Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik : Setting Expansion Gipsum Tipe III berdasarkan


Perbandingan Air dan Bubuk
Kelompok : B8
Tanggal Praktikum : 13 Februari 2018
Pembimbing : Soebagio, drg., M.Kes.

Penyusun :
1. Nadiyya Nurul Nuha 021711133088
2. Nur Azizah 021711133089
3. Karina Amanda Putri 021711133090
4. M. Rizky Rafianto W 021711133091

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
1. TUJUAN
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah :
a. Mahasiswa dapat melakukan manipulasi gipsum tipe III serta dapat mengukur
dan mengamati perubahan setting expansion dengan tepat.
b. Mahasiswa dapat mengukur dan mengamati perubahan setting expansion
dengan variasi perubahan rasio perbandingan air dan bubuk dengan tepat.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan variasi perubahan perbandingan air dan bubuk
terhadap ekspansi yang terjadi serta faktor-faktor apa saja yang
memengaruhinya.

2. CARA KERJA
2.1 Persiapan alat dan bahan
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum,
meliputi :
a. Alat, yaitu :
1) Mangkuk karet
2) Spatula
3) Gelas ukur
4) Stopwatch
5) Timbangan analitik
6) Vibrator
7) Ekstensometer
8) Pisau Gipsum
b. Bahan, yaitu :
1) Gipsum tipe III ( wp ratio = 14 ml:50 g)
2) Air PDAM
3) Vaselin
2. Melapisi bagian dalam cetakan ekstensometer dengan vaselin secara merata
3. Menyiapkan alat uji ekstensometer, kemudian memasang dial indikator pada
posisi yang tepat dengan jarum menunjukkan angka nol.
2.2 Mencampur gipsum
1. Menimbang bubuk gipsum sebanyak 50 gram.
2. Mengambil air sebanyak 14 ml (diukur dengan gelas ukur).
3. Memasukkan air yang telah diukur ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu,
kemudian memasukkan gipsum sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet
dan membiarkan gipsum mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan
gelembung udara.
4. Mengandung adonan gipsum dan air sampai homogen menggunakan spatula
dengan gerakan memutar searah jarum jam sebanyak 120 putaran per menit,
bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar berlawanan arah jarum jam
secara perlahan-lahan, kemudian menaruh mangkuk karet di atas vibrator
dengan kecepatan rendah sambil diaduk.
5. Menuangkan adonan gipsum ke dalam cetakan pada alat ekstensometer ,
kemudian permukaan gipsum pada cetakan ekstensometer dirapikan dan
diratakan.
6. Melakukan praktikum dengan langkah yang sama (1-5) namun dengan massa
gipsum yang berbeda, yaitu 45 gram dan 55 gram.
2.3 Mengukur setting expansion
1. Mengamati dan mencatat perubahan panjang cetakan gipsum pada
ekstensometer setiap 10 menit.
2. Mencatat ekspansi yang terjadi pada penunjuk micrometer di dial indikator
selama 50 menit.

3. HASIL PRAKTIKUM
3.1 Proses Manipulasi
Proses manipulasi gipsum tipe III dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan alat vacuum mixer. Pada praktikum ini, proses manipulasi
dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. W/P ratio sesuai aturan pabrik, yaitu 14 ml : 50 gram.
2. Memasukkan air terlebih dahulu ke dalam mangkuk karet.
3. Menuangkan bubuk gipsum sedikit demi sedikit dan dibiarkan mengendap
selama 30 detik.
4. Mengaduk adonan dengan spatula dengan bentuk round-edge bladed searah
sebanyak 120 putaran per menit, sehingga adonan akan terlihat halus,
homogeny, dan permukaan terlihat mengkilap.
5. Meletakkan mangkuk karet di atas vibrator sambil mengaduk adonan untuk
menghindari terbentuknya gelembung udara yang dapat mengakibatkan
porus.
3.2 Data Hasil Praktikum
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data hasil praktikum dengan
perbedaan perubahan panjang setting expansion dari masing-masing adonan
gipsum sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data hasil praktikum

Massa Perubahan Setting Expansion (mm)


Volume
No. Gipsum 10 20 30 40 50
air (ml)
(gram) menit menit menit menit menit
1. 14 45 0 0,03 0,10 0,14 0,16
2. 14 50 0,05 0,15 0,17 0,19 0,19
3. 14 55 0,01 0,12 0,16 0,17 0,21

