Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASPEK KRITIS PADA GIGI TIRUAN CEKAT

Dosen Pembimbing :

Dr. Nanda Rachmad PG, drg.,M.Biomed

Kelompok 6

Mata Kuliah Gigi Tiruan Cekat

Ellen Amelia 151910513032


Sa’id Ahmad Romadhon 151910513033
Hanida Syafa Syahira 151910513034
Unsiyah Zulfa Ulinnuha 151910513035
Chindy Januarti Nurrohmah 151910513037

TEKNIK GIGI
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Surabaya, 06 Oktober 2021

Tertanda

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

I.1 Latar Belakang ...............................................................................1

I.2 Rumusan Masalah ..........................................................................2

I.3 Tujuan Makalah ..............................................................................2

I.4 Manfaat Makalah ............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3

II.1 Pengertian Mengenai Aspek Kritis pada Gigi Tiruan Jembatan ...3

II.2 Macam-macam Aspek Kritis Gigi Tiruan Cekat/Jembatan ..........3

II.2.A Aspek Linguo Gingival Pontik ..................................................3

II.2.B Proximal Embrasure ..................................................................6

II.2.C Aspek Marginal Retainer (Marginal Seal) ................................8

II.3 Hubungan antara Aspek Kritis dengan


Gigi Tiruan Cekat/Jembatan ................................................................10
BAB III PENUTUP .........................................................................................15
III.1 Kesimpulan ..................................................................................15
III.2 Saran ............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Definisi bidang prostodonsia menurut American Dental Association


(ADA) adalah ilmu dan seni tentang pembuatan suatu penggantian atas hilangnya
bagian koronal gigi, satu atau atau lebih gigi permanen serta jaringan sekitarnya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa gigi tiruan merupakan protesa gigi yang
menggantikan gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya (Gunadi dkk, 1995).

Gigi tiruan cekat adalah adalah gigi tiruan yang dilekatkan di dalam mulut
dengan semen khusus pada gigi asli yang masih ada (Prajitno, 1991). Gigi tiruan
cekat biasanya juga disebut dengan bridge (gigi tiruan jembatan), yaitu perangkat
gigi yang berfungsi mengganti satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak mudah
dilepas atau dikeluarkan dari mulut (Daniel dkk, 2008). Gigi Tiruan Jembatan
(GTJ) dapat didefinisikan sebagai protesa sebagian yang secara permanen
direkatkan dengan semen pada satu atau beberapa gigi yang telah dipersiapkan
dan menggantikan kehilangan satu atau beberapa gigi.

Gigi tiruan cekat memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut diantaranya


untuk memulihkan fungsi, penampilan, rasa nyaman, dan kesehatan yang
terganggu (Gunadi dkk, 1995). Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan gigi
tiruan cekat adalah mempertahankan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang
masih ada beserta seluruh sistem pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan
baik (Lesmana, 1999).

Komponen gigi tiruan cekat adalah : gigi penyangga (abutment) yaitu gigi
asli atau akar gigi yang digunakan untuk menyangga gigi tiruan cekat ; retainer
yaitu mahkota yang dilekatkan pada gigi penyangga; pontik yaitu bagian gigi
tiruan cekat yang menggantikan gigi yang hilang; dan konektor yaitu yang
menghubung kan retainer dengan pontik (Shillingburg, dkk. 1997).

4
Sehingga pada saat proses pembuatan gigi tiruan cekat, sangat perlu
memperhatikan aspek kritis. Aspek kritis merupakan bagian-bagian yang letaknya
mempunyai kecenderungan untuk bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan
kesehatan jaringan gingiva disekitar gigi dan kesehatan pulpa gigi abutment.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari aspek kritis pada gigi tiruan cekat/ jembatan?
2. Apa saja macam-macam yang meliputi aspek kritis?
3. Bagaimana hubungan antara aspek kritis dengan gigi tiruan cekat/
jembatan?
4. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan gigi tiruan
cekat/jembatan?

I.3 Tujuan Makalah

Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang definisi aspek kritis,


macam-macam yang meliputi aspek kritis dan hubungan antara aspek kritis
dengan gigi tiruan cekat/ jembatan.

