MAKSILO FACIAL
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izinnya saya dapat menyelesaikan
Laporan Prosedur Laboratorium Pembuatan Maksilo Facial. Yang merupakan salah
satu mata kuliah yang harus saya selesaikan.
Tujuan saya membuat laporan ini. Selain untuk memenuhi tugas kuliah, juga agar
para pembaca dapat mengetahui prosedur laboratorium dari Maksilo Facial. Pada
pembuatan laporan ini, saya berterimakasih. ,kepada kepala laboratorium Teknik
Gigi, yaitu Ibu ISMA SUPRAPTI, SKM. Yang telah membimbing saya pada saat
proses laboratorium Maksilo Facial. Sehinggah dapat menambah wawsan saya .
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, saya menyadari masih banyak
kekurangan dari laporan kami ini, baik dari materi, maupun dari teknik penyajian.
Berhubung saya sendiri masih kurang dalam hal pengetahuan dan pengalaman saya
dalam pembuatan Maksilo Facial. Oleh karena itu, kritik dan saran pembangun sangat
saya harapkan, Terimakasih
Irma Jafar
i
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH :
DISETUJUI OLEH
PEMBIMBING LABORATORIUM
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….........ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….....4
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………....42
3.2 Saran…………………………………………………………………..42
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….....43
LAMPIRAN
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur maksilofasial ialah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang
pembentuk wajah. Berdasarkan anatominya wajah atau maksilofasial dibagi
menjadi tiga bagian, ialah sepertiga atas wajah, sepertiga tengah wajah, dan
sepertiga bawah wajah. Bagian yang termasuk sepertiga atas wajah ialah
tulang frontalis, regio supra orbita, rima orbita dan sinus frontalis. Maksila,
zigomatikus, lakrimal, nasal, palatinus, nasal konka inferior, dan tulang vomer
termasuk ke dalam sepertiga tengah wajah sedangkan mandibula termasuk ke
dalam bagian sepertiga bawah wajah.1
Celah bibir dan celah langitan adalah suatu kelainan kelahiran yang
terjadi di daerah mulut dan bibir. Keadaan kelainan ini dapat meyebabkan
berbagai bervariasi problem yang berhubungan dengan rongga mulut, bicara,
pendengaran dan mungkin juga mempengaruhi jumlah, ukuran, bentuk dan
posisi gigi sulung maupun gigi tetap. Etiologi dari celah bibir atau langitan
tidak diketahui dan multifactor, Factor keturunan merupakan salah satu dari
multi factor penyebab dari celah bibir dan atau celah langitan.2
Celah yang terjadi pada bibir dan palatum di rongga mulut merupakan
defek kongenital akibat jaringan mulut tidak terbentuk sempurna selama
perkembangan janin. Hal ini menyebabkan terjadinya hubungan antara rongga
hidung dan mulut serta malformasi dan agenesis gigi yang berdekatan dengan
celah. Celah palatum menyebabkan kesulitan mengunyah, bernapas, dan
berbicara serta mengganggu estetis dan psikologis pasien.3
1
Pembesaran di daerah maksilofasial seringkali dilakukan terapi dengan
pembedahan yaitu reaksi daerah maksilofasial untuk menghilangkan tumor
atau lesi local yang menyebabkan terjadinya cacat berupa perforasi pada
langit-langit yang disebut defect. Tindakan pada waktu operasi sangat
dibutuhkan rehabilitasi dengan dibuatkan suatu protesa maksilofasial.4
1. Pengertian Obturator4
Obturator adalah suatu protesa maksilofasial yang digunakan untuk
menutup defect dengan menggantikan jaringan keras dan lunak serta
gigi yang hilang akibat tindakan bedah. Proses rehabilitasi untuk
pasien pasca maxillectomy dilakukan dalam tiga tahap yaitu :
1) Obturator pasca bedah (Immediate surgical obturator)
Obturator yang dibuat sebelum operasi dan dipasang pada saat
operasi.
2) Obturator interim (Delayed surgical obturator)
Obturator yang dibuat untuk menggantikan obturator pasca
bedah sekitar 2 minggu setelah operasi.
2
3) Obturator definitive
Obturator yang dibuat 3 sampai 4 bulan pasca bedah, lamanya
waktu pembuatan obturator tergantung pada luasnya defect,
kecepatan penyembuhan, prognosis hasil operasi, efektifitas
obturator sebelumnya dan ada tidaknya gigi.
