Anda di halaman 1dari 132

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kesehatan Lingkungan Kerja

2.1.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan hubungan timbal balik antara

manusia dengan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat

kesehatan manusia (Walter R. Lym).

Kesehatan lingkungan merupakan suatu ilmu dan keterampilan yang

memusatkan perhatiannya pada pengendalian semua faktor yang ada pada

lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan atau akan

menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisik, kesehatan,

ataupun kelangsungan hidup manusia (WHO).

2.1.2 Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan

Lingkungan kerja berkaitan dengan keadaan di sekitar aktivitas

pekerja dalam melakukan pekerjaannnya.Kesehatan tenaga kerja sangat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja, sebaliknya pengelolaan

lingkungan kerja yang tepat sangat bermanfaat bagi para pekerja. Melalui

pemahaman tentang proses produksi, adanya potensi bahaya dan resiko di

tempat kerja, pengelolaan lingkungan kerja yang mendukung


pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan tenaga kerja dapat terselenggara.

Upaya pengenalan, penilaian atau pengujian, pengendalian lingkungan

kerja sekaligus pemeriksaan kesehatan kerja, dan pemantauan biomedik

pada pekerja senantiasa perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan dan

deteksi dini terhadap kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan pekerja.

2.1.2.1 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

1. Masalah Air

Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah

udara. Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas akan

memudahkan timbulnya berbagai penyakit kepada masyarakat.

Standar air minum menurut WHO diantaranya:

1) Memenuhi persyaratan fisik : suhu, warna, bau, rasa,

kekeruhan.

2) Memenuhi persyaratan biologik : kuman parasit, patogen,

bakteri E. Coli.

3) Tidak mengandung zat-zat kimia : PH, jumlah zat padat dan

bahan kimia lainnya.

4) Tidak mengandung radioaktif


2. Masalah Sampah

Menurut Azwar pada tahun 1990, sampah adalah sebagian dari

sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang

dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia dan bersifat padat.

Menurut Hadiwijoyo pada tahun 1983, sampah adalah sisa bahan

yang telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian utamanya,

telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi

ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat

menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam.

Berdasarkan zat pembentuknya sampah dibedakan menjadi:

1) Sampah Organik (degradable), meliputi limbah padat semi

basah berupa bahan-bahan organik, umumnya berasal dari

limbah pertanian, mudah terurai oleh mikroorganisme karena

memiliki rantai karbon yang pendek, mudah membusuk.

2) Sampah anorganik (undegradable), sampah padat yang cukup

kering, sulit terurai karena memiliki rantai karbon yang

cukup panjang.

3. Bahan Kimia

Bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada kondisi tertentu dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat pekerjaan


yang dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan,

pembuatan, dan pembuangan).

Bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi :

1) Bahan kimia mudah meledak adalah bahan kimia yang bila

bereaksi dapat menjadi bentuk gas dengan proses yang relatif

singkat disertai tenaga perusakan yang besar, pelepasan

tekanan yang besar, serta suara yang keras.

2) Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang bila

mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi tertentu

akan menghasilkan nyala api.

3) Bahan kimia beracun adalah bahan kimia dalam jumlah

relatif sedikit yang bila terabsorbsi oleh tubuh dapat

mempengaruhi kesehatan manusia, bahkan kematian.

4) Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang sering

mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau

penyimpanan.

5) Bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang sangat

reaktif untuk memberikan oksigen, yang dapat

mengakibatkan kebakaran dengan bahan-bahan lainnya.

6) Bahan kimia reaktif adalah bahan kimia yang mudah bereaksi

dengan bahan lain, disertai pelepasan panas dan

menghasilkan gas yang mudah terbakar, keracunan, atau

korosi.
7) Bahan kimia radioaktif adalah bahan kimia yang mempunyai

kemampuan untuk memancarkan sinar radioaktif yang dapat

membahayakan tubuh manusia.

Kecelakaan yang berhubungan dengan bahan kimia dapat

disebabkan oleh :

1) Alat dan bahan tidak aman (alat rusak, bahan kimia

berbahaya, dll).

2) Keadaan tidak aman (ruang terkontaminasi, suhu terlalu

tinggi, dll).

3) Tingkah laku pekerja (ceroboh, meremehkan kemungkinan

bahaya, tidak disiplin, dll), pengawas (salah memberikan

prosedur, kurang mengantisipasi kemungkinan bahaya, dll)

Penanganan bahan kimia berbahaya dapat dilakukan dengan:

1) Pemahaman sifat-sifat fisik, kimia, dan racun dari suatu

bahan.

(1) Bahan mudah meledak: disimpan di ruangan yang

udaranya baik dan bebas dari kelembaban, harus jauh

dari keramaian, lantai terbuat dari bahan yang tidak

menimbulkan loncatan api, dan penerangan ruang

penyimpanan menggunakan penerangan alami atau

penerangan anti ledakan.

(2) Bahan yang mengoksidasi: tempat penyimpanan terpisah

dan terisolasi, dijauhkan dari bahan yang mengoksidasi,


tempat penyimpanan sejuk (tempat pertukaran udara

baik), dan bangunannya tahan api.

(3) Bahan mudah terbakar: disimpan di tempat yang sejuk,

jauh dari sumber panas, dan dipisahkan dari bahan

oksidator kuat.

(4) Bahan beracun: tempat penyimpanan harus sejuk, tidak

terkena sinar matahari langsung, jauh dari sumber panas,

dan harus dipisahkan dari bahan kimia lainnya.

(5) Bahan korosif: penyimpanannya harus terpisah dari

bangunan lain, terbuat dari dinding dan lantai yang tahan

korosi dan tidak tembus, serta dilengkapi fasilitas

penyalur tumpahan.

2) Data bahan kimia. Dibuat oleh produsen untuk memudahkan

pengenalan bahan dan penanggulangan resiko bahaya.

3) Tanda dan label bahan kimia berbahaya, yaitu berupa

peringatan tertulis pada kemasan untuk bahan kimia

berbahaya.

4) Penyimpanan bahan kimia berbahaya

4. Air Limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah

tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya.Umumnya

mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan


kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Air limbah

yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai

gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain

menjadi transmisi penyebaran berbagai penyakit, media kembang

biak mikroorganisme patogen, menimbulkan bau dan pemandangan

yang tidak enak, merupakan sumber pencemaran air permukaan,

tanah dan lingkungan hidup lainnya, dan mengurangi produktivitas

manusia karena orang bekerja dengan tidak nyaman.

Untuk mencegah dan menanggulangi akibat buruk tersebut dibuat

suatu persyaratan dan upaya-upaya sedemikian rupa sehingga air

limbah tersebut tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber

air minum, tidak mengakibatkan pencemaran permukaan tanah, tidak

mengakibatkan pencemaran air, tidak dapat dihinggapi serangga,

tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit

penyakit dan vektor, tidak terbuka kena udara luar, dan baunya tidak

mengganggu

Cara-cara pengolahan air limbah yang sering dilakukan adalah:

1) Dilution, yaitu mencairkan air limbah untuk mencapai

kekentalan yang amat rendah kemudian dibuang ke alam.

2) Preliminary treatment, pemisahan partikel padat dari air

limbah, partikel dibuang, air limbah dibuang ke alam.

3) Sedimentation of sewage, pengendapan air limbah.


4) Filtration, menyaring dengan saringan pasir/trickling dengan

batu atau koral.

5) Activated Sludge, mengalirkan udara ke dalam air sehingga

terjadi proses biologis.

6) Stabilzation Pond, menempatkan air limbah pada lubang

galian, terjadi proses biologis aerob.

7) Desinfection, pemberian zat desinfektan.

8) Sludge disposal, memakai prinsip biologis anaerob.

9) Irigation, mengalirkan air untuk pertanian.

10)

2.1.3 Pengaruh Lingkungan Fisik di Tempat Praktik

2.1.3.1 Penerangan

Penerangan di ruangan praktek adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda di tempat kerja. Penerangan yang buruk dapat

mengakibatkan kelelahan mata, memperpanjang waktu kerja, keluhan

pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan indera

mata, kelelahan mental dan menimbulkan terjadinya kecelakaan.

Cara untuk mengendalikan penerangan dapat dilakukan dengan:

1) Pengendalian teknis

(1) Memperbesar ukuran objek (kaca pembesar atau layar

monitor).

(2) Memperbesar intensitas penerangan.


(3) Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat objek.

(4) Bila menggunakan penerangan alami, harus perhatikan agar

jalan masuknya sinar tidak terhalangi.

(5) Mencegah kesilauan (misalnya dengan tidak melapisi

permukaan mesin dengan bahan mengkilat).

(6) Menata warna dinding dan langit-langit.

2) Pengendalian administratif

(1) Untuk pekerjaan malam/pekerjaan yang membutuhkan

ketelitian tinggi dapat memperkerjakan tenaga kerja yang

berusia relatif muda dan tidak menggunakan kaca mata.

(2) Menjaga kebersihan dinding, langit-langit, dan lampu.

2.1.3.2 Kebisingan

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan oleh telinga kita.

Apabila kebisingan terjadi dalam ruangan, maka akan dapat

mengakibatkan gangguan pada pendengaran (bila terjadi terus menerus),

dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh dan mental serta dapat

mengurangi kenyamanan. Untuk menciptakan ruangan yang baik dapat

dilakukan dengan memasang peredam bunyi pada sumber, menghalangi

antaran atau transmisi bunyi, menutup pendengaran, lokasi ruangan di

daerah yang tidak begitu ramai, dan menanam pohon pelindung


2.1.3.3 Getaran

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan

arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Pengaruh getaran

antara lain :

1) Pengaruh getaran pada tenaga kerja menimbulkan gangguan

kenikmatan dalam bekerja, ,empercepat terjadinya kelelahan, dan

gangguan kesehatan.

2) Getaran seluruh badan dapat memicu terjadinya penglihatan kabur,

sakit kepala, gemetaran, dan kerusakan organ dalam.

3) Getaran pada lengan dan tangan dapat mengakibatkan sakit kepala dan

sakit persendian dan otot lengan, indera perasa pada jari-jari menurun

fungsinya, terbentuk noda putih pada punggung jari/telapak tangan

(white finger syndrome).

Pengendalian getaran dapat dilakukan dengan:

1) Pengendalian secara teknis dengan menggunakan peralatan kerja yang

intensitas getarannya rendah (dilengkapi dengan peredam),

memelihara/merawat peralatan dengan baik, meletakkan peralatan

dengan teratur, dan menggunakan remote control.

2) Pengendalian administratif dilakukan dengan merotasi pekerjaan dan

mengurangi jam kerja.


3) Pengendalian secara medis dilakukan pemeriksaan berkala tiap 5

tahun sekali, bila kasus berkala dapat dilakukan pemeriksaan 2-3

tahun sekali, pemakaian alat pelindung diri, dan dengan memakai

sarung tangan yang dilengkapi alat peredam (misalnya busa).

2.1.3.4 Radiasi Non-ionisasi

Radiasi non-ionisasi adalah radiasi dengan energi yang cukup untuk

mengeluarkan elektron atau molekul, tetapi energi tersebut tidak cukup

untuk membentuk ion baru. Terdiri dari:

1) Gelombang mikro

Kegunaan gelombang ini untuk gelombang radio, televisi, radar,

atau kegunaan peralatan industri. Radiasi gelombang mikro yang

pendek (<1cm) akan diabsorbsi oleh permukaan kulit sehingga kulit

seperti terbakar. Sedangkan gelombang mikro yang lebih panjang

(>1cm) sebagian akan diabsorbsi oleh kulit dan sisanya akan

menembus jaringan kulit yang lebih dalam bahkan pada frekuensi

tertentu dapat berpengaruh terhadap sistem saraf sentral.

2) Sinar ultraviolet

Sumber sinar ultraviolet selain dari matahari juga dihasilkan oleh

lampu-lampu pijar, pengerjaan laser, dan lain-lain. Pengaruhnya yaitu

eritema (bercak merah yang abnormal pada kulit dan fotoelektrika


pada mata. Untuk mencegah terpapar sinar ultraviolet dapat dilakukan

dengan menggunakan kaca mata yang tidak tembus sinar ultraviolet.

3) Sinar infra merah

Sinar inframerah dihasilkan dari benda pijar.Sinar ini dapat

menyebabkan gangguan katarak pada mata.Untuk mencegahnya dapat

dilakukan dengan menggunakan kacamata kobalt biru selain itu juga

perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik bagi pekerja

yang memiliki resiko terpapar sinar inframerah.

4) Sinar laser

Sinar laser adalah emisi energi tinggi yang dihasilkan dari

pengelasan, pemotongan, pelapisan, alat-alat optis, pembuatan mesin

mikro, dan operasi kedokteran. Sinar laser dapat mengakibatkan

kelainan pada kulit serta kerusakan retina yang dapat mengakibatkan

kebutaan.

2.1.3.3 Ventilasi

Ventilasi berfungsi untuk menjaga agar aliran udara di dalam ruangan

tetap segar, membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama

bakteri patogen, menjaga ruangan selalu tetap di dalam kelembaban yang

optimum, letak ventilasi yang baik akan mempengaruhi penerangan, dan

ruangan yang baik, pertukaran udara yang baik dan memudahkan sinar

matahari masuk dan memberi kehangatan, serta penerangan alami.


Ventilasi dibedakan menjadi :

1) Ventilasi alamiah, yaitu aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi

secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang-lubang pada dinding dan

sebagainya.

2) Ventilasi buatan, yaitu ventilasi yang mempergunakan alat-alat khusus

untuk mengalirkan udara tersebut, seperti kipas angin dan mesin

pengisap udara.

2.2 Ergonomik

2.2.1 Desain Tempat Praktik Dan Peralatan

2.2.1.1 Perencanaan Dasar Fasilitas Praktik Dokter Gigi

Terdapat beberapa postulat yang menyangkut perencanaan dari

fasilitas dental. Keputusan harus dibuat oleh tim perencana sebelum

keputusan yang lebih jauh mengenai desain dari fasilitas dibuat.

1) Fase 1

Pada fase pertama, tim harus memutuskan pelayanan apa yang

akan disediakan kepada pasien dan siapa yang akan memberikan

pelayanan tersebut. Harus terdapat tempat yang memadai agar

pelayanan ini dapat disediakan secara efisien; hal ini termasuk tipe

pelayanan dan jumlah orang yang dibutuhkan untuk melakukan

pelayanan tersebut. Dokter gigi yang sendiri dengan staff yang banyak
akan mampu untuk menyediakan pelayanan dengan jumlah yang sama

dengan beberapa dokter gigi yang bekerja sendirian, tetapi akan

membutuhkan jumlah ruangan yang berbeda.

Secara umum, ukuran dari tempat fasilitas praktek berkisar antara

700 sampai 1.100 square feet, dengan minimum adalah 700 square

feet. Dimana ruang tersebut akan kurang dalam tiga hingga lima

tahun, sehingga akan diperlukan ekspansi. Tempat praktek seluas

1.100 square feet akan lebih cukup untuk dokter praktek baru dan

akan memungkinkan ekspansi ke ruangan yang belum terpakai sesuai

dengan kebutuhan.

2) Fase 2

Pada fase 2, tim perencana harus memutuskan isi dari ruang

perawatan dan desain dari ruangan. Stadarisasi merupakan

pertimbangan utama untuk desain dari ruang perawatan, termasuk

ukuran dan konfigurasi (kotak, persegi, melengkung), peralatan yang

akan dipakai pada setiap perawatan, dan pengaturan instrumen dalam

baki secara standar.

Lingkungan kerja dari dokter gigi harus sama bagi semua

operator. Setiap ruangan harus memiliki ukuran yang sama (minimal

80 square feet, diatas 100 square feet biasanya banyak tempat yang

terbuang) dan bentuk, dan fasilitas yang tetap yang ditempatkan pada

hubungan yang sama pada setiap ruang operator. Peralatan utama juga
harus sama. Standarisasi ini akan memudahkan operator untuk

berpindah dari ruang perawatan yang satu ke yang lain tanpa harus

beradaptasi dengan keadaan sekitar yang baru, sehingga dapat lebih

efisien. Peralatan penunjang (instrumen, bur, medikamen, disposable)

harus distandarisasi agar setiap operator dapat melakukan prosedur

perawatan secara efektif.Sangat penting untuk mendesain ruang

perawatan yang 'ideal' dan kemudian membangun bagian yang tersisa

disekitar bagian yang telah ditentukan.

Ruang perawatan yang akan digunakan oleh tim perawat dental

harus memiliki desain dasar yang sama. Untuk mengrangi biaya,

penggunan peralatan bagi operator biasanya dijadwalkan, tetapi hal ini

dapat menyebabkan peralatan menjadi cepat rusak. Keuntungan lain

untuk modal investasi untuk menyediakan ruang perawatan yang sama

untuk tim dental adalah untuk menyediakam unit cadangan untuk

dokter gigi bila terjadi kerusakan dan penjadwalan pasien dapat

menjadi lebih fleksibel.

3) Fase 3

Pada fase 3, tim perencana harus menentukan berapa banyak

operator dan area pendukung yang dibutuhkan untuk menyediakan

pelayanan pada fase 1 yang efisien. Peralatan, bahan dan desain dari

ruang perawatan seperti yang telah ditentukan pada fase 2 pada setiap

ruang perawatan haruslah identik.


4) Fase 4

Fase 4 terdiri dari penentuan dari kedekatan dan fungsi dari area

yang mendukung ruang perawatan untuk efisiensi dan efektivitas dari

fasilitas secara keseluruhan.Bentuk akhir dari fasilitas harus

didasarkan pada kebutuhan fungsionalnya.Pepatah lama mengatakan

'bentuk mengikuti fungsi' berhubungan dengan fasilitas dental.

Seiring dengan meningkatnya jumlah operator, kompleksitas dari

hubungannya satu sama lain meningkat. Dua operator relatif lebih

mudah ditempatkan, sedangkan tiga lebih sulit, dan enam sampai

delapan adalah sangat sulit untuk ditempatkan pada hubungan

fungsional satu sama lain. Secara umum, jalan yang paling pendek

dari satu area kerja ke area kerja yang lain adalah yang paling efisien

pada situasi kerja.

Lokasi dari area pendukung harus didasarkan pada hubungannya

dengan ruang operator.Laboratorium sebaiknya ditempatkan dekat

dengan ruang operator dan berdekatan dengan ruang operator yang

paling sering digunakan untuk pelayanan prostetik.Ruangan pribadi

dokter tidak perlu ditempatkan dekat dengan ruang operator karena

jarang digunakan selama hari kerja.

Area resepsionis dan kantor bisnis harus ditempatkan para ruang

utama disebelah jalan masuk utama dari tempat praktek. Penting untuk

menjaga agar ruang resepsionis berdekatan dengan ruang tunggu


pasien agar mudah terlihat.Hal ini dilakukan agar resepsionis dapat

melihat dan berkomunikasi dengan pasien dengan mudah pada area

resepsionis.Pusat penyimpanan harus ditempatkan di sentral karena

sangat berhubungan dengan laboratorium, area sterilisasi, dan ruang

operator.

Pemikiran lain mengenai fase 4 adalah arus seluruh tempat

fasilitas. Secara umum, pola yang paling dekat untuk staff adalah yang

paling diinginkan. Harus diperhatikan juga mengenai kemacetan pada area

lain. Jadi mungkin dibutuhkan tempat yang cukup untuk multiple person

traffic.

Solusi lain untuk masalah arus adalah dengan menyediakan pemisahan

antara arus pasien dan staff. Dapat juga dibuat pintu tambahan pada bagian

belakang dari ruang operator untuk mengurangi kemacetan pergerakan dari

staff. Dokter gigi dapat berpindah dari ruang yang satu ke yang lain secara

mudah dan pasien dapat masuk dan keluar melalui koridor sentral dengan

mudah.

Hal terakhir yang harus diperhatikan dalam fase 4 adalah

komunikasi.Ada 2 dasar dalam komunikasi yaitu penglihatan dan suara,

dengan kombinasi dari keduanya dapat memunculkan kemungkinan

ketiga.Komunikasi visual dapat dilakukan dalam bentuk sistem ringan atau

sistem angka.Juga termasuk adalah sinyal diantara individu seperti tanda


dengan menggunakan jari atau tangan. Sound system termasuk intercom,

telepon, atau bel.

2.2.1.2 Metode Desain

Terdapat 4 metode yang digunakan untuk mendesain fasilitas dental

untuk efisiensi yang maksimal :

1) Flow diagram

Tujuan dari flow diagram ini adalah untuk menunjukkan jalur

yang harus dilakukan pekerja untuk melakukan tugas yang spesifik

dan untuk menunjukkan area dimana fasilitas dapat disusun ulang

untuk memperpendek jalurnya. Hal tersebut biasanya digunakan pada

fasilitas yang telah ada dimana arus kerja sangat berulang, memiliki

variasi yang sedikit, dan melibatkan item tunggal atau orang.Jika

digunakan secara benar, flow diagram dapat digunakan untuk merevisi

desain yang dapat mengurangi kelelahan. Walaupun kebanyakan

masalah dalam mendesain fasilitas dental sangat kompleks untuk flow

diagram menjadi efektif, flow diagram dapat menfasilitasi proses

desain pada beberapa contoh.

