Anda di halaman 1dari 12

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik : Setting Expansion Gypsum Tipe III Berdasarkan Perbandingan


Air dan Bubuk.
Kelompok : A6
Tgl. Praktikum : Senin, 15 Mei 2017
Pembimbing : Soebagio,drg.,Mkes.

Penyusun :
NO. NAMA NIM
1. NATASHA WINONA A. 021611133027
2. FIKA AISYAH YURIKE DALU 021611133028
3. AILANI SABRINA 021611133029
4. JESICA CEREN KRISTIANE P. 021611133030
5. AYULFA PUTRI ARDANTI 021611133031

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1. TUJUAN

a. Melakukan manipulasi gypsum tipe III serta dapat mengukur dan mengamati

perubahan setting expansion dengan tepat.

b. Mengukur dan mengamati perubahan setting expansion dengan variasi


perubahan

rasio perbandingan air dan bubuk dengan tepat.

2. ALAT DAN BAHAN

2.1 Bahan:

a. Gipsum Tipe III (perbandingan air dan bubuk = 14ml:50gr)

b. Air PAM

c. Vaselin

(b) (c)
2.2 Alat:

a. Mangkuk karet

b. Spatula

c. Gelas Ukur

d. Stopwatch

e. Timbangan analitik

f. Vibrator

g. Ekstensometer

(a) (b)
(c)

(g) (e) (f)


3. CARA KERJA

3.1 Cara Kerja

3.1.1 Persiapan alat

a. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum dipersiapkan

terlebih dahulu.

b. Bagian dalam cetakan ekstensometer diulasi dengan vaselin secara merata.

c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang pada

posisi tepat dengan jarum menunjukkan ke angka nol.

3.1.2 Pencampuran Gipsum

a. Bubuk gipsum tipe III ditimbang sebanyak 50 gram. Air diambil sebanyak

14 ml diukur dengan gelas ukur

b. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih

dahulu, kemudian bubuk gipsum dimasukkan sedikit demi sedikit ke

dalam mangkuk karet dan dibiarkan mengendap selama 30 detik untuk

menghilangkan gelembung udara.

c. Campuran gipsum dan air dalam mangkuk karet diaduk sampai homogen

menggunakan spatula dengan gerakan memutar searah dengan jarum jam,

sebanyak kurang lebih 120 putaran per menit. Bersamaan dengan itu,

mangkuk karet diputar berlawanan dengan jarum jam secara perlahanlahan,

kemudian ditaruh diatas vibrator dengan kecepatan rendah.

d. Adonan gipsum dituangkan ke dalam cetakan pada alat ekstensometer di

atas vibrator pada kecepatan rendah untuk menghilangkan udara yang

terjebak, kemudian permukaan cetakan pada ekstensometer yang terisi


adonan gipsum diratakan dan sisa-sisa gipsum dibersihkan.

3.1.3 Mengukur setting expansion

a. Adonan gipsum dituangkan ke dalam cetakan ekstensometer tanpa merubah

posisi cetakan pada jarum dial indicator, kemudian permukaan diratakan

menggunakan spatula gip.

b. Perubahan panjang cetakan gipsum pada alat ekstensometer diukur setiap 10

menit, amati dan catat ekspansi yang terjadi pada penunjuk micrometer di

dial indicator selama 60 menit.

3.1.4 Tugas

a. Mahasiswa melaksanakan praktikum seperti di atas dan mengukur serta

mengamati perubahan setting expansion dengan tepat.

b. Mahasiswa melakukan praktikum seperti di atas dengan mengurangi berat

gipsum tipe III sebesar 5 gram dari yang dianjurkan dan volume air tetap.

c. Mahasiswa melakukan praktikum seperti di atas dengan menambah berat

gipsum tipe III sebesar 5 gram dari yang dianjurkan dan volume air tetap.

d. Bandingkan dan amati ke tiga hasil tersebut dan buatlah resume.


4. HASIL PRAKTIKUM

Pada praktikum ini, dilakukan percobaan mengenai setting expansion


gipsum tipe III dengan rasio air : bubuk yang berbeda. Suhu air yang digunakan
pada saat itu bertepatan dengan suhu ruang. Percobaan yang pertama yaitu
menggunakan rasio air : bubuk sebesar 14 ml : 45 gram, percobaan kedua dengan
menambah berat gipsum sebesar 5 gram sehingga rasio air : bubuk menjadi 14 ml
: 50 gram, dan percobaan ketiga menggunakan rasio air : bubuk sebesar 14 ml : 55
gram dengan penambahan berat gipsum sebesar 5 gram. Interval yang digunakan
selama 10 menit, sehingga penghitungan angka pada ekstensometer dilakukan
setiap 10 menit dan dilakukan selama 50 menit. Pada percobaan pertama
diperoleh angka akhir pada ekstensometer sebesar 17, percobaan kedua sebesar
19, dan percobaan ketiga sebesar 15.