Berdasarkan data hasil praktikum tersebut dapat dihitung setting expansion


masing-masing adonan gipsum dengan anggapan panjang awal semua adonan
gipsum adalah 100 mm sebagai berikut :
1. 14ml:45gram
(100,16 − 100)
× 100% = 0,16 %
100
2. 14ml:50gram
(100,19 − 100)
× 100% = 0,19 %
100
3. 14ml:55gram
(100,21 − 100)
× 100% = 0,21 %
100
4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Gipsum Tipe III
Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai daerah di dunia.
Berbagai bentuk mineral kristal gipsum, seperti selenite dan alabaster dapat
dijumpai di alam. Produk gipsum tersedia dalam bentuk bubuk hemyhidrate
dengan proses pemanasan kristal gipsum. Gipsum dalam bidang kedokteran gigi
banyak digunakan sebagai model studi, model kerja, serta untuk konstruksi
prostesa dan restorasi (Anusavice, 2012).
Berdasarkan ADA specification no. 25, gipsum dibagi menjadi 5 tipe, yaitu
Impression plaster (Tipe I), Model plaster (Tipe II), Dental stone (Tipe III),
Dental stone high strength (Tipe IV), dan Dental stone high strength high
expansion (Tipe V) (Anusavice, 2012). Adapun gipsum yang digunakan pada
praktikum ini adalah Dental stone atau gipsum tipe III.
4.1.1 Komposisi
Gipsum tipe III (Dental Stone) terdiri dari hidrokal/hemihidrat dan
zat α tambahan untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk
membedakannya dengan bahan dari plaster yang umumnya berwarna putih
(Anusavice, 2012).
Produk gipsum yang banyak digunakan dalam ilmu kedokteran gigi adalah
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O. Kalsium sulfat hemihidrat diperoleh
dari hasil pengapuran kalsium sulfat dihidrat dengan cara dipanaskan dalam
autoklaf (McCabe and Walls, 2008).
4.1.2 Proses Reaksi
Gipsum  gipsum produk + air
2CaSO4.2H2O  (CaSO4)2.H2O + 3H2O
Kalsium sulfat dihidrat  Kalsium sulfat hemihidrat
Aplikasi dari produk gipsum dalam kedokteran gigi terjadi kebalikan dari
reaksi di atas. Hemihidrat dicampur dengan air dan bereaksi membentuk dihidrat.
(CsSO4) → H2O + 3H2O → 2CaSO4 + 2H2O2
Manipulasi dari gipsum dilakukan dengan melakukan pencampuran bubuk
dari gipsum ini dengan air. Proses pencampuran disebut dengan spatulasi. Proses
spatulasi memiliki efek tertentu pada setting time dan setting expansion
(Sakaguchi, 2012).
Dental stone (gipsum III) dapat diperoleh apabila gipsum dipanaskan sampai
125ºC dibawah tekanan uap di dalam autoclave sehingga terbentuk hemihidrat
yang lebih tidak porus dan homogen. Ini yang disebut α-calcium sulfate
hemihydrate. Dental stone juga dapat diperoleh dengan dipanaskan di dalam
solusi garam seperti CaCl2. Ini memberikan material yang mirip dengan
diproduksi dengan cara yang telah disebutkan tetapi lebih padat tidak berporus.
Industri biasanya menambahkan sedikit pewarna pada dental stone agar dapat
dibedakan dengan dental plaster yang berwarna putih (McCabe, 2008).
4.1.3 Sifat-sifat
Gipsum tipe III mempunyai sifat akurat, keras, konsistensi yang halus, serta
lebih kuat dari gipsum tipe II. Pemanipulasian gipsum ini menggunakan air yang
lebih sedikit dari gipsum tipe II, karena mempunyai bentuk partikel yang lebih
padat, prismatik, dan teratur. Gipsum tipe III lebih kuat
dan tahan terhadap abrasi dibandingkan dengan gipsum tipe II. Setting time
gipsum tipe III berkisar antara 12 ± 4 menit dengan setting ekspansi antara 0,00
hingga 0,20% (McCabe, 2008).
4.1.4 Setting Expansion
Setting expansion gipsum terjadi pada saat perubahan dari hemyhidrate
menjadi dihidrat. Proses perubahan dari hemyhidrate menjadi dihidrat ini
merupakan suatu proses kristalisasi, sehingga setting expansion terjadi saat
gipsum mengalami pengerasan. Proses kristalisasi dapat digambarkan sebagai
proses pertumbuhan kristal-kristal dihidrat, dimulai dari kristal dihidrat yang
paling dasar dan sederhana saling berikatan dengan kristal yang lain. Jika proses
kristalisasi ini berlangsung lama dan berulang, maka akan menyebabkan suatu
stress yang kemudian berkembang dan mengakibatkan terjadinya ekspansi pada
seluruh massa gipsum (Anusavice, 2012).
Setting ekspansi dapat menyebabkan kerugian dalam pembuatan prosedur
dental, seperti terjadinya ketidakakuratan dalam pembuatan gigi tiruan. W/P ratio
yang rendah dan lama pengadukan akan mempercepat terjadinya setting ekspansi.
Setting Ekspansi dapat diturunkan dengan menambah potassium sulfate, sodium
chloride, atau borax. Setting expansion pada gipsum tipe III (Dental Stone)
adalah sebesar 0–0,20%.