Permasalahan layout pada tempat praktek lebih kompleks karena

arus kerja nonrepetitive, berubah secara random, dan melibatkan item

multiple dan orang-orang. Metode proximity chart dan hubungan


aktivitas biasanya lebih efektif untuk fasilitas dental, walaupun flow

diagram dapat digunakan pada perubahan kecil.

2) Proximity charts dan activity relationship diagrams

Tujuan dari proximity charts and activity relationship diagram

adalah untuk menempatkan fungsi yang berhubungan antara satu

dengan yang lainnya. Layout yang efektif dapat diatur pada tahap

perencanaandari fasilitas yang baru atau ketika menyusun ulang

fasilitas lama.Kerugian dari metode ini adalah hal tersebut tergantung

pada pendapat personal; kesimpulannya dapat keliru atau bias.

Keenam area ditempatkan pada area persegi panjang yang terdiri

atas ruang operator 1 (untuk kebersihan), ruang operator 2 (untuk

dokter gigi), ruang operator 3 (untuk dokter gigi), laboratory, kantor

bisnis, dan penyimpanan umum. Ruang resepsionis seharusnya

diabaikan pada tahap ini, tetapi kantor bisnis harus ditempatkan

disebelah area resepsionis dan penyusunan terakhir harus

meminimalisir jalan kaki dan kemacetan.

Proximity chart dibuat dengan merangkum preferensi kedekatan

(pendapat mengenai seberapa dekat area yang berbeda satu dengan

yang lainnya) yang disetujui oleh anggota tim perencana. Total

kedekatan diambil dari penambahan angka padadua kolom diagonal

yang menuju ke fungsi yang telah disebutkan. Makin besar total dari

area, makin penting area tersebut untuk dekat dengan area lain.
Kemudian proximity chart tersebut diubah menjadi activity

relationship diagram dengan menggambar secara sipel enam lingkaran

pada dua baris horizontal, dengan melabelkan dua lingkaran di tengah

dengan dua area yang memiliki total kedekatan yang tertinggi,

kemudian melabelkan lingkaran lain secara random, dan

menghubungkan lingkaran tersebut dengan garis atau garis multiple

yang menunjukkan angka kedekatan. (Angka negatif dibuat dengan

garis zig-zag).

Kemudian lingkaran diubah untuk mengeliminasi beberapa

diagonal, memperpendek garis loop, memperpanjang garis zig-zag.

Ketika activity relationship diagram telah menetapkan pengaturan

terbaik, kemudian area lantai disesuaikan, pastisi direncanakan, dan

pintu ditempatkan.

Proximity chart memiliki keuntungan dimana dapat digunakan

sebelum pekerjaan bangunan atau remodeling dilakukan.

Kerugiannya, sangat bergantung pada pendapat tiap orang, yang bisa

tepat atau tidak. Bila traffic telah ada pada tempat praktek, statistical

atau trip frequency layout method dapat lebih efektif.

3) Trip frequency analysis

Analisis dari frekuensi kunjungan menyediakan efisiensi dalam

perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Ini dapat digunakan pada

fasilitas yang telah ada untuk menyusun ulang area dimana pola traffic
telah ada dan masalah telah dipaparkan.Penggunaan efektif dari

analisis frekuensi kunjungan dapat mengurangi jarak orang berjalan

dan kelelahan dari pekerja. Teknik ini bergantung pada data statistik

untuk menunjukkan jalur yang dilalui paling sering.Keberhasilannya

tergantung keakuratan pekerja dalam merekam semua 'perjalanan'.

Data frekuensi kunjungan dikumpulkan selama seminggu atau

sebulan untuk perwakilan dengan menempatkan form di dalam pintu

setiap area. Semua pekerja menandai tujuan mereka setiap kali mereka

meninggalkan satu area untuk ke area fasilitas yang lainnya.

Tahap selanjutnya adalah dengan merangkum data frekuensi

kunjungan dari semua area pada trip frequency chart. Dengan

menambahkan data pada kolom horizontal dan vertikal untuk setiap

ruangan, total traffic ditentukan dan ditunjukkan pada kolom di

kiri.Tanda bintang menunjukkan dua ruang dengan traffic terbanyak,

lingkaran menunjukkan jumlah traffic tersedikit.

Informasi ini kemudian dikonversi menjadi trip frequency

grid.Dibuat enam lingkaran, seperti pada activity relationship

diagram.Dua lingkaran di tengah dilabeli dengan dua tempat dengan

traffic terbanyak, sedangkan keempat sisanya dilabeli secara

acak.Lingkaran tersebut kemudian dihubungkan dengan garis dan

angka yang menunjukkan nilai trafficnya.Garis yang panjang diluar

merupakan perjalanan yang paling panjang.Jumlahnya, total loop,


merupakan indeks dari jarak yang berlebih.Makin besar total loop,

makin buruk pengaturannya.

Lingkaan yang tadi ditempatkan secara acak kemudian diatur

ulang untuk mengeliminasi jumlah outside loop yang besar dan

menggantikannya dengan angka loop yang lebih kecil. Setelah

pengaturan ulang dilakukan, muncullah suatu pengaturan optimum

dimana outside loop total tidak dapat dikurangi.Dapat dibuat lebih dari

satu pengaturan dengan total loop yang minumum sehingga perencana

memiliki lebih dari satu pilihan dari pengaturan tersebut.Pada poin ini,

area lantai dapat disusun, partisi dapat ditempatkan, dan pintu dapat

ditempatkan.

4) Template Methods

Metode templet menunjukkan tata letak yang paling tepat dalam

ruang yang diberikan.Teknik ini dibuat untuk fasilitas yang telah ada,

biasanya dalam satu ruangan.Metode templet menemukan tata letak

yang paling tepat.Metode ini menunjukkan kebutuhan khusus dari tiap

tempat kerja dan alasan untuk penempatan tiap meja, counter atau

mesin.

Kebanyakan templet dipotong untuk skala dan secara simpel

dipindahkan disekitar rencana skala ruangan hingga pengaturan yang

optimal ditemukan.Teknik ini relatif simpel, tetapi keefektifannya

ditentukan oleh keinginan personal dari individu yang merencanakan.


2.2.1.3 Pemilihan Peralatan Operator

1) Kursi pasien

Kursi pasien harus memberikan dukungan maksimum dan

kenyamanan pasien, pada saat yang sama, memungkinkan tim dental

untuk duduk dalam posisi yang seimbang, nyaman, santai dan bekerja

secara efisien.

Ada beberapa penyakit yang dapat membatasi posisi terbalik dari

pasien yaitu Penyakit Menieres ; asma yang parah, bronkitis kronis;

sinusitis yang parah dan sebagainya.

2) Operating stools(chairs)

Diperlukan karena pasien sepenuhnya telentang; oleh karena itu

dokter gigi harus bekerja dari posisi duduk.Asisten duduk lebih tinggi

dan bersandar ke arah pasien lebih sering.Dengan demikian kursi

dirancang untuk menjamin stabilitas maksimum.

3) Dental Unit

Dental unit berisi instrumen dinamis yang digunakan dalam

rongga mulut pasien. Dental unit tersedia yang ditempatkan di

belakang, di samping, di atas, dan di depan rongga mulut pasien.

Penempatan paling efisien itu yang berada paling dekat dengan rongga

mulut tanpa mengganggu pekerjaan yang dilakukan.


4) Mobile Cabinet

Mobile Cabinet asisten harus disediakan untuk

diposisikanbekerja pada permukaan bebas stres, penggunaan yang

efisien. Harus ada ruang penyimpanan yang cukup untuk bahan-bahan

dan peralatan yang secara rutin digunakan sehingga prosedur dapat

diselesaikan tanpa asisten harus meninggalkan posisi disamping

pasien.bahan dan peralatan untuk prosedur khusus dapat ditempatkan

pada permukaan kerja asisten.

2.2.1.4 Peralatan di Luar Area Perawatan

1) Ruangan resepsionis

Bagian yang paling sering diabaikan dari fasilitas dental yaitu

ruangan resepsionis, meskipun fakta bahwa itu adalah daerah yang

paling penting untuk pasien reaksi awalterhadap tempat

praktek.Pada ruangan resesionis ini, tempat duduk harus nyaman dan

diatur sedemikian rupa sehingga pasien bisa bersantai selama

beberapa saat.Pencahayaan yang memadai untuk membaca, tetapi

tidak begitu terang sehingga akan memberikan ketegangan. Warna

harus tenang dan hangat untuk menimbulkan rasa peduli dan karpet

dengan kualitas yang baik sehingga bertahan beberapa

tahun.Pemilihan penggunaan tanaman dan karya seni juga bisa ditata


di ruangan resepsionis.Khusus anak-anak dapat disediakan mainan

dan buku-buku untuk hiburan.

Ruang kerja untuk resepsionis harus mencakup daerah untuk

mesin bisnis dan buku.Lemari arsip harus dalam posisi dan tinggi

yang dapat dijangkau sehingga resepsionis dapat dengan mudah

mengambil catatan jika diminta.

2) Dental laboratotium

Laboratorium memiliki hubungan fungsional untuk operator dan

harus terletak dekat dengan operator untuk menghilangkan hal yang

tidak perlu dan mengganggu lalu lintas.Itu harus cukup besar untuk

menampung kebutuhan peralatan dan personil untuk tercapainya suatu

prosedur laboratorium. Langkah-langkah yang harus diperhatiakan

adalah sejumlah laboratorium akan menghasilkan suatu kebisingan,

sehingga dibutuhkan peredam suara atau ruangan kedap suara.

3) Kantor perusahaan

Kantor perusahaan layak untuk ditempatkan di ruang utama,

karena itu adalah pusat setiap dental praktek. Kantor perusahaan harus

bersebelahan dengan ruang tamu dan berfungsi sebagai penyangga

antara area resepsionis dan ruangan lain.


4) Area lain diluar perawatan

Beberapa are lain yang mungkin termasuk dalam sebuah fasilitas

dental, tergantung pada pilihan dan filosofi praktek di dokter gigi,

meliputi.

(1) Pusat penyimpanan. Seperti namanya, daerah pusat penyimpanan

harus berlokasi di pusat fasilitas.Harus memiliki ukuran yang

cukup untuk menyimpan persediaan yang dibeli dalam jumlah

besar (kertas barang, disposibles, gypsum produk, material, dll) .

(2) Ruangan mekanis. Daerah ini akan berisi peralatan mekanik yang

diperlukan untuk mengoperasikan fasilitas dental modern.

Peralatan ini cukup berisik; dengan demikian daerah ini harus

terletak jauh dari operator dan pasien serta daerah lainnya di

kantor. Peralatan yang biasanya terletak di daerah ini termasuk

central suction, pemanas unit, pemanas air, air compressor,

nitrous oksida dan oksigen silinder dan manifold.

(3) Area sterilisasi. Ini adalah salah satu fasilitas yang sering

dikunjungi.Ruangan ini harus cukup luas untuk memberikan

kemudahan pekerjaan.Cahaya harus memadai untuk

memungkinkan nyaman visi di area kerja.Ruangan ini harus

terdiri dari ultrasonic cleaner, autoclave (atau chemiclave), dry

heat sterilizer, dan nampan penyimpanan.


(4) Ruangan radiografi. Dalam hal ini, ruangan harus cukup besar

untuk menampung mesin radiografi dental biasa, orthopantograph

dan alat cephalometric.

(5) Ruangan Pengolahan Radiograf. Fasilitas kamar gelap.

(6) Ruang konsultasi.Banyak dental praktek modern yang telah

menyediakan ruang konsultasi untuk membantu dalam rencana

pengobatan, konseling gizi, dan sebagainya.Ruangan ini tidak

besar (65-100 kaki persegi) dan memiliki dekorasi yang sangat

nyamansehingga akan memberikan suasana untuk mengurangi

stres.

(7) Ruangan Pendidikan Pasien. Ruang ini berfungsi sebagai daerah

untuk menunjukan plak kontrol, gizi konseling di disajikan, dan

bahan-bahan audiovisual pengajaran yang disajikan. Ruanga ini

harus memiliki wastafel, cermin, Meja, dan semua peralatan yang

diperlukan untuk program kontrol plak serta peralatan dan bahan-

bahan yang diperlukan untuk menunjang pendidikan pasien yang

layak dan program gizi konseling.

(8) Toilet. Biasanya satu toilet untuk pasien dan satu untuk staf .pada

beberapa bagian dibutuhkan toilet untuk laki-laki dan wanita.

(9) Staf lounge. Lounge staf adalah alat manajemen yang penting di

kantor multistaff modern. Itu harus cukup besar untuk nyaman

menyediakan ruang untuk pertemuan staf mingguan res area

untuk rehat kopi, Penyimpanan untuk pakaian luar, Kamar untuk


mengubah untuk seragam, area dapur kecil yang mencakup

wastafel, lemari es, unit pemanas, permukaan kerja, dll idealnya,

adjacement untuk area lounge ini harus toilet staf.

(10) Kantor Pribadi Dokter Gigi. Di dalamnya terdapatfile pribadi,

area untuk dokumen, tempat yang nyaman untuk membaca, dan

cukup rak untuk mengakomodasi profesional Perpustakaan buku

dan jourals. Diploma dan penghargaan sangat tepat ditampilkan di

kantor pribadi.

2.2.2 Konsep Dental Ergonomik

2.2.2.1 Pengertian Dan Ruang Lingkup Ergonomik

Kata ergonomic berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergon yang artinya

kerja, dan Nomos yang berarti peraturan/ hukum. Jadi secara harfiah,

ergonomi diartikan sebagai Ilmu aturan tentang kerja. Hasil lokakarya

tentang penyusunan norma-norma ergonomi di tempat kerja (1978)

merumuskan pengertian ergonomik adalah ilmu serta penerapannya yang

berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau

sebaliknya dengan tujuan tercapainya prodiktivitas dan efisiensi yang

setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin.

Di dalam ergonomik terkandung makna penyerasian jenis pekerjaan

dan lingkungan kerja terhadap tenaga kerja atau sebaliknya. Hal ini terkait

dengan pengguanaan teknologi yang tepat, sesuai dan serasi dengan jenis
pekerjaan serta didukung oleh lingkungan kerja yang aman , nyaman , dan

sehat.

Secara praktis ergonomik adalah sebagai teknologi untuk

mendesain/mengatur kerja sedangkan ruang lingkup ilmu ergonomi

meliputi sejumlah aplikasi beberapa ilmu lain yang saling mendukung,

seperti ilmu anatomi, ilmu faal, ilmu psikologi, ilmu teknik, dan sejumlah

ilmu lainnya yang bersama-sama menempatkan faktor manusia sebagai

focus utama dalam rangkaian kerja yang terdapat dalam system kerja.

Ergonomik bisa dibagi menjadi beberapa bagian untuk lebih

memudahkan pemahamannya. Ruang lingkup ergonomik adalah :

1) Ergonomi fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia,

anthropometri, karakteristik fisiologi dan biomekanika yang

berhubungan ddengan aktivitas fisik.

2) Ergonomi kognitif : berkaitan dengan proses mental manusia,

termasuk didalamnya : persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat

dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen system.

3) Ergonomi organisasi : berkaitan dengan optimasi system sosioleknik,

termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses.

4) Ergonomi lingkungan : berkaitan dengan pencahayaan, temperature,

kebisingan dan getaran.


2.1.2.1 Kelelahan Tenaga Kerja

Kelelahan merupakan kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan

suatu kegiatan. Kelelahan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu

kelelahan otot (muscular fatigue) dan kelelahan umum (general fatigue),

dan kelelahan dunia kerja. Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit

nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi.

Sedangkan kelelahan umum dapat terlihat pada munculnya sejumlah

keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan

aktivitas.

1. Aspek Kelelahan Otot

Gejala kelelahan otot dapat terlihat dari luar (external sign).

Kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot

sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Irama

kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode akttivitas

secara terus-menerus.

Kelelahan otot merupakan fenomena berkurangnya kinerja otot

setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu.

Gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan

fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan. Akibat yang dapat

terjadi karena kelelahan otot daoat berupa melemahnya kemampuan

tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya


kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja. Akibat yang lebih fatal

adalah terjadiya kecelakaan kerja.

2. Aspek Kelelahan Umum

Gejala kelelahan umum yaitu perasaan letih luar biasa. Akibatnya

adalah semua aktivitas dapat terganggu dan terhambat. Selain itu tidak

adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,

segalanya terasa berat dan ngantuk.

Gejala-gejala tersebut dapat diatasi dengan menyediakan waktu

khusus untuk beristirahat dan bersikap lebih santai. Menurut

observasi, perasaan letih, seperti haus, lapar, dan perasaan lainnya

yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai indikator bahwa

kondisi fisik dan psikis seseorang sedang dalam keadaan menurun.

Perasaan mengantuk dapat diantisipasi dengan beristirahat yang

cukup.

Terdapat beberapa jenis kelelahan umum, yaitu:

1) Kelelahan penglihatan, akibat dari letihnya mata.

2) Kelelahan seluruh tubuh, akibat dari terlalu besarnya beban

fisik bagi seluruh organ tubuh.

3) Kelelahan mental, akibat dari pekerjaan yang bersifat mental

dan intelektual.

4) Kelelahan syaraf, akibat dari terlalu tertekannya salah satu

bagian dari sistem psikomotorik.


5) Kelelahan kronis, akibat dari akumulasi efek kelelahan pada

jangka waktu yang panjang.

6) Kelelahan siklus hidup, akibat dari irama hidup siang dan

malam serta petukaran periode tidur.

3. Aspek Kelelahan dalam Dunia Kerja

1) Penyebab Kelelahan

Sebagai kita ketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari,

kelelahan yang kita kenal mempunyai beragam penyebab yang

berbeda seperti :

Gambar 2.1 Diagram Teoritik efek kombinasi dari penyebab kelelahan dan
usaha yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan tersebut (Grandjean, 1988).

Proses penyembuhan diperlukan untuk memelihara kesehatan

dan efisiensi. Proses penyembuhan ini dapat terjadi terutama saat

tidur malam atau siang hari dan waktu jeda/rehat kerja. Kondisi
stress (karena aktivitas kerja) dengan penyembuhan harus

seimbang dalam siklus 24 jam. Waktu istirahat ini dupayakan

seefisien mungkin guna kemampuan toleransi tubuh.

2) Gejala Kelelahan

Gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subjektif dan

objektif dapat digambarkan sebagai berikut: Perasaan lesu,

nagntuk, dan pusing. Tidak/kurang mampu berkonsentrasi.

Berkurangnya tingkat kewaspadaan. Persepsi yang buruk dan

lambat. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani

Beberapa gejala ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi

dan efektivitas kerja fisik dan mental. Manifestasi dari gejala

tersebut dapat terlihat dari keluhan oleh tenaga kerja dan

seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja.

3) Pengukuran Kelelahan

Para ahli ergonomic menyatakan bahwa terdapat keterkaitan

antara kelelahan dengan tingkat stress, atau lebih tepatnya

kelelahan dengan produktivitas kerja. Hal ini terlihat dari reaksi

tubuh terhadap jenis-jenis stress yang berbeda, oleh karena itu

perlu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan solusi bagi

kecenderungan kinerja perusahaan.


Kesulitan dalam pengukuran kelelahan adalah karena tidak

adanya cara langsung yang dapat mengukur sumber penyebab

kelelahan itu sendiri. Terdapat enam metoda dalam pengukuran

kelelahan, antara lain: Kualitas dan kuantitas kinerja. Perekaman

terhadap kelelahan menurut impresi subjektif

Electroencephalography (EEG), mengukur frekuensi subjektif

kedipan mata (Flicker fusion eyes), pengujian psikomotorik,

pengujian mental.

Bentuk pengukuran dengan menggunakan metoda diatas

seringkali dilakukan sebelum, selama, dan setelah melakukan

aktivitas suatu pekerjaan dan sumber kelelahan dapat

disimpulkan. Tetap hasil dari suatu pengukuran mempunyai

signifikasi yang sangat relatif sehingga hasilnya akan

dibandingkan dengan tenaga kerja yang sedang dalam kondisi

sehat atau tidak stres. Kondisi ini menyebabkan belum ada cara

pengukuran kelelahan yang dianggal mutlak benar.

