OLEH
2021
KATA PENGANTAR
Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Tipe – Tipe
pihak-pihak yang terlibat, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat waktu.
ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran
serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan tugas makalah yang
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……….…………………………………………….…….i
KATA PENGANTAR………….……………………………………………..…ii
DAFTAR ISI…………………….……………………………………………....iii
BAB I PENDAHULUAN………..………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN……….………………………………………….…….2
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
- Steel bur - Jenis bur yang pertama sekali dipakai - Untuk membuang karies
dan membuat retensi dalam dentin - Digunakan untuk slow speed < 5000
rpm - Positive rake angle = mudah membuang karies tetap mudah patah -
Memiliki 8 blade - Penggunaan air tidak penting - Dibuat dari baja
batangan.
- Tungsten carbide bur - Diciptakan untuk penggunaan dengan kecepatan
yang lebih tinggi - Efisien memotong pada kecepatan 100.000-300.000
rpm - Perlu menggunakan air - Memiliki negative rake angle agar tidak
mudah patah - Blade 6 = dapat digunakan pada metal dan dentin - Dapat
menyebabkan crack pada email - Blade 12 atau lebih =biasa untuk
memolish tepi email dan permukaan dentin - Dibuat dri beberapa logam
dengan proses alloying.
- Abrasive bur: Diamond Bur - Tidak memotong gigi, tetapi menyebabkan
abrasi sehingga efisien dengan kecepatan tinggi - Tidak mudah patah -
Sangat efisien untuk email dan porselen - Berbagai ukuran partikel diamon
yang besar /kasa menghasilkan permukaan kasar hingga sangat halus
untuk polish - Sangat memerlukan air.
2
3. Brush Bentuk Wheel Kerucut Silinder Dipasangkan pada bur
dengan mandrill Gunanya : pemolisan restorasi yang dicor dengan
bantuan pasta abrasif.
4. Rubber Digunakan dengan dengan pasta pemolis atau abrasif untuk
prosedur pemolisan
5. Pita (cloth) Digunakan pada tahap akhir pemolisan
6. Bulu (felt) Untuk pemolisan restorasi meta.
3
8. Small/Round diamond wheels (donut): Untuk mengurangi permukaan
lingual/palatal gigi anterior.
9. Tapered or cylindrical fissure burs : untuk membuat alur panduan
(grooves)
10. Long Thin tapered diamond cones (long needle): Untuk mengurangi
permukaan proksimal sehingga gigi penyangga terbebas kontak
proksimalnya dari gigi sebelahnya (pada gigi anterior).
11. Short Thin tapered diamond cones (short needle): Untuk mengurangi
permukaan proksimal sehingga gigi penyangga terbebas kontak
proksimalnya dari gigi sebelahnya (pada gigi posterior).
12. Torpedo diamond bur: untuk mengurangi permukaan aksial dan
membentuk akhiran preparasi chamfer.
13. Fine finishing burs: untuk penghalusan permukaan preparasi
4
Kelas III : Bagian proksimal gigi anterior, tapi belum mencapai incisal
edge;
GIC Tipe I, digunakan untuk luting inlay, onlay, crown dan bridge
memiliki ketebalan film 20 µm atau kurang. GIC Tipe II, digunakan untuk
restorasi pada area yang memiliki stress rendah, ketebalan filmnya
mencapai 45 µm. GIC Tipe III, digunakan untuk pit and fissure sealant,
memiliki ketebalan film 20-35 µm. Sedangkan GIC Tipe IV, termasuk
metal-reinforced ionomer, digunakan untuk area yang memiliki stress
tinggi, ketebalannya lebih dari 45 µm.1
5
diklasifikasi menurut sistem etsanya menjadi 2 tipe yaitu total-etch
system/rinse technique dan self-etch system/non-rinse technique.1
Jenis bonding yang saat ini digunakan adalah bonding total-etch dan self-
etch. Perbedaan dari kedua jenis bonding ini adalah prosedur etsanya.
