Penyusun :
1. Nadiyya Nurul Nuha 021711133088
2. Nur Azizah 021711133089
3. Karina Amanda Putri 021711133090
4. M. Rizky Rafianto W 021711133091
2. CARA KERJA
2.1 Persiapan alat dan bahan
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum,
meliputi :
a. Alat, yaitu :
1) Mangkuk karet
2) Spatula
3) Gelas ukur
4) Stopwatch
5) Timbangan analitik
6) Vibrator
7) Ekstensometer
8) Pisau Gipsum
b. Bahan, yaitu :
1) Gipsum tipe III ( wp ratio = 14 ml:50 g)
2) Air PDAM
3) Vaselin
2. Melapisi bagian dalam cetakan ekstensometer dengan vaselin secara merata
3. Menyiapkan alat uji ekstensometer, kemudian memasang dial indikator pada
posisi yang tepat dengan jarum menunjukkan angka nol.
2.2 Mencampur gipsum
1. Menimbang bubuk gipsum sebanyak 50 gram.
2. Mengambil air sebanyak 14 ml (diukur dengan gelas ukur).
3. Memasukkan air yang telah diukur ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu,
kemudian memasukkan gipsum sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet
dan membiarkan gipsum mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan
gelembung udara.
4. Mengandung adonan gipsum dan air sampai homogen menggunakan spatula
dengan gerakan memutar searah jarum jam sebanyak 120 putaran per menit,
bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar berlawanan arah jarum jam
secara perlahan-lahan, kemudian menaruh mangkuk karet di atas vibrator
dengan kecepatan rendah sambil diaduk.
5. Menuangkan adonan gipsum ke dalam cetakan pada alat ekstensometer ,
kemudian permukaan gipsum pada cetakan ekstensometer dirapikan dan
diratakan.
6. Melakukan praktikum dengan langkah yang sama (1-5) namun dengan massa
gipsum yang berbeda, yaitu 45 gram dan 55 gram.
2.3 Mengukur setting expansion
1. Mengamati dan mencatat perubahan panjang cetakan gipsum pada
ekstensometer setiap 10 menit.
2. Mencatat ekspansi yang terjadi pada penunjuk micrometer di dial indikator
selama 50 menit.
3. HASIL PRAKTIKUM
3.1 Proses Manipulasi
Proses manipulasi gipsum tipe III dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan alat vacuum mixer. Pada praktikum ini, proses manipulasi
dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. W/P ratio sesuai aturan pabrik, yaitu 14 ml : 50 gram.
2. Memasukkan air terlebih dahulu ke dalam mangkuk karet.
3. Menuangkan bubuk gipsum sedikit demi sedikit dan dibiarkan mengendap
selama 30 detik.
4. Mengaduk adonan dengan spatula dengan bentuk round-edge bladed searah
sebanyak 120 putaran per menit, sehingga adonan akan terlihat halus,
homogeny, dan permukaan terlihat mengkilap.
5. Meletakkan mangkuk karet di atas vibrator sambil mengaduk adonan untuk
menghindari terbentuknya gelembung udara yang dapat mengakibatkan
porus.
3.2 Data Hasil Praktikum
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data hasil praktikum dengan
perbedaan perubahan panjang setting expansion dari masing-masing adonan
gipsum sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data hasil praktikum
4.2 Peralatan
4.2.1 Vibrator
Vibrator merupakan alat yang dipergunakan untuk membantu mengalirkan
adokan ke cetakan yang berguna untuk mengeluarkan gelembung udara
(Soebagio, 2015). Pada praktikum ini, setelah adonan gipsum diaduk selama satu
menit, adonan kemudian diletakkan di atas vibrator agar adonan terbebas dari
gelembung udara dan lebih homogen, setelah itu adonan di tuang ke dalam
cetakan ekstensometer. Jika tidak menggunakan vibrator, maka kemungkinan
jumlah udara yang terjebak di dalam adonan gipsum akan semakin besar,
sehingga hasil cetakan akan menjadi porus dan rapuh.
Gambar 4.2 Vibrator (Anonim, 2010).
4.2.2 Ekstensometer
Ekstensometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan besar
suatu benda. Alat ini berguna untuk pengukuran stress, strain, dan tensile tests.
Sebutan ekstensometer berasal dari “extension-meter” dan diciptakan oleh
Charles Huston lewat artikelnya di Journal of the Franklin Institute pada tahun
1879 (Huston C, 1879).
5. PEMBAHASAN
5.1 Analisis
Berdasarkan data hasil praktikum, diperoleh informasi bahwa hasil akhir
setting expansion masing-masing adonan berbeda. Hal tersebut membuktikan
bahwa w/p ratio memengaruhi setting expansion, sehingga perbedaan w/p ratio
akan menghasilkan setting ekspansi yang berbeda pula. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa setting expansion dipengaruhi oleh w/p ratio gipsum.
Pada percobaan praktikum ini dilakukan tiga kali percobaan dengan
perbandingan w/p ratio yang berbeda-beda, dengan menggunakan volume air
yang sama, yaitu 14 ml dan dengan massa bubuk yang berbeda-beda, yaitu 45, 50,
dan 55 gram.