2. Tipe-tipe Obturator6
1) Obturator palato faringeal
3
3) Obturator Meatal
Obturator meatal dapat juga dikenali sebagai obturator meatus yang
didesain untu menutup bagian posterior ‘nasal chonane’ yaitu suatu
bagian pembukaan antara rongga hidung dan nasofaring. Obturator ini
diindikasikan bagi pasien yang edentulous sepenuhnya yang telah
mengalami kehilangan palatum lunak secara total. Obturator ini
berfungsi secara vertical pada bagian posterior protesa ini untuk
mengobturasi bagian posterior ‘nasal chonae’. Protesa ini sangat
membantu dalam memperlancarkan proses respirasi dan penelanan
secara normal.
B. Rumusann Masalah
1. Apa saja proses laboratorium dari pembuatan Maksilo facial?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tahapan proses laboratorium dari pembuatan Maksilo
Facial.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
a) Alat
1. Bunsen
Gambar 1: Bunsen
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2: Lecron
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
5
Lecron adalah alat yang di gunakan untuk memotong wax, mengukir
wax dan mewadahi saat wax dipanaskan.
3. Sendok cetak
6
Spatula adalah alat yang di gunakan untuk mengaduk bahan cetak,
baik itu alginat maupun gypsum. Bowl adalah wadah untuk menaruh
bahan cetak yang akan di aduk.
5. Okludator
Gambar 5: Okludator
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
6. Klamer
Gambar 6: Klamer
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
7
Klamer adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang berbentuk
bulat, terbuat dari kawat stainless steel yang melingkari/memegang gigi
penjangakaran yang berfungsi untuk retensi & untuk stabilisasi.
7. Tang
Gambar 7: Tang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Tang kombinasi
b. Aderer plier
Tang yang mempunyai saluran ( groove ) yang
melintang pada kedua ujung paruhnya . Biasanya
8
digunakan untuk menjepit kawat bila sedang
dibengkokkan.
c. Universal plier
Tang Klamer dimana ujung kedua paruhnya lebih
pendek dari spring forming plier dan penampang kedua
paruhnya empat persegi . Digunakan untuk :
membengkokkan kawat/per.
d. Tang Potong
Tang yang digunakan untuk memotong klamer/per.
8. Kuvet
Gambar 8: Kuvet
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Kuvet adalah alat yang digunakan pada penanaman model kerja untuk
proses boiling out, pemasangan sprue, dan proses injek.
9
9. Kompor
Gambar 9: Kompor
(Sumber: Google)
10. Panci
Panci adalah wadah untuk proses boiling out untuk membuag malam.
10
11. Alat press
12. Spoit
11
13. Gelas / Mangkuk kaca
mesin poles adalah salah satu alat yang digunakan untuk proses
finishing, dan polishing agar menghasilkan permukaan gigi tiruan yang
12
halus dan mengkilap. Dan membantu untuk melubangi gigi artificial
sebagai retensi.
15. Trimmer
13
berlebihan pada gigi tiruan.
14
menghilangkan guratan dan
mengkilapkan pada gigi tiruan.
15
b) Bahan
1. Alginat
Gips lunak adalah bahan yang di gunakan untuk menanam model kera
pada Okludator
16
3. Gips Keras Warna Biru ( Gipsum Type 2 )
Gips keras adalah bahan yang digunakan untuk membuat model kerja
pada pembuatan gigi tiruan. Dan untuk penanaman pada kuvet.
4. Gigi artificial
Gigi artificial adalah bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi
asli yang sudah tanggal.
17
5. Malam (Wax)
6. Spirtus
18
Spirtus adalah bahan bakar yang digunakan pada Bunsen, untuk
melunakkan wax.
Akrilik adalah bahan yang di gunakan untuk membuat plat pada gigi
tiruan. yang menggantikan modeler malam.
8. Vaselin
19
Vaselin adalah bahan yang digunakan untuk memisahkan modeler
malam di model kerja dan memisahkan gips pada saat penanaman model
didalam kuvet agar mudah terlepas .
9. CMS
20
2.2 Prosedur Kerja Laboratorium
1. Model Kerja
Model kerja adalah hasil cetakan rahang pasien yang selesai di cetak
menggunakan bahan alginat, kemudian cetakan alginat tersebut langsung
dicor menggunakan gips yang ditunggu hingga mengering atau memngeras.