Bonding total-etch memiliki prosedur etsa yang terpisah dari komponen
primer dan adhesivenya sementara bonding jenis self-etch memiliki
komponen monomer asam dalam primernya sehingga prosedur etsa tidak
dilakukan. Bonding generasi keempat dan kelima termasuk bonding jenis
total-etch ini, sementara yang termasuk bonding jenis self-etch adalah
bonding generasi keenam, ketujuh, dan kedelapan. Jenis bonding yang saat
ini paling banyak digunakan dan mudah didapatkan adalah bonding
generasi kelima dan ketujuh.2
6
b) Komposit berbahan pengisi mikro (microfiller)
c) Komposit hybrid
d) Komposit Nanofiller
Pada jenis komposit nanofiller ini memiliki komposisi filler yang sangat
tinggi, serta mempunyai nilai estetis yang baik, jenis nanofiller juga
memiliki kekuatan dan ketahanan yang sama dengan komposit jenis
mikrofiller. Resin jenis ini memiliki partikel berukuran 0,02-0,1 μm.
7
Resin komposit nanofiller dapat berguna memperbaiki sifat fisik dari
komposit seperti menurunkan kekasaran permukaannya (Basry, 2017).
Resin ini memiliki nama lain yaitu resin komposit self-cured, resin ini
diaktivasi secara kimiawi yang memiliki dua buah botol pasta. Salah
satu tabung pasta berisi inisiator benzoil peroksida dan pasta lainnya
berisi aktivator amina tersier aromatik. Polimerisasi terjadi saat kedua
pasta dicampur pada waktu berkisar 20-30 detik, maka amine akan
bereaksi dengan benzoil peroksida dan aktivator amina tersier aromatik
akan menghasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai (Riva,
2019).
Resin ini adalah bahan komposit yang memiliki dua buah bahan yang
dicampur, yang mengandung bahan inisiator dan bahan aktivator
cahaya dan kimia. Salah satu keuntungan dari bahan ini adalah ketika
8
kedua bahan pasta dicampur dan diletakkan pada gigi yang sudah
dipreparasi, lalu dilakukan proses light curing dengan sebagai reaksi
pengerasan awal kemudian secara kimia akan melanjutkan reaksi
pengerasan pada bagian yang tidak terkena sinar sehingga pengerasan
akan menjadi sempurna (shim,2017).
Resin komposit ini memilik ciri - ciri viskositas yang tinggi. Komposisi
filler yang tinggi hingga mencapai 70 persen menyebabkan peningkatan
viskositas resin komposit sehingga resin komposit ini menjadi kental
dan sulit mengisi celah kavitas yang kecil. Sebaliknya, dengan semakin
besarnya komposisi filler akan dapat mengurangi pengerutan selama
polimerisasi. resin komposit packable yang mempunyai viskositas
tinggi dan diindikasikan untuk gigi posterior. Resin komposit packable
merupakan resin komposit yang rigid, dan tidak lengket pada instrumen
saat diaplikasikan dibanding resin komposit yang sebelumnya telah
beredar di pasaran. Hal ini disebabkan karena perubahan morfologi
filler atau monomer matriksnya. Resin komposit ini sering digunakan
sebagai pengganti amalgam (Ratih, 2017).
9
memiliki kemampuan mengalir dan beradaptasi dengan dinding kavitas
dalam mempertahankan bentuk anatomi gigi (Budimulia, 2018).
10
dengan membentuk bolus oleh musin, membantu pencernaan oleh karena
mengandung enzim amilase, perbaikan jaringan dikarenakan mengandung
hormon pertumbuhan, self cleansing berupa pembersihan bakteri dan
debris, memelihara integritas gigi serta melindungi permukaan
dikarenakan membentuk pelikel, fungsi antimikrobal karena mengandung
lizosim, histatin, ferritin, statherin dan Immunoglobulin A (Ig A) serta
menjaga pH saliva dengan kemampuan system buffer (Wirawan,2017).