4) Pengaruh Kelelahan Pada Produktivitas Kerja

Terdapat keterkaitan yang erat antara kelelahan yang dialami

tenaga kerja dengan kinerja perusahaan. Lebih jelasnya, apabila

tingka produktivitas seorag tenaga kerja terganggu yang

disebabkan faktor kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat

yang ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa

penurunan produktivitas perusahaan. Tenaga kerja sebagai aset


investasi perusahaan perlu dikelola dengan baik dan benar, antara

lain dengan memperhatikan faktor-faktor kemungkinan timbulnya

kelelahan.

Sebagai diketahui, bahwa dengan peningkatan kinerja

organisasi melalui penanganan tata cara kerja yang ergonomis

adalah salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas,

khususnya bila organisasi tersebut tidak memiliki dana tambahan

investasi. Oleh karena itu, perbaikan terhadap sistem kerja,

rancangan piranti kerja dan faktor-faktor fisik dan lingkungan

kerja agar segera dilakukan, sehingga tercipta suasana lingkungan

kerja yang aman, nyaman, sehat, dan kondusif.

Dalam kondisi demikian, diharapkan tingkat kelelahan tenaga

kerja dapat ditekan dan dikendalikan ke tingkat yang wajar agar

produktivitas kerja tidak mengalami gangguan.Untuk mencegah

dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor

kelelahan paa tenaga kerja, disarankan agar: Memperkenalkan

perubahan pada rancangan produk (bila perusahaan menghasilkan

produk barang). Merubah metoda kerja menjadi lebih efektif dan

efisien. Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang

memenuhi standar ergonomi. Menjadwalkan waktu istirahat yang

cukup bagi seorang tenaga kerja. Menciptakan suasana

lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman bagi tenaga kerja.

Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara


periodik untuk mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini

dan menemukan solusi yang tepat. Menerapkan sasaran

produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan

fleksibilitas tinggi.

2.2.2.3 Pengertian Dental Ergonomik

Ergonomi merupakan sains yang berhubungan dengan interaksi antara

manusia dengan linkungan kerja mereka. Oleh karena itu, dental ergonomi

merupakan pengetahuan yang mempelajari tentang operator dan linkungan

pekerjaannya agar tidak menimbulkan kelelahan, ketakutan dan kebosanan

pasien. dental ergonomi juga termasuk desain kursi yang khusus khas

untuk dokter gigi agar postur badan yang neutral tetap dapat

dipertahankan.

Tujuan dental ergonomic terdiri dari :

1) Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada pekerjaan dokter

gigi. hal ini dapat dicapai dengan menguasai pengetahuan dan

teknik kerja.

2) Menghemat waktu. Dengan menguasai urutan kerja dan prosedur,

dokter gigi dapat berkerja secara efisien dan cepat tanpa ragu-ragu

dan ini dapat menghematkan waktu dalam perawatan.

3) Untuk bekerja secara efisien. Efisiensi kerja dapat ditingkatkan

dengan cara meletakkan peralatan dan bahan disusun secara

berurutan dengan tahap prosedur kerja yang dilakukan.


4) Supaya dokter gigi dapat bekerja dengan nyaman. Hal ini dapat

dicapai dengan cara meletakkan dental chair, meja peralata,

lampu serta posisi operator dan asistennya.

5) Untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien. kerja yang efisien

dan kenyamanan pasien akan memberikan rasa kepercayaan

pasien kepada dokter gigi dan membina hubungan yang positif

antara pasien dengan dokter gigi.

6) Memberikan keselesaan kepada dokter gigi saat bekerja. Dokter

gigi mungkin menderita musculoskeletal disorder yang

berhubungan dengan kerja atau work-related musculoskeletal

disorder (WMSDs). Tanda dan gejala dari WMSD anyara lain

leher sakit pada waktu malam, punggung berasa kaku pada waktu

pagi, pergelangan tangan sakit, dan rasa kebas pada jari.

2.2.2.4 Aspek-Aspek Penerapan Dental Ergoniomik

1. Faktor Manusia

Penataan dalam suatu sistem kerja menuntut faktor manusia

sebagai pelaku atau pengguna menjadi titik sentralnya. Pada bidang

rancang bangun dikenal istilah Human Centered Design (HCD) atau

perancangan berpusat pada manusia. Menurut Sutalaksana (1999),

perancangan demikian merupakan perancangan ergonomis

sesungguhnya, yaitu merancang (mengupayakan) agar produk menjadi

ergonomis atau memiliki sifat keergonomisan ketika produk itu telah


selesai dirancang segala-galanya. Perancangan dengan prinsip HCD,

berdasarkan pada karakter-karakter manusia yang akan berinteraksi

dengan produknya. Sebagai titik sentral maka keterbatasan manusia

haruslah menjadi patokan dalam penataan suatu produk yang

ergonomis. Ada beberapa faktor yang belaku sebagai faktor pembatas

yang tidak boleh dilampaui agar dapat berekrja dengan aman, nyaman,

dan sehat, yaitu:

1) Faktor dari dalam (internal factors). Tergolong dalam faktor ini

adalah yang berasalah dari dalam diri manusia, seperti umur, jenis

kelamin, kekuatan otot, entuk dan ukuran tubuh, dan lainnya.

2) Faktor dari luar (external factors).Banyak faktor dari luar yang

dapat mempengaruhi kerja atau berasal dari luar manusia, seperti:

penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi, adat istiadat dan

lain sebagainya.

2. Anthropometri

Anthropometri merupakan suatu pengukuran yang sistematis

terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk dimensional ukuran dan

bentuk tubuh manusia. Antropometri yang merupakan ukuran tubuh

digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang

sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut.

Semua peralatan dan barang yang dipergunakan dalam suatu

usaha atau industri serta semua ruangan kerja dimana pabrikasi

dilakukan akan berkaitan dengan tubuh manusia.


Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh penggunanya.

Jika alat-alat kerja tersebut tidak sesuai ukuannya dengan ukuran

tubuh tenaga kerja sebagai pelaku produksi, maka tenaga kerja

tersebut akan merasa tidak nyaman dan akan lebih lamban bekerja,

yang ada akhirnya akan timbul suatu kelelahan kerja atau gejala

penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang

tidak alamiah.

3. Sikap Tubuh Dalam Bekerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap

sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produksi kerja,

selain SOP (Standard Operating Procedures) yang terdapat pada setiap

jenis pekerjaan. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja,

misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan

tangannya harus dihindarkan. Apabila hal ini tidak memungkinkan

maka harus diupayakan agar beban statiknya diperkecil. Penggunaan

meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran

tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit

banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Tanpa disadari

tenaga kerja tersebut akan sedikit membungkuk saat melakukan

pekerjaannya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kelelahan lokal di

daerah pinggang dan bahu. Namun karena penderitanya tidak

mencolok maka biasanya keluhan tersebut dianggap bukan masalah,

tetapi kerugian yang ditimbulkan bisa berwujud hilangnya jam kerja,


terhambatnya produksi dan lainnya. Pada waktu bekerja diusahakan

agar bersikap secara alamiah dan bergerak optimal.

4. Cara Duduk dan Desain Kursi

Apabila medulla spinalis tidak dipertahankan pada kurva yang

aslinya maka dapat terjadi sakit pada bagian bawah punggung, leher

dan bahu. Cara duduk dengan sudut pada sendi paha kurang lebih 45

dan paha dalam posisi yang abduksi dapat mengeliminasi kebanyakan

risiko musculoskeletal disorder yang berhubungan dengan waktu

duduk yang lama. Pelvis harus pada keadaan yang stable dengan

orientasi yang tegak untuk mempertahankan kurva spinalis yang

neutral. Telapak kaki harus rata pada lantai dan paha dalam keadaan

terdukung dan memberikan dukungan kepada tubuh. Hal ini dapat

menghindari hambatan terhadap sirkulasi darah ke kaki dan telapak

kaki.

Kursi saddle dapat memberikan posisi yang tegak ketika operator

duduk. Desain dari krusi saddle dapat mempertahankan medulla

spinalis pada susunan yang benar sehingga rasa sakit pada punggung

dapat dikurangi dengan tekanan yang minimal pada diskus vertebra.

5. Cara Memegang Instrumen

Cara memegang instrumen tangan atau instrument terdiri dari

beberapa cara yaitu pen grasp, modified pen grasp, palm grasp, palm

thumb rrasp, dan reverse palm thumb grasp.


6. Tumpuan dan Sandaran Jari

Tumpuan dan sandaran jari adalah menunjukkan penempatan jari

manis dari tangan yang memegang alat baik secara intra-oral atau

ekstra oral untuk dapat mengkontrol kerja alat dengan lebih baik.

sandaran jari digunakan untuk memperbesarkan aksi instrumen dan

dengan memperbesarkan instrumen akan menjadi pengungkit. Dengan

cara demikian, aplikasi tekanan akan bertambah baik dan stabilisasi

alat semakin terjamin. Pergelangan tangan dan lengan operator

berperan sebagai tuas yang merupakan suatu kesatuan dengan

tumpuan. Sandaran jari bisa intra oral atau ekstra oral. Sandaran intra

oral berupa:

1) Konvensional. Jari manis bersandar pada permukaan gigi tetangga

dari gigi yang diinstrumentasi. Cara ini paling sering digunakan.

2) Berseberangan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi yang

berseberangan pada lengkung rahang yang sama.

3) Berlawanan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi di

lengkung rahang yang berlawanan.

4) Jari di atas jari. Jari manis bersandar di atas telunjuk ibu jari

tangan yang tidak bekerja.

7. Gerak Pergelangan Tangan dan Lengan

Pada waktu instrumentasi, pergelangan tangan dan lengan bawah

harus menyatu dengan alat dan tumpun supaya pekerjaan dapat


dilakukan secara efisien. Gerakan pergelangan tangan dan lengan

haruslah mulus dan efisien. kadang-kadang pergelangan tangan

terpaksa ditekukkan, namun otot-otot telapak tangan dan lengan

bawah meregang dan bergerak sebagai satu unit.

Instrumentasi dengan menekukkan pergelangan tangan atau

dengan gerak jari ke atas dan ke bawah akan menyebabkan cepat lelah

dan instrumentasi tidak efektif. Selain itu, instrumentasi dengan

menekukkan pergelangan tangan atau gerak jari saja akan

menyebabkan Sindrom Karpal Tunnel dan inflamasi pada ligamen dan

saraf pergelangan tangan.

8. Posisi Operator dan Pasien

Posisi pasien mempengaruhi kemampuan operator untuk bekerja

secara nyaman dan efisien. untuk instrumentasi, kursi dental

ditidurkan agar pasien bersandar pada posisi telantang dengan kepala

terdukung. Kursi diatur sehingga pasien hampir sejajar dengan lantai

dan punggung kursi sedikit dinaikkan. Kepala pasien harus berada

dekat puncak sandaran kursi.

Posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan kanan rahang

atas harus sehorizontal mungkin. Manakala perawatan pada kwandran

kiri rahang bawah, pasien harus berbaring di krusi dengan posisi

sandaran krusi 30 dari bidang horizontal. Untuk kwandran rahang


bawah, pasien harus berbaring dengan sudut 40 dari bidang

horizontal.

Posisi operator bervariasi tergantung pada sisi mana instrumentasi

dilakukan. Posisi operator dikaitakan dengan arah jarum jam. Posisi

pukul 8 12 adalah posisi bagi operator normal, sedangkan posisi

pukul 12 4 adalah posisi bagi operator kidal. Tabel di bawah

menunjukkan posisi operator yang bukan kidal pada waktu melakukan

perawatan pada pasien.

Tabel 2.1 Posisi operator ketika merawat pasien

Rahang Sisi Posisi

Maksila Labial anterior dan palatal 8.00-9.00 atau 11.00-12.00

anterior

Bukal kanan dan palatal kiri 9.00

Palatal kanan dan bukal kiri 9.00-11.00

Mandibula Labial anterior, lingual kiri 8.00 9.00

dan bukal kanan

Lingual anterior 11.00 12.00

Lingual kanan dan bukal 9.00 11.00

kiri
Gambar 2.2 Menunjukkan posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan kanan
rahang atas yang berbaring sehorizontal mungkin

Gambar 2.3 Menunjukkan posisi pasien yang berbaring 30 terhadap bidang


horizontal pada perawatan kwadran kiri rahang bawah.

Gambar 2.4 menunjukkan posisi pasien yang berbaring dengan sudut 40 terhadap
bidang horizontal pada perawatan kwandran kanan rahang bawah.
9. Prinsip Waktu dan Pergerakan

Ketika memilih penempatan alat dan perabotan, waktu dan

pergerakan menjadi pertimbangan penting. Waktu dan pergerakan

berarti jumlah waktu yang dibutuhkan dan derajat pergerakan dalam

melakukan tugas. Dokter gigi kadang menghabiskan waktunya di

ruang kerja.

Oleh karena itu, sebelum mendesain letak peralatan dan

perabotan, staf harus menentukan pekerjaan yang paling sering

dilakukan dan material yang sering digunakan. Kemudian

mengklasifikasikannya berdasarkan tingkatannya.

2.2.2.5 Four Handed Dentistry

Penelitian klinis telah mengidentifikasi dan menetapkan kriteria yang

dibutuhkan peralatan untuk mencapai peningkatan produktivitas dan

mempraktekkan Four handed dentistry yang benar.

1. Kursi Pasien

Dengan baik dirancang untuk memungkinkan optimal melihat-

kemampuan ke dalam rongga mulut. Bagian belakang harus tipis dan

sempit untuk memfasilitasi posisi operator yang tepat.


Kursi harus solid. Posisi yang ideal pasien baik oleh operator atau

asisten. Meliputi aseptik. Menjaga kenyamanan pasien di semua posisi

dan menggunakan desain yang solid untuk menciptakan aman,

platform yang mendukung.

Gambar 2.5 Kursi Pasien

2. Stools

Dengan baik dirancang untuk postur tubuh yang benar, posisi, dan

kenyamanan. Operator posisi yang tepat untuk memperlancar sirkulasi

darah ke ekstremitas bawah. Basa stabil. Dukungan abdomen untuk

asisten.
Gambar 2.6 Stools

3. Unit

Dengan baik dirancang agar asisten dapat mentransfer semua

handpieces dan kekuatan instrumentasi ke operator dari Zona

Transfer. Unit harus diposisikan di Zona Transfer .

Desain unit harus mengurangi putaran yang tidak perlu dan

gerakan lainnya yang menciptakan Operator stres dan kelelahan,

mengurangi produktivitas, dan mengurangi kualitas perawatan pasien.


Gambar 2.7 Unit

4. Mobile Cabinet

Dengan baik dirancang untuk memungkinkan akses asisten ke

bahan yang umum digunakan , persediaan, dengan platform untuk

baki yang telah ditetapkan dan area kerja. Ketika digunakan dengan

benar, mobile cabinet dapat berkontribusi 50% terhadap efisiensi

asisten dan menciptakan fleksibilitas dalam posisi lemari tetap.

Gambar 2.8 Mobile Cabinet


5. Pre-set instrument tray

Memberikan aliran prosedural yang terorganisir dari instrumen

tangan dan persediaan dengan cara diurutkan dan lingkungan yang

steril.

Gambar 2.9 Pre-set instrument tray

6. Dental Light

Memberikan pencahayaan yang ideal untuk kemampuan melihat.

Dirancang untuk menjadi color corrected dengan pola menyebar untuk

mengurangi ketegangan mata.


Gambar 2.10 Dental Light

2.2.2.6 Evaluating Equipment Design

Pola dental unit yang dasar termasuk di antaranya transthorax, side

delivery, rear delivery, dan split unit/cart.

1. Side Delivery

Unit ini merupakan konsep populer pada beberapa dekade. Unit

ini membutuhkan dokter gigi untuk mengambil handpiece sendiri,

sehingga membuatnya harus mengalihkan pandangannya dari pasien,

berputar untuk mengambil instrumen, dan harus kembali fokus. Hal

ini menyebabkan stress dan lelah. Asisten tidak dapat mencapai

instrumen untuk mengganti handpiece atau bur, sehingga kurang

produktif. Alat suction ditempatkan di sisi asisten. Kadang, pipa air

(suction) ditempatkan di mobile cart (meja yang dapat

digeser/digerakkan), namun dapat mengurangi keefektifannnya.


2. Rear delivery

Dokter harus mengambil handpiece, yang memerlukan untuk

berputar, dan juga pengalihan pandangan. Sering diperlukan untuk

menyerahkan handpiece dari tangan asisten ke tangan operator. Unit

ini menempel pada posisi fixed sehingga tidak dapat dipindahkan.

Peralatan suction dan syringe udara/air menempel permanen pada area

kerja asisten. Karena letaknya di belakang, asisten harus agak

membungkuk ke depan.

3. Split Unit/Cart

Konsep ini menempatkan sebagian dental unit pada sisi operator

dan alat suction dan syringe udara/air pada mobile cabinet (lemari

yang dapat digeser) pada sisi asisten. Seperti pada unit side delivery,

dibutuhkan bagi dokter gigi untuk mengambil handpiece dan tidak

dapat dicapai oleh asisten, hingga mengurangi produktivitasnya.

Asisten hanya dapat menggunakan suction dan syringe udara/air yang

terletak pada mobile cabinet dan tidak dapat menyerahkan handpiece

dan mengganti bur. Pola Split unit ini dapat membatasi ruang kerja

asisten dan membutuhkan instrumen cadangan ditempatkan pada tub

pada cabinet.

4. Transthorax Unit

Pola unit ini memenuhi persyaratan dari konsep waktu dan

pergerakan dan meningkatkan posisi ergonomik yang baik. Dengan

unit berada pada daerah thorax pasien, asisten dapat dengan mudah
mengambil dan menyerahkan handpiece kepada operator yang tanpa

harus mengalihkan pandangannya dari pasien. Cabinet juga terletak

pada sisi asisten. Jenis unit ini didesain untuk praktek four-handed

dentistry yang tepat.

2.3 Konsep Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) perlu diterapkan dokter gigi di

tempat praktiknya, agar dokter gigi dapat terhindar dari resiko bahaya

kerja di tempat praktiknya, terutama bahaya infeksi silang, bahaya

amalgam (Hg) dan bahaya postur tubuh yang tidak ergonimi. Pada dunia

kesehatan khususnya kedokteran gigi, resiko akan penyakit atau cedera

akibat kerja cukup tinggi. Pada prinsipnya seorang dokter gigi lebih mudah

dan rentan tertular oleh penyakit infeksi menular ataupun cedera yang

diakibatkan oleh instrumen atau alat kedokteran gigi yang tajam (Sardjono,

dkk, 2012).

2.3.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut World Health

Organization (WHO)/ International Labor Organization (ILO) adalah

upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat

kesehatan pada pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit

abibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,

pengobatan dan rehabilitasi.


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada bidang kedokteran gigi

dapat diartikan sebagai upaya seorang dokter gigi untuk mengurangi resiko

penyakit (menular) dan cedera selama pelayanan perawatan pada praktik

dokter gigi (Pradipta, 2013).

Kesehatan kerja dalah bagian dari ilmu kesehatan atau kedokteran

yang mempelajari bagaimana melakukan usaha preventif, kuratif, dan

rehabilitative terhadap penyakit serta gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun

penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya baik disik, mental maupun sosial. Secara,

langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan

produktifitas kerja dikarenakan kesehatan kerja erat kaitannya dengan

lingkungan kerja dan pekerjaan.

Kesehatan kerja dalam praktik dokter gigi ditujukan agar semua resiko

pekerjaan dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kesehatan dokter gigi

serta semua penyakit dan gangguan kesehatan dapat dihindari selama

pelayanan perawatan, guna tercapainya derajat kesehatan bagi dokter gigi

dan pasien pengunjungnya.

Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menmbulkan kerugian yang berupa

luka atau cedera, cacat, kematian, kerugian harta benda dan kerusakan

peralatan (instrumen) dan lingkungan secara luas.


Berdasarkan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi setiap

orang atau badan yang menjalankan usaha, baik formal maupun informal,

dalam upaya memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan semua

irang yang ada di lingkungan kerja. Adapun syarat keselamatan kerja yang

dapat digunakan dalam praktik kedokteran gigi sebagai berikut:

1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, seperti tertusuknya

angan dengan jarum dan instrumen kedokteran gigi lainnya yang

tajam.

2) Memberi alat pelindung diri pada dokter gigi, seperti pemakaian

sarung tangan, masker, penutup kepala atau celemek.

3) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar

radiasi, kebisingan dan getaran.

4) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

5) Memperoleh penerangan ruangan maupun area kerja pada pasien yang

cukup dan sesuai.

6) Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik serta

menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup pada ruangan

praktik.

7) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban ruangan praktik.


8) Menerapkan ergonomic di tempat kerja seperti cara memposisikan

tubuh dengan benar saat bekerja, maupun tata letak penempatan alat

kedokteran gigi.