Tabel 3.1 Data hasil percobaan setting expansion gipsum tipe III

Angka pada ekstensometer


Menit ke Percobaan I Percobaan II Percobaan III
(mm) (mm) (mm)
10 0,0 0,0 0,03
20 0,03 0,02 0,03
30 0,11 0,09 0,09
40 0,15 0,16 0,13
50 0,17 0,19 0,15

Keterangan :
a. Percobaan I = Rasio air : bubuk 14 ml : 45 gram
b. Percobaan II = Rasio air : bubuk 14 ml : 50 gram
c. Percobaan III = Rasio air : bubuk 14 ml : 55 gram
d. Ekspansi setting dapat dihitung dengan skala mm, yakni dengan cara :
Angka pada ekstensometer x 0,01 mm
0.2

0.18

0.16

0.14

0.12
Percobaan I
0.1
Percobaan II
0.08 Percobaan III
0.06

0.04

0.02

0
Menit ke-10 Menit ke-20 Menit ke-30 Menit ke-40 Menit ke-50

Gambar 3.1 Grafik ekspansi menurut angka pada ekstensometer

Tabel 3.2 Data hasil percobaan setting expansion dalam skala millimeter

Percobaan ke Angka akhir pada Jumlah ekspansi dalam


ekstensometer skala mm
I 17 0,17 mm
II 19 0,19 mm
III 15 0,15 mm

5. Tinjauan Pustaka

5.1 Komposisi Gipsum

Produksi gypsum yang digunakan dalam kedokteran gigi terbentk oleh


sebagian dari kristalisasi air dari gipsum untuk membentuk kalsium sulfat
hemihidrat.

Gypsum Gypsum product + water

2CASO42H2O (CaSO4)2H2O + 3H2O

Kalsium sulfat Kalsium Sulfat


dihidrat hemihidrat

Aplikasi produk gipsum dalam kedokteran gigi melibatkan kebalikan dari reaksi
di atas. Hemihidrat dicampur dengan air dan bereaksi membentuk dihidrat.

(CsSO4 ) H2O+ 3H2O 2CaSO4 2H2O

Berbagai jenis gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi yaitu secara
kimiawi identik, terdiri dari kalsium sulfat hemihidrat, tapi settiap jenis gipsum
berbeda dalam bentuk fisik tergantung pada metode yang digunakan untuk
pembuatannya. (McCabe and Walls, 2008, p.33)

5.2 Tipe gipsum

Dikutip dari Anusavice dkk, 2013. Pp 190-191, spesifikasi ADA no. 25


membedakan gipsum menjadi 5 tipe:

1. Gipsum tipe I (Impression Plaster)


Gipsum jenis ini sudah jarang dipakai sebagai material cetak karena sudah
digantikan dengan material cetak yang lebih kuat dan rigid, yaitu material
cetak hidrokoloid dan elastomer.
2. Gipsum tipe II (Plaster Model)
Gipsum jenis ini digunakan sebagai bahan pengisi basis model studi, di
mana setting expansion tidak besar dan kekuatannya layak berdasarkan
spesifikasi dari ADA atau standar ISO. Gipsum ini memiliki warna putih
alami.
3. Gipsum tipe III (Dental Stone)
Gipsum jenis ini memiliki kekuatan yang sudah diperbaharui dan
ditujukan untuk pengerjaan casting atau membuat model full denture.
Gipsum tipe III memiliki kekuatan yang cukup serta mudah dilepas setelah
pengoprasian.
4. Gipsum tipe IV (Dental Stone, High Strength)
Material ini juga disebut sebagai die stone. Gipsum tipe IV memiliki
surface hardness yang lebih tinggi dibandingkan compressive stregthnya,
karena permukaannya lebih cepat kering. Permukaannya juga tahan
terhadap abrasi dan tidak akan patah. Meskipun kuat, gypsum tipe IV juga
memerlukan perhatian khusus ketika carving.
5. Gipsum tipe V(Dental Stone, High Strength, High Expansion)
Gipsum tipe V memiliki compressive strength yang lebih tinggi
dibandingkan gypsum tipe IV. Kekuatan ini diperoleh dengan membuat
rasio air dan bubuk menjadi sekecil mungkin, dibandingkan dengan rasio
milik gipsum tipe IV. Setting expansion dari gypsum tipe V juga
meningkat hingga maksimal, yaitu mencapai sekitar 0,30%.

5.2 Setting Expansion


Pemuaian dapat terjadi ketika pergantian fase dari hemihidrat menjadi
dihidrat, yang merupakan proses kristalisasi. Kristalisasi dihidrat digambarkan
sebagai kristal yang tumbuh dari bagian inti kristal. Pertumbuhan kristal ini
mendorong pertumbuhan kristal lainnya yang saling berdekatan. Apabila proses
ini berlangsung terus menerus, maka ribuan kristal akan tumbuh dan
menimbulkan tekanan dan dorongan, yang menimbulkan massa akan memuai.
Fenomena ini dinamakan setiing expansion. (Annusavice dkk, 2013. P. 186)

Gambar 1. Proses Pertumbuhan Kristal Gipsum yang Menyebabkan Setting Expansion (McCabe
dan Walls, 2008. P. 36)

