Dosen Pembimbing :
Kelompok 6
TEKNIK GIGI
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
KATA PENGANTAR
Tertanda
Penulis
2
DAFTAR ISI
II.1 Pengertian Mengenai Aspek Kritis pada Gigi Tiruan Jembatan ...3
3
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi tiruan cekat adalah adalah gigi tiruan yang dilekatkan di dalam mulut
dengan semen khusus pada gigi asli yang masih ada (Prajitno, 1991). Gigi tiruan
cekat biasanya juga disebut dengan bridge (gigi tiruan jembatan), yaitu perangkat
gigi yang berfungsi mengganti satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak mudah
dilepas atau dikeluarkan dari mulut (Daniel dkk, 2008). Gigi Tiruan Jembatan
(GTJ) dapat didefinisikan sebagai protesa sebagian yang secara permanen
direkatkan dengan semen pada satu atau beberapa gigi yang telah dipersiapkan
dan menggantikan kehilangan satu atau beberapa gigi.
Komponen gigi tiruan cekat adalah : gigi penyangga (abutment) yaitu gigi
asli atau akar gigi yang digunakan untuk menyangga gigi tiruan cekat ; retainer
yaitu mahkota yang dilekatkan pada gigi penyangga; pontik yaitu bagian gigi
tiruan cekat yang menggantikan gigi yang hilang; dan konektor yaitu yang
menghubung kan retainer dengan pontik (Shillingburg, dkk. 1997).
4
Sehingga pada saat proses pembuatan gigi tiruan cekat, sangat perlu
memperhatikan aspek kritis. Aspek kritis merupakan bagian-bagian yang letaknya
mempunyai kecenderungan untuk bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan
kesehatan jaringan gingiva disekitar gigi dan kesehatan pulpa gigi abutment.
1. Apa pengertian dari aspek kritis pada gigi tiruan cekat/ jembatan?
2. Apa saja macam-macam yang meliputi aspek kritis?
3. Bagaimana hubungan antara aspek kritis dengan gigi tiruan cekat/
jembatan?
4. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan gigi tiruan
cekat/jembatan?
5
BAB II
PEMBAHASAN
a) Pengertian Pontik
Menurut Allan dan Foreman, pontik adalah gigi buatan pengganti dari
gigi-gigi yang hilang. Fungsi pontic adalah untuk mengembalikan fungsi kunyah
dan bicara, mempertahankan hubungan antara gigi sehingga mencegah
migrasi/ekstrusi (Allan dan Foreman, 1994 : 81). Sedangkan linguo gingival
pontik merupakan bagian dari pontik pada aspek lingual yang berhadapan
langsung dengan gingival atau jaringan periodontal.
6
kebersihan kurang terjamin sehingga akan menghasilkan peradangan pada
jaringan di bawahnya. Sebaiknya pontik jenis ini tidak .dipakai/ dipergunakan
4. Conical Pontik
Pontik ini memiliki bentuk yang bulat dan dapat dibersihkan, tapi pada
bagian ujung lebih kecil dari pada ukuran keseluruhan pontic. Pontic ini cocok
digunakan untuk ridge mandibular yang tipis (Setiawan, 2015 : 16).
7
5. Ovate Pontik
Ovate pontik sudah digunakan sebelum tahun 1930 dan dipertimbangkan
sebagai pengganti pontik tipe saddle untuk mendapatkan estetika yang baik dan
kemudahan untuk dibersihkan (Setiawan, 2016 : 16).
8
- Kontur gigi yang yang berlebihan (overcontoured) akan menghalangi efek
pembersihan gigi sehingga sulit dalam pembersihan plak serta menyebabkan
peradangan jaringan gusi.
- Kontur gigi kurang (undercontoured) tidak menyebabkan kerusakan yang
berarti. Wheeler (1961), Bessett dkk (1964), Glickman (1972) dan Kornfeld
(1974) mendukung pemikiran bahwa kontur dengan kecembungan sedikit
saja akan melindungi jaringan gusi dan mudah dibersihkan dari sisa-sisa
makanan (self cleansing). Desain pontik juga harus dibuat konveks
(cembung) dan dipulas baik serta harus dalam keadaan halus dan licin
sehingga mudah dibersihkan dengan dental floss. Desain yang dibuat juga
tidak boleh menekan jaringan lunak agar tidak mengiritasi mukosa dan tidak
menghalangi masuknya dental floss. Agar tidak ada kotoran/plak yang
menempel dan tidak berakibat pada penyakit periodontal.