1.4 Manfaat Makalah

1. Mengetahui definisi dari aspek kritis pada gigi tiruan jembatan


2. Mengetahui macam-macam komponen aspek kritis yang sangat perlu
diperhatikan
3. Mengetahui hubungan antara aspek kritis dengan gigi tiruan cekat/
jembatan
4. Mengetahui persyaratan dalam pembuatan gigi tiruan cekat/jembatan

5
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Mengenai Aspek Kritis pada Gigi Tiruan Jembatan

Aspek kritis pada gigi tiruan jembatan adalah bagian-bagian jembatan


yang karena letaknya mempunyai kecenderungan untuk menjadi penyebab atau
sumber dari terganggunya kesehatan jaringan gingiva disekitar gigi-gigi abutment
dan kesehatan pulpa gigi-gigi abutment.

II.2 Macam-macam Aspek Kritis Gigi Tiruan Cekat/Jembatan, meliputi :

A. Aspek Linguo Gingival Pontik


B. Proximal Embrasure
C. Aspek Marginal Retainer (Marginal Seal)

Berikut merupakan penjelasan secara rinci mengenai Aspek Kritis GTC

II.2.A Aspek Linguo Gingival Pontik

a) Pengertian Pontik
Menurut Allan dan Foreman, pontik adalah gigi buatan pengganti dari
gigi-gigi yang hilang. Fungsi pontic adalah untuk mengembalikan fungsi kunyah
dan bicara, mempertahankan hubungan antara gigi sehingga mencegah
migrasi/ekstrusi (Allan dan Foreman, 1994 : 81). Sedangkan linguo gingival
pontik merupakan bagian dari pontik pada aspek lingual yang berhadapan
langsung dengan gingival atau jaringan periodontal.

b) Macam-Macam Desain Pontik:


1. Saddle Pontik
Pontik ini paling mirip dengan gigi asli, menggantikan semua bagian gigi
yang hilang. Desain ini membentuk kontak cekung yang besar dengan daerah
ridge, menutupi bagian facial, lingual dan proksimal. Keadaan ini menyebabkan

6
kebersihan kurang terjamin sehingga akan menghasilkan peradangan pada
jaringan di bawahnya. Sebaiknya pontik jenis ini tidak .dipakai/ dipergunakan

2. Modified Ridge Lap Pontik


Desain ini memberikan gambaran gigi asli. Pada bagian lingual dibuat
sedikit pembelokan kontur untuk mencegah impaction makanan dan
meminimalkan akumulasi plak (Setiawan, 2015 : 16).

3. Hygiene (sanitary) Pontik


Istilah hygiene digunakan untuk menggambarkan pontik yang tidak
berkontak dengan edentulous ridge. Pada desain ini ketebalan oklusal gingival
tidak boleh kurang dari 3mm, dan harus ada ruang kosong dibawahnya untuk
memfasilitasi pembersihan (Setiawan, 2015 : 16).

4. Conical Pontik
Pontik ini memiliki bentuk yang bulat dan dapat dibersihkan, tapi pada
bagian ujung lebih kecil dari pada ukuran keseluruhan pontic. Pontic ini cocok
digunakan untuk ridge mandibular yang tipis (Setiawan, 2015 : 16).

7
5. Ovate Pontik
Ovate pontik sudah digunakan sebelum tahun 1930 dan dipertimbangkan
sebagai pengganti pontik tipe saddle untuk mendapatkan estetika yang baik dan
kemudahan untuk dibersihkan (Setiawan, 2016 : 16).

Penentuan desain pontik harus memperhatikan tiga prinsip yaitu biologis


berupa pembersihan yang adekuat, tidak terdapat tekanan pada ridge, dan akses
pada gigi abutment. Estetis berupa penampilan yang estetis seperti gigi asli dan
memiliki ruang bagi porcelain yang cukup. Mekanis berupa kekuatan yang baik
dalam menahan beban oklusi, kaku (rigid) untuk mencegah deformasi (perubahan
susunan bentuk), dan integrasi metal porcelain yang baik untuk mencegah fraktur
porcelain.
Berdasarkan semua pendapat ini yang terlihat paling optimal adalah pontik
tipe “Ridge Lap” yang dimodifikasi dimana tercakup ketiga faktor diatas. Prinsip
biologis dari desain pontik mencakup pemeliharaan dan pengawetan “residual
ridge”, gigi penyangga serta jaringan penyangganya. Faktor khusus yang
mempengaruhi adalah kontak pontik dengan ridge, pembersihan plak dan arah
gaya oklusal yang jatuh pada permukaan oklusal pontik.

Adapun dalam membuat pontik juga harus memperhatikan kecembungan


atau kontur dari pontik.