21
Syarat-syarat model kerja8
1) Dibuat dari gips keras sesuai kebutuhan (gips keras tipe IV)
2) Bebas dari bintik terutama daerah tepi gigi yang diasah
3) Bebas distorsi
4) Dapat dipotong untuk memudahkan pembuatan daerah margin
model malam
22
3. Pembuatan klamer
Proses pembuatan klamer berungsi sebagai retensi, untuk stabilisasi
dan untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
23
Gambar 30: hasil pembuatan base plate & bite rim
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Tipe-tipe malam
Wax adalah bahan lentur yang dikumpulkan oleh serangga atau
didapatkan dari tumbuh-tumbuhan. Wax dental adalah campuran dua
atau lebih bahan sintetis dan alami seperti lilin, damar, zat pewarna
dan bahan tambahan lainnya. Digunakan dalam bidang kedokteran
gigi untuk membuat cetakan, membuat konstruksi gigi palsu non
logam, membuat catatan tentang hubungan rahan, sebagai bahan
24
penolong kerja laboratorium. Pembuatan berbagai alat gigisering
membutuhkan bahan malam yang mempunyai sifat-sifat fisis berlainan
untuk tujuan-tujuan tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sitentis.10
Macam-macam wax10
1) Wax alami
Animal waxes
Contohnya yaitu pada bee wax yang merupakan hasil
sekresi abdominal dari lebah jenis Apis mellifera. Warna
wax tergantung pada jenis bunga. Komponennya berupa
palmitat, palmitoleate, hidroksipalmitat, dan oleate ester
dengan rantai panjang alcohol. Digunakan sebagai bahan
modeling dan memiliki titik leleh 62°-65°C.
Vegetal waxes
Contohnya pada jenis carnauba wax dan candelila wax.
Pada carnauba wax juga dikenal sebagai queen of waxes.
Merupakan hasil sekret dari daun pohon palem (Copernicia
prunifera cerifera), tiap 100gr untuk satu pohon dalam satu
tahun. Komposisinya terdiri dari fatty ester (80-85%), free
alcohol (10-15%), asam (3-6%), dan hidrokarbon (1-3%).
Untuk cadelila wax merupakan hasil ekstraksi dari
tumbuhan euphorbia cerifera dan euphorbia antisyphilitica
(Euphorbiaceae). Cara ekstraksinya dengan merebus
tanaman tersebut untuk memisahkan wax dan material
tanaman. Komposisinya berupa hidrokarbon (sekitar 50%
dari C29-C33), ester (28-29%), alcohol, asam lemak bebas
25
(7-9%), dan resin (12-14% triterpenoid ester). Titik leleh
candelila eax berada dalam rentan 66°-71°C.
Mineral waxes
Contohnya pada parafin yang merupakan hasil dari
petroleum yang mengalami pemanasan tinggi (penyulingan
minyak tanah). Komposisinya berupa canpuran kompleks
hidrokarbon sari metan, dengan sejumlah kecil fase amorf
atau mikrokristalin).
2) Wax sintetik
Seperti wax alami yang serba guna, wax sintetik bisa tahan pada
perubahan pada kualitas dan ketersediaan. Terbuat dari etil
glikogen diester atau triester dengan rantai panjang asam lemah
(C18-C36). Titik lelehnya dalam rentang 60%-75%°C.
26
4) Kondisikan okludator pada posisi pin bersentuhan dengan pin yang
lain atau pada besi okludator bagian atas (tergantung pada jenis
okludatornya).
5) Periksa kembali kecukupan model pada okludator yaitu letakkan
model tepat di tengah-tengah okludator, baik dari segi jarak
ketinggian ataupun keseimbangan kanan dan kiri antara model dan
okludator.
6) Aduk gips semen dengan konsistensi lebih keras dibandingkan
pasta tetapi lebih lunak jika dibandingkan dempul
7) Aplikasikan pada okludator bagian bawah okludator secukupnya.
8) Atur model tepat di tengah kondisikan seperti pada butir ke-5 yaitu
seimbangkan antara kanan dan kiri model, atur jarak ketinggian
model dan sejajarkan bidang oklusi model dengan lantai atau
bidang datar
9) Rapikan ekses gips dan bentuk sesuai dengan lengkung rahang
bawah yang ada
10) Aplikasikan gips semen pada bagian atas model secukupnya.