2.3.2 Faktor Resiko di Tempat Kerja

Berikut ini merupakan potensi bahaya pada praktek dokter gigi:

1. Bahaya biologis

Seorang dokter gigi mempunyai risiko untuk terkena infeksi dan

dapat pula menularkan infeksi dari pasien ke pasien lainnya atau lebih

dikenal dengan nama infeksi silang. Infeksi dapat disebabkan oleh

kontaminasi alat/instrumen kedokteran gigi dan tangan operator yang

tidak steril, serta dapat melalui mulut dan saluran nafas bagian atas.

Beberapa penyakit yang dapat ditularkan selama perawatan

diantaranya TBC, HIV/AIDS, influenza, dan infeksi hepatitis, dapat

ditularkan melalui darah, saliva, maupun lesi dengan kontak tangan

2. Bahaya kimia

Bahan-bahan kimia di kedokteran gigi contohnya Hg (merkuri)

yang dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh melalui cara:

inhalation (melalui pernapasan), ingestion (melalui mulut ke saluran

pencernaan), atau skin contact (melalui) kulit.

3. Bahaya fisik

Bahaya Radiasi. Pada dasarnya radiasi tidak kasat mata, tidak

mempunyai bau, warna, atau rasa. Namun namun diketahui dampak


buruk yang ditimbulkannya seperti kanker, cacat tubuh, bahkan

kematian. Contohnya bahaya sinar-X. Bahaya radiasi sinar-X dapat

dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu efek somatik non-stokastik,

efek somatik stokastik, dan efek genetik somatik. Efek somatik non-

stokastik adalah efek radiasi di mana seseorang mengalami kerusakan

dalam tubuhnya diakibatkan paparan radiasi dosis tertentu, yang berat

ringannya sebanding dengan dosis yang diterima (misalnya katarak,

kemerahan pada kulit). Efek somatik stokastik adalah efek radiasi

yang terjadi tidak bergantung pada besaran dosis, namun bergantung

pada kesempatan dan probabiilitasnya (seperti kanker). Serta efek

genetik somatik adalah efek radiasi yang mungkin terjadi pada organ

reproduksi sehingga merusak DNA, sperma, atau sel telur, sehingga

terjadi mutasi gen dan kromosom, serta dapat mengakibatkan cacat

pada keturunan

4. Bahaya fisiologis

Dapat disebakan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik dan

sesuai dengan aturan-aturan ergonomi dalam melakukan pekerjaan

serta peralatan alat kerja seperti sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,

pengaturan kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat,

beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dokter gigi ataupun

ketidakserasian manusia dengan insturmen/mesin. Salah dampak

kesalahan dalam memposisikan tubuh saat bekerja ialah

Musculoskeletal Disorder (MSDs). Musculoskeletal Disorder (MSDs)


adalah kelainan yang cukup penting dipermasalahkan mengingat

gejalanya yang muncul lambat serta dampak yang diberikan bagi

penderitanya cukup serius. Berdasarkan data didapatkan 36% pada

dokter gigi yang bekerja kurang dari 10 tahun; 27,6% untuk 10-21

tahun; 25,4% untuk 21-30 tahun dan 13,4% pada dokter gigi yang

bekerja lebih dari 30 tahun.

2.3.3 Lingkungan Kerja dan Kesehatan Pekerja

Setelah mengenali potensi bahaya yang dapat mengakibatkan

gangguan atau penyakit akibat kerja, maka perlu melakukan evaluasi

potensi bahaya tersebut sebagai langkah awal upaya pengendalian. Dalam

melakukan evaluasi perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengenalan melalui identifikasi potensi bahaya.

2. Pengukuran potensi bahaya. Pengukuran ini dapat berupa pengukuran

kualitatif ataupun kuantitatif. Untuk melkukan pengukuran tentunya

membutuhkan peralatan (pengukur khusus) serta bergantung pada

potensi bahaya yang akan diukur.

3. Sampling. Evaluasi ini butuh perhatian pada jenis dan bentuk potensi

bahaya serta pengaruhnya terhadap pekerja yang terpapar.

4. Standarisasi. Perbandingan hasil pengukuran dengan nilai ambang

batas (NAB) yang berlaku.


5. Biological monitoring. Pemeriksaan tenaga kerja sesuai dengan potensi

bahaya yang ada guna mengetahui pengaruh potensi bahaya terhadap

kesehatan kerja.

6. Record keeping. Pencatatan, pengumpulan dan penyimpanan semua

data yang berhubungan dengan potensi bahaya yang ada merupakan

hal yang sangat enting dan bermanfaat untuk perencanaan

pengendalian bahaya serta perbaikannya.

Kondisi lingkungan kerja yang mempunyai potensi bahaya dapat

mempengaruhi kesehatan pekerja.

2.3.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak

pula diharapkan terjadi, sedangkan kecelakaan kerja adalah kecelakaan

yang berhubungan dengan kerja di perusahaan, maksudnya kecelakaan

dapat terjadi dikarenakan pekerajaan atau pada waktu melakukan kerja.

Kecelakaan kerja di praktik dokter gigi:

1. Terpapar dan keracunan bahan-bahan berbahaya seperti Hg (merkuri).

2. Terpapar sinar radiasi seperti radiasi pesawat sinar X atau sinar

Gamma.

3. Luka goresan maupun tertusuk oleh instrument atau alat kedokteran

gigi.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, perlu diperhatikan

penggunaan Universal Precaution atau Penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD).

2.3.6 Penggunaan Alat Pelindung Diri (Universal Precaution)

Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan Hospital

Infection Control Practice Advisory Committee (HICPAC)

memperkenalkan standar tindakan pencegahan, yaitu pedoman pelatihan

perlindungan diri tenanga kedokteran gigi, pencegahan transmisi pathogen

bloodborne, kebersihan tangan, dermatitis kontak dan hipersensitifitas

lateks, sterilisai dan desinfeksi alat, control infeksi lingkungan, jalur air

dental unit, biofilm, kualitas air, radiologi, teknik asepsis, perangkat sekali

pakai, prosedur bedah mulut, penanganan specimen biopsy, kontrol

infeksi.

Standard precaution terdiri dari dua yaitu standar tindakan pencegahan

dan transmittion based precautions yaitu standar tindakan pencegahan

yang diaplikasikan terhadap semua pasien dirancang untuk mereduksi

resiko transmisi mikroorganisme dari sumber infeksi yang diketahui dan

tidak diketahun (darah, cairan tubuh, ekskresi, sekresi). Pencegahan ini

diterapkan terhadap semua pasien tanpa mempedulikan diagnosis atau

status infeksi yang pasti.

Dasar-dasar tindakan pencegahan termasuk mencuci tangan,

pemakaian alat pelindung diri (APD), manajemen health care waste,


penanganan dan pembungan secara tepat jarum dan benda tajam. Cuci

tangan adalah tindakan pencegahan penyakit utama bagi tenaga kesehatan.

Tangan harus dicuci secara cermat dengan sabun cair desinfektan,

dikeringkan dengan lap kertas 1 kali pakai sebelum memakai dan setelah

melepas sarung tangan. Alat pelindung diri (APD) terdiri dari pakaian

pelindung, sarung tangan, masker bedah, kacamata pelindung. Dokter gigi

dan perawat gigi harus menggunakan APD untuk melindungi diri terhadap

benda asing, percikan dan aerosol yang berasal dari tindakan.

2.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Praktik Dokter Gigi

Di tempat praktik dokter gigi beberapa waktu lalu, penyeka darah

setelah ekstraksi gigi dibuang begitu saja ke tempat sampah tanpa

pemikiran lebih lanjut. Namun sekarang tidak lagi, dental office harus

melakukan standard precautions , prosedur dilakukan berdasarkan asumsi

bahwa setiap pasien atau orang yang bekerja di dental office mungkin saja

membawa infeksi serius. Sehingga kemudian semua tahapan perawatan

dental yang dilakukan harus meminimalisir risiko infeksi silang (Burt,

2005).

Beberapa dokter gigi mengingat kembali ketika dulu mereka bekerja

tanpa menggunakan sarung tangan, masker, dan goggle; memastikan

limbah dibuang ke container yang tepat; dan mengkhawatirkan aturan

OSHA. Dokter gigi kini jauh lebih memerhatikan faktor faktor tersebut.

(Burt, 2005).
2.4.1 Pengendalian Infeksi

Setelah munculnya antibiotik selama perang dunia II, negara-negara

maju menjadi tidak khawatir terhadap penyakit menular. Namun periode

itu berakhir dengan munculnya epidemi HIV, bahwa infeksi penyakit

menular tidak hanya dapat disembuhkan oleh antibiotic (Burt, 2005).

HIV bukan satu-satunya penyakit infeksius yang dapat menimbulkan

infeksi silang selama perawatan gigi. Dokter gigi selalu mempunyai

risiko tertular infeksi saluran pernafasan atas dari pasien, tapi infeksi

virus hepatitis B (HBV) jauh lebih buruk dibanding penyakit tersebut,

dan risiko dari infeksi HBV pada tempat praktik dokter gigi yang tidak

terproteksi jauh lebih tinggi dari pada kebanyakan lingkungan lainnya.

Sekarang ini pengendalian infeksi merupakan salah satu kekuatan utama

dalam membentuk tempat praktik dokter gigi (Burt, 2005).

1. Pedoman untuk Pengendalian Infeksi

Berbagai penyakit dapat bertransmisi pada perawatan dental.

Oleh karena itu, dibentuklah American Dental Association (ADA)

dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk

memberikan pedoman kontrol infeksi dan prosedur keamanan bagi

Dental Health Care Worker (DHCW) guna mencegah transmisi

penyakit (Burt, 2005).


ADA dan CDC berisi rekomendasi kontrol infeksi.

Rekomendasi tersebut yaitu edukasi dan proteksi terhadap seluruh

tenaga medis dental, mencegah transmisi patogen, kebersihan

tangan, personal protective equipment (PPE), kontak dermatitis dan

hipersensitivitas terhadap latex, sterilisasi dan disinfeksi, kontrol

infeksi lingkungan sekitar, dental unit water lines, biofilm dan

kualitas air serta pertimbangan khusus seperti handpieces dan

peralatan lain, radiologi, medikasi parenteral, prosedur pembedahan

dan laboatorium (Burt, 2005).

Semua pedoman ini berdasarkan konsep universal precautions.

Konsep ini menekankan prosedur barrier, yaitu menggunakan sarung

tangan, masker, dan kacamata pelindung, sebaiknya rutin juga

melakukan sterilisasi dengan autoklaf terhadap alat-alat yang

berpotensi menyebabkan infeksi silang. Dengan menerapkan

universal precautions, risiko transmisi dari HIV atau HBV di tempat

praktik dokter gigi akan menjadi rendah (Burt, 2005).

2. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dan Praktik

Dokter Gigi

OSHA didirikan pada bulan Desember 1970. Misinya adalah

untuk memastikan keselamatan dan kesehatan dalam lingkungan

kerja untuk para pekerja baik pria maupun wanita. OSHA

bertanggung jawab untuk menetapkan standar untuk kondisi kerja


yang aman dan sehat bagi semua karyawan dan mengatur

pemeliharaan standar tersebut. Standar OSHA mencakup hampir

semua industri, mulai dari tambang, konstruksi, penebangan,

penyedia jasa makanan, yang termasuk di dalamnya industri

kesehatan. OSHA juga memiliki standar yang spesifik mengenai

pekerja yang menangani substansi atau material yang berbahaya atau

diduga berbahaya (Burt, 2005).

Dokter gigi, seperti pekerja lainnya, tunduk pada undang-

undang kesehatan dan keselamatan. Regulasi OSHA yang paling

mempengaruhi dokter gigi adalah standar Bloodborne Pathogen

(BP) yang mulai berlaku sejak Maret 1992. Standar BP berlaku

untuk seluruh aktifitas petugas kesehatan yang akan melakukan

kontak dengan darah manusia atau cairan tubuh lainnya. Hal ini

berlaku di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, paramedik

dan ambulans, bank darah, fasilitas penelitian, dan tempat praktik

dokter gigi. Regulasi ini menyatakan agar setiap tempat praktik

dokter gigi mempersiapkan exposure control plan, yang

dimaksudkan untuk meminimalisir tertularnya infeksi. Dalam hal ini

termasuk sterilisasi instrument dan penyimpanannya, penangan

peralatan yang potensial terkontaminasi, pembuangan sampah

medik, dan topik terkait lainnya. Secara khusus disebutkan, bahwa

dokter gigi harus menawarkan vaksinasi HBV kepada stafnya dan


melaporkan insidensi dimana adanya kemungkinan terinfeksi (Burt,

2005).

2.4.2 Isu HIV di Praktik Dokter Gigi

AIDS, akronim dari Acquired Immunodeficiency Syndrome,

merupakan poin akhir dari infeksi HIV. Virus AIDS menyerang CD4 yang

menyebabkan imunosupresi. Seluruh dokter gigi harus farmiliar dengan

oral manifestasi dari infeksi HIV. Tanda yang utama adalah kandidiasis

oral, kaposi sarkoma, dan oral hairy leukoplakia, dan kondisi periodontal

buruk pada pasien dengan imunosupresi(Burt and Eklund, 2005).

Berkembangnya hukum mengenai infeksi silang harus menyadarkan

seluruh dokter gigi untuk waspada. Dokter gigi yang terinfeksi berada

dalam posisi sulit. Sejumlah negara telah menanggapi tuntutan publik

dengan hukum yang membatasi hak-hak dokter gigi yang terinfeksi untuk

melakukan praktik. Banyak yang menginterpretasikan bahwa undang-

undang ini sebagai reaksi yang berlebihan, meskipun pada negara-negara

tanpa aturan tersebut, kewajiban hukum dokter gigi untuk memberitahu

pasien dan staf bahwa dokter gigi atau stafnya yang terinfeksi HIV atau

HBV masih tidak jelas. Jika dokter gigi melakukan hal tersebut, maka

reaksi mungkin akan memaksa praktik untuk tutup; jika tidak, maka dokter

gigi harus bertanggung jawab terhadap pasien yang terinfeksi (Burt and

Eklund, 2005).
Di sisi lain, dokter gigi memiliki kewajiban hukum yang sah, di

bawah American with Disabilities Act of 1990, untuk tidak menolak

perawatan pada pasien. Hal ini menjadi lebih tegas pada tahun 1997,

keputusan U.S. District Court terhadap dokter gigi yang diduga menolak

perawatan pasien yang memiliki status HIV. Dokter gigi pun mengajukan

banding, tetapi U.S Court of Appeals menegaskan kembali keputusannya.

Peraturan ini berlaku karenaterdapat bukti bahwa risiko transmisi

berkurang ke level yang sangat rendah jika dilakukannya standard

precautions.

Kesediaan untuk merawat pasien yang terinfeksi HIV merupakan isu

yang harus diperhatikan dalam kedokteran gigi dan kurikulum di fakultas

kedokteran gigi. ADA telah memasukkan kode etik mengenai pernyataan

penolakan merawat pasien yang terinfeksi HIV bahwa hal itu adalah tidak

etis dan ilegal. Posisi ini juga masuk akal karena (1) risiko transmisi HIV

dari pasien ke dokter gigi sangat rendah ketika dokter gigi menggunakan

standard precautions, dan (2) banyak dokter gigi yang telah merawat

pasien yang terinfeksi HIV tanpa mengetahuinya.

Terdapat fakta mengenai kecemasan yang tinggi dalam melakukan

perawatan terhadap pasien yang terinfeksi, khususnya pasien yang

terinfeksi HIV. Beberapa dokter gigi tetap kukuh bahwa mereka tidak

memiliki tanggung jawab etis untuk merawat pasien yang positif HIV.

Dokter gigi ini cenderung kurang percaya terhadap standard

precautionsdan khawatir dengan apa yang akan terjadi pada praktik


mereka jika diketahui bahwa pasien dengan HIV-positif telah dirawat di

sana. Mayoritas dokter gigi menerima tanggung jawab etis mereka untuk

merawat pasien yang terinfeksi, meskipun kebanyakan tidak akan

melakukannya jika mereka memiliki pilihan. Pada tahun 1991, survei

nasional dari mahasiswa kedokteran gigi, menyatakan bahwa 76% setuju

mengenai tanggung jawab etis untuk merawat pasien yang terinfeksi,

meskipun 54% mengakui adanya ketakutan merawat pasien yang terinfeksi

dan 53% menyatakan tidak akan merawat jika diberikan pilihan. Klinik

AIDS yang ada di sejumlah kota besar, yang berisi praktisi dental yang

berkomitment memberikan perawatan yang sama pada seluruh pasien

dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Bagaimanapun juga, pada

akhir abad ke-20 trend ini telah dianggap mainstream (misal perawatan

ada praktik doktek gigi pribadi daripada pada praktik dengan fasilitas yang

lengkap).

Isu yang naik pada edukasi dental oleh adanya epidemik AIDS

membutuhkan waktu yang lama untuk diselesaikan. Dua pertanyaan yang

muncul antara lain:

1) Haruskah siswa yang positif HIV diterima di fakultas kedokteran

gigi?

2) Apakah yang menjadi kewajiban fakultas kedokteran gigi jika ada

siswa yang menjadi positif HIV dalam menjalankan tugas klinisnya?

Beberapa pengalaman pada masalah ini telah terakumulasi. Ada

beberapa kasus yang telah terdokumentasi pada siswa yang teridentifkasi


positif HIV selama studinya dan setelah mereka memulai perawatan pada

pasien, dan setidaknya ada satu kasus yang terdokumentasi mengenai

anggota fakultas yang meninggal karena AIDS.

2.4.3 Dental Unit Waterlines

Terdapat bukti bahwa air yang digunakan oleh operator dental untuk

pendinginan, irigasi, dan pembilasan dapat terinfeksi, dan beberapa cukup

berat terinfeksi. Spesies mikroba tertentu dapat membentuk biofilm pada

waterlines, dan sedikit biofilm dapat terpecah dan menginfeksi air yang

masuk ke dalam mulut pasien. Patogen manusia telah diisolasi dari air ini,

termasuk Legionella pneumophila, organisme kausatif untuk penyakit

Legionnaire. Meskipun terjangkitnya penyakit Legionnaire muncul secara

periodik, tidak ada yang berhubungan dengan prosedur dental dan tidak

ada rekomendasi spesifik untuk mencegah infeksi L.pneumophila dalam

praktik dental. Bagaimanapun juga, telah ada peningkatan jumlah pasien

yang sistem imunnya rentan terlihat dalam praktik dental, dan

kemungkinan adanya infeksi telah jelas adanya (Burt and Eklund, 2005).

Tidak ada dasar penelitian yang baik untuk memberikan rekomendasi

bagaimana cara menangani masalah ini. Rekomendasi CDC menyatakan

penggunakan air steril untuk prosedur invasif dan pembilasan secara

teratur pada waterlines. CDC juga menyatakan bahwa meskipun prosedur

ini membantu dalam menurunkan jumlah mikroorganisme pada air, namun

tetap tidak dapat menurunkan formasi biofilm.


Pada tahun 1995 ADA menyatakan tujuan memiliki peralatan yang

tersedia pada tahun 2000 yang akan memberikan air yang tidak terfilter

dengan tidak lebih dari 200 colony-forming units/ml. Hal ini merupakan

standar yang sama yang diaplikasikan pada mesin dialisis ginjal.

Isu yang terkait dengan infeksi waterline adalah aliran balik. Cross-

connection merupakan istilah mengenai bahan terkontaminasi yang dapat

masuk ke dalam suplai air publik ketika tekanan dari sumber yang

tercemar melebihi tekanan suplai air. Risiko kejadian seperti itu sangat

rendah, bahkan dapat diturunkan lebih lanjut dengan menggunakan alat

pencegahan aliran balik atau katup anti retraksi untuk mencegah air yang

terkontaminasi. Meskipun cross-connectionsecara teoritis mungkin dapat

melewati high-speed handpiece dan udara serta water syringe, risiko ini

juga sangat rendah dan belum terdokumentasi.

Banyak perhatian yang menjelaskan mengenai aliran balik berkaitan

dengan kesempatan infeksi HIV, HBV, atau HCV melalui rute ini, tetapi

kemungkinan ini sangat mendekati nol, karena tidak ada dari virus-virus

ini yang ditransmisikan melalui air. Penggunaan self-contained water

systems pada klinik dental, di mana sistem air tidak terhubung dengan

suplai air publik direkomendasikan untuk menurunkan risiko kemungkinan

lebih lanjut.
2.4.4 Pengolahan Limbah Praktik Dokter Gigi

1. Perencanaan Manajemen Limbah Komprehensif

Praktik kedokteran gigi bervariasi tergantung pada negara serta

regulasi lokal yang digunakan dalam kontrol infeksi, penanganan

material berbahaya, keselamatan petugas, dan isu manajemen limbah

(Miller, 2014).