9
kesehatan jaringan penyangga gigi. Ruang “embrasure” dibagi menjadi 4 bagian
yaitu bagian oklusal/insisal, bagian facial, bagian lingual, dan bagian gingival.
10
II.2.C Aspek Marginal Retainer (Marginal Seal)
a) Pengertian Marginal Retainer
Aspek Marginal Retainer merupakan peralihan antara restorasi dengan
jaringan gigi. Retainer sendiri merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
direkatkan pada gigi abutment secara permanen untuk menghasilkan retensi dan
menahan gigi tiruan agar tetap stabil serta beban kunyah tersalurkan merata.
Terdapat tiga jenis retainer yaitu, retainer intrakorona, retainer ekstracorona, dan
dowel retainer.
- Retainer ekstrakorona adalah Retainer yang retensinya berada dipermukaan
luar mahkota gigi penyangga berupa mahkota tiruan penuh (Full-veneer
Crown Retainer) maupun sebagian (Partial-veneer Crown Retainer).
- Retainer intrakorona retainer yang retensinya berada dibagian dalam mahkota
gigi penyangga seperti inlay maupun onlay.
- Retainer dowel crown/ intra radikular: retainer yang retensinya berupa pasak
yang telah disemenkan ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna
11
- Keuntungan : lebih estetika, ketika menggunakan bahan
restorative seperti metal, zirconia, alumina atau lithium disilicate
sebagai koping. Bahan tersebut perlu berada dibawah jaringan untuk
menyembunyikan gigi yang berubah warna dan sambungan dengan
bahan restorative.
- Kerugian : gingiva terlihat turun setelah meletakkan
marginnya. Resikonya yaitu gingiva menjadi tidak sehat karena
margin ada dibawah jaringan. Kerugian lainnya yaitu lebih susah
untuk mencetak gigi karena harus menarik jaringannya lagi.
2. Supra Gingival yaitu Kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota
gigi mulai dari pucak gingival margin dan dapat dilihat.
- Keuntungan : mudah untuk dilakukan preprasi, tidak trauma
terhadap jaringan lunak, mudah untuk dilakukan pencetakan, mudah
dibersihkan dan mudah untuk dievaluasi.
- Kerugian : estetik dapat disesuaikan dengan bahan restorative
tertentu. Apabila menggunakan bahan zirconia, metal, atau alumina
maka prosesnya akan lebih sulit karena marginnya tampak buram
dan akan ada perbedaan opasitas margin dan warna gigi.
12
II.3 Hubungan antara Aspek Kritis dengan Gigi Tiruan Cekat/ Jembatan
Aspek kritis pada gigi tiruan cekat/jembatan harus tercapai agar dapat
menunjang estetik dan fungsional yang baik dalam kurun waktu pemakaian gigi
tiruan yang lama, serta agar kesehatan jaringan gingiva disekitar gigi-gigi
abutment dan kesehatan pulpa gigi-gigi abutment tidak terganggu sehingga pasien
merasa nyaman menggunakan gigi tiruan.
13
macrophage activating factor, Lymphotoxin, Interferon, OAF = osteoclast
activating factor) OAF akan mendekat ke tulang (migrasi epitel) dan
menyebabkan keradangan tulang (osteous inflammatory periodontal disease).
Selanjutnya osteoclast akan mengakibatkan resorbsi tulang alveol dan bila
berlanjut maka gigi abutment menjadi goyang. Apabila mengenai gingiva akan
menyebabkan gingivitis dan apabila mengenai periodontal akan menyebabkan
gangguan periodontitis.
Cara mengatasi :
Agar microleakage tidak terlalu besar, ditching dan coating 1 mm diatas
batas preparasi. Kemudian pada saat penanaman usahakan adonan bahan tanam
difibrasi agar gelembung-gelembung/udara terjebak keluar dan hasil cetakan dapat
lebih baik.
Cara mengatasi :
Margin restorasi harus halus, tidak menekan, tidak boleh open, over
hanging, maupun under, bentuk dibuat membulat atau menumpulkan tepi
marginal yang tajam dan sesuai dengan kontur. Memulas pinggiran restorasi
sebaik mungkin.
14
Proximal embrasure yang sempit dapat menyulitkan sanitasi sehingga
terjadi penumpukan bacterial plaque pada proximal embrasure. Bacterial plaque
yang menempel lama pada gigi tiruan menyebabkan perubahan warna.
