Anda di halaman 1dari 56

MATERIAL UNTUK PEMBUATAN GTSL

Kelompok : PBL 12

Tutor : Dr. Intan Nirwana drg., M.Kes

Nama mahasiswa NIM

1. Salsabila Nurmalia 021811133106


2. Mohammad Ali Maksum 021811133107
3. Devy Putri Kusumawardhani 021811133108
4. Jihan 021811133109
5. Vindy Juliska Masirri 021811133110
6. Khusnul Rahmawati 021811133111
7. Kemas Bramantya Jihad Al-Ghifary 021811133112
8. Alfrida Fania Ramadhanti 021811133113
9. Annisa Sabrina Iskandar 021811133114
10. Yassir Ahmad Az Zaim 021811133115
11. Catya Kinanti Nariswari 021811133116
12. Rasendriya Chandramurti 021811133117
13. Anindita Aisyah Putri 021811133118
14. Agnes Nathania 021811133119
15. Richard Kevin Santoso 021811133120

Departemen Material Kedokteran Gigi


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018-2019
PRAKATA

Tugas Ketua :

- Membuat pembagian tugas yang akan diberikan kepada semua anggota


- Membuat peta konsep
- Memberikan pendapat pada saat diskusi kelompok
- Memberikan arahan kepada semua anggota

Tugas Sekretaris :

- Mengerjakan tugas yang dibagikan oleh ketua


- Menulis notulen hasil diskusi
- Memberikan pendapat pada saat diskusi kelompok

Tugas Anggota :

- Mengerjakan tugas yang dibagikan oleh ketua


- Mengumpulkan tugas kepada ketua
- Memberikan pendapat pada saat diskusi kelompok

i
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA……………………………………………………………………... i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

1.1 Isue ……………………………………………………………… 1

1.2 Penanganan ………………………………………………………. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………. 2

2.1 Material Cetak …………………………………………………… 2

2.1.1 Silikon Kondensasi………………………………………… 2

2.1.2 Silikon Adisi ………………………………………………. 4

2.1.3 Polieter …………………………………………………… 6

2.1.4 Polisulfida …………………………………………………. 8

2.1.5 Agar………………………………………………………... 9

2.1.6 Alginat………………………………….………………….. 11

2.1.7 Plaster of Paris …………………………………………….. 14

2.1.8 Zinc Oxide Eugenol ……………………………………….. 15

2.1.9 Compound …………………………………………………. 16

2.2 Gipsum …………………………………………………………… 18

2.2.1 Gipsum Tipe I ……………………………………………... 18

2.2.2 Gipsum Tipe II …………………………………………….. 19

2.2.3 Gipsum Tipe III …………………………………………… 20

ii
2.2.4 Gipsum Tipe IV …………………………………………… 22

2.2.5 Gipsum Tipe V ……………………………………………. 22

2.3 Malam ……………………………………………………………. 23

2.3.1 Malam Inlay ……………………………………………….. 24

2.3.2 Malam Base Plate …………………………………………. 25

2.3.3 Malam Casting …………………………………………….. 26

2.3.4 Malam Boxing …………………………………………….. 27

2.3.5 Malam Carding ……………………………………………. 27

2.3.6 Malam Ultility……………………………………………… 28

2.3.7 Malam Perekat …………………………………………….. 29

2.3.8 Malam Koreksi ……………………………………………. 29

2.3.9 Malam Bite Registration…………………………………… 30

2.3.10 Malam Mainan …………………………………………… 31

2.4 Resin Akrilik …………………………………………………….. 31

2.4.1 Resin Akrilik Heat Cured …………………………………. 31

2.4.2 Resin Akrilik Self Cured…………………………………… 35

2.5 Material Separator ……………………………………………….. 36

2.5.1 Cold Mould Seal…………………………………………… 36

2.6 Material Finishing ………………………………..……………… 37

2.6.1 Emery………………………………………………………. 37

2.7 Material Polishing………………………………………………… 37

2.7.1 Pumice ……………………………………………………. 37

BAB III PETA KONSEP ……………………………………………………… 39

iii
3.1 Peta Konsep Pembuatan GTSL ……………………………………………. 39

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………….. 41

4.1 Mencetak Rahang Gigi I ………..……………………………….. 41

4.2

4.3

4.4

4.5

4.6

4.7

4.8

4.9

4.10

BAB V PENUTUB ……………………………………………………………. 44

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………… 44

5.2 Saran ………………………………………………………………………. 45

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 46

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Isue
Seorang penderita pria usia 60 tahun datang ke klinik dokter gigi minta
dibuatkan gigi tiruan. Pada pemeriksaan intra oral terdapat kehilangan gigi 15,
16, 17, 18, 24, 25, 26, 27, 28.

1.2 Penanganan
Dibuat gigi tiruan lepasan (GTSL) dengan bahan resin akrilik.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Cetak

Silikon Kondensasi

Silikon Adisi
Elastomer
Polieter

Elastis Polisulfida

Agar
Hidrokoloid
Material Cetak Alginat
Cetak

Plaster of Paris

Non-Elastis Zinc Oxide Eugenol

Compound

2.1.1 Silikon Kondensasi

Komposisi :

1. Base (Manappallil, 2010)


1. Polydimethyl siloxane (hydroxy—terminated)
2. Colloidal silica or microsized metal oxide filler 35 to 75%
(depending on viscosity)
3. Color pigments.
2. Accelerator (Manappallil, 2010)
1. Orthoethyl silicate — crosslinking agent

2
2. Stannous octoate — catalyst

Manipulasi :

Reaksi kondensasi. Dapat dilapisi dengan perak dan tembaga Polimerisasi


terjadi sebagai akibat dari ikatan silang antara ortoetil silikat dan gugus
hidroksi terminal dimetil siloxane, untuk membentuk jaringan tiga dimensi.
(Manappallil, 2010)

Reaksi Kimia :

Reaksi Kimia dari Silikon Kondensasi adalah : (Manappallil, 2010)

Setting time :

Setting time diantara 6 sampai 9 menit (Manappallil, 2010)

Sifat :

Silikon kondensasi termasuk bahan cetak elastomer yang memilki


elastisitas ideal sehingga dapat kembali ke bentuk semula dengan cepat jika
diregangkan. Sifat elastis ini akan menghasilkan cetakan dengan distorsi
minimal ketika dikeluarkan dari mulut. Silikon juga merupakan salah satu
bahan yang paling dapat diterima secara biologis sehingga bahan cetak ini
tidak akan menyebabkan masalah biokompatibilitas. (Drison, Johan, Rosalina
Tjandrawinata,& Octarina, 2014)

Sifat sifat dari Silikon Kondensasi adalah : (Manappallil, 2010)

1. Hardness semakin meningkat dari waktu ke waktu


2. Non-toxic

3
3. Tear Strengh 3000 gm/cm
4. Dimension Stablility rendah
5. Curing shrinkage tinggi 0,4-0,6%
6. Hidrofobik

Kegunaan :

Silikon Kondensasi biasanya digunakan sebagai material cetak elastomer


(Manappallil, 2010)

Kerugian :

Tidak tahan lama karena sifat yang tidak stabil dari orthoethyl silicates.
(Manappallil, 2010)

2.1.2 Silikon Adisi

Komposisi :

Tabel komposisi Silikon Adisi (Manappallil, 2010)

Manipulasi :

Silikon disediakan dengan basis dan katalis dalam wadah besar (disebut
sausage) untuk dicampur dalam mixer mekanik dinamis dengan ujung
pencampuran dinamis. (Manappallil, 2010)

Reaksi Kimia :

Reaksi kimia dari Silikon Adisi (Manappallil, 2010)

4
Setting time :

Setting time material Silikon Adisi diantara 5 sampai 9 menit (Manappallil,


2010)

Sifat :

Silikon adisi yang dikenal juga dengan sebutan polivinil siloksan (PVS)
merupakan bahan cetak yang sangat akurat sehingga sangat cocok digunakan
untuk mencetak pembuatan gigi tiruan cekat. (Zulkarnain, M., Sarah Devina,
2016)

Sifat sifat dari Silikon Adisi adalah : (Manappallil, 2010)

1. tear strength baik (3000 gm/cm).