8
- Kontur gigi yang yang berlebihan (overcontoured) akan menghalangi efek
pembersihan gigi sehingga sulit dalam pembersihan plak serta menyebabkan
peradangan jaringan gusi.
- Kontur gigi kurang (undercontoured) tidak menyebabkan kerusakan yang
berarti. Wheeler (1961), Bessett dkk (1964), Glickman (1972) dan Kornfeld
(1974) mendukung pemikiran bahwa kontur dengan kecembungan sedikit
saja akan melindungi jaringan gusi dan mudah dibersihkan dari sisa-sisa
makanan (self cleansing). Desain pontik juga harus dibuat konveks
(cembung) dan dipulas baik serta harus dalam keadaan halus dan licin
sehingga mudah dibersihkan dengan dental floss. Desain yang dibuat juga
tidak boleh menekan jaringan lunak agar tidak mengiritasi mukosa dan tidak
menghalangi masuknya dental floss. Agar tidak ada kotoran/plak yang
menempel dan tidak berakibat pada penyakit periodontal.

c) Pentingnya Aspek Linguo Gingival Pontik


Aspek Linguo Gingival Pontik sangat berperan dalam kesehatan jaringan
periodontal penderita yang memakainya. Karena Linguo Gingival Pontik
merupakan bagian yang sangat rawan terjadi penumpukan plak/sisa makanan
apabila desain dan permukaan nya tidak baik. Apabila penumpukan sisa makanan
terus terjadi maka akan menyebabkan periodontitis yang bisa menyebabkan
resorbsi tulang alveol gigi abutment, sehingga gigi abutment goyang. Diantara
pontik dan retainer harus ada celah yang cukup besar dan dapat dilalui seutas
benang sehingga dapat dibersihkan dengan mudah oleh air ludah atau lidah dan
semua permukaan gigi tiruan jembatan (kecuali permukaan dalam dari retainer)
harus dipoles sampai licin dan mengkilap agar kotoran atau sisa makanan tidak
mudah melekat.

II.2.B Proximal Embrasure


a) Pengertian Proximal Embrasure
Proximal embrasure yaitu ruangan yang terdapat diantara bidang
proksimal gigi-gigi asli, diantara mahkota-mahkota tiruan, diantara pontik dan
retainer suatu gigi tiruan jembatan juga mempunyai hubungan sangat erat dengan

9
kesehatan jaringan penyangga gigi. Ruang “embrasure” dibagi menjadi 4 bagian
yaitu bagian oklusal/insisal, bagian facial, bagian lingual, dan bagian gingival.

b) Desain Proximal Embrasure


Pada gigi tiruan jembatan proximal embrasure dibuat lebih lebar daripada
embrasure gigi asli. Bentuk ruang “embrasure” yang baik harus mudah
dibersihkan dan tidak menyebabkan bacterial plaque menumpuk. Outline
proximal margin pada bagian oklusal dimodifikasi dengan melakukan pelebaran.

Permukaan oklusal restorasi harus didesain untuk mengatur jatuhnya gaya


kunyah sepanjang sumbu gigi, memberi ridge yang baik dan lereng oklusal yang
dapat mencegah “interproximal food impaction” yaitu masuknya sisa-sisa
makanan didaerah interproksimal. Pada bagian mesio bukal dibiarkan seperti gigi
asli agar tidak mengganggu estetik.

Selain itu, permukaan konektor harus berbentuk konkaf, dipulas dengan


halus, dan tidak overcontour. Gigi tiruan dibuat sedemikian supaya hubungan
oklusal dengan gigi antagonis harmonis serta didapat oklusi dan artikulasi
seimbang,

c) Pentingnya Aspek Proximal Embrasure


“Embrasure” pada bagian gingival yang paling memegang peranan
penting untuk kesehatan jaringan gingiva. Bila pada penyakit periodontal yang
menyebabkan rusaknya jaringan penyangga dengan menurunkan tulang alveolar,
maka ruang “embrasure” menjadi lebih besar. Untuk mengatasi hal ini diperlukan
restorasi yang bentuknya dapat mengembalikan ukuran normal ruang
“embrasure” dengan merubah kontur.