Pada percobaan pertama menggunakan w/p ratio dengan perbandingan tinggi,
yaitu 14ml:45gram. Dalam percobaan ini setting expansion pada menit ke-10
sampai menit ke-40 terus mengalami peningkatan yang terhitung cepat dan tinggi,
namun pada menit ke-50 mulai mengalami penurunan kecepatan. Hingga
diperoleh hasil akhir setting expansion yaitu sebesar 0,16 mm. Pada percobaan
pertama ini sesuai dengan teori bahwa setting expansion gipsum tipe III kurang
dari 0,2%.
Pada percobaan kedua menggunakan w/p ratio dengan perbandingan lebih
rendah, yaitu 14ml:50gram. Dalam percobaan ini setting expansion pada menit
ke-10 sampai menit ke-40 terus mengalami peningkatan yang terhitung cepat dan
tinggi, namun pada menit ke-50 mulai mengalami penurunan kecepatan. Hingga
diperoleh hasil akhir setting expansion yaitu sebesar 0,19 mm. Pada percobaan
kedua ini didapatkan setting ekspansi yang lebih tinggi dari percobaan pertama.
Pada percobaan kedua ini sesuai dengan teori bahwa setting expansion gipsum
tipe III kurang dari 0,2%.
Pada percobaan ketiga menggunakan w/p ratio dengan perbandingan lebih
rendah dari percobaan kedua, yaitu 14ml:55gram. Dalam percobaan ini setting
expansion pada menit ke-10 sampai menit ke-40 terus mengalami peningkatan
yang terhitung cepat dan tinggi, namun pada menit ke-50 mulai mengalami
penurunan kecepatan. Hingga diperoleh hasil akhir setting expansion yaitu sebesar
0,21 mm. Dari percobaan ketiga didapatkan setting ekspansi lebih tinggi dari
percobaan pertama dan kedua, yaitu sebesar 0,21 mm. Pada percobaan ketiga ini
kurang sesuai dengan teori bahwa setting expansion gipsum tipe III kurang dari
0,2%, sedangkan setting expansion pada percobaan ketiga ini adalah sebesar
0,21%. Namun, selisih angka pada percobaan dan teori tidak terlalu besar, hal ini
kemungkinan disebabkan karena ketidakdetailan dalam penghitungan waktu
ataupun kurang validnya alat ekstensometer yang digunakan.
Dari ketiga percobaan diatas dapat kita analisis bahwa setting expansion
berhubungan dengan w/p ratio. Pada percobaan pertama dengan w/p ratio yang
lebih tinggi daripada percobaan kedua dan ketiga menghasilkan setting expansion
yang lebih rendah dari percobaan kedua dan ketiga, yaitu 0,16 mm. Sedangkan
pada percobaan kedua dan ketiga dengan w/p ratio yang semakin rendah, maka
setting expansion yang dihasilkan menjadi semakin tinggi, yaitu 0,19 dan 0,21
mm.
Sehingga, dari percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semakin
tinggi w/p ratio, maka setting expansion akan semakin rendah, begitu juga
sebaliknya semakin rendah w/p ratio maka setting expansion akan meningkat atau
menjadi semakin tinggi, sehingga hubungan antara w/p ratio dan setting
expansion adalah berbanding terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa antara
praktikum yang dilakukan dengan teori yang dijadikan acuan sesuai.
6. SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, gipsum tipe III dengan w/p ratio 14ml:45gram
memiliki setting expansion lebih rendah daripada gipsum tipe III dengan w/p ratio
14ml:50gram. Sedangkan gipsum tipe III dengan w/p ratio 14ml:55gram memiliki
setting expansion lebih tinggi daripada gipsum tipe III dengan w/p ratio
14ml:50gram.
Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa perbandingan air dan
bubuk gipsum tipe III merupakan salah satu faktor yang memengaruhi setting
expansion. Hubungan antara perbandingan air dan bubuk (w/p ratio) dengan
setting expansion pada gipsum tipe III adalah berbanding terbalik. Semakin tinggi
w/p ratio, maka setting expansion akan menurun, dan semakin rendah w/p ratio
maka setting expansion akan meningkat atau menjadi semakin tinggi.
7. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Vibrator. Select Dental Manufacturing Company.
<https://selectdentalmfg.com>. Diakses pada tanggal 17 Februari 2018 pukul
23:17 WIB.
Anusavice, Shen, and Rawls. 2013. Philip’s science of Dental Material Edition
12. Saunders : Elsevier Inc.
Darvell, BW. 2009. Materials Science for Dentistry Ninth Edition. Pp: 47.
Cambridge : Woodhead Publishing Limited.
Davis, JR. 2004. Tensile testing2nd ed. Materials Park, Ohio : ASM International.
pp. 77–82. ISBN 0-87170-806-X. Tensile testing, p. 82, at Google Books.
Huston, Charles. 1879. "The Effect of Continued and Progressively Increasing
Strain upon Iron", Journal of the Franklin Institute, Vol. 107, No. 1, January
1879, pp. 41–44.
McCabe, John, and Walls Angus. 2008. Applied Dental Materials Ninth Edition.
Pp : 36. Oxford : Blackwell Publishing.
Sakaguchi and John. 2012. Craig’s Restorative Dental Material Thirteenth
Edition. Philadelphia : Elsevier Inc.