2. Sangat Hidrophobik
3. Bisa dilapisi tembaga dan perak
4. Low Flexibility
5. Reproduksi detail permukaan yang sangat baik
6. Shelf life antara 1 sampai 2 tahun
7. Curing shrinkage yang rendah (0,17%)

Kegunaan :

Silikon Adisi digunakan sebagai material cetak elastomer (Manappallil,


2010).

Kerugian :

5
Kekurangannya terletak pada harga dari PVS mahal dan sifatnya yang
hidrofobik. (Zulkarnain, M., Sarah Devina, 2016)

Dapat menimbulkan reaksi alergi (Manappallil, 2010)

2.1.3 Polieter

Komposisi :

Tabel komposisi dari polieter (Manappallil, 2010)

Manipulasi :

Jumlah Thinner yang dibutuhkan (bila disediakan) dapat ditambahkan


ke basis dan akselerator tergantung pada viskositas yang dibutuhkan. Sekali
lagi, seperti silikon kondensasi, jumlah akselerator yang dibutuhkan sangat
sedikit. Rasio biasanya ditampilkan pada pad pencampuran. Pencampuran
harus dilakukan dengan cepat. Waktu pencampuran adalah 30 detik.
(Manappallil, 2010)

Reaksi Kimia :

Proses Reaksi Kimia Polieter (Manappallil, 2010)

6
Setting time :

Polieter memiliki setting time diantara 6 sampai 8 menit. (Manappallil,


2010)

Sifat :

Polieter memiliki sifat : (Manappallil, 2010)

1. Hidrofilik
2. Stiff ( flexibilitas 0,3%)
3. Tear Strength yang baik (3000 gm/cm)
4. Dimensional stability yang baik
5. Curing shrinkage yang rendah (0,24%)
6. Permanent deformation yang rendah (0,8-1,6%)
7. Shelf life lebih dari 2 tahun
8. Bisa dilapisi dengan tembaga dan perak

Kegunaan :

Polieter digunakan sebagai material cetak. (Powers, John M., John C.


Wataha, Yen-Wei Chen, 2017)

Kerugian :

Stabilitas dimensi terbatas dan mempunyai rasa yang tidak enak (Powers,
John M., John C. Wataha, Yen-Wei Chen, 2017)

Melepaskan cetakan dari undercut sangat sulit karena memiliki sifat stif
yang kuat (Manappallil, 2010)

7
2.1.4 Polisulfida

Komposisi :

Tabel komposisi material polisulfida (Manappallil, 2010)

Manipulasi :

Ketika pasta pelumas dan akselerator dicampur, ia mengalami zat


kimia reaksi, dimana polimer cair set untuk membentuk padat, tetapi sangat
elastis dan karet fleksibel seperti bahan.

Reaksi Kimia :

Rumus kimia dari reaksi material polisulfida (Manappallil, 2010)

Setting time :

Setting time dari material polisulfida adalah 12,5 menit pada suhu 37°C
(Manappallil, 2010)

Sifat :

Sifat sifat material polisulfida : (Manappallil, 2010)

8
1. High tear strength (4000 gm/cm)
2. Flexibilitas yang baik (7%)
3. Low hardness
4. Bisa dilapisi oleh tembaga dan silfer
5. Memiliki shelf life 2 tahun
6. Merupakan material yang sangat sticky
7. Dapat mencetak detail permukaan dengan baik

Kegunaan :

Polisulfida mempunyai fungsi sebagai Material Cetak Elastomer


(Manappallil, 2010)

Kerugian :

Kerugian dari material polisulfida : (Manappallil, 2010)

1. susah dalam mixing


2. Memiliki rasa dan bau yang kurang nyaman
3. Setting time yang lama

2.1.5 Agar

Komposisi :

Komposisis dari agar adalah : (Anusavice, 2013)

1. 8-15% rumput laut


2. >80% air
3. 0,2% boraks

9
4. 1% potassium sulfat
5. 0,1% alkil benzoat

Manipulasi :

Manipulasi agar dapat dilakukan dengan cara : (Anusavice, 2013)

1. Menggunakkan pendingin yang dirancang khusus


2. ditambah accelerator dan retarder

Sifat :

1. Menyusut ketika disimpan di udara, Mengembang ketik disimpan di air,


dan akurat (Powers, John M., John C. Wataha, Yen-Wei Chen, 2017)
2. Bahannya cukup cair untuk mencatat detail halus jika dimanipulasi
dengan benar (Manappallil, 2010)
3. Material sangat elastis dan pemulihan elastis terjadi sejauh 98,8%
(Manappallil, 2010)

Kegunaan :

Agar digunakan sebagai material cetak (Powers, John M., John C. Wataha,
Yen-Wei Chen, 2017)

Keuntungan :

1. Sifat elastis yang baik membantu mereproduksi sebagian besar area


yang dilemahkan.
2. Memiliki pemulihan yang baik dari distorsi.
3. Hidrofilik, mulut lembab bukan masalah. Ini juga memberi permukaan
model yang bagus.
4. Ini enak dan ditoleransi dengan baik oleh pasien.
5. Ekonomis jika dibandingkan dengan bahan elastis sintetis.
6. Dapat digunakan kembali ketika digunakan sebagai bahan duplikasi
(tidak digunakan kembali
7. direkomendasikan saat digunakan sebagai bahan tayangan).
8. Biaya rendah karena dapat digunakan kembali.

10
Kerugian :

Kerugian dari Agar adalah : (Manappallil, 2010)

1. Itu tidak bisa disadur.


2. Selama insersi atau gelasi, pasien mungkin mengalami
ketidaknyamanan termal.
3. Tears relatif mudah. Retraksi gingival yang lebih besar diperlukan
untuk menyediakan ketebalan bahan yang memadai.
4. Hanya satu model yang bisa dituangkan.
5. Harus segera dituangkan. Tidak dapat disimpan terlalu lama.
6. Membutuhkan peralatan khusus dan mahal.
7. Permukaan yang lembut dari gipsum hasil cor kecuali pengeras plester
digunakan.
8. Meskipun dapat digunakan kembali, tidak mungkin untuk mensterilkan
bahan ini. Juga dengan penggunaan berulang mungkin ada kontaminasi
bahan dan a kerusakan pada propertinya.

2.1.6 Alginat

Komposisi :

Tabel komposisi alginate (Manappallil, 2010)

11
Manipulasi :

Alginat dapat dimanipulasi dengan cara; (Manappallil, 2010)

1. Waktu pengadukan 45 detik untuk setting time lambat (2-4,5 menit).


2. Waktu pengadukan 60 detik untuk setting time cepat (1-2 menit).

Pengadukan alginate :

Pengadukan alginate dapat dilakukan dengan cara bubuk alginate dan air
diaduk dengan cepat sambil menekan adonan alginate pada dinding bowl
sampai halus dan homogen. Pengadukan juga dilakukan dengan cara
menekan spatula pada dinding bowl dengan cepat dan memutar perlahan
mangkuk karet hingga adonan menjadi halus (memutar spatula seperti angka
delapan)

Over mixing, menghasilkan :

1. Pengurangan dalam kekuatan akhir ketika gel fibril hancur.


2. Pengurangan waktu kerja.

Under mixing, menghasilkan :

1. Pembasahan yang tidak memadai, kurangnya homogenitas dan


mengurangi kekuatan.
2. Campuran tersebut merupakan rekaman detail yang kasar dan buruk.