10
II.2.C Aspek Marginal Retainer (Marginal Seal)
a) Pengertian Marginal Retainer
Aspek Marginal Retainer merupakan peralihan antara restorasi dengan
jaringan gigi. Retainer sendiri merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
direkatkan pada gigi abutment secara permanen untuk menghasilkan retensi dan
menahan gigi tiruan agar tetap stabil serta beban kunyah tersalurkan merata.
Terdapat tiga jenis retainer yaitu, retainer intrakorona, retainer ekstracorona, dan
dowel retainer.
- Retainer ekstrakorona adalah Retainer yang retensinya berada dipermukaan
luar mahkota gigi penyangga berupa mahkota tiruan penuh (Full-veneer
Crown Retainer) maupun sebagian (Partial-veneer Crown Retainer).
- Retainer intrakorona retainer yang retensinya berada dibagian dalam mahkota
gigi penyangga seperti inlay maupun onlay.
- Retainer dowel crown/ intra radikular: retainer yang retensinya berupa pasak
yang telah disemenkan ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna

b) Bentuk dan Desain Marginal Retainer


a. Bentuk Marginal Retainer
Bentuk margin yang tajam, kasar akan berpengaruh pada kegagalan
biologis restorasi (iritasi gingiva). Untuk itu pinggiran mahkota/retainer harus
dibuat membulat dan halus karena jaringan periodonsium lebih toleran
daripada bentuk margin yang tajam dan kasar.

b. Desain Marginal Retainer


Untuk meningkatkan kesehatan periodontal pembuatan desain pada
marginal retainer harus dibuat membulat atau menumpulkan tepi marginal
yang tajam serta memulas sebaik-baiknya pinggiran restorasi

c. Letak Margin (Tergantung pada persyaratan klinis)


1. Sub Gingival yaitu Kalkulus yang berada dibawah batas gingiva margin,
biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat.

11
- Keuntungan : lebih estetika, ketika menggunakan bahan
restorative seperti metal, zirconia, alumina atau lithium disilicate
sebagai koping. Bahan tersebut perlu berada dibawah jaringan untuk
menyembunyikan gigi yang berubah warna dan sambungan dengan
bahan restorative.
- Kerugian : gingiva terlihat turun setelah meletakkan
marginnya. Resikonya yaitu gingiva menjadi tidak sehat karena
margin ada dibawah jaringan. Kerugian lainnya yaitu lebih susah
untuk mencetak gigi karena harus menarik jaringannya lagi.
2. Supra Gingival yaitu Kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota
gigi mulai dari pucak gingival margin dan dapat dilihat.
- Keuntungan : mudah untuk dilakukan preprasi, tidak trauma
terhadap jaringan lunak, mudah untuk dilakukan pencetakan, mudah
dibersihkan dan mudah untuk dievaluasi.
- Kerugian : estetik dapat disesuaikan dengan bahan restorative
tertentu. Apabila menggunakan bahan zirconia, metal, atau alumina
maka prosesnya akan lebih sulit karena marginnya tampak buram
dan akan ada perbedaan opasitas margin dan warna gigi.

c) Pentingnya Aspek Marginal Retainer


Pada daerah marginal retainer rentan adanya suatu celah (mikroleakage)
atau keterbukaan sedikit dimana bakteri dan calculus dapat tersangkut yang akan
mengakibatkan iritasi pada gigiva sehingga terjadi keradangan disamping itu
cairan mulut, toksik, kuman, serta sisa makanan dapat masuk.
Adapun penyebab terjadinya mikroleakage yaitu :

- Tidak ada hasil tuangan yang sempurna


- Timbulnya tekanan hdraulik saat penyemenan sehingga restorasi tidak dapat
duduk tepat pada posisinya
- Prosedur penyemenan yang kurang baik sehingga marginal tidak fit dengan
sempurna.
- Ketebalan semen

12
II.3 Hubungan antara Aspek Kritis dengan Gigi Tiruan Cekat/ Jembatan
Aspek kritis pada gigi tiruan cekat/jembatan harus tercapai agar dapat
menunjang estetik dan fungsional yang baik dalam kurun waktu pemakaian gigi
tiruan yang lama, serta agar kesehatan jaringan gingiva disekitar gigi-gigi
abutment dan kesehatan pulpa gigi-gigi abutment tidak terganggu sehingga pasien
merasa nyaman menggunakan gigi tiruan.

