara, dan luting pada orthodontic bands dan brackets (Manappallil
JJ, 2016, p. 89).
Beberapa sifat penting dari semen seng fosfat meliputi: cepat setting, sifat
mekanik yang baik, ketebalan film rendah, kelarutan rendah, dan keasaman rendah
dari set semen. Persyaratan minimum dijelaskan oleh Spesifikasi ANSI-ADA 96
(ISO 9917 [2000]) (Powers & Wataha, 2017, p. 96).

5.1.2 Komposisi
Semen seng fosfat tersedia dalam sediaan bubuk dan cairan yang akan
dicampur saat akan digunakan. Bubuk semen seng fosfat mengandung >75% seng
oksida dan sekitar 13% kandungan magnesium oksida. Kandungan pada bubuk
tersebut melalui proses sintering dengan temperatur di atas 1000°C lalu dicampur
dengan bubuk radiopak agar semen seng fosfat dapat terlihat saat dilakukan
radiografi. Sediaan cairan semen seng fosfat mengandung 38 - 59% asam fosfat,
30 - 55% air, 2 - 3% aluminium fosfat, dan dalam beberapa cairan terdapat
kandungan seng fosfat hingga 10%. Cairan semen seng fosfat yang asam berfungsi
mengontrol pH bubuk yang basa serta berfungsi mengontrol kecepatan terjadinya
reaksi asam basa antara bubuk dan cairan (Anusavice, Shen, & Rawls, 2013, p.
316).

Tabel 5.1 Komposisi Semen Seng Fosfat


Sediaan Komposisi Persentae

Bubuk ZnO (Seng oksida) >75%

MgO (Magnesium oksida) 13%

Cairan H3PO4 (Asam fosfat) 38 - 59%

H2O (Air) 30-55%

AlPO4(Alumunium fosfat) 2-3%

Sumber: Anusavice, Shen, & Rawls, 2013, p. 316

5.1.3 Reaksi Setting

Saat bubuk dan cairan semen seng fosfat dicampur, asam fosfat melarutkan
partikel seng oksida pada area superfisial. Seng oksida yang bercampur dengan
asam fosfat menghasilkan suatu reaksi asam basa sehingga terbentuk asam seng
fosfat [Zn(H2PO4)2].

ZnO + 2 H3PO4 → Zn(H2PO4)2 + H2O

Kemudian diikuti oleh reaksi yang kedua, yaitu reaksi antara partikel seng
oksida dengan produk reaksi yang pertama, yaitu asam seng fosfat sehingga
menghasilkan senyawa seng fosfat yang terhidrasi. Reaksi ini merupakan reaksi
eksotermis.

ZnO + Zn(H2PO4)2 + 2H2O → Zn3(PO4)2.4H2O (Hopeit)


Senyawa ini hampir tidak larut dan terkristalisasi untuk membentuk matriks
fosfat yang mengikat partikel seng oksida yang tidak bereaksi. Adanya aluminium
dalam material diperkirakan dapat mencegah terjadinya proses kristalisasi,
sehingga menghasilkan matriks yang seperti kaca, yaitu berupa gel 6 alumina fosfat.
Keberadaan magnesium juga dapat menunda berlangsungnya proses kristalisasi.
(Van Noort, 2013, p. 217).