Reaksi Kimia :

Rumus kimia dari alginate (Manappallil, 2010)

12
Setting time :

Setting time alginate berkisar antara 1¼ sampai 2 menit (Manappallil,


2010)

Sifat :

Bahan cetak alginat mempunyai sifat imbibisi yaitu menyerap air bila
berkontak dengan air sehingga bentuknya lebih mudah mengembang.
(Nasution, Sarah Arwita, 2017)

Alginat memiliki sifat : (Manappallil, 2010)

1. Memiliki bau dan rasa yang dapat diterima


2. Compresive strength sebesar 0,5-0,9 MPa
3. Tear Strength sebesar 0,4-0,7 kN/m
4. Dimensional stability yang rendah
5. Mudah untuk dimanipulasi
6. Fleksibilitas 14%

Kegunaan :

Alginat digunakan sebagai material cetak (Manappallil, 2010)

Keuntungan :

Alginat memiliki keuntungan : (Manappallil, 2010)

1. Mudah dimanipulasi dan dicampur


2. Harganya murah
3. Higienis
4. Memberikan detail permukaan yang baik
5. Nyaman bagi pasien

Kerugian :

13
Kerugian dari material Alginat : (Manappallil, 2010)

1. Tidak bisa dilapisi oleh logam


2. Tidak bisa dibentuk ulang saat sudah melewati setting time
3. Dimension stability yang rendah
4. Rentan teradinya distorsi
5. Tear strength yang rendah

2.1.7 Plaster of Paris

Komposisi :

Komposisi dari Plaster of Paris terdiri dari : (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

1. CaSO4. ½ H2O
2. Potassium-SO4 atau salt of strong acids (2,5%), berfungsi sebagai
accelerators dan mengurangi setting expansi
3. Salf of weak acids atau borax (0,25%), berfungsi sebagai retarders
4. Colouring agent

Manipulasi :

Cara memanipulasi yaitu air dimasukan terlebih dahulu pada mangkok


karet baru ditambahkan bubuk dan dilakukan pencampuran, campuran harus
bebas gelembung udara dengan cara mengaduk di atas vibrator atau diketuk
diatas meja. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

14
Reaksi Kimia :

Rumus kimia dari calcined calcium sulfat hemihydrate ditambah air adalah :
(Yuliati, Anita, et. al., 2015)

CaSO4 ∙ 2H2OCaSO4 ∙ ½ H2O + 1 ½ H2O

Mineral gypsum : CaSO4 ∙ 2 H2O – heating 110-130°C

Sifat :

Sifat impression plaster sebagai berikut : (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

1. Mampu menghasilkan cetakan dengan detail baik, pada komposisi yang


benar sesuai dengan aturan pabrik
2. Perubahan dimensi setting kecil karena ada bahan anti ekspansi
3. Daerah undercut harus jadi perhatian oleh karena rawan patah
4. Bersifat Hidrofilik
5. Termasuk material cetak mukostatik
6. Perlu dilakukan separasi (cold mould seal, varnish, air sabun) sebelum
diisi dengan dental stone.

Kegunaan :

Digunakan untuk mencetak rahang tidak bergigi yang akan dibuat full
denture. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

2.1.8 Zinc Oxide Eugenol

15
Komposisi :

Komposisi dari material Zinc Oxide Eugenol (Manappallil, 2010)

Manipulasi :

Pencampuran dilakukan pada kertas tahan minyak atau pelat kaca. Dua
pasta dengan panjang dan lebar yang sama, satu dari masing-masing tabung
diperas ke pelat pencampuran. Spatula stainless steel yang fleksibel
digunakan. Kedua pasta dikumpulkan dengan spatula dan dicampur sampai
warna seragam (Manappallil, 2010)

Setting time :

10-15 Menit (Manappallil, 2010)

Sifat :

Rigid dan Irreversible (Manappallil, 2010)

Kegunaan :

Sebagai bahan cetak untuk pembuatan cetakan edentulous untuk pembuatan


gigi palsu lengkap (Manappallil, 2010)

Kerugian :

Rasa panas dikarenakan adanya eugenol dan iritasi pada jaringan mulut.
(Manappallil, 2010)

2.1.9 Compound

16
Komposisi :

Plasticizer seperti lak, asam stearat dan gutta percha ditambahkan untuk
meningkatkan plastisitas dan kemampuan kerja. (Manappallil, 2010)

Filler adalah partikel kecil dari bahan lembam yang memperkuat atau
meningkatkan sifat fisik banyak material. (Manappallil, 2010)

Manipulasi :

Sejumlah senyawa kecil dapat dilunakkan di atas api dan sejumlah senyawa
besar dilunakkan di dalam air hangat 56-75°C (Manappallil, 2010)

Mekanisme kerja : (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

1. Dilunakan dengan pemanasan


2. Dimasukan ke sendok cetak
3. Dilekatkan ke jaringan sebelum mengeras

Sifat :

Konduktvitas thermal rendah, rigid,dan reversible. Melunak ketika panas


dan mengeras ketika dingin. (Manappallil, 2010)

Kegunaan :

Sebagai material cetak (Manappallil, 2010)

Keuntungan :

Keuntungan menggunakan Compound adalah sebagai berikut :


(Manappallil, 2010)

1. Materi dapat digunakan berkali-kali pada pasien yang sama.


2. Bagian yang tidak akurat dapat dibuat ulang tampa mengubah seluruh
bagian.
3. Akurasi bisa ditingkatkan dengan memanaskan permukaan.

Kerugian :

Kerugian dari Material Compound adalah : (Manappallil, 2010)

17
1. Detail berkurang karena tingginya viskositas
2. Mengompres jaringan lunak selama proses mencetak.
3. Dimensional stability yang buruk.
4. Susah untuk dihapus ketika ada undercut yang keras.
5. Selalu ada kesempatan adanya overextension

2.2 Gipsum

Gipsum Tipe I

Gipsum Tipe II

Gipsum Gipsum Tipe III

Gipsum Tipe IV

Gipsum Tipe V

2.2.1 Gipsum Tipe I

Komposisi :

Dental plaster, K2SO4, Borax, Coloring, and flavoring agents. (Manappallil,


2010)

Manipulasi :

Cara memanipulasi yaitu air dimasukan terlebih dahulu pada mangkok


karet baru ditambahkan bubuk dan dilakukan pencampuran, campuran harus
bebas gelembung udara dengan cara mengaduk di atas vibrator atau diketuk
diatas meja. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

18
Sifat :

Kurang rigid digunakan mencetak rahang tidak bergigi. (Yuliati, Anita, et.
al., 2015)

Kegunaan :

Kegunaan dari material Gipsum tipe I adalah :

1. Untuk membuat kesan pada gigi tiruan lengkap dan prostetik


maksilofasial
2. Materi Bite registration

Plester kesan jarang digunakan lagi untuk membuat kesan gigi karena telah
diganti dengan bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.
(Anusavice, 2013)

Kerugian :

Penggunaannya terbatas. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

2.2.2 Gipsum Tipe II

Komposisi :

Gipsum time II memiliki kandungan beta hemihydrate and modifiers.


(Manappallil, 2010)

19
Manipulasi :

Cara memanipulasi Gipsum tipe II (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

1. Setting time : semakin besar W/P ratio, maka semakin lama waktu
pengerasan. (0,45 to 0,5)
2. Viskositas : viskositasnya rendah
3. Compressive Strength : karena porus, kepadatan tinggi sehingga
kekuatan kompresi rendah.