1. Inspeksi
11
1. Status OHI
2. Jumlah dan kualitas restorasi
3. Prevalensi karies
4. Gigi yang hilang
5. Ada atau tidaknya pembengkakan keras atau lunak
6. Status periodontal
7. Ada atau tidaknya saluran ke sinus
8. Pewarnaan gigi
9. Pemakaian gigi (pola atrisi) dan bidang yang terbentuk
Jika keluhan utama pasien termasuk kedalam simptom yang mengikuti kejadian
spesifik seperti mengunyah dan minum cairan dingin, kemudian pemeriksaan
intraoral juga harus melibatkan pemeriksaan yang mnghasilkan gejala ini,
sehingga dapat membantu penegakan diagnosis.
2. Palpasi
12
1. Apakah ada pergerakan yang terhambat
2. Deviasi dalam pergerakan
3. Pergerakan yang tersendat
4. Clicking
5. Locking atau krepitasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
5. Eksplorasi
Tes vitalitas pulpa memainkan peranan utama dalam diagnosis karena tes
ini tidak hanya menentukan vitalitas gigi tetapi juga status patologis pulpa.
Beragam variasi tes pulpa yang dilakukan adalah:
13
1. Tes termal, yaitu terdiri dari tes dingin dan tes panas
Pada tes termal, respon pulpa terhadap panas dan dingin dicatat. Prinsip
dasar respon pulpa terhadap stimulus termal adalah pasien melaporkan adanya
sensasi tetapi segera hilang. Pada tipe lain, misalnya sensasi nyeri tetap terasa
bahkan setelah stimulus dihilangkan atau pun tidak ada respon maka status pulpa
dikatakan abnormal. Metode yang umumnya digunakan pada prosedur tes dingin
adalah sebagai berikut:
Semprotan udara dingin secara langsung pada gigi yang telah diisolasi
Aplikasi cotton pellet yang telah disaturasi dengan klor etil
Semprotan klor etil langsung setelah gigi disolasi dengan rubber dam
Aplikasi dry ice pada permukaan facial gigi setelah isolasi jaringan lunak
dan gigi dengan tampon dan cotton roll. Karbon dioksida beku (dry ice)
tersedia dalam bentuk stik padat yang memiliki temperatur sangat rendah,
sehingga tidak boleh berkontak dengan jaringan lunak karena dapat
menyebabkan terbakarnya jaringan lunak
Bungkus potongan es dengan kasa basah dan aplikasikan ke gigi. Stik es
juga dapat dilakukan dengan membekukan air dalam kaca bekas ampul
anastesi.
Tes panas merupakan prosedur yang paling menguntungkan pada pasien dengan
keluhan utama yang disebabkan oleh nyeri gigi yang intens jika berkontak dengan
objek atau cairan panas. Prosedur ini dapat dilakukan dengan beragam teknik,
yaitu:
14
Jika temperatur lebih tinggi diperlukan untuk menyamarkan respon,
gunakan pilihan lain seperti stopping stick yang dipanaskan, burnisher yang
dipanaskan, air panas, dll dapat digunakan.
Diantara pilihan prosedur di atas, stik gutta percha yang dipanaskan lebih sering
digunakan. Pada metode ini, gigi dilapisi lubrikan seperti petroleum jelly untuk
mencegah gutta percha menempel pada permukaan gigi. Kemudian gutta percha
yang dipanaskan diaplikasikan pada perbatasan servikal dan permukaan sepertiga
facial gigi dan respon pasien dicatat. Metode lain yang bisa digunakan adalah
menggunakan frictional heat yang dihasilkan dari polishing rubber disk yang
disentuhkan pada permukaan gigi. Satu lagi metode yang dapat dilakukan adalah
dengan metode deliver warm water dari syringe pada gigi yang diisolasi untuk
mengukur respon pulpa. Metode ini berguna untuk gigi yang direstorasi
menggunakan porselen atau full-coverage restoration.
EPT digunakan untuk mengevaluasi kondisi pulpa dengan eksitasi elemen neural
pada pulpa. Pulp tester adalah sebuah instrumen yang menggunakan gradasi arus
elektrikal untuk membangkitkan respon jaringan pulpa. Respon yang positif
menunjukkan vitalitas pulpa. Tidak ada respon menunjukkan pulpa nonvital atau
pulpa nekrosis.