Karena personel klinik harus memiliki pemahaman kerja tentang

apa yang dibutuhkan, maka pendidikan pun dibutuhkan. Untuk

memenuhi kebutuhan, manyak organisasi menawarkan pelayanan

konsultasi, sesi pelatihan formal, dan bahan audiovisual. Karena sifat

kompetitif seperti bisnis, maka nilai dari beberapa program cenderung

meningkat. Maka muncul pertanyaan, Seperti apa jenis program yang

sangat kita butuhkan dan bagaimana kita dapat menilai yang terbaik?

(Miller, 2014).

Semua petugas harus memiliki pengetahuan mengenai peraturan

Occupational Safety and Health Administration (OSHA)mengenai

patogen bloodborne, material berbahaya, dan penggunaan secara

aman bahan kimia di laboratorium. Environmental Protection Agent

(EPA) memiliki standard yang dapat diaplikasikan di kedokteran gigi,

seperti level paparan tempat kerja terhadap bahan kimia, panas dan

radiasi dan untuk perlakuan akhir terhadap bahan limbah. Petugas juga

harus memperhatikan sterilisasi, disinfeksi, dan manajemen limbah


medis. Hal ini diatur berdasarkan panduan dari Centers for Disease

Control and Prevention (CDC) dan American Dental Association

(ADA) (Miller, 2014).

Pada tahun 2003 CDC guidelines untuk kontrol infeksi membuat

dua rekomendasi untuk limbah medis umum. Pertama, program

manajemen limbah medis untuk praktik perlu dikembangkan. Program

tertulis ini harus mengikuti regulasi lokal, negara, maupun federal.

Kedua, praktik kedokteran gigi juga harus meyakinkan bahwa semua

personel yang menangani dan membuang limbah yang berpotensi

infektif dilatih dengan metode yang tepat dan diinformasikan

mengenai kemungkinan bahaya kesehatan dan keselamatan kerja

(Miller, 2014).

2. Tipe-tipe Limbah

Ada dua jenis dasar limbah di kedokteran gigi, yaitu regulated

medical waste dan nonregulated medical waste. Banyak orang yang

salah menganggap bahwa istilah limbah rumah sakit, limbah medis,

dan limbah infeksius merupakan sinonim. Limbah rumah sakit, seperti

limbah klinik dental atau limbah rumah tangga, mengacu pada limbah

padat yang dibuang total yang dihasilkan dari semua sumber dalam

suatu lokasi, menurut EPA (Tabel 1). Di rumah sakit, limbah ini

termasuk bahan limbah biologis seperti peralatan medis, makanan,

atau limbah untuk fasilitas hewan, selain limbah nonbiologis seperti


plastik dan kertas. Limbah medis termasuk bahan yang dihasilkan dari

diagnosis pasien, perawatan atau imunisasi dalam fasilitas medis

ataupun dental. Limbah infeksius adalah bagian kecil (diperkirakan

3% dari total) limbah medis yang menunjukkan kemampuan

mentransmisikan penyakit infeksius. Tipe limbah ini disebut juga

regulated medical waste atau limbah yang membutuhkan penanganan

khusus. Kita harus memperhatikan faktor-faktor yang berperan

penting dalam munculnya infeksi seperti jumlah dan virulensi

mikroorganisme, resistensi host, dan adanyaportal of entry (Miller,

2014).

Tabel 2.2 Definisi Limbah (Sumber: Miller, C. H. 2014. Infection Control


and Management of Hazardous Materials for the Dental Team. 5th ed. St.
Louis: Elsevier Mosby. Hal 195)

Istilah Definisi

Limbah Benda yang sudah berkontak dengan darah dan

terkontaminasi sekresi tubuh lainnya

Benda berbahaya Limbah yang memiliki risiko atau bahaya terhadap

manusia atau lingkungan

Limbah infeksius Limbah yang menyebabkan penyakit infeksius

Limbah medis Limbah padat yang dihasilkan dari diagnosis,

perawatan, atau imunisasi manusia atau hewan

dalam penelitian yang berkaitan dengan hal

tersebut, atau produksi material biologis (istilah


tidak mengacu pada limbah berbahaya; hanya

sedikit persentase limbah medis yang infeksius dan

butuh untuk diregulasi

Regulated medical Limbah medis infeksius yang memerlukan

waste penanganan khusus, neutralisasi, dan disposal

Limbah toksik Limbah yang dapat menghasilkan efek beracun

3. Manajemen Limbah Infeksius

Hanya ada sejumlah terbatas limbah medis yang perlu dilakukan

regulasi (memerlukan penanganan khusus, penyimpanan, dan

metode pembuangan). Regulated waste seperti yang didefinisikan

oleh OSHA, diberikan pada tabel 2. Faktor utama dalam menentukan

regulated medical wastebersandar pada adanya darah atau bahan

yang berpotensi infeksius lainnya (OPIM/ other potentially

infectious material). Dalam kedokteran gigi, OPIM terutama adalah

saliva. Hampir semua regulated waste dalam klinik dental terdiri

dari benda tajam yang terkontaminasi dan gigi yang diekstraksi.

Beberapa klinik dental yang melibatkan pembedahan juga

menghasilkan sedikit limbah medis padat yang tidak tajam seperti

cotton roll dengan darah atau saliva (Miller, 2014).


Tabel 2.3 Regulated Waste menurut OSHA (Sumber:Miller, C. H. 2014.
Infection Control and Management of Hazardous Materials for the Dental
Team. 5th ed. St. Louis: Elsevier Mosby. Hal 194)

Limbah Contoh di Kedokteran Gigi

Darah liquid atau semiliquid atau Darah liquid atau saliva

OPIM

Benda terkontaminasi yang akan 2 x 2s atau cotton rolls yang basah

melepaskan darah atau OPIM dalam dengan saliva atau darah

keadaan liquid atau semiliquid jika

ditekan

Benda yang kering oleh darah atau 2 x 2s atau cotton rolls yang

OPIM yang daat melepasan bahan basah/kering dengan darah atau

ini selama penanganannya saliva

Benda tajam yang terkontaminasi Menggunakan jarum, scalpel, kawat

ortodonti, instrumen tajam yang

rusak, bur

Limbah patologis atau Spesimen biopsi, jaringan yang

mikrobiologis yang terdiri dari dieksisi, gigi yang diekstraksi yang

darah atau OPIM tidak dikembalikan pada pasien

4. Darah dalam Bentuk Liquid atau Semiliquid

Semua agensi federal menyatakan bahwa darah yang mengalir

ataupun sejumlah besar darah sebagai limbah medis yang butuh untuk

diregulasi. Dalam mengatasi jumlah area, darah (bahkan ketika


tercampur dengan cairan lain seperti saliva) dapat dituang atau

dievakuasi ke dalam evacuation linessepenuhnya setidaknya setiap

hari (Miller, 2014).

Pada tahun 2003 CDC infection control guideline telah

merekomendasikan untuk melepaskan darah atau cairan tubuh lainke

selokan sanitasi atau septic tanks. CDC menunjukkan bahwa kita

harus menaruh darah, cairan yang disedot, atau limbah liquid lainnya

secara hati-hati ke dalam drainase yang terhubung ke sistem selokan

sanitasi. Kita juga harus berhati-hati dalam menggunakan sarung

tangan, masker, safety eyewear, dan pakaian pelindung ketika

melakukan hal tersebut (Miller, 2014).

5. Limbah Patogenik (Gigi dan Jaringan Lainnya)

Gigi dan limbah jaringan lainnya termasuk ke dalam limbah

patologi yang berpotensi menyebarkan infeksi (potentially infectious

pathology waste) sehingga cara pembuangannya diatur. Salah satu

yang harus dilakukan adalah penggunaan wadah dengan kode warna

dan label yang dapat mencegah kebocoran ketika dimasukan nonsharp

regulated medical waste. Gigi bekas ekstraksi dapat ditempatkan

dalam sharp container (Miller, 2014).

Prosedur paling mudah dan efektif dalam sterilisasi adalah dengan

menggunakan panas (heat). Autoklaf uap merupakan pilihan metode

yang dapat dilakukan. Namun demikian, informasi yang


dipublikasikan mengindikasikan bahwa unsaturated chemical vapor

sterilizer efektif dalam menetralkan limbah patologis (Miller, 2014).

Klinikan harus berhati hati dalam pembuangan akhirnya.

Beberapa laporan menyatakan bahwa pengangkut sampah menolak

mengosongkan kotak sampah jika terlihat ada item yang terkena

darah. Pilihan yang tepat mungkin dengan menempatkan item yang

telah mendapatkan perlakuan ke dalam sebuah wadah tertutup seperti

kardus sebelum dibuang (Miller, 2014).

Permasalahan yang umum terjadi termasuk perlakuan terhadap

gigi dengan restorasi amalgam. Panas dapat merusak merkuri. Gigi

dengan restorasi amalgam tersebut dapat didisinfeksi sebelum

dibuang. Idealnya, harus menggunakan bahan kimia untuk sterilisasi

seperti glutaraldehid kuat. Gigi tersebut dimasukan ke dalam sedikit

glutaraldehid dalam sebuah wadah tertutup dalam waktu minimal 30

menit, kemudian dibilas (Miller, 2014).

Pembuangan gigi dan jaringan lain dilakukan sesuai dengan

peraturan setempat. Beberapa daerah membolehkan limbah patologik

ini ditambahkan ke dalam limbah nonregulasi. Limbah patologi paling

baik disembunyikan dari pandangan publik. Pembuangan akhir harus

dalam wadah yang aman (Miller, 2014).

Treatead regulated medical waste adalah sampah yang sudah

diberi perlakuan (biasanya dengan pengaplikasian panas atau dengan

insinerasi) untuk mengurangi atau mengeliminasi substansi


pathogennya.Tidak peduli jika limbah tersebut rusak atau menyusut.

Sebagai contoh, pengautoklavan tidak mempertahankan volume

limbah (Miller, 2014).

6. Sharps (Benda Tajam)

Bentuk lain regulated medical waste yang diketahui dapat

mentransmisikan penyakit adalah benda tajam yang terkontaminasi.

Benda tajam adalah item yang dapat mempenetrasi kulit utuh atau

jaringan lain. Jangan buang benda tajam begitu saja ke dalam tempat

sampah, membuang benda tajam ke dalam toilet atau membuangnya

ke dalam sampah daur ulang. OSHA mengindikasikan bahwa segeera

setelah digunakan, benda tajam disposable ditempatkan ke dalam

wadah yang dapat ditutup, tahan kebocoran, dan resisten terhadap

tusukan. Wadah ini harus diberi label dengan symbol biohazard dank

ode warna untuk pengidentifikasian yang mudah. Tindakan

pencegahan ketika menggunakan wadah benda tajam (Miller, 2014) :

1) Menggunakan FDA-cleared containers.

2) Memperhatikan kalimat peringatan pada wadah benda tajam.

3) Menggunakan wadah dengan bagian bawah besar agar tidak

mudah tumpah.

4) Jangan melebihi garis batas yang direkomdasikan.

5) Hindari memaksa benda tajam masuk ke dalam wadah.

6) Letakan syringe secara horizontal.


7) Tidak memakai wadah untuk benda lain selain benda tajam.

8) Tutup wadah sebelum dipindahkan.

9) Ganti wadah segera setelah terisi penuh.

Prosedur yang direkomendasikan dalam in-house sterilization

wadah benda tajam dalam moist heat sterilizer (Miller, 2014):

1) Gunakan wadah khusus dan berlabel dapat disterilisasi

sehingga tidak meleleh ketika diproses.

2) Secara regular lakukan tes spora dengan steam atau unsaturated

chemical vapor.

3) Lakukan prosedur yang direkomendasikan berikut ini:

(1) Tidak boleh melebihi tiga perempat wadah.

(2) Biarkan terbuka.

(3) Letakan dalam posisi tegak dalam ruang sterilisasi.

(4) Wadah diproses selama 40 sampai 60 menit (biasanya dua

siklus) untuk mengakali perbedaan ukuran wadah, tipe, dan

fill leve, serta model dan status operasional penggunaan

sterilizer.

(5) Pindahkan wadah setelah diproses, biarkan mendingin, tutup

kembali.

(6) Buang wadah sesuai dengan peraturan setempat.


2.5 Pengorganisasian Praktik Dokter Gigi

2.5.1 Komponen Staffing

Staffing dibentuk dari berbagai proses interaksi yang diadaptasikan

dengan persyaratan setiap persatuan organisasi dental. Hal ini termasuk

analisis pekerjaan, rekruitment, seleksi, induction, pelatihan, dan discharge

retirement.

2.5.1.1 Job analysis

Job analysis merupakan proses menentukan pekerjaan apa yang harus

dilakukan oleh anggota yang mana di dalam organisasi. Biasanya analisis

dari fungsi merupakan langkah pertama untuk membuat deskripsi tertulis

untuk setiap pekerjaan. Deskripsi pekerjaan yang dihasilkan adalah

merupakan instrumen yang menjelaskan mengenai tugas, tanggung jawab,

dan akuntabilitas untuk setiap anggota praktek. Analysis pekerjaan

merupakan dasar untuk merencanakan jumlah yang tepat dari anggota dan

kegunaan dari anggota staf. Analisis pekerjaan juga membantu merekrut

dan menskrening aplikant dan sebagai dasar dari pelatihan pekerja.

Analisis pekerjaan juga penting untuk menentukan kompensasi pekerja.

Penting untuk mengingat bahwa tidak ada tempat praktek dokter gigi

yang sama. Sifat khusus dari setiap praktek, termasuk pelayanan dental

dan hubungan antar dokter gigi, staff dan pasien, memerlukan perhatian

dari setiap pekerjaan dan harus dilakukan di tempat praktek.


Menurut Henderson, terdapat 5 metode untuk mengumpulkan,

menganalisa, dan merekam informasi pekerjaan :

1) Metode yang pertama untuk manager dokter gigi untuk menginterview

pekerja, baik sendiri maupun bersama-sama. Dokter gigi yang baru

saja mengembangkan tempat prakteknya dapat menyusun draft tugas

untuk mereview ketika pekerja dipekerjakan.

2) Metode yang kedua untuk mengumpulkan informasi pekerjaan adalah

dengan observasi langsung oleh dokter gigi dari pekerjaan yang

dilakukan.

3) Metode ketiga adalah dengan mengisi kuesioner oleh setiap pekerja

atau supervisor.

4) Metode keempat adalah dengan membuat catatan harian yang disusun

atas pembukuan atas setiap tugas yang dibuat di dalam suatu periode

waktu.

5) Metode keloma merupakan kombinasi dari semuanya yang

mencerminkan persyaratan unik dari tempat praktek.

Ketika analisis pekerjaan dilakukan secara cermat maka akan

menghasilkan deskripsi pekerjaan (job dercription). Deskripsi pekerjaan

merupakan daftar tentang standarisasi pekerjaan dan tanggung jawab dari

setiap tugas yang diberikan kepada para pekerja. Biasanya, format dari

job description ini simple, mudah dibaca, terdiri dari satu sampai dua

halaman dan bersifat konsisten pada tiap pekerjaan. Secara umum, job
description dituliskan dalam beberapa bagian yaitu ringkasan (summary),

tugas kerja (job duties), standarisasi pekerja (employment standard),

akuntabilitas (accountabilities), dan spesifikasi pekerjaan (job

specifications).

Ringkasan (summary) secara ringkas menjelaskan tentang tujuan

umum dari pekerjaan dan ada juga daftar utama fungsi dan aktifitas yang

harus dilakukan. Deskripsi pekerjaan secara khusus disebut job duties.

Dalam job duties ini secara lebih jelas ditentukan perintah dan langkah-

langkah yang harus dilakukan dalam profesi serta hubungan pekerjaan

yang spesifik. Contohnya, secara umum tugas asisten membantu tugas

dokter, tugas asisten membantu tugas dokter, job duties asisten bertugas

untuk mencatat rekam medis selama perawatan dilakukan.

Standarisasi pekerja (employment standard), meliputi pengetahuan,

kemampuan, persyaratan secara fisikserta aspek emosional yang

berhubungan dengan pekerjaannya. Misalnya pengetahuan sangat

diperlukan ketika pekerja secara langsung membantu dokter. Sisi

emosional merefleksikan suatu kondisi yang harus dicapai secara praktek

dan personal dari praktek dokter gigi itu. Misalnya seorang doketr gigi

yang mengalami kesuliatan berkomunikasi secara akrab dengan pasien

sudah seharusnya melakukan upaya-upaya agar pasien menikmati

percakapannya. Tipe asisten yang diperlukan adalah pekerja dengan tipikal

yang ceria, sabar, serta dapat berkomunikasi dengan baik secara emosional

dengan pasien.
Akuntabilitas (accountabilities) pekerjaan-pekerjaan yang telah

diselesaikan harus dituliskan dalam laporan pekerjaan. Spesifikasi

pekerjaan (job specification) merujuk pada sejumlah faktor seperti

pengetahuan khusus dan kemampuan dalam membuat keputusan yang

berhubungan langsung dengan pekerjaan.

2.5.1.2 Recruitment

Rekrutmen adalah suatu proses dimana orang-orang yang sesuai

dengan kualifikasi terhadap suatu pekerjaan distimulus untuk mendaftar

pekerjaan tersebut. Salah satu tujuan rekrutmen adalah untuk memenuhi

kuota pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat pelamar

pekerjaan.

Salah satu metode yang biasa dilakukan dalam perekrutan yaitu

metode internal recruitmen dimana pemimpin meminta pekerjanya yang

lama untuk mencari penggantinya dengan kualitas pengetahuan dan

praktik yang sama. Keuntungannya, perusahaan mendapatkan pengganti

pekerja secara cepat tanpa adanya proses seleksi dengan kualitas pekerja

yang sama. Kerugiannya adalah image perusahaan menjadi buruk karena

ketidakprofesionalan dalam perekrutan yang dilakukan. Tetapi sebagian

besar dokter gigi melakukan system pengiklanan untuk melakukan proses

perekrutan. Namun teknik pengiklanan seperti memiliki dua mata pisau,

iklan yang tidak terlalu spesifik dapat mengakibatkan banyak orang yang

tidak berkualifikasi mendaftar lowongan pekerjaan itu. Sebaliknya iklan


yang terlalu spesifik akan menghasilkan aplikan yang sedikit bahkan tidak

ada. Sebuah iklan sudah seharusnya menjelaskan job description secara

jelas, dan seksama. Iklan juga merupakan suatu cara untuk menarik

kandidat atau aplikan dari area geografik yang berbeda. Contohnya

seorang dokter gigi yang praktek di daerah pedesaan (rural area) mungkin

saja berharap asisten nya berasal dari daerah perkotaan, tetapi asistennya

memang mengharapkan tempat kerja yang berbeda.

Ada dua aspek penting dalam pengiklanan yaitu deskripsi posisi

pekerjaan yang akan diisi dan persyaratan yang harus dipenuhi.

Kenyataannya banyak dokter gigi yang berasumsi bahwa aplikan yang

benar-benar tertarik terhadap pekerjaan yang ditawarkan akan mengirim

resume melalui pos dibandingkan mereka menelfon. Orang-orang yang

menyediakan waktunya untuk membuat resume terlihat lebih serius

dibanding dengan aplikan yang memenuhi persyaratan lewat telpon.

Sebagai tambahan seorang dokter gigi tidak akan bertoleransi dengan

pembuang-buangan waktu apalagi untuk melanyani aplikan yang

memenuhi persyaratannya lewat telfon.

Keterangan lebih lanjut tentang gaji disesuaikan dengan tingkat

pengalaman yang dimiliki aplikan. Dokter gigi harus bisa

mengefisiensikan waktu dengan jumlah aplikan yang mendaftar. Ketika

jumlah aplikan yang mendaftar sudah melebihi kuota hentikan

pendaftaran. Metode lainnya yang dinilai efektif dalam proses perekrutan


adalah dengan menghubugi pihak sekolah yang menyediakan program

pelatihan untuk ahli hygine atau dental asisten.

2.5.1.3 Selection

Proses seleksi merupakan mekanisme dimana orang yang akan kita

pekerjakan dipilih dari beberapa aplikan yang terkualifikasi. Proses ini

terdiri dari beberapa elemen, yaitu application, interview, reference check,

testing, medical and dental aplication, choice, dan hire.

1) Application

Kandidat yang telah memberikan resume harus diminta untuk

mengisi formulir aplikasi, salah satu bentuk yang efektif untuk

menstandardisasi informasi. Bentuk formulir aplikasi bervariasi

tergantung pada industri atau profesi yang akan diajukan. Banyak

bentuk yang dikembangkan oleh organisasi komersial menjadi

banyaknya pertanyaan yang terlalu umum, dimana seorang dokter gigi

harus mengetahui informasi berharga yang didapatkan dari masing-

masing kandidat yaitu kombinasi informasi umum dan pengalaman

spesifik dalam praktik. Beberapa dokter gigi mendesain formulir

untuk meyakinkan kembali respons pada pertanyaan spesifik yang

dipercaya merupakan indikator kesuksesan pekerjaan.