Pengadukan :

1. Tuang air terlebih dahulu ke dalam bowl.


2. Masukkan bubuk gipsum ke dalam bowl.
3. Diamkan selama 30 detik.
4. Aduk selama satu menit dengan putaran searah sampai lembut.
5. Lalu getarkan menggunakan vibrator

Sifat :

Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami, dengan demikian, kontras


dengan batu, yang umumnya diwarnai. (Anusavice, 2013)

Kegunaan :

Kegunaan dari Gipsum tipe II : (Manappallil, 2010)

1. Untuk memasang gips pada articulator


2. Untuk membuat cetakan pada curing denture
3. Untuk membuat study cast dan model

2.2.3 Gipsum Tipe III

20
Komposisi :

Komposisi dari gypsum tipe III terdiri dari : (Manappallil, 2010)

1. Alphahemihydrate
2. Materi pewarnaan 2 hingga 3%
3. K2SO4 — Accelerator
4. Borax—Retarder

Manipulasi :

Setidaknya ada dua metode untuk pembangunan gips. Salah satu


metodenya adalah membuat cetakan dengan membungkus strip lilin lembut
di sekitar impression sehingga mereka memanjang sekitar 12 mm di luar sisi
jaringan impression. Proses ini disebut boxing, yang membentuk base of the
cast. Campuran batu dan air kemudian dituangkan ke dalam impression di
bawah getaran. Campuran dibiarkan mengalir perlahan di jalur yang
dikendalikan sepanjang impression sehingga memaksa udara ke depan karena
mengisi semua impression gigi tanpa jebakan gelembung udara. (Anusavice,
2013)

Metode lain adalah mengisi impression pertama seperti yang


dijelaskan. Sisa campuran batu-air dituangkan di atas piring kaca. Impression
yang terisi kemudian dibalikkan di atas gundukan batu, dan alasnya dibentuk
dengan spatula sebelum setting. Prosedur semacam itu tidak diindikasikan
jika impresi dapat dengan mudah berubah bentuk atau jika batu itu “meler”.
Cast tidak boleh dipisahkan dari impression sampai menjadi mengeras.
Waktu minimal yang diizinkan untuk pengaturan bervariasi dari 45 hingga 60
menit, tergantung pada tingkat pengaturan batu atau plester dan jenis bahan
impression yang digunakan. (Anusavice, 2013)

Pada Gipsum semakin besar komposisi perbandingan W/P maka nilai


kekuatan yang diperoleh semakin rendah. Pada penggunaan perbandingan air
dan bubuk (W/P) tinggi kelebihan air pencampur yang terdapat pada massa
keras gipsum akan semakin banyak, sehingga kekuatan tekan yang diperoleh
juga semakin rendah (Zulfalina, Nazaria, & Irhamni, 2016)

21
Sifat :

memiliki kekuatan tekan minimal 1 jam 20,7 MPa (3000 psi), tetapi
tidak melebihi 34,5 MPa (5000 psi). Ini dimaksudkan untuk pembangunan
gips di pembuatan gigi palsu penuh agar sesuai dengan jaringan lunak.
disukai untuk gips yang digunakan untuk memproses gigi palsu karena batu
memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan ini dan gigi tiruan lebih mudah
untuk dihilangkan setelah diproses. (Anusavice, 2013)

Kegunaan :

Untuk mempersiapkan master cast dan membuat cetakan.

2.2.4 Gipsum Tipe IV

Komposisi :

α-hemihidrat (densite) dengan partikel-partikelnya berbentuk kuboidal


dengan daerah permukaan yang lebih kecil menghasilkan sifat tersebut tanpa
menyebabkan pengentalan adukan.
Manipulasi :
proses blending gipsum harus memperhatikan w/p rasio, 0,22-0,24
Setting time :

waktu yang diperlukan untuk setting sekitar 12±4 (menit)

Sifat :

Kekuatan kompresi tinggi (34,5 MPa), 2x kekuatan gipsum tipe III,


ketahanan abrasiv tinggi, dan setting ekspansi minimal, sekitar 0-0,1%
Kegunaan :

α-hemihidrat (densite) dengan partikel-partikelnya berbentuk kuboidal


dengan daerah permukaan yang lebih kecil menghasilkan sifat tersebut tanpa
menyebabkan pengentalan adukan.
2.2.5 Gipsum Tipe V

Komposisi :

α-hemihidrat (densite)

22
Manipulasi :

proses blending memperhatikan w/p rasio, yaitu 0,18-0,22

Setting time :

waktu yang dibutuhkan untuk mengeras sekitar 12±4 (menit)

Sifat :

Kekuatan kompresi lebih tinggi (48,3 Mpa), setting ekspansi tinggi,


0,1-0,3%, harganya mahal.

Kegunaan :

digunakan sebagai model kerja dalam pembuatan gigitiruan berbasis


logam, karena logam campur yang baru, seperti basis logam, memiliki
pengerutan pengecoran yang lebih besar
Kerugian :

2.3 Malam

Malam Inlay

Malam Base Plate

Malam Casting

Malam Boxing

Malam Carding
Malam
Malam Ultility

Malam Perekat

Malam Koreksi

Malam Bite Registration

Malam Mainan

23
2.3.1 Malam Inlay

Komposisi :

Komponen utamanya adalah parafin, mikrokristalin,mceresin, carnauba,


candelilla, dan beeswax. Contoh : parafin 60%, carnauba 25%, ceresin 10%,
beeswax 5%.
Jenis :
hard, medium/regular, dan soft, menunjukkan daya alirnya. Daya alir dapat
dikurangi dengan menambahkan carnauba atau parafin dengan titik lebur
tinggi. Daya alir dapat juga diatur dengan menambahkan 1% resin.

Sediaan :
warna biru tua, hijau, dan ungu sehingga kontras dengan warna gigi. Bentuk
batang/tongkat panjang 7,5 cm dan diameter 0,64 cm. Ada juga bentuk pelet
dan konus.
Sifat :

Memiliki akurasi dan kualitas casting sangat tergantung pada akurasi dan detil
pola malam, dengan demikian malam perlu memiliki sifat-sifat fisis yang
penting. Spesifikasi ANSI/ADA no. 4 untuk inlay direct dan indirect. Malam
bila dipanaskan akan mencair dan menguap, diharapkan tidak ada sisa,
sehingga akan menghasilkan casting yang sempurna. Residu maksimum
malam inlay adalah 0,10%. Ekspansi termal limer maksimal pada suhu 25 -
30 °C adalah 0,2% dan suhu 25-37 adalah 0,6%. Inlay pattern bertendensi
mengalami warp atau distorsi. Malam inlay terdiri dan 2 tipe, Tipe I Hard
untuk direct technic, dan Tipe II yang lebih lunak untuk indirect technic.
Kegunaan :

Wax gigi khusus yang dapat diaplikasikan untuk membentuk pola


langsung atau tidak langsung dengan menggunakan teknik lost-wax
technique, yang digunakan untuk pengecoran logam atau tekanan panas dari
keramik. (Anusavice, 2013)

24
2.3.2 Malam Base Plate

Komposisi :

70 – 80% Parafin I Ceresin. Contohnya adalah Ceresin 80%, Beeswax 12%,


Carnauba 2,5%, Resin 3%, dan Mikrokristalin 2,5%.

Manipulasi :

PELUNAKAN MALAM (suhu transisi padat-padat)


1. Dry Heat è Oven, Annealer è Merata
2. Air hangat è Waterbathè larut + air
3. Apiè Lampu spiritus è tidak merata

Sifat :

Sediaan dari wax ini memiliki bentuk lembaran berukuran 7,6 X 15 X


1,3 cm, berwarna merah atau merah muda. Ada 3 tipe dari baseplate wax ini
yaitu tipe I (lunak), tipe II (sedang), tipe III (keras). Model malam ini harus
segera diproses agar akurasinya terjaga. Syarat yang harus dipenuhi oleh
baseplate wax yaitu:

a. Ekspansi thermis limer pada suhu 25-40°C lebih kecil dari 0,8%.

b. Tidak mengiritasi jaringan mulut.

c. Tidak flaky / menyerpih dan melekat.

d. Mudah diukir pada suhu 23°C.

e. Permukaan halus setelah di flaming (disentuhkan pada api).

f. Tidak berbekas pada porselen dan gigi tiruan.

25
g. Tidak mewarnai gigi.

Kegunaan :

Menentukan dimensi vertikal rahang pada pembuatan gigi tiruan


lengkap dan malam pola plat dasar gigi tiruan lengkap dan sebagian, serta alat
orthodonsi.