Ketika dicampur, asam fosfat akan melarutkan seng oksida, yang bereaksi
dengan aluminium fosfat dan membentuk gel seng aluminofosfat pada sisa seng
yang tidak larut partikel oksida. Semen yang setting mengandung seng oksida yang
tidak bereaksi partikel terbungkus dalam matriks amorf seng aluminofosfat.
Hilangnya air dari cairan memperpanjang pengaturan reaksi, sementara
penggabungan air tambahan selama pencampuran mempercepat reaksi (Anusavice,
Shen, & Rawls, 2013, p. 316).
.
5.1.4 Manipulasi
Bubuk semen seng oksida harus diletakkan di atas glass slab dan dibagi
menjadi beberapa bagian. Botol bubuk dikocok dengan pelan dan botol cairan
diputar melingkar sebelum dikeluarkan isinya. Bubuk semen ditakar dengan sendok
yang disediakan oleh pabrik. Bubuk dibagi di salah satu sudut lempengan kaca
menjadi empat hingga enam bagian, tergantung pada produknya. Jumlah cairan
yang benar (sesuai aturan pabrik) dikeluarkan, diberikan dengan tetes seperti yang
diarahkan dalam instruksi, ke area lempengan yang jauh dari bubuk (Powers &
Wataha, 2017, p. 96).
Cairan tidak boleh dituangkan ke glass slab sampai bubuk dikeluarkan dan
dibagi, dan semen siap digunakan karena air dari cairan akan menguap.
Pencampuran semen seng fosfat harus dimulai dengan mengaduk bagian terkecil
dari bubuk dahulu menggunakan spatula tipis dan dengan spatulasi cepat. Sebagian
besar area pelat pencampur (glass slab) harus digunakan untuk menghilangkan
panas. Aturan yang baik untuk diikuti adalah mengaduk setiap penambahan bubuk
selama 15 hingga 20 detik sebelum menambahkan penambahan lainnya, dan semua
pencampuran bubuk harus diselesaikan dalam waktu 1,5 hingga 2 menit. Setelah
bubuk benar-benar tercampur, semen ditarik melintasi pelat dan bilah datar dari
spatula pencampur menyentuh campuran dan perlahan-lahan ditarik. Jika seutas
semen dapat diangkat 12 mm (1-2 inchi) hingga 19 mm (3-4 inchi) sebelum
dipisahkan dari spatula, semen dianggap cukup cair untuk luting protesa. Jika utas
melebihi 19 mm, semen terlalu kental untuk luting protesa dan campuran lain harus
dibuat (Anusavice, Shen, & Rawls, 2013, p. 316).

5.1.5 Cara Mengurangi Reaksi Eksotermis


Bubuk semen seng fosfat dan cairan apabila dicampur, akan menghasilkan
reaksi eksotermis karena bubuk yang bersifat alkali akan larut pada cairan yang
bersifat asam. Oleh karena itu, ada beberapa cara untuk mengurangi sifat eksotermis
yang terjadi. Pertama, menggunakan glass slab tebal. Manipulasi dengan
menggunakan glass slab yang tebal akan lebih banyak menyerap panas dari reaksi
eksotermis daripada dengan menggunakan glass slab yang tipis. Kedua,
menggunakan glass slab yang didinginkan. Glass slab yang didinginkan memiliki
kemampuan menyerap panas lebih cepat daripada dengan menggunakan glass slab
yang tidak didinginkan. Ketiga, membagi bubuk menjadi beberapa bagian.
Manipulasi semen seng fosfat dengan membagi bubuk menjadi beberapa bagian
akan membuat penetralan panas yang dihasilkan reaksi eksotermis lebih cepat
daripada dengan tidak membagi bubuk. Keempat, melakukan gerakan spreading
agar pengadukan terjadi pada daerah yang luas. Area pengadukan yang luas
menyebabkan area penyerapan panas lebih luas daripada area pengadukan yang
sempit.