Formulir aplikasi yang didesain dengan hati-hati membutuhkan

seluruh informasi mengenai pribadi, edukasi, yang berhubungan


dengan pekerjaan, dan data lain yang dinyatakan terpisah dan

memiliki bagian yang telah ditentukan.

2) Interview

Sebuah wawancara merupakan percakapan yang memiliki tujuan

khusus. Hal ini merupakan salah satu cara untuk bertukar informasi

dengan kandidat sehingga informasi yang tidak tercantum pada

formulir aplikasi dapat diketahui. Hal ini merupakan sebuah peluang

untuk pewawancara untuk mengetahui respon dan sikap umum

kandidat.

Wawancara merupakan suatu alat untuk menyeleksi kandidat

dimana pertanyaan spesifik yang termasuk karakteristik keahlian dan

probadi dapat diketahui. Terdapat tiga tipe wawancara, yaitu

structured, informal, dan stress.

Di dalam wawancara terstruktur (structured), pewawancara

bekerja dalam urutan pertanyaan terstruktur berdasarkan formulir

aplikasi. Tujuan wawancara ini adalah untuk memperjelas informasi

spesifik dan untuk mengetahui apakah kandidat memiliki kualitas.

Keuntungan wawancara terstruktur yaitu wawancara ini membutuhkan

konsistensi diantara respon semua kandidat.

Tujuan utama wawancara informal yaitu pewawancara dapat

mengetahui ide dan filosofi dari kandidat. Metode ini diharapkan


dapat mengetahui bagaimana hubungan kerja yang produktif dan

nyaman dari kandidat.

Metode ketiga, yaitu wawancara tekanan (stress), harus dilakukan

apabila wawancara didesain untuk praktik yang memiliki kondisi yang

menekan, misalkan praktik yang sangat sibuk atau jadwal yang sangat

padat yang mengurus populasi yang tidak sedikit. Tipe ini bertujuan

untuk mengetahui perbedaan cara kandidat melihat kemampuan diri

dan cara sebenarnya merespon pada situasi yang menekan.

Ketika wawancara terstruktur dan informal dikombinasikan,

pewawancara bertanya kepada kandidat mengenai urutan pertanyaan

yang disiapkan , setelah itu diikuti dengan pertanyaan penutup yang

terbuka, hal ini bertujuan agar kandidat dapat berbicara dengan lebih

bebas. Kombinasi kedua wawancara inilah yang sering digunakan

dalam menyeleksi orang yang akan dipekerjakan.

3) Reference check

Reference check merupakan sumber informasi lainnya yang

penting sebelum memutuskan untuk mempekerjakan seseorang. Hal

ini dilakukan dengan cara bertanya langsung mengenai orang yang

akan kita pekerjakan kepada atasan sebelumnya atau kepada orang

lain yang mengenal orang yang akan kita pekerjakan tersebut.


Walaupun begitu, penilaian yang diberikan oleh mantan atasan dari

orang yang akan kita pekerjakan tidak selalu valid karena terdapat

kemungkinan perbedaan lingkungan kerja yang akan mempengaruhi

cara kerja orang tersebut.

Reference check ini dapat dilakukan secara terstruktur dan dapat

pula secara informal. Reference check yang paling efektif yaitu yang

melibatkan keduanya, secara informal tapi terstruktur.

Beberapa dokter gigi lebih memilih untuk mengirimkan surat

dibandingkan menelepon langsung atasan sebelumnya dari pelamar

kerja untuk mendapatkan reference check. Metode ini membutuhkan

beberapa pertanyaan yang spesifik atau kuesioner singkat. Sayangnya

metode ini kurang begitu efektif karena biasanya orang-orang merasa

malas apabila harus menyatakan sesuatu dalam bentuk tulisan.

Referensi lain bisa didapat dari sekolah si pelamar kerja ataupun teman-

teman kuliahnya dulu.

4) Testing

Beberapa artikel menunjukkan bahwa penyeleksian pekerja

melalui tes dalam bidang kedokteran gigi memiliki kegunaan yang

terbatas untuk menentukan prospek calon pekerja ke depannya. Tes

tidak dapat digunakan sebagai penilaian manajerial. Hasil tes tidak

bisa selalu digunakan untuk menilai seseorang ataupun untuk


menentukan keputusan final. Dalam beberapa kasus, dokter gigi tidak

seharusnya mengadakan tes ini sendirian, harus dibantu oleh ahlinya

seperti psikolog ataupun yang lainnya agar pelaksanaan tes

menunjukkan hasil yang maksimal.

Selain tes tertulis, dapat juga dilaksanakan tes praktek, seperti

contohnya tes mengetik untuk resepsionis, tes mengenai cara

sterilisasi untuk asisten dokter gigi, dan yang lainnya untuk

memperlihatkan kemampuan dari pelamar kerja tersebut.

5) Pemeriksaan medis dan dental

Sebagian besar dokter gigi tidak terlalu memberikan perhatian

terhadap pemeriksaan medis dan dental ini. Saat pilihan yang tersisa

tinggal dua atau tiga orang pelamar kerja, pemeriksaan semacam ini

diperlukan untuk menentukan pelamar yang paling berkualitas.

Pemeriksaan medis dan dental ini secara tidak langsung dapat

memperlihatkan performa kerja para pelamar kerja. Sebagai contoh

seorang pekerja yang tidak bisa bergerak cepat akan menyulitkan saat

terdapat keadaan emergensi dan tidak banyak membantu dalam

praktek four-handed dental. Selain itu terdapat alasan lain mengapa

pemeriksaan seperti ini perlu dilakukan, yaitu alasan ekonomi.

Sebagai seorang atasan, sudah sewajarnya seorang dokter gigi

menyediakan kompensasi pekerja atau asuransi untuk para pekerjanya.

Apabila orang yang dipekerjakan memiliki masalah kesehatan yang


cukup buruk maka hal ini dapat mempengaruhi efektivitas waktu,

tenaga dan juga peningkatan biaya kompensasi pekerja atau asuransi.

Pemeriksaan gigi juga penting, terutama apabila praktisi

mengharapkan seluruh anggota stafnya untuk mendemonstrasikan

pentingnya kesehatan mulut dan gigi. Apabila pekerja tersebut

memiliki oral hygiene yang buruk maka demonstrasi mengenai

pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut ini tidak akan berjalan

dengan baik.

Pemeriksaan medis dapat dilakukan oleh dokter yang dipilih oleh

dokter gigi sendiri, sedangkan pemeriksaan gigi dapat dilakukan oleh

dokter gigi keluarga para pelamar kerja.

6) Menentukan pilihan

Saat pelamar kerja yang tersisa hanya tinggal dua atau tiga orang,

dokter gigi harus menentukan pilihan mengenai pelamar kerja mana

yang akan dipekerjakan. Sebagian besar kriteria diperlukan untuk

menentukan pilihan. Biasanya pilihan jatuh kepada seorang pelamar

kerja yang memenuhi kualifikasi objektif dan memiliki kemauan

untuk belajar dan menjadi bagian dari organisasi dan dapat

berinteraksi dengan baik dengan staf lainnya dan juga pasien.

Dokter gigi dengan praktek solo dapat menentukan pilihan sendiri

ataupun meminta pendapat dari para stafnya. Sedangkan dokter gigi


yang praktek bersama dapat menentukan pilihan secara bersama-sama

pula dimana setiap orang dapat mengejukan opininya.

Proses pemilihan ini harus selalu ditinjau ulang secara periodik.

Apabila terdapat suatu sistem yang terlihat kurang begitu efektif

dalam menyeleksi para pelamar kerja maka sebaiknya sistem tersebut

diganti dengan sistem yang baru yang telah diteliti secara seksama

agar kualitas penerimaan para pekerja dapat meningkat.

7) Penerimaan pekerja

Langkah terakhir dari proses seleksi ini yaitu penerimaan pekerja.

Dokter gigi harus memberitahukan pada tanggal berapa keputusan

akan dibuat. Selain itu, pada hari yang sama dengan penerimaan

pekerja ini, para pelamar yang tidak diterima juga harus diberi tahu

bahwa mereka bukan lagi kandidat calon pekerja di kliniknya. Untuk

menghindari terjadinya kesalahpahaman mengenai syarat-syarat yang

harus dipenuhi oleh pekerja, maka diperlukan suatu konfirmasi secara

tertulis yang disetujui baik oleh dokter gigi maupun calon pekerja

tersebut sebelum masa kerjanya dimulai. Pada kertas tersebut biasanya

tertulis mengenai gaji pekerja, lamanya kerja, job description,

promosi, kenaikan gaji dan ketentuan-ketentuan lain yang telah

disepakati. Selain itu hal penting lainnya yang harus ada dalam kertas

persetujuan tersebut yaitu mengenai masa percobaan dimana salah

satu pihak dapat mengakhiri masa kerjanya di klinik tersebut tanpa


adanya penalti. Pada akhirnya, sebagai manajer atau pemilik klinik,

dokter gigi berhak memecat pekerjanya.

Calon pekerja harus memfotokopi kertas persetujuan tersebut dan

mengembalikannya sebelum atau pada hari pertama dia bekerja.

Apabila pekerja tersebut sudah menandatangi kertas persetujuan maka

itu artinya dia sudah membaca, memahami dan menerima syarat-

syarat pekerjaannya.

Biasanya dokter gigi masih menyimpan data mengenai kandidat

calon pekerja yang merupakan pilihan kedua dan ketiga apabila di

kemudian hari terdapat posisi yang sesuai dengan bidang mereka.

Biasanya data semacam ini disimpan selama beberapa bulan.

Sedangkan data mengenai proses penerimaan pekerja baru (termasuk

reference check dan hasil wawancara) dan catatan-catatan lainnya

disimpan dalam sebuah file selama satu tahun.

8) Pelantikan

Proses selanjutnya pada fungsi staffing ini yaitu pelantikan.

Pelantikan ini berarti bahwa pekerja baru tersebut diterima dalam

praktek. Proses ini sama saja dengan permulaan karena pekerja baru

tersebut memiliki kesempatan formal untuk mempelajari mengenai

tugasnya dan menjadi anggota yang berpartisipasi sepenuhnya dalam

waktu yang singkat.


9) Office Manual

Praktek dokter gigi yang terorganisasi dengan baik biasanya

memulai pelantikan pekerja barunya dengan memastikan bahwa dia

mengerti dan memahami mengenai office manual (buku pedoman

tempat praktik tersebut). Dalam office manual biasanya terdapat

informasi mengenai bagaimana tempat praktek tersebut berdiri

(filosofinya) dan menerangkan mengenai sistem operasi atau cara

kerja di klinik tersebut (kebijakan-kebijakan dan prosedur). Pekerja

baru tersebut harus membaca dan memahami office manual di tempat

prakteknya agar dia dapat mempelajari mengenai apa yang diharapkan

dan bagaimana pekerjaannya berhubungan dengan staf lainnya di

tempat dia bekerja. Masa pelantikan ini bertujuan agar pekerja baru

dapat memahami dan memperluas pengetahuannya mengenai posisi

masing-masing staf sehingga dapat meningkatkan performa kerjanya

dan dapat berkomunikasi dengan baik dengan staf lainnya.

Pelaksanaan pelantikan ini dapat dilakukan sendiri oleh dokter

gigi atau diwakilkan oleh stafnya. Pada masa-masa awal dibukanya

praktek, biasanya dokter gigi sendiri yang akan melaksanakan

pelantikan pekerja baru ini, namun bila prakteknya berkembang dan

sudah terdapat banyak staf, biasanya dokter gigi akan menyerahkan

proses pelantikan ini kepada stafnya dikarenakan jadwalnya yang

mulai memadat.
10) Practice Organization

Selama periode pelantikan ini, para pekerja baru harus dijelaskan

mengenai organisasi yang terdapat pada tempat praktek tersebut. Hal

ini dilakukan agar para pekerja baru tersebut dapat menjadi anggota

yang juga memberikan kontribusi sesuai tugasnya dalam waktu yang

singkat. Dalam proses ini juga mempelajari mengenai apa yang

disukai dan apa yang tidak disukai oleh dokter gigi, staf, dan yang

paling penting pasien. Para staf juga dapat membagi pengetahuan dan

juga pengalaman mengenai metode yang lebih memudahkan dalam

pekerjaan tersebut kepada para pekerja baru.

11) Job Expectations

Pelantikan juga merupakan suatu proses untuk menjelaskan

mengenai ekspektasi kerja secara formal dan juga informal. Pada saat

pertemuan-pertemuan awal dengan dokter gigi, job desc dapat

didiskusikan untuk meningkatkan pemahaman mengenai pembagian

pekerjaan (apa saja yang harus dilakukan, siapa yang melakukannya

dan kapan hal tersebut dilakukan). Selain pembagian pekerjaan,

biasanya juga dibicarakan mengenai tingkah laku yang hendaknya

diterapkan.

Karena masa pelantikan ini biasanya diadakan bertepatan dengan

masa percobaan, sehingga akan lebih baik apabila dokter gigi sendiri

yang mengobservasi pekerja baru tersebut selama masa ini. Hal ini
dilakukan agar pekerja baru tersebut dapat bekerja maksimal sesuai

dengan tugasnya dan mematuhi peraturan-peraturan dalam klinik

tersebut.

Keuntungan lain dari proses pelantikan ini yaitu para pekerja baru

akan mengetahui lebih awal apakah pekerjaan tersebut cocok

untuknya. Biasanya pekerja yang memiliki kapasitas ketrampilan yang

seimbang dengan tugasnya akan tinggal lebih lama dibandingkan

orang lain yang tidak.

Dengan pengawasan yang ketat selama proses pelantikan ini,

biasanya dokter gigi akan dengan cepat menyadari kekurangan dari

pekerja barunya. apabila pekerja baru tersebut masih belum memiliki

ketrampilan yang mencukupi maka ia dapat mengikuti pelatihan

terlebih dahulu.

2.5.1.4 Training

Tujuan pelatihan yaitu untuk mengembangkan atau meningkatkan

kemampuan pegawai agar kinerjanya dapat memberikan kontribusi lebih

pada sasaran praktek. Dokter gigi dapat menjelaskan arah, sasaran spesifik,

dan tujuan tertentu yang ingin dicapai pada pegawai dengan menggunakan

waktu singkat yang diambil dari pekerjaannya. Seringkali banyaknya

pertemuan atau rapat dengan pegawai juga merupakan bagian dari

pelatihan. Dokter gigi seharusnya memberi penghargaan pada pegawai

yang terlatih dengan peningkatangaji atau keuntungan lainnya.


Pelatihan dapat berguna untuk melatih kemampuan baru pada pegawai

baik segera setelah merekrut atau membantu pegawai baru untuk

beradaptasi dengan metode praktek dan kebutuhan yang diperlukan.

Pelatihan dapat memperbaiki kinerja yang kurang. Pada program yang

diadakan terus menerus dapat berpengaruh pada peningkatan kinerja dan

asumsi pegawai pada peran baru dan tanggug jawab yang lebih besar.

Agar efektif, sesuai dengan teori pembelajaran, pelatihan seharusnya

dilihat sebagai proses yang sekuen. Gambar 1 menunjukkan proses tiga

fase yang dikembangkan oleh pembimbing manajemen Beatty dan

Schneir.

Tipe program pelatihan harus disesuaikan dengan kinerja pegawai

yang diharapkan. Pada kasus pembukaan tempat praktek baru, disarankan

untuk mencari pegawai yang terkualifikasi telah mengikuti pelatihan

formal. Pegawai yang berpengalaman dapat meminimalisir biaya untuk

program pelatihan. Masalah penting yang harus diperhatikan dalam

program pelatihan adalah perbedaan gaji antara pegawai terlatih dengan

pegawai yang kurang berpengalaman. Hali ini harus dipertimbangkan

secara hati-hati dalam merekrut pegawai baru.

Pelatihan, yang dapat diklasifikasikan secara formal dan informal,

dapat dilakukan baik pada tempat praktek maupun di luar tempat praktek.

Metode lain yang dapat diberikan seperti program pelatihan dengan

peralatan sendiri, seminar, dan kursus peningkatan kemampuan yang lebih

kompleks.
On-the-job training. Sasaran utama dari program pelatihan adalah

memberikan informasi, meningkatkan kemampuandan keterampilan, serta

mengubah tingkah laku. Beberapa praktisi lebih memilih pelatihan di

tempat kerja karena mengabiskan biaya yang lebih murah dibandingkan

metode pelatihan lain. Cara pelatihan ini berguna dan berpengaruh bagi

tanggung jawab pegawai dalam masalah sederhana seperti mensterilkan

instrumen, memesan suplai, penambalan, serta penggunaan radiograf.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan keterampilan pegawai,

kerumitan pada program pelatihan juga meningkat.

Apapun metode yang digunakan dalam program pelatihan, sebaiknya

memeberikan hasil dan mengevaluasi keefektivitasannya. Salah satu

caranya yaitu dengan mengukur kemampuan pegawai sebelum dan

sesudah diberikan pelatihan. Selain itu dapat menggunakan diagram

pelatihan sebagai alat penilaian. Intinya pelatihan pada tempat kerja tidak

boleh mengganggu atau mengambil banyak waktu kerja dokter gigi.

Keuntungan memiliki pegawai yang terlatih dapat menggantikan

kurangnya biaya pendapatan.

Value of training. Niali dari pelatihan ini berkontribusi besar dalam

profesionalisme dan dijadikan standar dalam tempat praktek. Program

pelatihan juga dapat diindikasikan bagi komitmen praktisi untuk

meningkatkan keterampilan pegawainya dan peran mereka dalam

organisasi.
Pelatihan juga memberikan keefisienan dalam perawatan kesehatan

gigi dan mulut yang berkualitas pada tingkat optimum sesuai biaya yang

dikeluarkan. Pegawai yang terlatih dapat mengerti bagaimana cara untuk

menghemat waktu, meminimalisir pengeluaran, dan melaksanakan tugas

tambahan saat diperlukan. Program yang dilaksanakan terus menerus dapat

menguatkan kerjasama tim dan meningkatkan kegigihan dalam bekerja.

Pelatihan di luar tempat praktek dapat ditemukan dalam lembaga

dokter gigi, kelompok belajar, sekolah kedokteran gigi, dan komunitas

perkuliahan.

Cost and benefits. Biaya pelatihan bervariasi tergantung dengan

program. Biaya dapat berupa kehilangan pendapatan yang akan tertutupi

selama periode yang digunakan untuk pelatihan, biaya perkuliahan, serta

program pelatihan di luar waktu kerja.

Pada beberapa kasus, keuntungan dari pelatihan dapat menutupi biaya

dan berkontribusi kuat dalam meberi kepuasan, lebih efektif, dan

memberikan waktu yang lebih lama dalam mempekerjakan pegawai.

2.5.1.5 Discharge-retirement

Tiga isu terbesar pada dokter gigi belakangan ini dalam hubungan

dengan staff adalah tingkah laku yang tidak cakap atau imatur, performa

kerja yang buruk, dan kepribadian yang tidak cocok.


Analisa kerja (job analysis) dan deskripsi kerja (job description)

memeperlihatkan standar yang harus dicapai pegawai agar dan diagunakan

untuk mengubah tingkah laku pegawai. Penguatan standar selama induksi

dan proses pelatihan membantu memelihara konsistensi tingkah laku dari

pegawai. Jika usaha untuk memperbaiki tingkah laku pegawai tidak

berhasil, pemecatan menjadi keputusan yang pantas.

Beberapa dokter gigi banyak melakukan kesalahan dengan menunggu

perubahan tingkah laku pegawai menjadi lebih baik secara otomatis.

Beberapa dokter gigi juga ada yang ikut campur langsung dalam usaha

mengubah tingkah laku pegawainya. Jika semua usaha sudah dilakukan

dan tidak menghasilkan perubahan yang sesuai harapan, dokter gigi dapat

membicarakan secara privat kepada pegawai dengan memberikan

beberapa aternatif apakah pegawai ingin mengundurkan diri, dipecat, atau

pensiun.

Kepribadian memiliki peran penting dalam situasi kerja. Karena

kepribadian sulit diukur, tolak ukurnya dapat terlihat dari kemampuan,

pengalaman, dan pendidikan. Penawaran untuk pengunduran diri kepada

pegawai juga memperlihatkan walaupun kemampuan pegawai baik,

perbedaan kepribadian dapat terjadi antara dokter gigi dan pegawai.

Jika pegawai telah diperingatkan berulang kali tentang tingkah laku

yang dapat mengganggu tata tertib praktek, pegawai dapat dipecat.