2.3.3 Malam Casting

Komposisi :

Merupakan campuran malam dari alam ditambah zat pewarna. (Yuliati,


Anita, et. al., 2015)

Manipulasi :

Menekan lembut dengan kapas yang telah dibasahi air hangat sehingga
terbentuk bentukan malam yang diinginkan. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

Sifat :

memiliki sedikit keletihan untuk membantu menahan posisi pada


26rticu gypsum sebelum berinvestasi dan casting. (Yuliati, Anita, et. al.,
2015)

Kegunaan :

Mentuk pembuatan model malam cengkeram (clasps) atau bagian


penghubung yang nantinya akan dilakukan pengecoran atau dituang logam
cair sebagai kerangka logam pada gigi tiruan. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

26
2.3.4 Malam Boxing

Manipulasi :

Mudah dibentuk dalam suhu ruangan tampa adanya pemanasan (Anusavice,


2013)

Sifat :

1. Konsistensinya lebih lunak daripada malam base plate


2. Tersedia dalam bentuk batang dan strip
3. Lembut dan lunak karakter waxnya
4. Merupakan tipe processing wax

Kegunaan :

Malam yang berbentuk pipih digunakan sebagai dinding untuk


memberikan batas penutup untuk dituangkan bahan seperti 27rticu atau resin.
(Anusavice, 2013)

2.3.5 Malam Carding

Sifat :

Malam dengan konsistensi sangat lunak dan biasanya digunakan oleh


pabrik. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

27
Kegunaan :

untuk melekatkan elemen gigi porselin atau resin akrilik dalam kemasan
yang dijual. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

2.3.6 Malam Ultility

Komposisi :

Sebagian besar terdiri dari lilin lebah, proteleum, dan “Wax Softener”.
(Yuliati, Anita, et. al., 2015)

Manipulasi :

Lilin dalam keadaan suhu ruangan bersifat mudah dibentuk, lunak, dan
lembek. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

Sifat :

Malam Ultility memiliki sifat : (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

1. Dalam bentuk batang dan lembaran


2. Mudah dibetuk

Kegunaan :

1. lilin serbaguna
2. digunakan di bagian ortodonsia untuk menutupi kawat maupu bracket
3. pendukung bahan cetak

28
2.3.7 Malam Perekat

Sifat :

berbentuk batang yang mudah patah/brittle, warna kuning, terbuat dari


beeswax dan beberapa resin alami. Bahan ini mudah dilepas dengan air
mendidih dan memiliki kontraksi minimal sewaktu pendinginan untuk
mencegah bergeraknya bagian-bagian yang hendak disambung. (Yuliati,
Anita, et. al., 2015)
Jenis lilin gigi yang menunjukkan daya rekat yang tinggi hingga kering.
Permukaan yang bersih saat dipanaskan ke kondisi 29rticul. (Yuliati, Anita,
et. al., 2015)

Kegunaan :

di laboratorium untuk menghubungkan 2 bagian metal yg akan disolder


dan menghubungkan fragmen gigi tiruan yang patah

2.3.8 Malam Koreksi

Komposisi :

Malam koreksi terdiri dari parafin, ceresin dan lilin lebah. Itu mungkin
juga mengandung partikel-partikel logam. Aliran pada 37 ° C adalah 100%.
Lilin ini mengalami distorsi selama pengangkatan dari mulut. Mereka harus
segera dituangkan. (Manappallil, 2010)

29
Manipulasi :

Cara penggunaan malam koreksi adalah dengan ditempatkan di bagian


paling tepi (border line) dari material cetak lalu dicetakkan ke dalam mulut
dengan tekanan. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

Sifat :

Dapat melakukan pencetakan dengan baik 100% pada suhu 37°C (suhu
tubuh) (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

Kegunaan :

Lilin termoplastik yang digunakan untuk membuat cetakan gigi.


(Anusavice, 2013)

Kegunaan Malam koreksi : (Manappallil, 2010)

1. Untuk membuat kesan fungsional pelana ujung bebas (Kelas I dan II


dilepas gigi tiruan parsial).
2. Untuk merekam palatal palatal posterior pada gigi palsu.
3. Kesan fungsional untuk obturators.

2.3.9 Malam Bite Registration

Komposisi :

Terbuat dari beeswax atau paraffin atau ceresin. Beberapa produk


mengandung aluminium atau copper. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

30
Manipulasi :

Cara penggunaan mala mini dengan cara dilunakkan dengan sedikit


dipanaskan. Setelah melunak lalu dimasukkan ke dalam mulut untuk digigit
dan dibiarkan sampai malam mendingin/mengeras. Setelah malam
dikeluarkan dari mulut segera dipindahkan pada model kerja untuk
selanjutnya ditanam pada 31rticulator. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

Sifat :

Daya alir pada suhu 37° C adalah 2,5 % - 22 % sehingga menunjukkan bahwa
31rticulat rawan terhadap distorsi ketika dilepas dari rongga mulut.

Kegunaan :

Malam ini digunakan untuk pencatatan oklusi atau keadaan oklusi antara gigi
rahang atas dan rahang bawah. (Yuliati, Anita, et. al., 2015)

2.3.10 Malam Mainan

Malam yang biasa digunakan untuk bermain anak balita. Biasa disebut
plastisin. Plastisin merupakan suatu media yang terbuat dari tepung,
minyak, garam, pewarna makanan dan air sehingga sangat mudah
digunakan karena plastisin ialah benda lunak yang dapat diremas-remas,
dipipihkan, ditarik-tarik, ditekan-tekan, gulung-gulung dan bisa dibentuk
sesuai dengan imajinasi dan keinginan anak. Selain itu juga plastisin ini
sangat mudah didapatkan dan jika membuatnyapun tidak memerlukan biaya
yang besar, dengan demikian anak dapat berkreasi bebas dengan membuat
binatang, buah-buahan, membangun rumah-rumahan, gedung dan

31
sebagainya. Plastisin mainan bukan termasuk malam kedokteran gigi tetapi
membantu dalam pengerjaan pembuatan gigi tiruan. Malam ini digunakan
untuk material tambahan pada proses pemasangan gypsum pada articulator.

2.4 Resin Akrilik

Resin Akrilik Heat Cured

Resin Akrilik

Resin Akrilik Self Cured

2.4.1 Resin Akrilik Heat Cured

Manipulasi :

- Perbandingan polimer & monomer


- Volume 3 : 1
- Berat 2 : 1
- Dicampur dalam cawan tertutup tidak tembus cahaya
- Perbandingan volume yang 3 : 1 terjadi
1. Shrinkage 6%
2. Linier shrinkage 0,5%
- Polimer terlalu banyak akan terhadi underwetting sehingga resin akrilik
berglanural dan menjadi weak material.
- Monomer terlalu banyak menyebabkan polymerization shrinkage
meningkat 21% dan basis menjadi tidak tepat sehingga mengiritasi
- Lima stage pencampuran
1. Sandy stage : seperti pasir basah, lengket, kasar, sedikit atau tidak
ada interaksi tingkat molukelar
2. Stringy stage : berserat, lengket, rantai polimer melepaskan jalinan
ikatan sehingga meningkatkan kekentalan.
3. Dough stage : plastis, tidak berserat, tidak lengket, jumlah rantai
polimer yang memasuki larutan meningkat sehingga polimer dan
monomer terlarut, flownya cukup. Fasi ini fase terbaik untuk
dimasukkan mould.
4. Rubbery stage : elastis, monomer habis, tidak mengalir, tidak dapat

32
dibentuk dengan penekanan
5. Stiff stage : rigid, sangat kering, tahan terhadap deformasi mekanik
Kecepatan terjadinya dough stage tergantung pada

a. Suhu

b. Bentuk dan ukuran polimer

c. Jumlah plasticizer, perbandingan harus tepat

d. Berat molekul

e. Perbandingan polimer dan monomer

Curing melalui pemanasan

Proses polimerisasi dengan aktivasi panas. Metode yang digunakan ada 2,


yaitu :