15
dilakukan dengan menempatkan ujung jari pasien pada gagang metal
eletroda atau dengan melekatkan ground attachment pada bibir pasien
Saat sirkuit lengkap, dengan perlahan tingkatkan arus dan minta pasien
untuk mengatakan ketika sensasi terjadi
Setiap gigi harus dites 2-3 kali dan hasil rata-rata dicatat. Jika vitalitas
pulpa ditanyakan, pulp tester harus digunakan pada gigi sebelahnya dan
kontralateral, sebagai kontrol.
Pada kondisi tertentu, dapat memberikan false negative response, sebagai contoh:
3. Tes kavitas
Metode ini dilakukan hanya jika hasil semua tes lain yang telah dilakukan
masih tidak meyakinkan. Tes kavitas dilakukan dengan round bur high speed
nomor 1 atau 2 dengan semprotan udara dan air yang baik. Pasien tidak
dianastesi ketika tes ini dilakukan. Pasien diminta merespon jika merasakan
sensasi nyeri selama pengeburan. Sensitivitas nyeri dirasakan oleh pasien
mengindikasikan vitalitas pulpa. Prosedur diakhiri dengan merestorasi kavitas
yang telah dipreparasi. Jika tidak ada nyeri yang terasa, preparasi kavitas
dilanjutkan hingga kamar pulpa dan kemudian berlanjut ke perawatan
endodonti
16
4. Tes anastesi
Ketika pasien tidak dapat menyebutkan secara spesifik lokasi nyeri dan ketika
teknik tes pulpa yang lain tidak meyakinkan, anastesi secara selektif dapat
dilakukan. Objek utama untuk tes ini adalah menganastesi satu gigi pada satu
waktu sampai rasa nyeri hilang. Hal ini harus dilakukan dengan injeksi
intraligamen. Injeksi diberikan pada gigi paling posterior di regio gigi yang
nyeri. Jika nyeri bertahan, bahkan setelah anastesi, ulangi prosedur pada gigi
sebelah mesial yang dianastesi. Berlanjut ke gigi sebelahnya hingga rasa sakit
hilang. Jika sumber rasa sakit tidak dapat ditentukan, ulangi teknik yang sama
pada rahang yang berlawanan.
5. Bite test
Teknik ini berguna jika pasien mengeluhkan sakit pada saat mengunyah. Gigi
akan terasa sakit saat berkontak jika nekrosis pulpa telah meluas sampai ruang
ligamen periodontal atau jika terdapat retakan pada gigi. Pada tes ini, pasien
diminta untuk menggigit objek keras seperti cotton swab, tusuk gigi, atau stik
kayu pada gigi yang dicurigai dan gigi kontralateralnya.
7. Evaluasi Restorasi
17
2. Marginal gap atau retak tepi: hal ini dapat memperburuk hubungan tepi
restorasi dan jaringan gigi pada permukaan oklusal sebagai akibat pemakaian
ataupun trauma. Retakan dengan kedalaman kurang dari 0,5 mm biasanya
memerlukan perbaikan hanya pada tepian yang retak. Jika kedalaman lebih
dari 0.5 mm maka restorasi sepenuhnya harus digantikan.
3. Amalgam blues: Area pewarnaan ini terlihat meliputi enamel gigi. Biru
keabuan merupakan hasil pelepasan produk korosi amalgam yang masuk ke
dalam tubulus dentin atau warna dari lapisan bawah amalgam yang terlihat
menembus enamel tipis yang translusen.
4. Kekosongan: Hal ini terjadi pada margin restorasi amalgam. Jika
kekosongan dalamnya 0,3 mm dan terletak pada sepertiga mahkota dari
gingiva, maka restorasi harus diganti.
5. Garis fraktur: Garis fraktur yang terjadi di daerah isthmus secara umum
mengidentifikasikan fraktur restorasi yang memerlukan pergantian.