Gambar 4.1 Perubahan dimensi ketika setting gipsum (Anusavice, 2012)

4.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Setting Expansion


Berikut merupakan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya setting
expansion (Anusavice, 2012) :
1. W/P ratio
W/P ratio yang rendah menyebabkan terjadi setting ekspansi. Begitu juga
sebaliknya, jika rasio W/P tinggi akan mengurangi terjadinya setting
ekspansi.
2. Lama Pengadukan
Sebagian kristal gipsum akan terbentuk secara langsung ketika gipsum
berkontak dengan air. Ketika pengadukan dimulai, pembentukan kristal-
kristal ini meningkat. Semakin lama waktu pengadukan, maka akan
meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya,
ikatan kristalin yang terbentuk akan semakin banyak, pertumbuhan internal
dan dorongan keluar dari kristal dihidrat terebut akan meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan terjadinya setting ekspansi.
3. Penambahan Retarder atau Akselerator
Setting ekspansi dapat diturunkan dengan menambahkan potassium sulfate,
sodium chloride, atau borax.
4. Temperatur Air
Bila temperatur air yang digunakan tinggi, maka ekspansi yang terjadi akan
semakin kecil.
5. Pengadukan
Semakin cepat kecepatan pengadukan, maka ekspansi akan semakin besar.
Selain itu, pengadukan secara mekanik juga dapat menurunkan setting
ekspansi.
4.1.6 Kegunaan, Keuntungan, dan Kerugian
Pada kedokteran gigi umumnya digunakan untuk membuat model study,
model kerja, dan model evaluasi. Gipsum tipe III juga ideal digunakan untuk
membuat model kerja yang memerlukan kekuatan dan ketahanan abrasif yang
tinggi seperti pada konstruksi protesa dan model ortodonsi. Kekuatan kompresi
gips tipe III berkisar antara 20,7 MPa (3000 psi) – 34,5 MPa (5000 psi)
(Anusavice, 2012).
Keuntungan menggunakan gipsum tipe III diantaranya adalah mudah
penggunaannya, harga tidak mahal, ketepatan dan kestabilan dimensi baik, serta
mampu menghasilkan detail halus dari bahan cetak (Soebagio, 2015). Sedangkan
kerugian penggunaan gipsum adalah gipsum memiliki sifat menyerap air,
sehingga jika gipsum tidak boleh terkontak dengan air agar tidak menyebabkan
kerapuhan pada gipsum.

4.2 Peralatan
4.2.1 Vibrator
Vibrator merupakan alat yang dipergunakan untuk membantu mengalirkan
adokan ke cetakan yang berguna untuk mengeluarkan gelembung udara
(Soebagio, 2015). Pada praktikum ini, setelah adonan gipsum diaduk selama satu
menit, adonan kemudian diletakkan di atas vibrator agar adonan terbebas dari
gelembung udara dan lebih homogen, setelah itu adonan di tuang ke dalam
cetakan ekstensometer. Jika tidak menggunakan vibrator, maka kemungkinan
jumlah udara yang terjebak di dalam adonan gipsum akan semakin besar,
sehingga hasil cetakan akan menjadi porus dan rapuh.
Gambar 4.2 Vibrator (Anonim, 2010).
4.2.2 Ekstensometer
Ekstensometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan besar
suatu benda. Alat ini berguna untuk pengukuran stress, strain, dan tensile tests.
Sebutan ekstensometer berasal dari “extension-meter” dan diciptakan oleh
Charles Huston lewat artikelnya di Journal of the Franklin Institute pada tahun
1879 (Huston C, 1879).