1. Waterbath
- Cara pemanasan Combe (1992) :
a. Dipanasi 72oC selama 16 jam
b. Dipanasi 72oC selama 2 jam, dengan suhu dinaikkan sampai 100oC
selama 2 jam
Annusavice (2003) :
a. Dipanasi 74oC selama 8 jam atau lebih
b. Dipanasi 74oC selama 2 jam, dengan suhu ditingkatkan sampai dengan
100oC selama 1 jam atau lebih.
- Suhu dan waktu pemanasan harus dikontrol sebab bila :
a. Undercured, recidual monomer akan meningkat
b. Temperatur lebih besar dari 100,8oC, akan terjadi gaseous porosity.
2. Microwave
- Resin akrilik yang digunakan specially formulated resin
- Menggunakan kuvet khusus non metalic flask
- Keuntungan :
a. Waktu polimerisasi cepat
b. Sifat fisik dan ketepatan basis gigi tiruan sama dengan resin akrilik

33
konvesional.
Kegunaan :

Resin akrilik tipe heat cured merupakan salah satu bahan basis gigi
tiruan yang paling banyak digunakan sampai saat ini.

Keuntungan :

1. Resin akrilik murni memiliki sifat tidak berwarna, transparant dan


padat, sesuai dengan persyaratan dari bahan basis gigi tiruan yang harus
memiliki warna yang serupa dengan jaringan disekitar, dalam jangka
waktu tertentu bentuknya tidak berubah karena mempunyai
dimensional stability yang baik, mempunyai spesifik gravitasi yang
rendah agar gigi tiruan menjadi ringan, sehingga pemakainya mampu
mempertahankan kesehatan mukosa rongga mulut (McCabe dan Walls,
2014).
2. Absorbsi air cukup baik.
3. Bahan hendaknya selalu dijaga kelembapaannya karena pengeringan
bahan ini dapat menimbulkan kontraksi.
4. Kestabilan dimensi berhubungan dengan absorbsi air dan hilangnya
internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Basis harus mempunyai
stabilitas dimensional yang baik agar bentuk gigi tiruan tidak berubah
pada jangka waktu tertentu.
5. Konduktivitas Thermal Resin akrilik sebagai insulator antara jaringan
mulut dan makanan/minuman yang dingin memiliki konduktivitas
thermal yang rendah sehingga tidak bisa merasakan rangsangan panas
dan dingin secara berlebihan.
6. Stabilitas warna Resin akrilik heat cured memiliki stabilitas yang bagus
7. Radiopacity Basis gigi tiruan secara ideal harus radiopak.
8. Ketepatan dimensinya cukup baik yang membuat bahan ini tidak
mengiritasi dengan bentuknya yang kasar.
Kerugian :

1. Sisa monomer

34
Sisa monomer dapat terbentuk karena proses curing pada suhu dan
waktu yang kurang. Sisa monomer berpengaruh pada berat molekul
rata-rata, walaupun telah dilakukan proses pembuatan akrilik dengan
benar. Pembuatan akrilik yang dilakukan pada suhu yang terlalu
rendah dan dalam waktu yang singkat menghasilkan sisa monomer
yang lebih besar.
2. Porositas
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada
kekuatan dan sifat-sifat optis resin akrilik.
3. Crazing
4. Goresan atau retakan mikro yang berdampak negatif terhadap estetika
dan sifat fisik gigi tiruan. Sisa monomer dapat menyebabkan
terpisahnya molekul-molekul primer.
5. Fraktur
Terjadi karena adanya impact (gigi tiruan jatuh pada permukaan
yang keras) dan fatigue (gigi tiruan mengalami bending secara
berulang-ulang selama pemakaian).
6. Pengerutan
Kepadatan resin akrilik berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm ketika
monomer metilmetakrilat menjadi polimer sehingga terjadi pengerutan
volume sebesar 21%
2.3.2 Resin Akrilik Self Cured

35
Manipulasi :

1. Polimer dan monomer diaduk sesuai petunjuk


2. Masukan adonan ke dalam cetakan
3. Satu lembar pastik selopan di tempatkan di atasnya, lalu kuvet
disatukan kembali
4. Kuvet dipress dengan press hidrolik agar akrilik mengalir rata ke
dalam semua rongga dalam kuvet
5. Buka kuvet, bahan yang berlebih dibuang
6. Lakukan pengepressan sekali lagi masih dengan plastic selopan,
karena working time pada self cured acrylic pendek maka
pengepressan hanya dilakukan 2 kali
7. Pindahkan kuvet ke press tangan untuk mempertahanka tekanan
pada kuvet selama polimerisasi
8. Self Cured Acrylic dapat mengeras 30 menit kemudian
Kegunaan :

1. Pembuatan Individual tray yang merupakan sendok cetak


perseorangan pada proses pembuatan denture
2. Repair atau material reparasi pada gigi tiruan yang mengalami
kepatahan, penambahan anasir gigi, melekatkan klamer baru
3. Relining, pada kondisi gigi tiruan kurang tepat berada pada posisi
didalam mulut ( sedikit longgar), sehingga posisi menjadi tepat
kembali di dalam mulut
Keuntungan :

1. Mudah untuk dilepas dari kuvet


2. Dimensi lebih akurat
3. Fleksibilitas lebih tinggi dibanding Heat Cured Acrylic
4. Distorsi lebih rendah dibanding Heat Cured Acrylic
5. Shrinkage lebih rendah dibanding Heat Cured Acrylic
Kerugian :

1. Harga cukup mahal


2. Sifat estetik kurang dibanding Heat Cured Acrylic

36
3. Elastisitas tergolong kurang
4. Warna kurang stabil
5. Kurang kuat
6. Dapat menyebabkan iritasi
2.5 Material Separator

2.5.1 Cold Mould Seal (CMS)

Cold Mould Seal (CMS) adalah bahan separator untuk mencegah


kontak langsung dan perlekatan saat diaplikasikan sehingga mudah dilepas.
Bahan separator CMS juga dapat berfungsi untuk menghindari merembesnya
monomer sisa kedalam mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan lempeng yang kasar, selain itu pengaplikasian bahan separator ini
juga bermanfaat untuk menghindari perlekatan resin akrilik pada bahan
mould saat dibuka dan mencegah masuknya air dari mould ke dalam resin
akrilik.
2.5 Material Finishing
2.5.1 Emery
Komposisi :
bentuk alami dari alumunium oxide
Sifat :
berupa coated abrasife discs dengan bervariasi ukuran grit
Kegunaan :
untuk finishing material metal alloy dan resin akrilik
Manipulasi :
semakin besar kandungan alumina, semakin halus tingkat ampelas nya

37
2.6 Material Polishing
2.6.1 Pumice
Komposisi :
Ini adalah material yang sangat mengandung silika dari asal vulkanik.
(Manappallil, 2010)
Kegunaan :
Penggunaannya berkisar dari menghaluskan gigi palsu hingga memoles gigi
di mulut. (Manappallil, 2010)

2.7 Macam-macam desain cengkeram (Klammer)

Desain cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua bagian (Oosten,


2012):

A. Cengkeram paradental

Cengkeram yang berfungsi selain sebagai dari retensi dan stabilisasi


protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan beban kunyah yang diterima gigi
tiruan ke gigi penjangkarannya.

Jadi, cengkeram paradental harus mempunyai bagian yang melalui


bagian oklusal gigi penjangkaran atau melalui titik kontak antara gigi
penjangkaran dengan gigi tetangganya.

Macam-macam cengkeram paradental :

1. Cengkeram 3 Jari Terdiri Dari:

o lengan bukal dan lingual


o body
o bahu
o oklusal rest
o bagian retensi dalam akrilik

Indikasi:

gigi molar dan premolar

2. Cengkeram Jackson

38
Disain cengkeram ini mulai dari palatal/lingual, terus ke oklusal di
atas titik kontak, turun ke bukal melalui di bawah lingkaran terbesar, naik
lagi ke oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik.