Peringatan ini sebaiknya dalam bentuk tertulis sebagai pembelaan dokter

gigi dan informasi bagi pegawai. Memecat pegawai penting, terutama jika
tingkah laku pegawai dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan

pasien dan pegawai lainnya.

Perbedaan antara memecat dan mengundurkan diri adalah pegawai

yang mengundurkan diri dapat memilih untuk menetap di tempat praktek

untuk beberapa waktu sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan pemecatan

dapat menginstruksikan pegawai untuk meninggalkan tempat praktek

dengan segera ataupun memberikan batas waktu.

Hukum yang menetapkan batas waktu pegawai pada usia 65 tahun

untuk pensiun telah dicabut. Ini dapat menjadi kesulitan tersendiri bagi

dokter gigi yang ingin mempensiunkan pegawai berusia tua, terutama jika

telah lama bekerja di tempat praktek tersebut. Banyak pegawai yang ingin

bekerja hingga mereka merasa sudah tidak mampu lagi. Pensiun menjadi

pilihan individu menurut hukum. Jika performa kerja pegawai sudah

kurang memuaskan, dokter gigi dapat mendiskusikannya apakah pegawai

terbut ingin pensiun secara sukarela atau dipecat atas dasar performa kerja

yang kurang baik. Pemecatan tidak bisa dilakukan atas dasar usia tua

karena merupakan pelanggaran hukum. Pegawai yang merasa

didiskriminasi karena usia dapat memberikan protes pada dokter gigi.

2.5.2 Tenaga Kesehatan Praktik Dokter Gigi

Tim dental adalah gabungan dari beberapa orang dalam kedokteran

gigi dengan fungsi dan peran yang berbeda, bekerja sama untuk mengobati
pasien. Ada beberapa macam peran yang terdapat pada tim dental, yaitu

dokter gigi dan auxiliary.

2.5.2.1 Dokter Gigi

Dokter gigi adalah seseorang yang memiliki izin untuk melakukan

praktik kedokteran gigi dibawah hukum dari daerah, provinsi, atau negara

dimana ia bekerja. Hukum yang mengatur ditujukan untuk memastikan

seorang dokter gigi telah memenuhi beberapa requirement, seperti telah

menyelesaikan pendidikan profesional dalam kurun waktu tertentu di

institusi yang diakui, dokter gigi telah memenuhi kompetensi yang

dibutuhkan, dan memiliki kualitas personal yang baik.

Dokter gigi harus memperhatikan pencegahan dan kontrol dari

penyakit pada rongga mulut, dan pengobatan dari kondisi yang disebabkan

oleh penyakit tersebut.Dokter gigi juga dapat mendiagnosa dan mengobati

pasien secara independen, meresepkan beberapa macam obat, dan

memberikan supervisi bagi dental auxiliaries.

2.5.2.2 Dental Auxiliary

Dental auxillary adalah ungkapan umum untuk semua orang yang

membantu dokter gigi dalam merawat pasien, termasuk dental hygienist,

dental assistant, hygienist or assistant with expanded function, dental

laboratory technician, resepsionis, serta sekretaris. Auxillaries dapat

diklasifikasikan menjadi 2, yaitu operating dan non operating bergantung


dari ada tidaknya orang tersebut melakukan prosedur intraoral pada pasien

secara langsung.

Dental Hygienist lebih cenderung ke tindakan profilaksis, kesehatan

jaringan pendukung gigi, dan pencegahan penyakit lebih lanjut karena

prosedur klinis langsung dan edukasi pasien. Di banyak tempat hygienist

bekerja di bawah supervisor dokter gigi, baik di tempat praktik pribadi

maupun institusi.

Expanded function dental auxillary (EFDA) adalah dental hygienist

atau dental assistant yang telah mendapatkan pelatihan lebih lanjut tentang

perawatan lebih lanjut kepada pasien, walaupun tetap bekerja diawasi oleh

dokter gigi. Contoh kewajiban yang dipegang oleh EFDA di Amerika

yaitu seperti memberikan floride topical, memberikan desensitizing agent,

memberikan pit-dan fissure sealant, dan berbagai macam lainnya.

Dental assistant adalah non operating auxillary yang membantu

dokter gigi atau dental hygienist tetapi tidak diijinkan untuk merawat

pasien secara independen. Secara umum kewajiban mereka yaitu

mengambilkan peralatan dan material yang digunakan oleh dokter gigi.

Dental laboratory technician adalah non operating auxillary yang

memenuhi permintaan dokter gigi dan membuat model extra oral seperti

gigi tiruan, orto, dan sebagainya. Mereka harus mempunyai sertifikat dan

biasanya bekerja di institusi tertentu.


2.6 Pelaksanaan Praktik Dokter Gigi

2.6.1 Manajemen Pasien

2.6.1.1 Kebutuhan Pasien

Setiap orang yang mengadakan kontak dengan pasien harus memiliki

pemahaman mengenai pengaturan dasar yang terlibat dalam hal

memotivasi pasien. Setiap dokter harus mengerti hal-hal dasar yang

memotivasi pasien datang kepadanya.

Dokter bukan hanya mengobati tapi juga bisa membesarkan hati

pasien yang akan berpengaruh pada keadaan psikologinya. Hal ini

berkaitan dengan rencana perawatan yang akan dilaksanakan. Selain

menunjukkan profesionalisme, seorang dokter juga harus menunjukkan

rasa empati pada pasien yang akhirnya akan menimbulkan kepercayaan

pasien kepada dokter.

Dua tokoh yang berkontribusi dalam menjelaskan dunia psychologists

manusia yaitu Abraham Maslow dan Carl Rogers.

1. Maslows Hierarchy of Needs

Dr. Abraham maslow telah menjelaskan sebuah Hierarchy of

Needs yang membantu dalam pemahaman bagaimana kebutuhan

seseorang dapat memotivasi tingkah lakunya.


Maslow mengidentifikasi lima tingkatan dasar kebutuhan

disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang

tidak terlalu krusial :

1) Fisiologis atau biologis

Ini merupakan kebutuan jasmani, dan merupakan yang

utama untuk dipenuhi. Kita harus memenuhi kebutuhan fisik ini,

atau kita tidak akan bertahan hidup lama untuk memenuhi

kebutuhan social atau psikologis. Jika kita sehat, makan secara

teratur, dan tinggal di tempat yang layak, kita dapat menuju ke

tingkatan kebutuhan yang selanjutnya dalam hierarki.

2) Kebutuhan keamanan dan perlindungan

Ketika kebutuhan biologis dapat tercapai, itu artinya kita

siap untuk tingkatan kedua hierarki. Tingkatan ini

memungkinkan kita untuk mengembangkan lingkungan kita.

Seperti anak kecil yang mulai mengeksplor lingkungannya

ketika kebutuhan makanan dan kenyamanannya tercapai, kita

sebagai manusia dewasa juga mulai mengeksplor. Ini adalah

level di mana kita merasa aman dan bebas dari rasa bahaya,

ancaman, atau gangguan lainnya. Jika kita memiliki pekerjaan

yang tidak mengancam keselamatan dan hidup di lingkungan

yang aman, kita akan merasa aman dan dapat melanjutkan ke

level selanjutnya.
3) Kebutuhan Sosial atau Dicintai (Disayangi)

Sekalinya kita merasa aman dalam lingkungan di mana kita

berada, kita dapat menuju level interaksi social. Pada tingkatan

hierarki ini, Maslow menyadari bahwa kita perlu berinteraksi

dengan orang lain di mana kita berbagi kepercayaan yang sama,

dan yang memberikan kita dorongan untuk melanjutkan

hubungan social. Interkasi social memberikan kita rasa percaya

diri untuk meningkatkan ke level hierarki yang selanjutnya.

4) Kebutuhan untuk Dihargai (Esteem)

Dari interaksi dengan orang lain pada tingkatan

sebelumnya, kita akan menentukan tujuan (goals) untuk diri kita

sendiri. Hal ini dianggap sebagai kebutuhan diri yang

berhubungan dengan harga diri, reputasi, dan pengakuan. Disini,

kita berusaha untuk meraih tujuan (goals) kita, setelah tercapai

maka kita akan mendapatkan harga diri (self-esteem). Kepuasan

yang diperoleh dari pencapaian tujuan akan membuat kita

membentuk tujuan baru dan akan terjadi pengulangan dan

sebuah cycle.

5) Aktualisasi Diri

Orang-orang yang mengaktualisasi dirinya dimotivasi oleh

kebutuhan untuk tumbuh. Untuk mencapai kebutuhan ini, kita


harus telah memenuhi atau mencapai harga diri dan memiliki

kepercayaan dalam diri kita.

Maslow mengembangkan pikirannya pada orang yang

mengaktualisasi dirinya dan mejelaskan bahwa untuk mencapai

tingkat kebutuhan dasar ini, seseorang harus bebas dari sakit,

kebutuhan dasar lainnya telah terpenuhi, secara positif menggunakan

kapasitasnya, dan dimotivasi oleh suatu keberadaan atau pencarian

nilai personal (existing or sought-after personal values). Seseorang

pada level ini sering ingin membantu orang lain untuk mencapai

tujuannya dengan mengajarkan hal yang telah dipelajari pada

tingkatan sebelumnya. Beberapa orang tidak pernah mencapai level

ini karena mereka tidak menginginkannya.

Gambar 2.11 Hierarki Kebutuhan Maslow

(Sumber http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/10/04/motivation-theory-is-dead/)
Menghubungkan hierarki ini dengan kedokteran gigi artinya

mengenali pasien dan individu dan dengan siapa kita berhubungan.

Sebelum seorang dokter gigi dapat memotivasi pasien untuk

menerima suatu jenis perawatan dental, drg harus mengerti posisi

pasien pada hierarki kebutuhan.

Mengatur rencana pembayaran untuk seorang pasien sering

menimbulkan konflik terhadap kebutuhan. Pasien harus memastikan

jika kebutuhan dasar makanan, tempat tinggal, dan pakaian

terpenuhi, namun ada juga keinginan untuk memenuhi kebutuhan

social dengan memperbaiki penampilan dengan melakukan beberapa

bentuk perawatan gigi. Konflik muncul dalam proses pembuatan

keputusan ketika pasien dikonfrontasi dengan konflik bagaimana

memenuhi semua kebutuhan tersebut dengan pendapatan yang

spesifik. Dokter gigi dan staffnya harus membuat usaha untuk

menentukan kebutuhan pasien, menyadari konflik potensial pasien,

dan mempertimbangkan rencana perawatan alternatif sehingga

pasien dapat memiliki beberapa pilihan.

Teori kebutuhan ini tidak hanya diterapkan pada hubungan

dengan pasien tapi juga dapat diterapkan pada interaksi antara

anggota staff. Dokter gigi, asisten, dan ahli kebersihan memiliki

kebutuhan yang sama. Seringnya konflik muncul ketika seseorang

menjadi tetap pada suatu level. Di sana dapat terlihat tidak ada

perubahan dalam motivasi, dan orang tersebut akan menunjukan


tidak adanya perubahan perspektif. Ini sering dibuktikan ketika

seseorang memiliki suatu ketertarikan dalam menghasilkan uang

atau meningkatkan status social tanpa memperhatikan tingkat

motivasi orang lain.

Mungkin salah satu pelajaran terbaik yang dapat kita pelajari

dari teori Maslow adalah jika suatu individu memiliki pilihan dalam

menentukan perilakunya. Meskipun kebutuhan dasal fisiologis dan

lingkungan memiliki pengaruh yang penting, seorang individu

membuat pilihan dengan sukarela.


2. Rogers Client-Centered Therapy

Dr. Carl Rogers, seorang psikolog humanistic lainnya, meyakini

bahwa klien lah yang mengetahui apa yang menyakitkan, ke arah

mana harus pergi, apa masalah yang krusial, apa pengalaman yang

dikubur dalam-dalam. Rogers juga menyarankan bahwa kita harus

menerima pasien atau orang lain apa adanya dengan segala nilai dan

tujuannya, dan bahwa jika orang-orang ini harus diperlakukan dengan

unconditional positive regard.

Client-centered therapy mengasumsikan bahwa pasien

mengetahui apa yang mereka rasakan, apa yang mereka inginkan, dan

apa yang menjadi prioritas mereka. Penerapan dalam kedokteran gigi,

filosofi ini medorong kita untuk mendengarkan pasien. Lebih jauh

lagi, konsep ini menyarankan agar kita harus menghargai pasien

sebagai manusia, tidak hanya sekedar jumlah, studi kasus, atau proyek

penelitian. Orang-orang ini memiliki kebutuhan, dan keinginannya

tidak boleh ditekan. Kombinasi konsep Maslow dan Rogers

memberikan dasar untuk kemanusiaan dan perilaku kepedulian yang

harus dimiliki oleh seluruh pemberi jasa kesehatan.

2.6.1.2 Hambatan Komunikasi Pasien

Kita sering mengalami kesulitan berkomunikasi pada pasien

dikarenakan sudah terciptanya suatu pengahalang. Salah satu penghalang


yang biasa kita buat adalah menilai pasien terlebih dahulu sebelum

memeriksa. Dokter gigi mungkin ragu-ragu untuk melakukan tindak lanjut

pada pasien karena cara berpakaianya atau mobil apa yang dia gunakan.

Oleh sebab itu, pasien tidak pernah diberi tahu mengenai perawatan

altrenatif yang dapat diberikan karena dokter gigi telah menyimpulkan

status ekonominya terlebih dahulu.

Orang dengan keterbatasan atau cacat sering di pandang sebelah mata.

Sebagai pekerja kesehatan dental, penting bagi kita untuk merawat seluruh

pasien secara adil tanpa membeda-bedakan baik dia orang cacat maupun

normal.

Penghalang yang lain adalah mendengarkan tapi tidak memperhatikan

(hear but do not listen). Dental professional tidak boleh terlalu sibuk

mendengarkan untuk mengerti pasien. Jangan hanya mendengarkan kata-

katanya. Tapi mengertilah apa makna kata-katanya. Sebelum kalian

mengemukakan pendapat, kalian harus bisa mengemukakan kembali apa

yang telah dikatakan untuk kepuasan pasien. Jangan memotong

komunikasi atau pembicaraan, biarkan pasien mengemukaan hal yang ada

di dalam pikirannya.

Penghalang ketiga adalah keasyikan (preoccupation). Selama rutinitas

sehari-hari, banyak tuntutan ditempatkan pada waktu Anda, dan Anda tiba-

tiba mulai berpikir tentang aktivitas lain sambil mencoba untuk

berkomunikasi dengan pasien. Semua orang telah berada di posisi pada


satu waktu atau waktu lainnya. seorang pasien berusaha menjelaskan

mengapa waktu janji tidak nyaman, dan tiba-tiba Anda sadar bahwa Anda

belum pernah mendengar kata yang dikatakan karena Anda berkonsentrasi

pada masalah lain. Hal ini sering terjadi di kantor yang kekurangan. Setiap

anggota staf telah begitu banyak bekerja sehingga mendengarkan pasien

kadang-kadang hanya menjadi beban. Sayangnya, pasien cepat menyadari

hal tersebut dan tiba-tiba berhenti berbicara atau akhirnya mungkin

berhenti datang ke tempat praktik gigi. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, pasien adalah orang yang paling penting di kantor dan harus

diberikan perhatian penuh.

Ketidakpedulian akan kepentingan, ketidaksabaran, dan juga lupa

mendengarkan adalah penghambat komunikasi. Anda mungkin tidak

menyadari betapa pentingnya masalah bagi dan menganggapnya sebagai

main-main. Demikian pula, anda mungkin tidak sengaja menemukan diri

anda menjadi tidak sabar dengan anak muda yang suka mengobrol atau

orang tua yang lambat. Selain itu ada kemungkinan bahwa anda mungkin

tidak mendengar semua orang karena gangguan pendengaran yang anda

tidak sadari.

Jangan hanya mengetahui mengenai hambatan ini saja, tetapi kalian

harus mau melakukan sesuatu untuk mengevaluasi diri sendiri sebelum

bertemu dengan pasien, kita harus memutuskan untuk mengabaikan semua

kegiatan yang asing dan bersedia untuk mendengarkan dan memahami

masalah pasien sebelum Anda menawarkan solusi.


Isyarat non verbal berkenaan dengan gesture dan gerakan tubuh pada

kondisi tertentu. Setiap pekerja dental harus peduli tentang ini. Seperti

pepatah mengatakan gambar bisa mempunyai seribu makna. Jadi,

gesture bisa memperlihatkan perasaan pribadi seseorang. Komunikasi non

verbal, memberikan feedback pada reaksi pasien.

Asisten yang sigap dapat mengambil isyarat ini dan menafsirkannya

keika berkomunikasi dengan pasien, Perhatian harus dilakukan agar tidak

disesatkan oleh suatu gerakan. Serangkaian gerakan umum akan

memberikan indikasi yang lebih realistis dari sikap seseorang. Klinik

menyajikan banyak kesempatan untuk menggunakan dan menerima

isyarat-isyarat nonverbal.

1) Nervousness

Seorang pasien yang memasuki ruang periksa dan duduk,

mengunci pergelangan kaki bersama-sama dan mengepalkan tangan,

dapat mengekspresikan rasa takut dengan menahan emosi. Ini dapat

terjadi di kursi gigi ketika seseorang menggenggam lengan kursi dan

mengunci pergelangan kaki bersama-sama. Ketika pasien tenang, ia

secara otomatis akan membuka pergelangan kakinya.

2) Defensiveness

Ketika pasien atau staf melipat dan mengepalkan tangan secara

erat, hal ini mengindikasikan ketidaksetujuan atau defensiveness. Hal

ini menunjukkan orang tersebut telah ditarik dari percakapan. Hal Ini
dapat terjadi ketika pasien sedang diabaikan oleh dokter gigi dan

asistennya saat mereka berkomunikasi satu sama lain.

3) Touching

Asisten memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan isyarat

ini yang menunjukkan kepedulian atau rasa sayang. Tangan di bahu

anak kecil mungkin menunjukkan perhatian, atau merangkul bahu

seorang lanjut usia mungkin memberikan keyakinan.

4) Openness

Selama konsultasi dengan pasien, dokter gigi harus menyatakan

keterbukaan daripada mangasumsikan sebuah sikap beribawa di

belakang meja. setelah pasien duduk di samping meja, hilangkan

penghalang ini dan memungkinkan kesempatan untuk dokter gigi

gerakan yang lebih terbuka.

5) Embarassment

Tangan pasien menutupi mulut dapat menunjukkan keinginan

untuk menghindari rasa malu memperlihatkan kondisi tongga

mulut. Sebuah sinyal yang mirip bisa pada menutup bibir atas untuk

menutupi gigi.

Ada banyak bahasa non verbal yang lain dan penting sekali untuk

mengetahuinya. Tidak ada satu alat atau tehnikpun yang dapat memastikan

keberhasilan komunikasi. Komunikasi didasarkan pada seorang pemimpin

yang baik menetapkan tujuan dan staf yang bekerja sebagai tim. Upaya
tersebut, dikombinasikan dengan minat tulus dalam memenuhi kebutuhan

pasien, akan menyediakan sistem komunikasi yang sukses di tempat

praktek.

2.6.1.3 Penjadwalan Pasien

Seseorang harus khusus bertanggung jawab terhadap penganturan

appointment. Data yang terdapat pada buku appointment dibuat dengan

pensil. Data ini harus akurat, lengkap, dapat dibaca dan berisi informasi

seperti:

1) Nama lengkap pasien, disertai petunjuk lain untuk mengantisipasi

kesamaan nama.

2) Nomor telepon untuk memastikan janji control atau bila terdapat hal

darurat.

3) Perawatan yang akan dilakukan.

4) Usia pasien.

5) Lamanya waktu appointment.

6) Notasi spesial seperti

(1) N : pasien baru.

(2) * : pasien memilih janji lebih awal.

(3) B : business phone number.

(4) H : home phone number.

(5) M : Premedicate.
(6) : lama appointment

Karena keterbatasan ruang pada setiap data, maka penulisan data ini

sebaiknya menggunakan simbol.

Setelah appointment dibuat, urutan pekerjaan yang dilakukan

selanjutnya adalah pemeriksaan awal dan proflaksis, pemeriksaan

radiografi, melakukan diagnosis, setelah diagnosis pasti, dokter

menentukan rencana perawatan, pasien kemudian diminta datang kembali

untuk janji konsultasi. Disini pasien menerima usulan perawatan dokter

atau memodifikasinya dan asisten membuat appointment lanjutan. Setelah

perawatan selesai, pasien diminta datang secara periodik melalui

preventive recalled system. Tahapan ini harus dilakukan secara berurutan

dan dokter gigi harus menjelaskan waktu yang diperlukan dari setiap

tahapan. Terdapat sistem manual dan elektronik untuk menulis data-data

ini.

