Disusun Oleh:
Anindya Wahyu Kurniawati
151610101032
Tutorial 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya karena atas kehendak-Nya makalah yang berjudul Finishing dan Polishing
pada Resin Akrilik dan Alloy ini dapat diselesaikan untuk memenuhi tugas
pengganti tutorial skenario 4 karena penulis berhalangan hadir. Dalam pembuatan
makalah ini tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu, tidak
lain adalah drg Pujiana, M.Kes selaku tutor kami pada skenario 4 dan temanteman tutorial 3 yang telah menyumbangkan aspirasi dan ide demi kelancaran
pembuatan makalah ini.
Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
tentunya bagi pembaca pada umumnya. Penulis berusaha semaksimal mungkin
untuk mewujudkan makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun apabila terdapat
kesalahan, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun bagi
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.1 Latar
Belakang gigi diselesaikan
Restorasi
mulut
untuk mendapatkan
manfaat
perawatan
gigi
diantaranya
kesehatan mulut, fungsi dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan
yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi
sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah
permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang
lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan
preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan
mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi.
Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi
cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan baik.
Oleh karena pentingnya permukaan yang halus pada bahan yang
diaplikasikan pada kedokteran gigi seperti halnya resin akrilik dan alloy, maka
dari itu proses finishing dan polishing sangatlah penting. Proses finishing dan
polishing tentu saja tidak lepas dari instrumen pendukungnya yaitu bahan abrasif.
Untuk itulah penulis menyusun makalah yang berjudul Finishing dan Polishing
pada Resin Akrilik dan Alloy yang bertujuan agar pembaca dapat membedakan
definisi proses finishing dan polishing pada resin akrilik dan alloy, bahan abrasif
apa yang terlibat dan tahapan proses dari finishing dan polishing pada resin akrilk
dan alloy.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi finishing dan polishing.
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari finishing dan polising.
3. Untuk mengetahui dan memahami alat dan bahan yang digunakan
dalam proses finishing dan polishing.
4. Untuk mengetahui dan memahami teknik / proses finishing dan
polishing pada resin akrilik dan alloy.
5. Untuk mengetahui dan memahami
apa
saja
restorasi
yang
membutuhkan polishing.
6. Untuk mengetahui dan memahami faktor faktor yang dapat
mempengaruhi finishing dan polishing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1
Definisi
Manfaat
1. Kesehatan Mulut
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan
kesehatan mulut dengan cara mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri
patogen.
2. Fungsi
Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik
karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan
embrasur selama mastikasi.
2. Estetika
Permukaan restorasi tampak jelas sehingga pasien akan percaya diri dengan
hasil restorasi seperti gigi asli.
2.2 Prinsip dari Cutting, Grinding, Finisihing dan Polishing
Tujuan dari prosedur finishing dan polishing adalah mendapatkan anatomi
yang diinginkan, oklusi yang sesuai, serta pengurangan tingkat kekasaran, tingkat
kedalaman gouge, dan goresan yang terjadi akibat penggunaan peralatan finishing
& contouring.
Polished surface harus cukup halus untuk ditoleransi oleh jaringan lunak
mulut dan untuk menahan adhesi bakteri & akumulasi plak.Ketika terdapat plak
pada permukaan bahan restorasi, plak tersebut harus dapat dibersihkan dengan
mudah dengan cara penyikatan atau flossing.
Proses cutting melibatkan instrumen berpisau atau instrumen lain yang
berbentuk seperti pisau. Ketika 30-fluted finishing bur digunakan pada suatu
permukaan, pola yang terbentuk akibat pisau pemotong hanya dapat diketahui jika
dilakukan perbesaran pada permukaan tersebut.
coated
abrasive
instrumen
atau
bonded
abrasive
Carbide bur dengan banyak mata pisau akan menghasilkan permukaan yang
lebih halus daripada carbide bur dengan sedikit mata pisau.
Diamond bur yang kasar akan menghilangkan material dengan cepat namun
menyebabkan permukaan menjadi kasar.
2.2.1
Proses Bulk-Reduction
2.
Steel burs & carbide burs dgn cara cutting menggunakan hard
blade
Abrasive coated discs digunakan untuk resin-based comosite
3.
restoration
produsen
2.2.2
Contouring
2.2.3
Finishing
Secara umum, finishing & polishing memerlukan pendekatan bertahap,
Hasil dari finishing berupa permukaan yang relatif bebas dari cacat.
2.2.4
Polishing
synthetic foam.
Polishing bersifat multidirectional hasil permukaan yang dipolish akan
2.2.5
Dokter gigi, perawat gigi, serta pasien berisiko terkena infeksi & penyakit
kronis pada mata dan saluran pernapasan karena partikel padat terlepas&
tersebar ke ruangan ketika proses finishing dan dapat terhirup.
Partikel padat ini mungkin mengandung struktur gigi, dental material, dan
mikroorganisme.
2.3 Abrasi
Wear adalah proses removal material yang dapat terjadi setiap kali permukaan
bergesekan terhadap satu sama lain. Proses finishing restorasi melibatkan abrasive
wear melalui penggunaan partikel keras. Dalam kedokteran gigi, partikel terluar
atau permukaan material instrumen disebut sebagai abrasif. Bahan yang dilakukan
finishing disebut substrat.Arah rotasi :
1. Ketika handpiece dan bur ditranslasikan dalam arah yang berlawanan dengan
arah rotasi bur di permukaan yang terabrasi, hasil grinding menjadi lebih
halus.
2. Ketika handpiece dan bur ditranslasikan dalam arah yang sama dengan arah
rotasi bur di permukaan, bur cenderung "lari" dari substrat, sehingga grinding
menjadi tidak terkendali dan permukaan menjadi lebih kasar.
Abrasi dibagi menjadi beberapa proses, yaitu :
Two-body abrasion
a.
b.
Three-body abrasion
a.
b.
karena
akanmengurangi
kontak
antara
substrat
dan
bahan
2.4 Erosion
Erosive
wear
disebabkan
oleh
partikel
keras
yang
berdampak
padapermukaan substrat, dibawa oleh aliran cairan atau aliran udara, seperti yang
terjadi pada sandblasting permukaan.Umumnya laboratorium gigi memiliki airdriven grit-blasting unit yang menggunakan hard-particle erosion untuk
menghilangkan permukaan material. Harus dibuat perbedaan antara jenis erosi ini
dan erosi kimia, yang melibatkan bahan kimia seperti asam dan alkali, bukan hard
particle, untuk menghapus bahan substrat.
Erosi kimia, lebih umum disebut etsa asam dalam kedokteran gigi, tidak
digunakan sebagai metode bahan finishing gigi. Etsa asam digunakan terutama
untuk menyiapkan permukaan gigi untuk meningkatkan ikatan atau lapisan.
Batu arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda
dan semi translusen yang ditambang di Arkansas.
Potongan kecil dari mineral ini dicekatkan pada batang logam dan ditruing
ke berbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam campur.
2. Chalk
3. Corundum
4. Diamond
Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon
dan merupakan senyawa paling keras.
5. Emery
6. Garnet
7. Pumice
Aksi abrasi meningkat sesuai dengan ukuran partikelnya, tapi mudah rusak
jika digunakan untuk memoles material keras
Merupakan bahan abrasif pilihan untuk memoles akrilik dan logam emas
8. Quartz
Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras,
tidak berwarna, dan transparan.
9. Sand
Sand atau quartz merupakan bahan abrasif dari silika murni, tersedia
dalam bentuk ampelas dengan berbagai macam tingkat kekerasan.
10. Tripoli
11. Zirconium
Bahan ini digiling menjadi partikel dengan berbagai ukuran dan digunakan
untuk melapisi disk abrasif serta ampelas.
12. Cuttle
Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk abrasif
ini.
Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam rumah
kerang laut.
Tersedia sebagai abrasif lapisan dan digunakan untuk prosedur abrasi yang
halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amalgam gigi.
13. Kieselgurh
16. Rouge
Berasal dari iron oxide (Fe2O3) berupa bubuk halus berwarna merah
Bahan abrasif halus dan dipergunakaan untuk memoles emas dan alloy
logam.
Pasta alumina harus digunakan dengan alat rotary dan jumlah air harus
meningkat karena proses polishing terus dilakukan mulai dari penggunaan
partikel abrasif yang kasar sampai yang halus.
Abrasive Grits
Abrasive grits atau pasir abrasif berasal dari bahan yang dihaluskan dan
disaring melalu serangkaian penyaring kasa untuk mendapat partikel
dengan ukuran yang bermacam-macam.
Jika bentuk partikel abrasif tidak tepat, atau tidak mengasah dengan cara
yang dapat membuat partikel berujung tajam yang baru, akan cenderung
mencungkil substrat.
2.
Bonded abrasives
3.
Disk tersedia dengan berbagai diameter dan dengan ketebalan tipis sampai
super tipis.
Cairan
berfungsi sebagai
pemotongan.
pelumas
untuk
meningkatkan
efisiensi
4.
Nonbonded
abrasives
5.
Abrasive
xaERotmple:rycidsbungh
motion
Acrylic
Aplikasikan pumice dengan rag wheel, felt wheel, bristle brush, atay
prophy cup tergantung ukuran area yang perlu polishing
2.
Aplikasikan tripoli atau campuran kapur & alkohol dengan rag wheel
Amalgam
3.
Metal inlay
Beberapa metal yang sangat keras, digunakan untuk partial dentures & fusi
porcelain (5-6 Moh)
Prosedur
Hasi
l
ditempatkan
pada
die
batu carburundum
digunakkan dengan kecepatan rendah, karena :
4.
Glass ionomer
5.
Composite
6.
Ceramic
BAB III
PEMBAHASAN
1. DEFINISI FINISHING DAN POLISHING
3. ALAT DAN
BAHAN
YANG
Alat:
1. Micromotor
2. Mata bur
3. Straight handpiece
4. Mesin poles
5. Felt cone
6. Sikat putar hitam dan putih
DIGUNAKAN
DALAM
PROSES
Bahan:
1. Batu Arkansas
Batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda dan semitranslusen
yang ditambang di Arkansas.
2. Kapur
Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah
abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat.
3. Korundum.
Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna putih.
Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium, yang sudah
banyak menggantikan korundum dalam aplikasi dental.
4. Intan.
Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas
karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras.
5. Amril.
Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat
dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam bentuk
disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran.
6. Akik.
Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang mempunyai
sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika dari
aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan.
7. Pumis.
Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silika berwarna abu-abu
muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga dapat
ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini digunakan pada bahan
plastik.
8. Quartz.
Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras,
tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk mineral yang sangat
banyak dan tersebar luas.
9. Pasir.
Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas
silika. Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasif pasir mempunyai
penampilan yang khas. Partikel pasir mempunyai bentuk bulat atau
angular.
10. Tripoli.
Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan rapuh.
Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis yang
berwarna abu-abu dan merah adalah yang paling sering digunakan
dalam kedokteran gigi.
11. Zirkonium silikat.
Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai mineral berwarna putih
kekuningan. Bahan ini digiling menjadi partikel dengan berbagai
ukuran dan digunakan untuk melapisi disk abrasif serta ampelas. Sering
digunakan sebagai komponen pasta profilaksis gigi.
12. Cuttle.
Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk
abrasif ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian
dalam rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia.
13. Kieselguhr.
Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut kecil yang
disebut diatom. Bentuk yang lebih kasar disebut tanah diatomaceus,
yang digunakan sebagai bahan pengisi pada beberapa bahan gigi seperti
bahan cetak hidrokoloid.
14. Silikon Karbid.
Abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang pertama
kali dibuat. Baik yang berwarna hijau atau hitam-biru mempunyai sifat
fisik yang setara.
15. Oksida Aluminium.
Oksida aluminium adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan
sesudah silikon karbid. Oksida aluminium sintetik (alumina) dibuat
berupa bubuk berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum
(alumina alami) karena kemurniannya.
16. Abrasif Intan Sintetik.
Intan buatan digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat lima kali
lebih besar dari tingkat abrasif intan alami. Jenis abrasif ini digunakan
pada pembuatan gergaji intan, roda, dan bur intan.
17. Rouge.
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna merah
dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan berbagai
pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk memoles
logam campur mulia yang berkadar tinggi.
18. Oksida Timah.
Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai bahan
pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut.
Tahap penyelesaian
Mengubah bahan kasar menjadi halus dan rapi
Untuk menghilangkan bahan bahan seperti noda
Bahan dibentuk ideal sesuai yang diinginkan
Tahap pemotongan
Menggunakan instrument berbentuk seperti billah kemudian menjadi potongan
yang terpisah
c. Tahap polishing
- Menghasilkan partikel yang sangat halus sehingga menjadi permukaan halus dan
mengkilat
4.2 Polishing terhadap resin akrilik secara mekanik
a. Digunaan pumice + air
b. Pumice dioleskan pada permukaan mata brush dengan mesin brush
c. Lakukan polishing secara perlahan dengan memoleskan permukaan resin
akrilik menjadi halus
d. Digunkaan wol / flannel basah oleh air kemudian gosok ke permukaan
akrilik sampai halus
4.3 Polishing terhadap resin akrilik secara kimiawi
a. Direndam dalam metal metakrilat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
tidak
berwarna,
transparan
yang
terdiri
atas
karbon.
Senyawa paling keras, disebut super abrasif karena dapat mengasah substansi
apapun. Digunakan pada bahan keramik dan resin komposit.
b. Abrasif intan sintetik
Digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat 5 kali lebih besar dari tingkat
abrasif intan alami. Digunakan pada gergaji intan, roda, dan bur
intan.
Blok
yang ditanami partikel intan digunakan untuk mengasah jenis abrasi yang
lain. Pasta pemoles intan juga dibuat dari partikel yang diameternya lebih kecil
dari 5 um dan digunakan untuk memoles bahan keramik. Abrasive intan sintetik
digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan resin komposit.
c. Instrumen poles
Abrasif karet, disk dengan partikel halus atau amplas, dan pasta poles
dengan partikel halus
3. Resin Akrilik
Menggunakan bahan abrasif batu arkansas, pasir, dan pumice.
4. Alloy
Batu gerinda merupakan sebuah batu atau alat yang digunakan untuk
mengasah, menghaluskan, meruncingkan, atau mengikis benda kerja yang
biasanya berupa material logam
partikel yang mempunyai tepi tajam akan lebih efisien daripada partikel yang
bersudut tumpul.
Kecepatan putar
Semakin tinggi kecepatan putar yang digunakan maka abrasi yang terjadi
semakin besar, dan juga meningkatkan suhu.
Material abrasive
Pemilihan material bahan abrasif yang sesuai sangat penting untuk
diperhatikan. Semakin keras permukaannya maka semakin keras pula bahan
abrasif yang harus digunakan. Menggunakan bahan abrasif yang lebih lunak
daripada permukaan akan merusak bahan abrasif tersebut. Tabel dibawah
menunjukan tingkat kekerasan bahan abrasif yang biasa digunakan.
Pelumas
Air merupakan pelumas yang sering digunakan. Air digunakan bersamaan
dengan bur untuk mendinginkan gigi saat preparasi kavitas. Pada saat
finishing dan polishing, pelumas juga disarankan untuk digunakan sebagai
pembawa panas yang timbul pada saat pengabrasian.
Semakin cepat gerakan yang dilakukan maka semakin besar panas yang
dihasilkan. Panas ini dapat menyebar pada gigi dan jaringan pada gigi.
Beberapa akibat yang dapat timbul adalah kerusakan berlebihan pada material
yang di-polish dan dapat melukai pulpa gigi, maka dari itu kecepatan yang
dianjurkan adalah lambat dan sedang. Penggunaan material pelindung
tambahan dapat mengurangi risiko akibat bahan abrasif tersebut, material
pelindung ini dapat berupa cairan tertentu. Cairan tersebut dapat pula
berperan sebagai pelumas yang membantu kerja bahan abrasive
BAB IV
KESIMPULAN
1. Finishing merupakan suatu proses yang menghasilkan bentuk akhir dan
kontur dari restorasi. Sedangkan polishing merupakan rangkaian prosedur
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih,
Terhadap
D. S.,
dan
Indrani,
D.
J. 2010.
Aplikasi
Bahan
Abrasif