Indikasi:

Gigi molar, premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian


mesial dan distalnya.

Bila gigi penjangkaran terlalu cembung, seringkali cengkeram ini


sulit masuk pada waktu pemasangan protesa.

3. Cengkeram Half Jackson Paradental

Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun
ke lingual dan terus ke retensi akrilik.

Indikasi:

gigi molar dan premolar gigi terlalu cembung sehingga cengkeram


jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik di anatar 2 gigi.

4. Cengkeram S

Disain cengkeram ini mulai dari bukal terus ke oklusal/insisal di atas


titik kontak, turun ke lingual melalu atas cingulum, kemudian turun ke
bawah masuk ke dalam akrilik.

Indikasi:

Untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar letak cengkeram


tidak mengganggu oklusi

5. Cengkeram Kippmeider

Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atas cingulum

Indikasi :

Hanya untuk kaninus. Bentuk cingulum harus baik.

Fungsi :

39
hanya untuk menerusan beban kunyah dan stabilisasi

6. Cengkeram Rush Angker

Disainnya mulai dari oklusal di aproksimal(daerah mesial / distal)


terus ke arah lingual ke bawah, masuk dalam akrilik

Indikasi:

molar, premolar yang mempunyai titik kontak yang baik

Fungsi :

Hanya untuk meneruskan beban kunyah protesa ke gigi penjangkaran


dan sebagai retensi pada pembuatan splin.

7. Cengkeram Roach

Disainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak aproksimal, turun


ke bukal dan lingual terus ke aproksimal di daerah diastema, masuk dalam
akrilik

Indikasi:

gigi molar dan premolar yang mempunyai kontak yang baik.

B. Cengkeram Gingival

Cengkeram gingival yaitu cengkeram yang fungsinya hanya untuk


retensi dan stabilisasi protesa. Jadi, karena tidak berfungsi untuk meneruskan
beban kunyah yang diterima protesa ke gigi penjangkaran, maka cengkeram
ini tidak mempunyai bagian yang melalui bagian oklusal gigi penjangkaran,
bisa diatas permukaan oklusal.

Macam-macam cengkeram gingival :

1. Cengkeram 2 Jari

Disainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak mempunyai rest

Indikasi :

gigi molar dan premolar

40
2. Cengkeram 2 Jari Panjang

Disainnya seperti cengkeram 2 jari, hanya disini melingkari 2 gigi


berdekatan.

Indikasi :

Gigi molar,premolar, dimana gigi yang deat diastema urang kuat (goyang
10)

3. Cengkeram ½ Jacson

Hampir sama dengan cengkeram ½ jacson paradental bedanya


cengkeram ini melalui bagian proksimal dekat diastema dan di bagian
lingual lurus ke bawah, tetap di tepi lingual

Indikasi :

gigi molar,premolar dan kaninus

4. Cengkeram Vestibular Finger

Cengkeram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa ke arah


undercut di vestibulum bagian labial, ujungnya ditutupi akrilik.

Indikasi:

gigi sisa hanya gigi anterior yangtidak dapat dilingkari cengkeram,


dan bagian vestibulum labial harus mempunyai undercut yang cukup.

Fungsi:

untuk tambahan retensi, tetapi kurang efektif

41
BAB 3

PETA KONSEP

3.1 Peta Konsep

Tahapan Kerja Material


Mencetak Rahang Gigi I Alginat

Membuat Model Studi Gipsum Tipe II

Membuat Individual tray Wax dan Resin Akrilik Self Cured

Mencetak Rahang Gigi II Elastomer

Membuat Model Kerja Gipsum Tipe III

Membuat Basis Malam Base Plate dan Boxing

Menanam Model Kerja di Gipsum Tipe II & III


dalam Kuvet

42
Merebus Kuvet Hingga Air Panas
Malam Hilang

Melapisi Gipsum dengan Cold Mould Seal (CMS)


Separator

Membuat Adonan Akrilik Resin Akrilik Heat Cured

Menuangkan Akrilik ke Resin Akrilik Heat Cured


Mould

Merebus Kuvet Hingga Resin Air Panas


Menggeras

Finishing Emery

Polishing Pumice

43
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Mencetak Rahang Gigi I

Pencetakan rahang gigi I digunakan untuk membuat individual tray


untuk pasien dengan kasus free end pada maxilla. Bahan yang digunakan
adalah alginate tipe pengerasan cepat (tipe I), karena cocok untuk pasien yang
berusia sudah cukup tua yaitu menghasilkan cetakan dengan detail cukup baik
serta memberika rasa nyaman kepada pasien selama proses setting, karena
sekarang banyak sekali inovasi alginat yang memberika varian rasa dalam
bubuknya serta dapat memberi detail permukaan yang baik untuk pembuatan
individual tray. Walaupun ada material yang dapat memberikan detail yang
rinci, tetapi kami menggunakan alginate karena dalam membuat individual tray
tidak memerlukan detail yang rinci.

4.2 Membuat Model Studi

Pembuatan model studi digunakan untuk membentuk individual tray


yang kemudian akan digunakan untuk mencetak rahang gigi II. Bahan yang
digunakan adalah gypsum tipe II. Penggunaan gipsum tipe II ini dikarenakan
untuk model studi tidak dibutuhkan suatu cetakan yang mendetail serta
harganya relatif lebih murah. Individual tray digunakan karena pasien memiliki
bentuk gigi Free end yang tidak cocok dengan sendok cetak pada umumnya.

4.3 Membuat Individual Tray

Bahan yang digunakan berupa malam base plate dan resin akrilik self cured.

Malam Base Plate digunakan karena memiliki keuntungan :

a. Ekspansi thermis limer pada suhu 25-40°C lebih kecil dari 0,8%.

b. Tidak mengiritasi jaringan mulut.

c. Tidak flaky / menyerpih dan melekat.

44
d. Mudah diukir pada suhu 23°C.

e. Permukaan halus setelah di flaming (disentuhkan pada api).

f. Tidak berbekas pada porselen dan gigi tiruan.

g. Tidak mewarnai gigi.

Resin Akrilik Self Cured digunakan karena memiliki keuntungan :

a. Mudah untuk dilepas dari kuvet


b. Dimensi lebih akurat
4.4 Mencetak Rahang Gigi II

Pencetakan rahang kedua digunakan dengan menggunakan individual


tray. Bahan yang digunakan adalah Elastomer Silikon Adisi dikarenakan
memiliki sifat:

1. tear strength baik (3000 gm/cm).


2. Sangat Hidrophobik
3. Bisa dilapisi tembaga dan perak
4. Low Flexibility
5. Reproduksi detail permukaan yang sangat baik
6. Shelf life antara 1 sampai 2 tahun
7. Curing shrinkage yang rendah (0,17%)

Walaupun Elastomer Silicon Adisi memiliki sifat dapat menyebabkan


reaksi alergi, tetapi reaksi alergi tersebut hanya berdampak kepada orang-orang
tertentu.

Dibandingkan dengan sifat merugikan material lain, silicon adisi


memiliki sifat kerugian yang paling sedikit dan bisa dihindari untuk terjadi
kerugian.

4.5 Membuat Model Kerja

Setelah cetakan negatif terebentuk, barulah diisi dengan gipsum tipe III.
Penggunaan gypsum tipe III ini dikarenakan gypsum tipe ini memiliki

45
kekuatan yang cukup untuk membuat gigi tiruan dan dapat menghasilkan
cetakan postif yang dapat menyesuaikan detail jaringan lunak pada gigi.