Setting Expansion dipengaruhi oleh rasio air dan bubuk, pengadukan,


suhu, dan pemberian accelerator atau retarder.
1. Rasio air dan bubuk (W/P ratio)
Rasio air dan bubuk yang rendah serta mixing time yang panjang dapat
meningkatkan setting expansion. Rasio air dan bubuk yang tinggi dapat
mencegah terjadinya pemuaian karena kristalisasi dihidrat sebab tegangan
permukaan air akan menjaga agar permukaannya tetap dalam kondisi
minimum, dan menjaga agar jarak antara kristal gipsum satu sama lain
masih berjauhan sehingga tidak saling menekan dan menimbulkan
pemuaian. (Annusavice dkk, 2013. P. 188)
2. Pengadukan (Mixing Time)
Mixing time yang pendek justru akan meningkatkan setting expansion
karena dapat mencegah senyawa dihidrat pada awal proses setting. Hal ini
menyebabkan produksi inti kristal yang berlebih dan menginisiasi proses
kristalisasi yag menimbulkan setting expansion). (McCabe and Walls, 208.
P. 37)
3. Suhu
Variasi suhu menimbulkan efek yang kecil terhadap setting expansion.
Reaksi setting melibatkan proses pemecahan garam yang terlarut dalam
gypsum, kemudian diikuti oleh proses kristalisasi yang menyebabkan
setting expansion. Peningkatan suhu mempercepat pemecahan garam,
tetapi memperlambat terjadinya proses kristalisasi, sehingga dua keadaan
ini bersifat antagonis. (McCabe and Walls, 2008. P. 37)
4. Accelerator dan Retarder
Penambahan accelerator dan retarder memiliki efek mengurangi setting
expansion, sehingga disebut sebagai anti-expansion agents (McCabe and
Walls, 2008. P. 37)

5. Pembahasan

Setting expansion terjadi pada semua produk gipsum. Plaster mengalami


ekspansi paling besar yaitu sebesar 0,30%, sedangkan dental stone mengalami
ekspansi paling rendah yaitu sebesar 0,1%. Setting expansion terjadi hanya pada
fase setting dari gipsum. Setting expansion sendiri merupakan hasil dari
pertumbuhan kristal ketika partikel-partikelnya mulai bergabung. Mengendalikan
setting expansion sangatlah penting karena dapat mempengaruhi akurasi model
dan cetakan. Jika ekspansi berlebihan, maka restorasinya pun akan terlalu besar
(Hatrick dan Eakle, 2015, p. 280).
Pada percobaan ini, dilakukan uji setting expansion pada gipsum tipe III
berdasarkan rasio air : bubuk, dengan cara membuat variasi berat bubuk. Setting
expansion diamati menggunakan alat ekstensometer setiap 10 menit sekali
sebanyak 5 kali. Pada percobaan pertama, rasio air:bubuk yang digunakan adalah
14 ml: 45 gr, dan didapatkan hasil ekspansi sebesar 0,17 mm. Rasio pada
percobaan kedua adalah 14 ml: 50 gr dengan hasil ekspansi sebesar 0,19 mm.
Sedangkan rasio pada percobaan ketiga adalah 14 ml: 55gr dengan hasil ekspansi
sebesar 0,15 mm.

Berdasarkan teori setting expansion, semakin tinggi rasio air : bubuk


(semakin sedikit bubuk yang digunakan), maka ekspansi yang didapatkan akan
semakin kecil karena tegangan permukaan air akan masih cukup untuk menjaga
jarak antara kristal gipsum satu sama lain sehingga tidak saling bertumbukan dan
menyebabkan ekspansi. Maka seharusnya, hasil yang didapatkan adalah setting
expansion pada percobaan pertama adalah yang terkecil, diikuti dengan
percobaan kedua, dan percobaan ketiga adalah yang terbesar. Namun hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan teori.

Ketidaksesuaian hasil dengan teori bisa disebabkan oleh faktor waktu


pengadukan. Berdasarkan teori, semakin pendek waktu pengadukan adonan
gipsum, maka semakin kecil ekspansi yang dihasilkan.

6. Kesimpulan
Dalam praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa perbedaan rasio air:bubuk
dapat mempengaruhi setting expansion gypsum tipe III. Rasio air:bubuk yang
lebih tinggi akan menyebabkan setting expansion menjadi lebih rendah namun
waktu pengerasan lebih lama, sebaliknya jika rasio air:bubuk lebih rendah akan
menyebabkan setting expansion menjadi lebih tinggi namun waktu pengerasan
lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA

McCabe, J. and Walls, A. (2008). Applied dental materials. 9th ed. Oxford [etc.]:
Blackwell Publishing Ltd, pp.33, 36, 37.

Anusavice, K. (2013). Phillips' science of dental materials. 12th ed. Elsevier,


pp.188, 190, 191.

Hatrick, C., Eakle, W. and Bird, W. (2015). Dental Materials. 3rd ed. Missouri:
Elsevier, p.280.

Anda mungkin juga menyukai