Penyebab aspek kritis tidak tercapai :


1. Microleakage

Terdapat celah antara servikal margin restorasi terhadap gigi penyangga


menyebabkan bakteri atau sisa makanan masuk. Kalkulus (plak gigi) yang
tersangkut dapat mengiritasi gingiva sehingga terjadi peradangan, kemudian pulpa
yang sensitif akan terbentuk karies dan terjadi perubahan warna. Penyebab
microleakage :
- Hasil tuangan tidak sempurna.
- Ketebalan semen, coating yang berlebihan menyebabkan marginal tidak fit.
- Distorsi, dikarenakan penanaman yang kurang baik sehingga marginal tidak
tercetak sempurna

Akibat dari mikroleakage :


Bacterial plaque merusak jaringan gingiva dengan proses : Lapisan bacterial
plaque akan melepaskan antigen yang dapat menembus hingga jaringan ikat
gingiva. Antigen diproses oleh macrophage dan diserap T-lymphosit. T-lymphosit
membesar berubah menjadi Blast cell. Blast cell kemudian mengeluarkan secrete
yang secara biologis merupakan hasil yang aktif, disebut lymphokines (MRF =
macrophage recruiting factor, MLF = macrophage inhibitory factor, MAF =

13
macrophage activating factor, Lymphotoxin, Interferon, OAF = osteoclast
activating factor) OAF akan mendekat ke tulang (migrasi epitel) dan
menyebabkan keradangan tulang (osteous inflammatory periodontal disease).
Selanjutnya osteoclast akan mengakibatkan resorbsi tulang alveol dan bila
berlanjut maka gigi abutment menjadi goyang. Apabila mengenai gingiva akan
menyebabkan gingivitis dan apabila mengenai periodontal akan menyebabkan
gangguan periodontitis.

Cara mengatasi :
Agar microleakage tidak terlalu besar, ditching dan coating 1 mm diatas
batas preparasi. Kemudian pada saat penanaman usahakan adonan bahan tanam
difibrasi agar gelembung-gelembung/udara terjebak keluar dan hasil cetakan dapat
lebih baik.

2. Muccosal Contact pada Daerah Servical Tajam

Muccosal contact pada daerah servikal yang tajam dapat menyebabkan


peradangan pada gingiva. Kondisi ini tentu saja membuat pasien tidak nyaman
memakai gigi tiruan cekat/jembatan.

Cara mengatasi :
Margin restorasi harus halus, tidak menekan, tidak boleh open, over
hanging, maupun under, bentuk dibuat membulat atau menumpulkan tepi
marginal yang tajam dan sesuai dengan kontur. Memulas pinggiran restorasi
sebaik mungkin.

3. Proximal Embrasure yang Sempit

14
Proximal embrasure yang sempit dapat menyulitkan sanitasi sehingga
terjadi penumpukan bacterial plaque pada proximal embrasure. Bacterial plaque
yang menempel lama pada gigi tiruan menyebabkan perubahan warna.

Cara mengatasi :
Proximal embrasure dibuat lebih lebar dari gigi asli. Kemudian outline
proximal margin pada oklusal dimodifikasi dengan dilakukan sedikit pelebaran
tetapi tidak boleh mengganggu estetik (bagian mesio bukal dibiarkan seperti gigi
asli), selanjutnya outline oklusal diperkecil dan beban kunyah dikurangi.
Pelebaran bertujuan untuk mempermudah sanitasi, agar bacterial plaque tidak
menumpuk, tetapi pelebaran juga tidak boleh berlebihan agar tidak mengurangi
estetik dan untuk kenyamanan fungsional pasien agar bicara tidak mendesis.
Permukaan konektor harus konkaf dan terpulas halus.

4. Linguo Gingival Pontik yang Terlalu Menekan Mukosa

Linguo gingival pontik terlalu menekan mukosa maka akan mengiritasi


mukosa dan dapat menyebabkan bacterial plaque karena sulit dibersihkan/dilalui
dental floss.

15
Cara mengatasi :
Linguo gingival pontik dibuat koveks (cembung) dan dipulas dengan baik
agar nangtinya mudah dibersihkan dengan dental floss. Tidak boleh menekan
jaringan lunak. Bentuk pontik ridge lap mempunyai kelebihan estetik yang baik,
kontak minimum, serta kesehatan gingiva terpelihara.