6. Karies aktif pada tepi restorasi juga indikasi perbaikan atau penggantian
restorasi.
8. Radiografi
18
1. Lesi karies yang dalam
2. Restorasi yang luas
3. Riwayat nyeri
4. Riwayat trauma
5. Riwayat PSA
6. Riwayat terapi periodontal
7. Mobilitas gigi
8. Pembengkakan yang berhubungan dengan geligi
9. Terdapatnya saluran ke sinus/fistula
10. Morfologi gigi yang tidak umum
11. Kehilangan gigi tanpa diketahui sebabnya
12. Abnormalitas pertumbuhan
Lesi periapikal yang disebabkan oleh kerusakan jaringan pulpa memiliki beberapa
gambaran yang khas, yaitu:
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terdapat macam – macam bur seperti Steel bur - Jenis bur yang
pertama sekali dipakai - Untuk membuang karies dan membuat retensi dalam
dentin - Digunakan untuk slow speed < 5000 rpm - Positive rake angle =
mudah membuang karies tetap mudah patah. GV Black membuat klasifikasi
berdasarkan lokasi karies, tidak mengukur besar atau kecilnya luas kavitas,
tidak mengukur perkembangan (progres) karies, dan tidak mengukur
kedalaman karies sampai lapisan mana. Berdasarkan perkembangannya,
bonding agent dibagi menjadi 8 tipe : bonding generasi pertama, bonding
generasi kedua, bonding generasi ketiga, bonding generasi keempat, bonding
generasi kelima, bonding generasi keenam, bonding generasi ketujuh dan
bonding generasi kedelapan. Kurva Stephan adalah sebuah kurva yang
bertujuan untuk mengukur nilai asam dengan nilai tertentu yang dihasilkan
oleh spesies bakteri tertentu pula dan memililki kemampuan untuk bertahan
hidup pada suatu keadaan tertentu. Saliva adalah suatu bentuk kompleks cairan
yang diproduksi oleh kelenjar yang berada di dalam rongga mulut yang disebut
sebagai kelenjar salivary. Fungsi umum dari saliva itu sendiri adalah untuk
menjaga pH dan kelembaban rongga mulut. Saliva memiliki peranan penting
pada proses terjadinya karies, yang mana pada saat pH saliva mulut dibawah
5,5 dapat terjadi proses demineralisasi pada gigi yang akan mengakibatkan
karies.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J., Chiayi, S., Rawls, H.R. 2013. Philip’s Science of Dental
Materials.ed ke-12: Elsevier.
Basri MH, Erlita I, Nahzi MY. Kekasaran permukaan resin komposit nanofiller
setelah perendaman alam air sungai dan air PDAM. Dentino: Jurnal
Kedokteran Gigi. 2017;2(1):101-6.
Baum, phillips, lund. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. 3rd rev. transl. Tarigan R,
Translator. Jakarta: EGC, 1997
Bird, D.L. and Robinson, D.S., 2017. Modern Dental Assisting-E-Book. Elsevier
Health Sciences.
Heymann, Harold O., et al. Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry,
6th Ed. Elsevier. USA. 2011. P: 94
Moda MD, Godas AG, Fernandes JC, Suzuki TY, Guedes AP, Briso AL, Bedran‐
Russo AK, Dos Santos PH. Comparison of different polishing methods
on the surface roughness of microhybrid, microfill, and nanofill
composite resins. Journal of investigative and clinical dentistry.
2018Feb;9(1):e12287.
Ratih DN, Novitasari A. Kekerasan mikro resin komposit packable dan bulkfill
dengan kedalaman kavitas berbeda. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia. 2017;3(2):76-82.
Riva YR, Rahman SF. Dental composite resin: A review. InAIP Conference
Proceedings 2019 Dec 10 (Vol. 2193, No. 1, p. 020011). AIP
Publishing LLC.
Shim JS, Kang JK, Jha N, Ryu JJ. Polymerization mode of self‐adhesive, dual‐
cured dental resin cements light cured through various restorative
materials. Journal of esthetic and restorative dentistry. 2017 May
6;29(3):209-14.