Gambar 4.3 Ekstensometer (Darvell, 2009).


Terdapat beberapa tipe ekstensometer, diantaranya adalah ekstensometer
kontak, non-kontak, laser, dan video (Davis, 2004). Pada umumnya alat
ekstensometer digunakan sebagai salah satu perangkat peringatan dini terjadinya
tanah longsor. Dalam dunia perkuliahan kedokteran gigi, ekstensometer
digunakan untuk mengukur besar setting ekspansi dari material cetak gipsum.
Setting ekspansi diukur lewat wadah berbentuk V khusus yang dilengkapi
dengan pelat besi sebagai ujung pembatas wadah dan tepat menempel pada
ekstensometer. Pelat besi tersebut dapat bergeser sehingga dapat menekan dial
gauge ekstensometer. Pengukuran setting ekspansi dapat dilihat pada angka yang
ditunjukkan oleh dial gauge beberapa waktu setelah material cetak sudah
dituangkan ke dalam wadah berbentuk V. Material cetak yang sudah dituang
tersebut akan mengeras (setting) dan berekspansi hingga ekstensometer bergeser,
menimbulkan nilai pengukuran dari ekspansi linier (McCabe dkk, 2008). Pada
dial gauge analog, skala dari nilai yang ditunjuk jarum dikali 0,001 mm.
Dalam penggunaan ekstensometer perlu diperhatikan beberapa faktor penting
supaya dapat menghasilkan pengukuran yang tepat dan valid. Faktor pertama
adalah pelat besi. Pada kondisi awal sebelum dilakukan pengukuran, pelat besi
harus dipastikan sudah menempel pada ujung ekstensometer yang terhubung
dengan dial gauge dimana kondisi jarum dial gauge masih bernilai 0. Faktor
kedua adalah penuangan material cetak. Material cetak harus dituangkan di dalam
wadah V hingga penuh sehingga tidak ada tempat kosong yang tersisa supaya
ekspansi dari proses setting material cetak sesuai. Faktor ketiga adalah vaselin.
Pembaluran vaselin pada badan wadah berbentuk V dan permukaan pelat besi
dimaksudkan untuk mempermudah pergerakan material cetak akibat ekspansi
sehingga pengukuran setting ekspansi akan lebih mudah terpantau.