Cara mengatasi :
Proximal embrasure dibuat lebih lebar dari gigi asli. Kemudian outline
proximal margin pada oklusal dimodifikasi dengan dilakukan sedikit pelebaran
tetapi tidak boleh mengganggu estetik (bagian mesio bukal dibiarkan seperti gigi
asli), selanjutnya outline oklusal diperkecil dan beban kunyah dikurangi.
Pelebaran bertujuan untuk mempermudah sanitasi, agar bacterial plaque tidak
menumpuk, tetapi pelebaran juga tidak boleh berlebihan agar tidak mengurangi
estetik dan untuk kenyamanan fungsional pasien agar bicara tidak mendesis.
Permukaan konektor harus konkaf dan terpulas halus.
15
Cara mengatasi :
Linguo gingival pontik dibuat koveks (cembung) dan dipulas dengan baik
agar nangtinya mudah dibersihkan dengan dental floss. Tidak boleh menekan
jaringan lunak. Bentuk pontik ridge lap mempunyai kelebihan estetik yang baik,
kontak minimum, serta kesehatan gingiva terpelihara.
2. Persyaratan Fisiologis
Gigi tiruan cekat tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi penyangga
dan jaringan-jaringan pendukung lainnya. Preparasi pada gigi vital tidak boleh
membahayakan vitalitas pulpanya. Suatu retainer atau pontik tidak boleh
mengiritasi jaringan lunak (gusi,lidah, pipi, bibir).
3. Persyaratan Hygiene
Pada gigi tiruan cekat tidak boleh terdapat bagian-bagian yang dapat
menyangkut dan menimbulkan sisa-sisa makanan. Di antara pontik-pontik atau
pontik dan retainer, harus ada sela-sela (embrasure) yang cukup besar sehingga
dapat dibersihkan dengan mudah oleh arus ludah atau lidah (self cleansing effect).
Diantara pontik dan gusi harus dapat dilalui dental floss untuk membersihkan
kedua permukaan itu. Semua permukaan gigi tiruan cekat (kecuali permukaan-
permukaan dalam retainer) harus dipoles sampai mengkilat, karena kotoran-
kotoran tidak mudah melekat pada permukaan yang licin.
16
4. Persyaratan Estetik
Tiap gigi tiruan cekat terutama yang mengganti gigi-gigi depan, harus
dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai gigi asli. Akan tetapi usaha untuk
mencapai tingkat keaslian ini tidak boleh mengorbankan kekuatan dan kebersihan
gigi tiruan cekat tersebut. Penampilan permukaan logam (emas) yang tidak perlu
sebaiknya dicegah. Pontik harus mempunyai kedudukan, bentuk dan warna yang
sesuai dengan keadaan sekitarnya dan mempunyai ciri-ciri permukaan (surface
details) yang sepadan (matching) dengan gigi-gigi tetangganya.
17
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Pada pembuatan gigi tiruan cekat harus memperhatikan aspek kritis,
dimana aspek kritis merupakan bagian bagian yang letaknya mempunyai
kecenderungan untuk bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan kesehatan
jaringan gingiva disekitar gigi dan kesehatan pulpa gigi. Aspek kritis meliputi,
aspek linguo gingival pontik, proximal embrasure, dan aspek marginal retainer
(marginal seal). Beberapa penyebab tidak tercapainya aspek kritis dari GTJ, yaitu
Microleakage, servikal tajam, proximal embrasure sempit, dan linguo gingival
pontic yang terlalu menekan. Aspek kritis pada gigi tiruan jembatan harus tercapai
agar pasien merasa nyaman menggunakan gigi tiruan.
III.2 Saran
Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilan dari teknisi gigi mengenal aspek-aspek yang menunjang
keberhasilan restorasi gigi tiruan cekat/jembatan, penting untuk diperhatikan
bahwa teknisi gigi harus meminimalisir kemungkinan terjadinya kegagalan pada
gigi tiruan agar tidak menimbulkan kerugian. kami juga mengharapkan kritik dan
saran dalam penulisan makalah dikemudian hari.
18
DAFTAR PUSTAKA
Inayati, Eny. Disain Pontik Pada Gigi Tiruan Tetap Pasca Pencabutan Gigi.
Surabaya:Departemen Protodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2021. Website:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-DISAIN%20PONTIK%20PD
%20GTT%20PASCA%20PENCABUTAN%20GIGI%20_rev_%20EDITED.pdf
19