4.6 Membuat Basis

Pemberian lapisan malam pada permukaan model kerja menggunakan


bahan malam base plate. Malam base plate dipilih karena memiliki sifat mudah
dibentuk, mudah diukir, tidak menimbulkan bekas warna pada gigi, serta tidak
berbekas pada porselen dan gigi tiruan. Serta dalam proses pembuatan basis
mengunakan klammer sebagai alat penyangga malam

4.7 Menanam Model Kerja di dalam Kuvet

Bahan yang digunakan dalam proses menanam model kerja di dalam


kuvet adalah Gipsum tipe II dan III. Gipsum tipe II digunakan untuk
melekatkan model kerja dengan permukaan kuvet. Sementara, Gipsum tipe III
digunakan untuk melapisi permukaan malam.
Gipsum tipe II digunakan karena memiliki sifat kasar yang jika
digunakan untuk melapisi malam akan menghasilkan cetakan yang tidak rinci
dan memiliki harga murah.
Gipsum tipe III digunakan karena memiliki sifat lembut yang jika
digunakan untuk melapisi malam akan menghasilkan cetakan yang rinci.

4.8 Merebus Kuvet Hingga Malam Hilang

Malam yang sudah terlapisi di model kerja akan hilang melalui proses
boiling (perebusan) menggunakan water bath. Bahan yang digunakan adalah
air panas.
4.9 Melapisi Gipsum dengan Separator
Sebelum mould dituang adonan akrilik, mould dilapisi oleh separator.
Separator yang digunakan adalah Cold Mould Seal. Separator berfungsi untuk
menghindari perlekatan permukaan gipsum dengan resin akrilik yang
menempel.

4.10 Membuat Adonan Akrilik

46
Setelah malam hilang, dibuatlah adonan resin akrilik untuk mengisi
tempat kosong bekas malam yang sudah hilang. Resin akrilik yang digunakan
adalah tipe heat cured karena memilik warna yang sama dengan jaringan di
sekitarnya serta memiliki dimensi yang baik dan stabil.

4.11 Menuangkan Akrilik ke Mould

Setelah adonan jadi, akrilik dituangkan ke dalam ruang-ruang yang


kosong bekas malam atau mould.

4.12 Merebus Kuvet Hingga Resin Mengeras

Kuvet kemudian direbus lagi menggunakan water bath. Setelah itu, gigi
tiruan sebagian lepasan (GTSL) dikeluarkan dari kuvet untuk selanjutnya di
finishing dan polishing.

4.13 Finishing

Tujuan finishing untuk menghasilkan permukaan yang lebih halus.


Kami menggunakan Emery.

4.14 Polishing

Tujuan polishing untuk mendapatkan kilauan yang mirip enamel pada


suatu restorasi. Kami menggunakan pumice sebagai material polishing.

47
BAB 5

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan sebuah gigi tiruan sebagian lepasan, hal pertama yang
dilakukan adalah melakukan pencetakan pada rahang, pada kasus ini yaitu
pada rahang atas karena terdapat edentulous free end. Hasil pencetakan ini
merupakan cetakan negatif yang nanti akan diisi gipsum untuk pembuatan
individual tray. Bahan yang digunakan untuk melakukan proses
pencetakan adalah alginat. Karena alginat itu mudah dimanipulasi,
menghasilkan cetakan dengan detail cukup baik dan serta memberikan rasa
nyaman kepada pasien selama proses setting, karena sekarang banyak
sekali inovasi alginat yang memberikan varian rasa dalam bubuknya.
Selain itu, alginat itu lebih mudah didapatkan dengan harga relatif murah.
Untuk selanjutnya dalam menciptakan cetakan positif dibutuhkan gipsum
tipe 2 untuk pembuatan model kerja. Penggunaan gipsum tipe 2 ini
dikarenakan untuk model studi tidak dibutuhkan suatu cetakan yang
mendetail serta harganya relatif lebih murah. Tahapan berikutnya adalah
membuat individual tray dengan jalan membetuk resin akrilik lembaran
sesuai dengan alur permukaan model studi. Pemilihan resin akrilik self
cure untuk membuat individual tray karena mudah dibentuk dan
dimanipulasi serta dapat mengeras dengan sendirinya. Lalu untuk
pencetakan rahang kedua digunakan elastomer silikon adisi dikarenakan
elastomer silikon adisi ini memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi.
Setelah cetakan negatif terebentuk, barulah diisi dengan gipsum tipe 3.
Penggunaan gipsum tipe 3 ini dikarenakan gipsum tipe ini memiliki
kekuatan yang cukup untuk pembuatan gigi tiruan dan dapat menghasilkan
cetakan postif yang dapat menyesuaikan detail jaringan lunak pada gigi.
Selanjutnya pemberian lapisan malam pada permukaan model kerja
dengan malam base plate. Malam base plate dipilih karena memiliki sifat
mudah dibentuk dan diukir serta tidak menimbulkan bekas warna pada

48
gigi. Setelah ditempatkan dalam kuvet dan dicor dengan gipsum, malam
pada model kerja ini akan hilang melalui proses boilling. Kemudian
pembuatan adonan resin akrilik untuk mengisi tempat kosong bekas
malam. Resin akrilik yang digunakan adalah tipe heat cured resin karena
memilik warna yang sama dengan jaringan di sekitarnya, serta memiliki
dimensi yang baik dan stabil. Setelah Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Double Free End telah terbentuk, selanjutnya dilakukan proses Finishing.
Material yang digunakan adalah carbide bur dan amplas halus. Carbide
burs digunakan untuk menghilangkan material sisa dan struktur gigi,
dipilih karena menciptakan permukaan yang lebih halus dibandingkan
diamond burs, dapat ditajamkan/diasah dan digunakan kembali, serta tahan
lama. Lalu, proses yang terakhir adalah Polishing menggunakan pumice.
Pumice dipilih karena tidak hanya dapat menghilangkan plak dan bakteri,
tetapi juga memoles kotoran/noda yang ada ketika GTSL terkena makanan
atau minuman, juga dapat menghindari pemudaran warna gigi akibat
merokok. Selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu
whitting untuk memberi kesan gigi yang putih dan bersih.
1.2 Saran
Menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, penulis meminta
kritik dan saran dari pembaca untuk membantu menyempurnakan makalah
ini. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan.

49
DAFTAR ISI

Anusavice, S. R., 2013. PHILLIPS’ SCIENCE OF DENTAL MATERIALS. 12 ed.


Missouri: ELSEVIER SAUNDERS.
Drison, Johan, Rosalina Tjandrawinata,& Octarina, 2014. Efek bahan desinfektan
dan waktu pengecoran terhadap stabilitas dimensi model hasil cetakan silikon
kondensasi. Jurnal Material kedokteran Gigi, 3(2), pp. 46-53.

Manappallil, J. J., 2010. Basic Dental Material. 3 ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd.

Nasution, Sarah Arwita, 2017. Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan Alginat Setelah
Dilakukan Perendaman di dalam Larutan Bawang Putih 50%, 25% dan 12,5%.,
Medan: Repositori Institusi USU.

Powers, John M., John C. Wataha, Yen-Wei Chen, 2017. Dental Material :
Foundation and Application. 11 ed. Missouri: Elsevier.

Yuliati, Anita, et. al., 2015. BUKU AJAR ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI
1. 1st ed. Surabaya: Airlangga University Press.

Zulfalina, Nazaria, & Irhamni, 2016. Optimalisasi Variasi Komposisi Batu Kapur
Lhoknga Aceh Besar sebagai Bahan Baku Material Dental Gipsum. JURNAL Teori
dan Aplikasi Fisika, 4(1), pp. 49-56.

50
Zulkarnain, M., Sarah Devina, 2016. Pengaruh Penyemprotan Daun Sirih Dan
sodium Hipoklorit Pada Cetakan elastomer Terhadap Perubahan Dimensi. Jurnal
Material Kedokteran Gigi, 5(2), pp. 37-44.

De Haantjes van Het Oosten, 2012. Under Artikel Kedokteran Gigi, Ilmu
Prostodonsia, Menu Dento Inkubator.

51

Anda mungkin juga menyukai