II.4 Persyaratan Gigi Tiruan Cekat, harus memenuhi


1. Persyaratan Mekanis
Gigi-gigi penyangga harus mempunyai sumbu panjang yang sejajar atau
hampir sejajar satu sama lain, atau sedemikian rupa sehingga dapat dibuat sejajar
tanpa membahayakan vitalitas pulpa. Gigi panyangga harus mempunyai bentuk
dan ukuran yang sedemikian rupa sehingga dapat dipreparasi dengan baik untuk
memberi pegangan (retensi) yang baik bagi retainer. Suatu pontik harus
mempunyai bentuk mendekati bentuk anatomi gigi asli yang diganti dan harus
sedemikian kuatnya sehingga dapat menahan/ memikul daya kunyah tanpa patah
atau bengkok.

2. Persyaratan Fisiologis
Gigi tiruan cekat tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi penyangga
dan jaringan-jaringan pendukung lainnya. Preparasi pada gigi vital tidak boleh
membahayakan vitalitas pulpanya. Suatu retainer atau pontik tidak boleh
mengiritasi jaringan lunak (gusi,lidah, pipi, bibir).

3. Persyaratan Hygiene
Pada gigi tiruan cekat tidak boleh terdapat bagian-bagian yang dapat
menyangkut dan menimbulkan sisa-sisa makanan. Di antara pontik-pontik atau
pontik dan retainer, harus ada sela-sela (embrasure) yang cukup besar sehingga
dapat dibersihkan dengan mudah oleh arus ludah atau lidah (self cleansing effect).
Diantara pontik dan gusi harus dapat dilalui dental floss untuk membersihkan
kedua permukaan itu. Semua permukaan gigi tiruan cekat (kecuali permukaan-
permukaan dalam retainer) harus dipoles sampai mengkilat, karena kotoran-
kotoran tidak mudah melekat pada permukaan yang licin.

16
4. Persyaratan Estetik
Tiap gigi tiruan cekat terutama yang mengganti gigi-gigi depan, harus
dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai gigi asli. Akan tetapi usaha untuk
mencapai tingkat keaslian ini tidak boleh mengorbankan kekuatan dan kebersihan
gigi tiruan cekat tersebut. Penampilan permukaan logam (emas) yang tidak perlu
sebaiknya dicegah. Pontik harus mempunyai kedudukan, bentuk dan warna yang
sesuai dengan keadaan sekitarnya dan mempunyai ciri-ciri permukaan (surface
details) yang sepadan (matching) dengan gigi-gigi tetangganya.

17
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Pada pembuatan gigi tiruan cekat harus memperhatikan aspek kritis,
dimana aspek kritis merupakan bagian bagian yang letaknya mempunyai
kecenderungan untuk bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan kesehatan
jaringan gingiva disekitar gigi dan kesehatan pulpa gigi. Aspek kritis meliputi,
aspek linguo gingival pontik, proximal embrasure, dan aspek marginal retainer
(marginal seal). Beberapa penyebab tidak tercapainya aspek kritis dari GTJ, yaitu
Microleakage, servikal tajam, proximal embrasure sempit, dan linguo gingival
pontic yang terlalu menekan. Aspek kritis pada gigi tiruan jembatan harus tercapai
agar pasien merasa nyaman menggunakan gigi tiruan.

III.2 Saran
Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilan dari teknisi gigi mengenal aspek-aspek yang menunjang
keberhasilan restorasi gigi tiruan cekat/jembatan, penting untuk diperhatikan
bahwa teknisi gigi harus meminimalisir kemungkinan terjadinya kegagalan pada
gigi tiruan agar tidak menimbulkan kerugian. kami juga mengharapkan kritik dan
saran dalam penulisan makalah dikemudian hari.

18
DAFTAR PUSTAKA

Komponen-kompenen Gigi Tiruan Cekat. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2021


Website:https://docplayer.info/45759513-Ii-komponen-komponen-gigi-tiruan-
cekat.html.

Inayati, Eny. Disain Pontik Pada Gigi Tiruan Tetap Pasca Pencabutan Gigi.
Surabaya:Departemen Protodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2021. Website:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-DISAIN%20PONTIK%20PD
%20GTT%20PASCA%20PENCABUTAN%20GIGI%20_rev_%20EDITED.pdf

Retainer. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2021. Website:


https://pdfcoffee.com/retainerdocx-pdf-free.html

Sasadhara. (2020). Makalah Aspek Kritis Gigi Tiruan Cekat. Website:


https://www.scribd.com/document/478646046/Makalah-Aspek-Kritis-Kelompok-
4-1-docx. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2021.

Gigi Tiruan Cekat. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2021. Website:


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12512/6.BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

19

Anda mungkin juga menyukai