5. PEMBAHASAN
5.1 Analisis
Berdasarkan data hasil praktikum, diperoleh informasi bahwa hasil akhir
setting expansion masing-masing adonan berbeda. Hal tersebut membuktikan
bahwa w/p ratio memengaruhi setting expansion, sehingga perbedaan w/p ratio
akan menghasilkan setting ekspansi yang berbeda pula. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa setting expansion dipengaruhi oleh w/p ratio gipsum.
Pada percobaan praktikum ini dilakukan tiga kali percobaan dengan
perbandingan w/p ratio yang berbeda-beda, dengan menggunakan volume air
yang sama, yaitu 14 ml dan dengan massa bubuk yang berbeda-beda, yaitu 45, 50,
dan 55 gram.
Pada percobaan pertama menggunakan w/p ratio dengan perbandingan tinggi,
yaitu 14ml:45gram. Dalam percobaan ini setting expansion pada menit ke-10
sampai menit ke-40 terus mengalami peningkatan yang terhitung cepat dan tinggi,
namun pada menit ke-50 mulai mengalami penurunan kecepatan. Hingga
diperoleh hasil akhir setting expansion yaitu sebesar 0,16 mm. Pada percobaan
pertama ini sesuai dengan teori bahwa setting expansion gipsum tipe III kurang
dari 0,2%.
Pada percobaan kedua menggunakan w/p ratio dengan perbandingan lebih
rendah, yaitu 14ml:50gram. Dalam percobaan ini setting expansion pada menit
ke-10 sampai menit ke-40 terus mengalami peningkatan yang terhitung cepat dan
tinggi, namun pada menit ke-50 mulai mengalami penurunan kecepatan. Hingga
diperoleh hasil akhir setting expansion yaitu sebesar 0,19 mm. Pada percobaan
kedua ini didapatkan setting ekspansi yang lebih tinggi dari percobaan pertama.
Pada percobaan kedua ini sesuai dengan teori bahwa setting expansion gipsum
tipe III kurang dari 0,2%.
Pada percobaan ketiga menggunakan w/p ratio dengan perbandingan lebih
rendah dari percobaan kedua, yaitu 14ml:55gram. Dalam percobaan ini setting
expansion pada menit ke-10 sampai menit ke-40 terus mengalami peningkatan
yang terhitung cepat dan tinggi, namun pada menit ke-50 mulai mengalami
penurunan kecepatan. Hingga diperoleh hasil akhir setting expansion yaitu sebesar
0,21 mm. Dari percobaan ketiga didapatkan setting ekspansi lebih tinggi dari
percobaan pertama dan kedua, yaitu sebesar 0,21 mm. Pada percobaan ketiga ini
kurang sesuai dengan teori bahwa setting expansion gipsum tipe III kurang dari
0,2%, sedangkan setting expansion pada percobaan ketiga ini adalah sebesar
0,21%. Namun, selisih angka pada percobaan dan teori tidak terlalu besar, hal ini
kemungkinan disebabkan karena ketidakdetailan dalam penghitungan waktu
ataupun kurang validnya alat ekstensometer yang digunakan.
Dari ketiga percobaan diatas dapat kita analisis bahwa setting expansion
berhubungan dengan w/p ratio. Pada percobaan pertama dengan w/p ratio yang
lebih tinggi daripada percobaan kedua dan ketiga menghasilkan setting expansion
yang lebih rendah dari percobaan kedua dan ketiga, yaitu 0,16 mm. Sedangkan
pada percobaan kedua dan ketiga dengan w/p ratio yang semakin rendah, maka
setting expansion yang dihasilkan menjadi semakin tinggi, yaitu 0,19 dan 0,21
mm.
Sehingga, dari percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semakin
tinggi w/p ratio, maka setting expansion akan semakin rendah, begitu juga
sebaliknya semakin rendah w/p ratio maka setting expansion akan meningkat atau
menjadi semakin tinggi, sehingga hubungan antara w/p ratio dan setting
expansion adalah berbanding terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa antara
praktikum yang dilakukan dengan teori yang dijadikan acuan sesuai.

6. SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, gipsum tipe III dengan w/p ratio 14ml:45gram
memiliki setting expansion lebih rendah daripada gipsum tipe III dengan w/p ratio
14ml:50gram. Sedangkan gipsum tipe III dengan w/p ratio 14ml:55gram memiliki
setting expansion lebih tinggi daripada gipsum tipe III dengan w/p ratio
14ml:50gram.
Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa perbandingan air dan
bubuk gipsum tipe III merupakan salah satu faktor yang memengaruhi setting
expansion. Hubungan antara perbandingan air dan bubuk (w/p ratio) dengan
setting expansion pada gipsum tipe III adalah berbanding terbalik. Semakin tinggi
w/p ratio, maka setting expansion akan menurun, dan semakin rendah w/p ratio
maka setting expansion akan meningkat atau menjadi semakin tinggi.

7. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Vibrator. Select Dental Manufacturing Company.
<https://selectdentalmfg.com>. Diakses pada tanggal 17 Februari 2018 pukul
23:17 WIB.
Anusavice, Shen, and Rawls. 2013. Philip’s science of Dental Material Edition
12. Saunders : Elsevier Inc.
Darvell, BW. 2009. Materials Science for Dentistry Ninth Edition. Pp: 47.
Cambridge : Woodhead Publishing Limited.
Davis, JR. 2004. Tensile testing2nd ed. Materials Park, Ohio : ASM International.
pp. 77–82. ISBN 0-87170-806-X. Tensile testing, p. 82, at Google Books.
Huston, Charles. 1879. "The Effect of Continued and Progressively Increasing
Strain upon Iron", Journal of the Franklin Institute, Vol. 107, No. 1, January
1879, pp. 41–44.
McCabe, John, and Walls Angus. 2008. Applied Dental Materials Ninth Edition.
Pp : 36. Oxford : Blackwell Publishing.
Sakaguchi and John. 2012. Craig’s Restorative Dental Material Thirteenth
Edition. Philadelphia : Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai