Anda di halaman 1dari 29

Tahap-tahap Pembuatan Mahkota-Jembatan Metal Porselen

Pembuatan gigi tiruan jembatan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai berikut..
1. Preparasi
Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi untuk
tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau sebagian
pegangan gigi tiruan jembatan.

Tujuan preparasi:

1) Menghilangkan daerah gerong


2) Memberi tempat bagi bahan retainer atau mahkota
3) Menyesuaikan sumbu mahkota
4) Memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi
5) Membangun bentuk retensi
6) Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada

a. Persyaratan preparasi
1. Kemiringan dinding-dinding aksial
Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk
menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi
retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu,
dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan
bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara
menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding
aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang
kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling
ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan
daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke
permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial
preparasi meningkat.
Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila
kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang
terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga
dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis,
dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding
aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dlicapai karena
faktor keterbatasan secara intra oral.

2. Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan preparasi
kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan preparasi
berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer
maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan
jika menggunakan logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5
2 mm.
Pengambilan jaringan gigi yang terlalu berlebihan dapat menyebakan
terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan nekrosis
pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangin retensi
retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah.
3. Kesejajaran preparasi
Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara
satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus
dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat
menyebabkan jembatan duduk sempurna pada tempatnya.
4. Preparasi mengikuti anatomi giigi
Preparasi ynag tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas
pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut.
Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi oklusal. Apabila
preparsai tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa dapat terkena sehingga
menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.
5. Pembulatan sudut-sudut preparasi
Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan
pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut
yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit dalam
pemasangan jembatan.

b. Tahap-tahap preparasi gigi penyangga

1. Pembuatan galur
Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik bila gigi
bagian labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk mencegah pergeseran ke
lingual atau labial dan berguna untuk mendapatkan ketebalan preparasi di daerah
tersebut. Galur pada gigi anterior dapat dibuat dengan bur intan berbentuk silinder.

2. Preparasi bagian proksimal


Tujuannya untuk membuat bidang mesial dan distal preparasi sesuai
dengan arah pasang jembatannya. Selain itu untuk mengurangi kecembungan
permukaan proksimal yang menghalangi pemasangan jembatan. Preparasi bagian
proksimal dilakukan dengan menggunakan bur intan berbentuk kerucut.
Pengurangan bagian proksimal membentuk konus dengan kemiringan 5-100.

3. Preparasi permukaan insisal atau oklusal


Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk
tonjolnya. Preparasi permukaan oklusal unruk memberi tempat logam bagian
oklusal pemautnya, yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut. Dengan
demikian, gigi terlindungi dari karies, iritasi, serta fraktur.

4. Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual


Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk silinder.
Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan yang cukup
untuk logam pemaut yang memberi kekuatan pada pemaut dan supaya beban
kunyah dapat disamaratakan.

5. Pembulatan sudut preparasi bidang aksial


6. Pembentukan tepi servikal.
Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan
pembuatan pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:

a. Tepi demarkasi (feater edge)


b. Tepi pisau (knife edge)
c. Tepi lereng (bevel)
d. Tepi bahu liku (chamfer)
e. Tepi bahu (shoulder)

2. Pencetakan

Sebelum pencetakan dilakukan, keadaan geligi dan jaringan lunak sekitarnya perlu
dicek, apakah semua dalam keadaan sehat dan bebas dari radang. Terdapat berbagai
macam bahan cetakan, seperti: hidrokoloid, rubber base, polysulfide rubber base, silicon
rubber base, dan polyeter rubber base.

3. Pembuatan die/model kerja

Die adalah reproduksi positif dari gigi yang telah dipreparasi dan yang dibuat dari
bahan stone gips keras atau logam atau plastik. Menurut hubungan dengan model kerja
die dibagi menjadi solitair die dan removable die.

a. Die Soliter
Die soliter merupakan die yang berdiri sendiri, digunakan untuk pembuatan mahkota
tiruan. Tinggi hasil pengecoran 2 kali panjang mahkota.

Pembuatan solitair die:

1) Setelah cetakan untuk die dibuka dengan pisau ukir yang tajam, gelembung
yang terjadi dibuang secara hati-hati.
2) Batas preparasi servikal dipertegas dengan pinsil merah yang tajam
3) Buat garis pedoman vertikal kebawah untuk pemotongan batas proksimal
dengan memperlihatkan sumbu panjang gigi dan diuat knvergen
4) Garis dibuat pada permukaan bukal/labial dan palatal/lingual
5) Pemotongan dengan gergaji khusus atau dapat dengan gergaji triplek
A B

Gambar 14 (A), (B), (C). Pemotongan dengan Gergaji Khusus.

6) Hasil pemotongan dirapikan


7) Daerah servikal dipertegas batas dengan membuat groove memakai round
akrilik.

Gambar 15. Cara Mempertegas Daerah Servikal dengan Round Akrilik


Die siap digunakan setelah mengolesinya dengan die spacer. Die spacer berfungsi
sebagai :

a) Menutup pori stone gips, sehingga memudahkan melepas pola malam yang telah
dibuat
b) Mempekeras permukaan die
c) Melindungi batas servikal
d) Sebagai kompensasi kontraksi logam dan ruangan untuk sementasi

b. Removable Die
Merupakan die yang terletak pada model kerja dan dapat dilepas dari model kerja.5

Cara membuat removable die :

1. Sistem Di-Lok Tray


Suatu bentuk kotak untuk tempat model kerja. Dasar model kerja dikecilkan
sampai masuk di-lok tray kemudian dibuat undercut berupa groove memanjang sesuai
lengkung gigi. Model kerja ditanam pada Di-lok tray dengan stone. Kemudian dipisah
dengan gergaji dari gigi tetangga halus sampai 2-3 mm dari dasar stone. Die dapat
dilepas dan disatukan lagi

Gambar 16. SISTEM DI-LOK TRAY

2. Menggunakan Dowel Pin

A B

Gambar 17 (A), (B). Removable Die Menggunakan Dowel Pin.

Persiapan :

a) Dowel pin dengan cakram retensi/paper clips


b) Penjepit rambut atau jarum pentul
c) Stone gips dua warna
d) Sticky wax dan lampu spiritus
e) Vaselin dan kuas
f) Gergaji die/triplek
Kepala dowel pin mempunyai retensi harus berada dalam cetakan negatif tanpa
menyentuh bidang oklusal (difiksasi dengan wax pada penjepit rambut). Lakukan
pengecoran I sampai batas garis horizontal ( 3 mm diatas servikal). Buat retensi dengan
bur bulat kedalaman 2 mm di sisi bukal dan lingual untuk keperluan stabilisasi.
Kemudian buat bulatan wax dg diameter 3 mm dilekatkan diujung pin. Olesi
permukaan gigi yang dipreparasi dengan vaseline.
Boxing dan pembuatan basis

Dengan menggunakan selembar wax cetakan diboxing hingga setinggi ujung pin yang
telah diberi bulatan wax. Aduk gips putih kemudian tuangkan kedalam cetakan yang telah
diboxing setelah keras kemudian dilepas dari cetakan.

4. Pembuatan Pola Lilin

Yang diartikan dengan pola lilin atau wax-pattern ialah: suatu model dari retainer atau
restorasi yang dibuat dari lilin yang kemudian direproduksi menjadi logam atau akrilik.

Tujuan pembuatan pola lilin :

1) Mendapatkan retainer atau restorasi yang tepat, pas dan mempunyai adaptasi yang
sempurna dengan preparasi.
2) Memperoleh bentuk anatomi.
3) Menghasilkan suatu coran (casting) yang merupakan reproduksi yang tepat (bentuk
dan ukuran) dari pola lilin itu.
4) Mencapai hubungan yang tepat dengan gigi sebelahnya dan gigi lawan.

Membuat pola lilin dapat dengan cara :

a) Langsung (direct).
b) Tidak langsung (indirect).
c) Langsung - tidak langsung (direct indirect).

Ada 2 macam tipe lilin pola yang biasa dipakai :

a) Untuk cara langsung dipilih type 1 yang mempunyai sifat menjadi sangat plastis pada
suhu sedikit lebih tinggi di atas suhu mulut, sehingga dapat memasuki sela-sela
preparasi.
b) Untuk pola-pola indirect sebaiknya dipakai type II yang membeku keras pada suhu
kamar.

Lilin pola yang baik harus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum
dalam American Dental Association Specification No. 4 for Dental Inlay casting wax,
mengenai pemuaian, penciutan, flow elastisitas, dan plastisitas.
a. Pembentukan mahkota lilin untuk mahkota penuh menurut cara tidak langsung
(indirect)

Sebagai pedoman dapat dipakai model penelitian (study model) yang menunjukkan
dentuk gigi sebelum direparasi. Yang perlu diperhatikan ialah kecembungan permukaan bukal
dan lingual, bentuk dan ukuran bonjolan-bonjolan (cusp) dan letaknya daerah kontak
diproksimal.

Pembentukan pola lilin pada die dapat dilakukan sebagai berikut :(Gambar 18 a, b, c, d, e)

Gambar a
Pembuatan dinding dari pita matriks:
1. Model kerja pada artikulator
2. Pita matriks
3. Sambungan lipatan
4. Model / die yang telah diulas dengan bahan separasi

Gambar b
Gambar c
Pita dilepaskan dari dei
Buntuk oklusal disesuaikan
1. Lipatan yang dibuka
2. Jika terdapat kekurangan
dengan gigi
dapat lawan pada artikulator
ditambah lilin cair

Gambar d Gambar e
Lilin diberi bentuk dan Pola lilin yang telah
ukuran sesuai dengan selesai dibentuk
bentuk anatomi sebelum permukaan lilin dengan
dipreperasi dipoles dengan
kain kasar atau kapas
Gambar a
Mencelupkan die
yang telah diulas
dengan bahan
pemisah ke dalam
Gambar b
Pembubuhan lilin cair
pada lapisan
lilin yang telah
diperoleh dengan

Gambar 19. Pembentukan Pola Mahkota .

Gambar c
1. Lilin cair terpegang
di
antara kedua ujung
pincet

Gambar d
Pengukiran pola sampai
mencapai bentuk dan ukuran
Anatomis.

Gambar e
Pola mahkota untuk incisif
yang telah selesai dibentuk.

Gambar 20. Pembuatan Pola Malam dengan Pembentukan Lapis Demi Lapis.

Gambar a
Cara pembuatan pola dengan pembentukan
lapis demi lapis

Gambar b
1. Permukaan lilin oklusal dilunakkan kemudian
artikulator ditutup sehingga gigi lawan yangtelah
terseparasi membentuk permukaan oklusal pola.
2. Pola lilin yang oklusalnya telah dibentuk dan
dipoles.
Gambar a Gambar b
Preparasi mahkota untuk dibuat pola Kedudukan pita matriks sebelum
lilin langsung. diisi-lilin.

Gambar c
Dengan jari tangan lain
segumpal lilin
lunak ditekan ke dalam ruangan
di antara pita dan preparasi.

Gambar a
Tabung cetak yang dibuat dari
pita matriks.
1. Lipatan sambungan
2. Pinggiran servikal disesuaikan
dengan bentuk gusi.
3. Pinggiran oklusal yang
dikurangi sampai tidak
tergigit oleh gigi lawan.

Gambar b
Bentuk oklusal setelah kelebihan
lilin dibuang.

Gambar c
Lipatan (tinners joint) dibuka
untuk melepaskan tabung
cetakan.
Gambar d
Pola lilin siap untuk dibentuk.

Gambar e
Kelebihan lilin dibuang dengan
alat yang sedikit panas atau
dengan cara mengeruk.
1. Jurusan gerak alat.

Gambar g
Pinggiran yang terbuka dapat
disentuh dengan alat yang
panas untuk menutupinya.

Gambar h
Pengrataan permukaan dilakukan
dengan menggosok alat yang licin
pada llilin.

Gambar f
Pinggiran yang
berlebihan
dipotong dengan Gambar I
pisau yang Sprue pin yang dilekatkan pada
pola lilin.
tajam (pisau
bedah)

b. Pembuatan pola lilin secara langsung (direct)


Dalam teknik langsung, penempatan saluran logam atau sprue dapat dilakukan di luar
atau di dalam mulut. Sedikit lilin ditambahkan kepada pola di tempat di mana sprue akan
dilekatkan, dengan demikian pada waktu sprue pin yang panas di tempatkan, lilin tambahan
ini akan mengalir menghubungkan pola dengan sprue pin dan pola tidak terganggu.

c. Pembuatan pola lilin secara langsung-tidak langsung (direct-indirect)

Dalam cara kerja ketiga yang merupakan paduan dari methoda langsung dan tidak
langsung, dilakukan percobaan/checking di mulut dari pola lilin yang telah dibentuk pada
model kerja (die).

5. Pontik

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang dan
berfungsi untuk mengembalikan fungsi kunyah dan bicara, estetis comfort (rasa nyaman),
serta mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah migrasi / hubungan dengan
gigi lawan ektrusi

6. Spruing

Setelah tahap waxing sudah dilakukan dan dipastikan bahwa batas-batas bentuk dan
ketebalan dari lilin malam tersebut sudah sesuai dengan bentuk abutment, kemudian
dilakukan tahap spruing (pemberian sprue). Sprue dipasang dengan kemiringan sekitar 400
sampai 450.
7. Pemendaman dalam Casting Ring
Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap penanaman model di dalam tabung kecil
(bumbung tuang logam) sebelum dilakukan proses casting logam.

Adapun posisi peletakan model sebelum dituangkan bahan tanam tuang (phosphat
bonded) yaitu :
Bahan tanam tuang (phosphate bonded) dituangkan terlebih dahulu ke dalam model malam
untuk mengisi bagian servikal (bagian model malam yang membetuk gigi yang sudah
dipreparasi).

Setelah dituangkannya bahan tanam tuang, tunggu sekitar kurang lebih satu sampai dua agar
bahan cor/tanam tersebut setting (kering sempurna dan sudah tidak dalam tahap setting/terasa
panas, namun sudah terasa dingin bila dipegang)
Setelah setting, lelehkan malam di dalam cetakan tersebut dengan meletakkannya di atas api
kompor dengan posisi lubangnya menghadap api. Namun jangan terlalu lama melelehkannya,
karena dikhawatirkan cetakan di dalamnya menjadi retak (sekitar 30 sampai 45 menit).

Lalu letakkan cetakan tersebut ke dalam oven kurang lebih sekitar 200 celcius sampai
9200 celcius selama kurang lebih 30 menit.

8. Pembuatan Koping Kerangka Logam


Setelah proses pengovenan selesai, logam yang utuh yang telah diukur cukup untuk mengisi
lubang dari bentuk model malam yang telah bersih di dalam cetakan, yang nantinya akan
membentuk koping (kerangka) logam. Logam tersebut dilelehkan.
Setelah logam dilelehkan, bagian luar dari cetakan dipanasi juga dengan api casting sampai
warna cetakan tersebut memerah. Hal ini dilakukan agar logam yang masuk ke dalam cetakan
koping (kerangka) tersebut merata ke semua bagian cetakan koping dan dapat membentuk
koping dengan sempurna.
Setelah itu cetakan diletakkan di mesin casting (pengisian) logam untuk dimasukkan logam
cair. Mesin casting (pengisian) logam ada yang memakai centrifugal dan ada juga yang sudah
modern tanpa harus melakukan casting (pengisian) logam dengan cara manua; seperti casting
centrifugal.
Setelah cetakan terisi logam, cetakan tersebut ditunggu hingga dingin sekitar kurang lebih
selama satu jam, agar logam tersebut benar-benar mengeras dan membentuk koping
(kerangka) secara sempurna.
Setelah satu jam, bahan tanam tuang yang sudah dingin tadi dihancurkan untuk
mengeluarkan cetakan dari koping (kerangka) logam tersebut.

Setelah koping (kerangka) diambil, sandblasting (penggunaan kekuatan angin dan pasir
halus) untuk membersihkan sisa-sisa bahan tanam tuang yang masih menempel pada
koping logam.
Namun, penggunaan sandblaster jangan terlalu keras kekuatan anginnya dan ujung alat
sandblaster yang mengeluarkan angin jangan terlalu didekatkan dengan logam, karena dapat
menyebabkan ukuran koping logam menjadi tidak pas dengan model cetakan gigi aslinya
(logam jadi sedikit melebar).
Setelah disandblasting, segera potong bagian sprue yang masih menempel pada koping logam
dengan disk logam. Bagian luar koping logam tidak boleh dipulas halus karena bagian koping
logam akan ditempelkan porcelain, dan bagian dalam servikal tidak boleh dipulas kasar
maupun halus karena bagian tersebut yang akan menempel pada gigi asli yang telah
dipreparasi.
Hasil cetakan bentuk koping logam yang didapat akan seperti ini, kemudian masukkan
secara bergantian ke dalam mesin ultrasonic yang memiliki dua bagian yaitu yang berisi
alkohol lalu masukkan juga ke dalam bagian yang berisi air steril (aquades).

9. Pelapisan Porcelain
Berikut ini kita akan mulai memasuki tahap pelapisan porcelain di atas koping (kerangka)
logam. Hal pertama yang harus dilakukan adalah proses slurry (pelapisan koping logam
dengan sedikit pelapis dasar porcelain, digunakan sebagai pengikat untuk logam dan
porcelain). Slurry bisa juga disebut bagian opaque (opak) yang menutupi bagian logam
agar warna gelapnya tidak menembus keramik. Proses slurry hanya dilakukan sekali dan
harus merata satu lapis saja, jangan terlalu tebal.
Setelah dilapisi slurry, kemudian koping logam tersebut diletakkan di mesin furnace
(mesin pembakaran gigi porcelain) dengan suhu untuk slurry.

Setelah dilapisi bagian opaque (slurry), kemudian dilapisi dengan dentin porcelain. Dentin
porcelain didapatkan dengan cara mencapurkan bubuk porcelain dengan cairan yang khusus
digunakan untuk porcelain, dengan adukan yang merata dan konsisten.
Jangan lupa untuk melakukan teknik kondensasi setelah membentuk gigi dengan
porcelain sebelum dimasukkan ke dalam mesin furnace (mesin yang digunakan untuk
pembakaran gigi porcelain). Teknik ini dilakukan agar air yang terserap terlalu banyak di
dalam porcelain dapat dikeluarkan, karena jika terdapat banyak kandungan air di dalam
bentukan porcelain tersebut akan dapat mengakibatkan keretakan (cracking) pada porcelain
pada hasil porcelain setelah dibakar.
Adapun teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengkondensasi porcelain
adalah :
1. Dengan teknik getar atau ketuk yaitu dengan menggetar-getarkan atau mengetuk
koping logam yang telah dijepitkan pada gunting logam secara perlahan, agar porcelain
yang menempel tidak rontok (berjatuhan).
2. Dengan cara penyerapan yaitu setelah diketuk-ketuk secara perlahan, bentukan
porcelain yang terlihat basah tersebut diserap airnya dengan menggunakan tissue halus
dan ditempelkan secara perlahan.

Perpaduan kedua teknik di atas dapat menghasilkan bentukan porcelain yang lebih
baik dibandingkan hanya dilakukan salah satunya saja.

1. Bentukan porcelain yang telah siap dimasukkan ke dalam mesin furnace yang telah
diatur suhunya, segera diletakkan di atas tray yang tersedia untuk memasukkannya di
dalam furnace.
Masukkan porcelain tersebut ke dalam mesin furnace, porcelain sangat memerlukan proses
drying (pengeringan) selama 5 menit untuk mengeringkan sisa air yang masih terdapat pada
porcelain. proses drying dilakukan dengan cara meletakkan porcelain ke dalam furnace tetapi
mesin furnace belum tertutup rapat.
Setelah proses drying, kemudian saatnya untuk melakukan teknik pembakaran. Adapun
macam-macam ukuran suhu mesin furnace porcelain adalah :
1. High fusing 1300o C 1370o C
Suhu ini digunakan untuk proses pembakaran pada elemen gigi tiruan seperti pada logam.
2. Medium fusing 1090o C 1260o C
Suhu ini digunakan untuk proses pembakaran pada gigi tiruan logam porcelain (porcelain
fused to metal) dan juga untuk all porcelain (semua bagiannya menggunakan porcelain,
termasuk juga bagian koping atau kerangkanya).
3. Low fusing 870o C 1065o C
Suhu ini juga dapat digunakan untuk proses pembakaran pada gigi tiruan logam porcelain
(porcelain fused to metal) dan juga untuk all porcelain (semua bagiannya menggunakan
porcelain, termasuk juga bagian koping atau kerangkanya).
4. Ultra low fusing 870o C
Suhu ini digunakan untuk proses pembakaran gigi tiruan jembatan (bridge) atau mahkota
(crown).

Setelah pembakaran pada bagian dentin dan pembentukan (grinding) sesuai dengan bentuk
gigi asli, kemudian lapisi bagian porcelain dengan lapisan enamel porcelain untuk menambah
translusensi (tingkat kecerahan pada gigi porcelain) agar gigi porcelain mirip dengan gigi
asli.
Kemudian lakukan pembakaran sekali lagi seperti suhu pada saat pembakaran dentin
porcelain. Bila bentuk dari gigi porcelain yang sudah jadi tersebut dirasa masih belum
sempurna, lakukan grinding sekali lagi.

Berikut ini adalah gambaran dari pembetukan gigi porcelain yang sudah dibakar untuk
dibentuk mirip seperti gigi asli.
5. Finishing dan Polishing Porcelain
6. Glazing Porcelain
Lalu lakukan tahapan glazing pada gigi porcelain yang sudah jadi tersebut dengan cara
melapisinya dengan lapisan glazing (lapisan yang digunakan untuk gigi porcelain agar
terlihat mengkilap dan halus). Lapisan glazing akan memperkecil permukaan porselen yang
terlihat kasar.
10. Penyemenan jembatan
Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen pada gigi
penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga sebelum penyemenan perlu dilakukan
dengan sebaik-baiknya untuk mencegah perubahan relasi oklusal dan tepi gingiva, yang
mungkin juga disebabkan tekanan hidrolik yang mengganggu pulpa. Hal tersebut harus
dihindari oleh operator.
Semen yang digunakan untuk melekatkan jembatan ialah zinc phosphate semen,
semen silikofosfat, semen alumina EBA, semen polikarboksilat, serta semen resin komposit.
Pemilihan dilakukan berdasarkan sifat biologic, biofisik serta pengaruh pada estetiknya.
Tata cara penyemenan dengan menggunakan zinc phosphate cement :
1. Bubuk semen serta cairan diletakkan diatas glass pad
2. Campurkan bubuk pada cairan sedikit demi sedikit, di aduk merata sampai 90
detik.
3. Adukan diratakan melebar pada kaca seluas mungkin
4. Adonan kemudian diisikan kedalam pemaut meliputi dinding dalamnya tpis-
tipis dan merata, sedang lekuk pada preparasi (bila ada) diisi juga dengan adonan
semen.
5. Jembatan kemudian ditempatkan pada penyangganya didalam mulut dan
ditekan dengan jari secara kuat ; dapat juga dipakai pemakai kayu untuk lebih
menekan jembatan pada tempatnya.
6. Pasien diminta menggigit keras pada jembatannya, untuk mengecek apakah
oklusi sudah baik.
7. Pasien diminta membuka mulut sebentar dan diminta menggigit gulungan
kapas, yang diletakkan pada oklusal gigi geligi.
8. Setelah semen keras, kelebihan semen dihilangkan dengan scaller.
9. Sekali lagi, oklusi diperiksa dan sebelum pasien pulang, operator perlu
memberitahu cara membersihkan jembatan tersebut.

Sumber:
Prajitno, H.R. 1994. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan. Jakarta : EGC.
http://www.shinysmiledentalclinic.com/proses-pembuatan-gigi-tiruan-porselen-
bagian-1/

Anda mungkin juga menyukai