1) Kartu Appointment

Kartu appointment merupakan pemberitahuan tertulis tentang

appointment pasien yang dibawa pulang oleh pasien. Setelah data

dimasukkan ke dalam buku appointment, pindahkan data ini ke kartu

appointment. Kartu ini dibuat dengan ukuran yang dapat dimasukkan

ke dalam dompet pasien. Kartu ini mengandung informasi seperti

nama lengkap dokter gigi, pangkat, alamat, nomor telepon dan

peraturan kantor untuk appointment yang gagal. Sediakan garis untuk

diisi nama pasien, hari, tanggal dan waktu appointment.


2) Jadwal Appointment Harian

Jadwal appointmentharian merupakan urutan kronologis dari

aktivitas di dental appointment. Jadwal ini ditempatkan di ruang

perawatan, laboratorium, dan kantor pribadi dokter gigi. Jadwal ini

harus berisi nama pasien, perawatan yang akan dilakukan dan waktu

appointment.

3) Appointment Call List

Appointment Call Listmerupakan urutan data dari pasien yang

membutuhkan appointment untuk berbagai alasan. Data ini mencakup

pasien yang ingin dihubungi bila waktu appointment tersedia, pasien

yang menunggu proses penyembuhan sebelum perawatannya

diselesaikan, dsb. Pada data ini juga disertakan identita pasien.

2.6.1.4 Recall System

Recall system memberitahukan pasien dari waktu rutin untuk

melakukan perawatan gigi. Ini merupakan bagian integral dari setiap

praktek dokter gigi dan ini sangat penting untuk dokter gigi dan pasienya.

Recall system adalah life line dari praktek. Ini membantu memperoleh

satu dari tujuan utama dalam kesehetan gigi yaitu dengan membantu

masyarakat untuk menjaga kesehatan mulut dalam hidupnya. Perjanjian

panggilan rutin secara umum ditugaskan pada dental hygienist, tetapi

setiap dental professional pada prakteknya harus menjaga recall system

untuk mewujudkan recall system yang sukses.


Paling sering pasien di panggil ke tempat praktek adalah untuk oral

prophylaxis dan pemeriksaan. Bagaimanapun kunjungan panggilan harus

di jadwalkan untuk bermacam alasan antara lain seperti pemeriksanaan

oral tissue setelah prosedur operasi, pemeriksaan prosthetic seperti gigi

tiruan sebagian dan gigi tiruan lengkap atau implant, menentukan pola

erupsi dari anak-anak, menentukan status dari perawatan orthodonti,

follow up pada perawatan endodontic, follow up untuk implant, dan

menentukan status tissue periodontal. Recall system yang sukses

bergantung dari beberapa factor seperti pendidikan kesehatan gigi,

motivasi, dan follow up yang konsisten

Sebagai asisten administrative, kita harus membantu pasien dalam

membangun rasa tanggung jawab terhadap kesehatan mulutnya, meskipun

perubahan sikap tidak bias berubah secara cepat. Pasien harus

mempertahikan bagaimana recall system berjalan.

Motivasi pasien, sebagai factor penting yang berpengaruh terhadap

keefektifan recall system, merupakan tanggung jawab dari operator. Ketika

pasien sudah memahami dan termotivasi untuk menerima recall system,

bagian administrasi bertanggung jawab untuk terus memantau keefektifan

sistem yang telah berjalan tersebut.

1. Menjaga pasien terus diinformasikan (keeping patient informed)

Untuk menjaga agar pasien tetap terus mendapat informasi, dapat

dilakukan melalui beberapa cara berikut ini.


1) Meng-update terus brosur praktek.

2) Laporan berkala.

3) Materi-materi yang diberikan secara audiovisual di ruang

resepsionis.

4) Kamera intraoral.

5) Foto sebelum dan sesudah perawatan.

6) Papan bulletin.

7) E-mail follow-up.

2. Jenis Recall System

Terdapat beberapa jenis recall system yang dapat digunakan.

Kebanyakan dokter gigi menemukan bahwa tidak ada satu sistem

yang sempurna, sehingga mereka lebih memilih untuk menggunakan

lebih dari 1 jenis. Berikut 3 jenis recall system yang paling banyak

digunakan oleh dokter gigi.

1) Advanced appointment system

Melalui jenis system ini, recall appointments dijadwalkan

sebelum pasien meninggalkan kantor. Berikut keuntungan dan

kerugian dari system ini.

Keuntungan :

(1) Tidak memerlukan biaya.

(2) Sederhana.

(3) No time required of the administrative assistant.


Kekurangan :

(1) Pasien tidak mengetahui komitmen mereka kedepannya.

(2) Sering terja diperubahan.

2) Telephone recall system

Sistem ini memungkinkan didapatnya respon dalam waktu

yang cepat, oleh karena setiap perawat administrasi dapat

menghubungi setiap pasien melalui telefon untuk menjadwal

perjanjian recall. Berikut beberapa ketentuan dalam melakukan

system ini.

(1) Jangan menelepon pasien terlalu pagi.

(2) Pastikan suara kita menunjukkan etika yang baik.

(3) Menelepon di tempat yang private, tidak terdengar oleh

pasien lain.

(4) Jangan terlalu memaksakan kehendak pasien. Jika

mereka memberitahu akan menelepon kembali, catat di

data recall, dan tunggu 2 sampai 3 minggu sebelum

menghubungi mereka kembali. Jika mereka tidak

merespon setelah 3 kali menelepon, tanyakan kepada

mereka, apakah mereka berminat terhadap program

recall yang aktif.

(5) Memiliki catatan recall pasien, sehingga kita mendapat

informasi yang benar.


(6) Jika kita mendapatkan kotak pesan, oleh karena pasien

tidak dapat menjawab telefon, maka kita harus

memberikan pesan dengan suara yang jelas, memberikan

pesan secara lengkap, mencakup alasan, waktu kapan

klinik kitadibuka, nomor telefon klinik, dan ucapan

terima kasih.

Berikut keuntungan telephone recall system :

(1) Mendapatkan respon pasien dengan cepat. .

(2) Praktek pembangunan.

Kerugian dari telephone recall system adalah sebagai berikut.

(1) Terdapat kemungkinan tidak diangkat oleh pasien.

(2) Terdapat kemungkinan tidak dapat menjangkau

keberadaan pasien.

(3) Dapat mengganggu pasien.

(4) Memakan banyak waktu.

(5) Bagian administrasi bertanggung jawab dalam system

ini.
3) Mail recall system

Melalui system ini, maka pasien yang dapat menentukan

waktu untuk appointment. Pasien menerima kartu yang (1)

meminta mereka untuk menghubungi klinik untuk menjadwalkan

waktu control dan (2) memberitahukan mereka mengenai waktu

perjanjian control dan meminta mereka untuk konfirmasi.

Keuntungan dari system ini adalah sebagai berikut.

(1) Memberikan tanggung jawab kepada pasien.

(2) Visible reminder.

Kerugian dari system ini adalah sebagai berikut.

(1) Adanya kemungkinan pasien untuk menolak.

(2) Memerlukan biaya untuk pengiriman.

(3) Respon pasien tergolong lambat.

2.6.1.5 Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam

2 sistem yaitu:

1. Fee for Service ( Out of Pocket )

Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran

berdasarkan layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu

membayar kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter

atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan berdasarkan atas


pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin

banyak pula pendapatan yang diterima.

Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung

pada sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari

laporan World Health Organization di tahun 2006 sebagian besar

(70%) masyarakat Indonesia masih bergantung pada sistem, Fee for

Service dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti sistem Health

Insurance (WHO, 2009). Kelemahan sistem Fee for Service adalah

terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan (PPK)

untuk memanfaatkan hubungan Agency Relationship , dimana PPK

mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang

diberikannya kepada pasien yang besar-kecilnya ditentukan dari

negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang ditangani, semakin

besar pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan

ke pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong

untuk meningkatkan volume pelayanannya pada pasien untuk

mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.

Kelebihan dari fee for service sebagai berikut.

1) Mekanisme yang baik untuk memberikan imbalan yang

sesuai dengan tingkatkesulitan keadaan pasien.


2) Pendapatan dokter dapat dihubungkan dengan beban

pekerjaannya, dalam halini pendapatan dokter akan terkait

dengan kompleksitas masalah pasien.

3) Dokter tergerak membuat catatan praktiknya secara lebih

baik dan akanmempunyai penanganan yang lebih manusiawi

dan produktif.

4) Pasien mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi dokter

agar memberikan pelayanan terbaik untuk dirinya.

Kekurangan dari fee for service sebagai berikut.

1) Merangsang dokter untuk memberikan pelayanan yang

berlebihan dengandasar motivasi ekonomi (menaikkan

pendapatan) sehingga memperbesar kemungkinan terjadi

fenomena supplier induce demand.

2) Dokter cenderung memberikan layanan medis ke kasus yang

memberikankeuntungan paling besar.

3) Mempunyai tendensi meningkatkan inflasi pelayanan

kesehatan.

4) Sulit untuk menyusun anggaran sebelumnya

5)

2. Health Insurance

Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan

oleh pihak ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan


kesehatan berobat. Sistem health insurance ini dapat berupa system

kapitasi dan system Diagnose Related Group (DRG system).

Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya

underutilization dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas

yang diberikan kepada pasien untuk memperoleh keuntungan sebesar-

besarnya. Selain itu, jika peserta tidak banyak bergabung dalam

system ini, maka resiko kerugian tidak dapat terhindarkan. Namun

dibalik kelemahan, terdapat kelebihan system ini berupa PPK

mendapat jaminan adanya pasien (captive market), mendapat

kepastian dana di tiap awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur

sehingga mengurangi terjadinya multidrug dan multidiagnose. Dan

system ini akan membuat PPK lebih kea rah preventif dan promotif

kesehatan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan

dengan sistem kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan

angka kesakitan dibandingkan sistem pembayaran berdasarkan

layanan (Fee for Service) yang selama ini berlaku. Namun, mengapa

hal ini belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia? Tentu saja

masih ada hambatan dan tantangan, salah satunya adalah sistem

kapitasi yang belum dapat memberikan asuransi kesehatan bagi

seluruh rakyat tanpa terkecuali seperti yang disebutkan dalam UU No.

40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Sampai saat ini, perusahaan asuransi masih banyak memilah peserta


asuransi dimana peserta dengan resiko penyakit tinggi dan atau

kemampuan bayar rendah tidaklah menjadi target anggota asuransi.

Untuk mencapai terjadinya pemerataan, dapat dilakukan universal

coverage yang bersifat wajib dimana penduduk yang mempunyai

resiko kesehatan rendah akan membantu mereka yang beresiko tinggi

dan penduduk yang mempunyai kemampuan membayar lebih akan

membantu mereka yang lemah dalam pembayaran. Hal inilah yang

masih menjadi pekerjaan rumah bagi sistem kesehatan Indonesia.

Memang harus kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan

terutama dalam pembiayaan pelayanan kesehatan yang sempurna,

setiap sistem yang ada pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing. Namun sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini

harus bergerak dengan pengawasan dan aturan dalam suatu sistem

kesehatan yang komprehensif, yang dapat mengurangi dampak buruk

bagi pemberi dan pencari pelayanan kesehatan sehingga dapat

terwujud sistem yang lebih efektif dan efisien bagi pelayanan

kesehatan di Indonesia. Pembiayaan kesehatan dengan Jaminan

Kesehatan Nasional harus Diperkuat dengan Dukungan Primary

Health Care yang Sedekat Mungkin dengan Pasien.

Untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit harus dilakukan

penyesuaian sistem pelayanan kesehatan dari konvensional menjadi


managed care suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan

yang :

1) Komprehensif dan menyeimbangkan antara kualitas pelayanan

dengan pembiayaan kesehatan.

2) Meliputi upaya promotif dan preventif, kuratif dan rehabilitatif.

3) Menerapkan manajemen pengendalian utilisasi dan biaya serta

program jaga mutu pelayanan kesehatan.

3. Kapitasi (Capitation)

Sistem kapitasi adalah suatu sistem pembayaran dengan sejumlah

uang yangmerupakan pertanggungjawaban pelayanan kesehatan yang

diterima secara tetapdan periodik sesuai dengan jumlah atau cakupan

pasien. Pengelompokkan biasanya berdasarkan karakteristik pasien

seperti umur dan jenis kelamin (Jacob.P, 1997). Sedangkan Azwar A

(1996) menyebutkan sistem kapitasi adalah system pembayaran di

muka (prabayar) yang dilakukan oleh badan penyelenggara

kepadasarana pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga

untuk setiap pesertayang dipertanggungkan. Biasanya sistem kapitasi

ini berkaitan erat dengan konsepwilayah.

Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa

pelayanan kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap

penghasilan per peserta untuk pelayanan yang telah ditentukkan per


periode waktu. Pembayaran bagi PPK dengan system kapitasi adalah

pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK atas jasa

pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah dana

sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu.

Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM

(Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Masyarakat yang

telah menjadi peserta akan membayar iuran dimuka untuk

memperoleh pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang dengan

pelayanan tingkat pertama sebagai ujung tombak yang memenuhi

kebutuhan utama kesehatan dengan mutu terjaga dan biaya terjangkau.

Kapitasi ini dengan menggunakan asa prabayar (pembayaran di

muka)sejumlah dana (jumlah peserta x nilai kapitasi) setipa bulan

sebagai imbalanmelayanai sejumlah peserta, tidak perduli berapa

seringnya peserta menggunakan jenis pelayan yang disepakati dalam

kontrak.

Pembayaran kapitasi dapat bersifat sebagai berikut

1) Kapitasi menyeluruh ( full capitation)

Ditujukan untuk membiayai seluruh produk/jasa

pelayanan yang diberikankepada peserta, yaitu jasa medik +

obat-obatan + laboratorium +tindakan/prosedur medis.

2) Kapitasi sebagian (partial capitation)


Ditujukan hanya untuk membiayai sebagain jasa/produk

layanan sepertikapitasi jasa medik, kapitasi obat, dan kapitasi

pelayanan penunjang

Reaksi positif kapitasi :

1) Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang berkualitas

tinggi, dengan menegakkan diagnosis yang tepat dan

memberikan pengobatan atau tindakan yang tepat.

2) Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan promotif dan

preventif untuk mencegah insiden kesakitan.

3) Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang pas, tidak

lebih dan tidak kurang, untuk mempertahankan efisiensi

operasi dan tetap memegang jumlah pasien JK sebagai

income security

Reaksi negatif kapitasi :

1) Jika kapitasi yang dibayarkan terpisah pisah (parsial) antara

pelayanan rawat jalan primer, rawat jalan rujukan dan rawat

inap rujukan dan tanpa diimbangi dengan insentif yang

memadai untuk mengrangi rujukan, fasilitas kesehatan akan

dengan mudah merujuk pasiennya ke spesialis atau merawat

di rumah sakit.

2) Fasilitas kesehatan dapat mempercepat waktu pelayanan

sehingga tersedia waktu lebih banyak untuk melayani pasien


non jaminan atau yang membayar dengan JPP yang "dinilai"

membayar lebih banyak.

3) Fasilitas kesehatan dapat tidak memberikan pelayanan

dengan baik, supaya kunjungan pasien kapitasi tidak cukup

banyak.

Salah satu cara untuk mengevaluasi berbagai reaksi negatif

perilaku fasilitas kesehatan yang mendapatkan pembayaran kapitasi

dan yang mendapatkan pembayaran JPP adalah dengan mengevaluasi

utilisasi biaya, status kesehatan dan kepuasan pasien.

2.6.2 Sistem Rekam Medis

2.6.2.1 Pengertian Rekam Medis

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam

medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada

pasien pada sarana pelayanan kesehatan (Rusli, et al., 2006).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

269/MENKES/PER/III/2008 yaitu berkas dan catatan yang berisikan

dokumen tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.


Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan perbedaan yaitu

Permenkes tahun 1989 hanya menekankan pada sarana pelayanan

kesehatan, sedangkan dalam Permenkes tahun 2008 tidak. Ini menunjukan

pengaturan rekam medis pada Permenkes tahun 2008 lebih luas, berlaku

baik untuk sarana kesehatan maupun di luar sarana kesehatan (Rusli, dkk.,

2006).

2.6.2.2 Komponen Rekam Medis Dokter Gigi

Berdasarkan Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

rekam medis mengenai komponen rekam medis untuk pasien rawat jalan

pada sarana pelayanan kesehatan memuat :

1) Identitas pasien, terdiri dari nama lengkap pasien, umur, nama

suami/ayah, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, nomor rekam

medis,agama, alamat, pekerjaan, nomor kartu penduduk dan nomor

telepon rumah untuk memudahkan kembali pencarian berkas rekam

medis.

2) Tanggal dan waktu kunjungan;.

3) Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

penyakit.

4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik.

5) Diagnosis.

6) Rencana penatalaksanaan.

7) Pengobatan dan/atau tindakan.


8) Persetujuan tindakan bila diperlukan.

9) Pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien.

10) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.

11) Persetujuan tindakan bila diperlukan.

Adapun keputusan Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008

tentang rekam medis mengenai komponen rekam medis untuk pasien

rawat inap dan perawatan satu hari terdiri dari :

1) Identitas pasien, terdiri dari nama lengkap pasien, umur, nama

suami/ayah, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, nomor rekam

medis,agama, alamat, pekerjaan, nomor kartu penduduk dan nomor

telepon rumah untuk memudahkan kembali pencarian berkas rekam

medis.

2) Tanggal dan waktu kunjungan.

3) Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

penyakit.

4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik.

5) Diagnosis.

6) Rencana penatalaksanaan.

7) Pengobatan dan/atau tindakan.

8) Persetujuan tindakan bila diperlukan.

9) Catatan hasil observasi klinis dan hasil pengobatan.

10) Ringkasan pulang (discharge summary).


11) Nama dan tanda tangan dokter gigi yang memberikan pelayanan

kesehatan.

12) Pelayanan lain yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan tertentu.

13) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.

2.6.2.3 Penyimpanan Rekam Medis

Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter,

dokter gigi dan pimpinan sarana kesehatan (Rusli, et al., 2006).

Berdasarkan Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

rekam medis aturan penyimpanan rekam medis sebagai berikut :

1) Rekam medis rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-

kurangnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal

terakhir pasien berobat atau dipulangkan, setelah batas waktu tersebut

rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan

persetujuan tindakan medis. Ringkasan pulang dan persetujuan

tindakan medis harus disimpan dalam jangka waktu 10 (sepuluh)

tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.

2) Rekam medis pada sarana pelayanan kesehtan non rumah sakit wajib

disimpan sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 2 (dua) tahun

terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan,

setelah batas waktu tersebut rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali

ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medis.


2.6.2.4 Aspek Etika dan Hukum Rekam Medis

Aspek etika dan hukum rekam medis diatur dalam undang-undang

pemerintahan Indonesia, yaitu Permenkes tahun 2008. Dengan rincian

sebagai berikut :

1) Dokumen rekam medik adalah milik sarana pelayanan kesehatan.

2) Isi rekam medik adalah milik pasien & dibuat oleh dokter atau

dokter gigi yang memberikan pelayanan kepada pasien tersebut.

3) Rekam medik harus disimpan & dijaga kerahasiaannya oleh

dokter, dokter gigi, & pimpinan serta staf dari sarana pelayanan

kesehatan.

4) Isi rekam medik hanya boleh diketahui oleh pasien atau orang

tuanya (dalam hal ini apabila pasien belum dewasa). Pihak lain

(termasuk keluarga, kuasa hukum pasien, perusahaan, atau

asuransi kesehatan) dapat mengetahui isi rekam medik apabila

pasien mengizinkan secara tertulis & sadar akan risiko diketahui

rahasia dirinya oleh orang lain.

5) Bila pasien telah meninggal, maka rekam medik & isinya tidak

boleh diberikan kepada siapapun termasuk ahli warisnya.

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (Rusli, dkk.,2006), rekam

medis dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti tertulis di pengadilan.
Sanksi hukum yang diperoleh dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja

tidak membuat rekam medis dapat dipidana kurungan paling lama 1 (satu)

tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak

membuat rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena

dokter dan dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan (ingkar

janji/wanprestasi) dalam hubungan dokter dengan pasien.

Selain itu, sanksi disiplin dan etik dokter dan dokter gigi yang tidak

membuat rekam medis selain mendapat sanksi hukum juga dapat

dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU Praktik Kedokteran,

Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Kode

Etik Kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI). Dalam Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 tentang Tata Cara

Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI dan MKDKIP,

ada tiga alternatif sanksi disiplin yaitu pemberian peringatan tertulis,

rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik, dan

kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi.

Selain sanksi disiplin, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat

rekam medis dapat dikenakan sanksi etik oleh organisasi profesi yaitu

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis Kehormatan

Etik Kedokteran Gigi (MKEKG).

Anda mungkin juga menyukai