5.2 Pembahasan Hasil


Rasio bubuk semen seng fosfat dan cairan yang digunakan sebagai
luting adalah bubuk 1 sendok takar scoop kecil dan 3 tetes cairan, sedangkan rasio
semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis lebih besar daripada rasio yang
digunakan untuk luting, yaitu 1 sendok scoop kecil dengan 2 tetes cairan.
Pengujian setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting
dengan rata-rata rasio bubuk 0,31 gram dan cairan 0,20 gram diperoleh hasil rata-
rata setting time selama 16 menit 2 detik. Pengujian setting time semen seng fosfat
yang dimanipulasi sebagai basis dengan rata-rata rasio bubuk 0,32 gram dan cairan
0,12 gram diperoleh hasil rata-rata setting time selama 7 menit 32 detik.
Setting time yang dilakukan pada percobaan tersebut menunjukkan
bahwa setting time semen seng fosfat sebagai luting lebih lama daripada basis.
Perbedaan setting time terjadi karena terdapat perbedaan rasio bubuk dan cairan
serta perbedaan reaksi. Rasio bubuk dan cairan yang digunakan pada manipulasi
semen seng fosfat sebagai luting lebih rendah dibandingkan semen seng fosfat
sebagai basis. Adonan semen seng fosfat sebagai luting lebih encer daripada adonan
sebagai basis dan ketika ditarik dengan spatula setinggi 1 inchi membentuk
bentukan menyerupai tali. Rasio bubuk dan cairan pada manipulasi semen seng
fosfat sebagai luting yang encer akan memperpanjang working time dan memiliki
setting time yang panjang. Apabila ditinjau dari segi proses reaksi, setting time
semen seng fosfat sebagai luting lebih lama daripada setting time semen seng fosfat
sebagai basis. Jumlah cairan pada manipulasi semen seng fosfat sebagai luting lebih
banyak daripada sebagai basis, sehingga laju reaksi pembentukan gel aluminofosfat
dan matriks amorf akan semakin lama.
Pada percobaan manipulasi semen seng fosfat sebagai basis, perbedaan
waktu setting time tidak terlalu jauh, sedangkan pada percobaan manipulasi semen
seng fosfat sebagai luting, terdapat perbedaan waktu setting time yang agak jauh
antara penguji pertama dan ketiga. Hal ini terjadi karena setiap percobaan dilakukan
oleh penguji yang berbeda, sehingga jumlah pengadukan penguji satu dan penguji
yang lain berbeda. Semakin sedikit jumlah pengadukan, seperti yang dilakukan
penguji ketiga dibandingkan dengan penguji yang pertama, maka akan
memperkecil peluang terbentuknya gel aluminofosfat dan matriks amorf. Reaksi
yang terjadi juga semakin kecil, sehingga waktu setting time akan semakin lama.
Selain itu, setiap penguji memiliki cara melepas beban jarum Gillmore yang
berbeda pada permukaan adonan semen seng fosfat. Cara melepas beban jarum
Gillmore dan adanya tambahan gravitasi akan membuat permukaan sampel tidak
rata sehingga akan menimbulkan setting yang lebih lambat pada permukaan sampel
yang lebih tinggi. Selanjutnya, pengamat yang berbeda juga berpengaruh karena
dapat memengaruhi penilaian setting time yang didapatkan. Semakin jeli penguji
melakukan pengamatan, maka hasil penilaian setting time yang didapat akan
semakin lama.

6. KESIMPULAN
Semen seng fosfat yang digunakan sebagai luting memiliki konsistensi yang
lebih rendah daripada sebagai basis. Semen seng fosfat yang digunakan sebagai
luting memiliki rata-rata setting time 16 menit 2 detik, yang lebih cepat 8 menit 30
detik daripada rata-rata setting time sebagai basis, yaitu 7 menit 32 detik.

7. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J., Shen, C., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental
Materials.ed ke-12: Elsevier, p. 309, 316.
Manappallil JJ, 2016. Basic Dental Materials. 4th ed. New Delhi, Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd, p. 89.
Powers JM, Wataha JC. 2017. Dental Materials: Foundations and Applications.
11th ed. St. Missouri: Elsevier, p. 96.
Van Noort, Richard. 2013. Introduction to Dental Materials. 4th ed. Elsevier, p.
217.
LAMPIRAN
Anusavice, K.J., Chiayi, S., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental
Materials.ed ke-12: Elsevier, p. 309, 316.
Manappallil JJ, 2016. Basic Dental Materials. 4th ed. New Delhi, Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd, p. 89.
Powers JM, Wataha JC. Dental Materials: Foundations and Applications. 11th ed.
St. Missouri: Elsevier; 2017, p. 96.
Van Noort, Richard. 2013. Introduction to Dental Materials. 4th ed. Elsevier, p.
217.

Anda mungkin juga menyukai