11) Katupkan okludator atas hingga pin bersentuhan dengan pin yang
lain atau pada besi okludator bagian atas.
12) Bentuklah gips pada okludator bagian atas menjadi seperti kubah
dan rapikan ekses gips.
13) Perhatikan pin pada okludator harus tetap bersentuhan.
14) Periksa kembali keseimbangan kanan-kiri, jarak ketinggian model
dengan okludator dan oklusi model sejajar dengan lantai atau
bidang datar.
15) Tunggu hingga gips menjadi setting kemudian lepaskan karet
yang mengikat kedua model
27
6. Penyusunan Gigi Artificial
Penyusunan gigi artificial di mulai dari menyusun gigi artificial bagian
anterior atas, lalu anterior bawah dengan menesuaikan anterior atas, di ikuti
dengan penyusunan posterior atas, setelah itu di lakukan penyusunan gigi
artificial posterior.
Pada kasus dibawah ini penyusunan gigi artificial disusun didaerah
yang tidak bergigi. Agar untuk ntuk mengembalikan fungsi pengunyahan,
fungsi bicara, dan fungsi estetika.
28
Proses penanaman model kerja pada kuvet, untuk mendapatkan cetakan atau
mould spase, yang akan di isi oleh akrilik nantinya.
29
Gambar 33: proses trimming
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
30
Gambar 34: flasking dgn kuvet atas
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
8. Bouling out
Proses pengeluaran atau pembuangan modeler malam dari model, untuk
mendapatkan mould space.
Tahap-tahap boling out
1) Didihkan air secukupnya di wadah/panci
31
Gambar 35: proses yang dimasak
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
32
aplikasikan pada model apabila berada pada tahap dought stage. Jangan lupa
olesi CMS sebelum melakukan packing.
10. Curring
Proses curing adalah proses pemasakan menggunakan panci yang telah
berisi air diatas kompor. Pemanasan ini di lakukan selama ±45 menit.
Setelah itu angkat dan biarkan kuvet dingin kemudian lanjut pada tahap
berikutnya.
33
Gambar 38 proses dari curring
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
11. Deflesking
Pengeluaran model dari dalam kuvet. Setelah di lakukan curing selama
±45 menit, kuvet sebaikanya di biarkan dingin terlebih dahulu, setelah itu
di lakukan defasking. Deflasking di lakukan dengan cara mengeluarkan
gips dari dlam kuvet secara utuh kemudian menggeregaji gips lunak yang
tidak diperlukan lagi, dengan hati-hati untuk mengeluarkan model dan
acrilyc yang sudah di packing sebelumnya
34
12. Finishing dan Polishing
Finishing dan Polishing adalah proses membuang sisa-sisa bahan
tertinggal, dan tonjolan-tonjolan pada permukaan geligi tiruan. Serta
menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa mengubah bentuk atau
konturnya.
35
Gambar 41: penutupan defek dengan tisu Gambar 42: penutupan defek dengan malam
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
36
15. Boiling out defek
Pengeluaran modeler malam, untuk mendapatkan mould space dari defek
37
Gambar 45: proses packing akrilik (defek)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
38
18. Deflasking defek
Pengeluaran model dari dalam kuvet. Setelah di lakukan curing selama
30 menit, kuvet sebaikanya di biarkan dingin terlebih dahulu, setelah itu di
lakukan deflasking. Deflasking di lakukan dengan cara mengeluarkan gips
dari dalam kuvet secara utuh kemudian menggeregaji gips lunak yang tidak
diperlukan lagi, dengan hati-hati untuk mengeluarkan model dan acrilyc yang
sudah di packing sebelumnya.
39
20. Proses packing self curing
Proses self curing antara defek dan basis gigi tiruan dilakukan untuk
menyatukan antara defek dengan basis gigi tiruan untuk menutupi cela agar
hasilnya sempurna.
40
Gambar 50: proses finishing dan polishing
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
41
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikian laporan ini saya buat, besar harapan saya pada laporan ini semoga
laporan ini bermanfaat untuk banyak kalangan. Karena masih memiliki banyak
kekurangan, dan pengetahuan yang masih sangat minim tentang pembahasaan pada
laporan ini, sehingga hasilnya masih kurang baik. Oleh karena itu kritik dan saran
yang sangat membangun di harapkan agar laporan ini dapat di susun menjadi lebih
baik lagi di masa yang akan dating
42
DAFTAR PUSTAKA
43
7. Avi Laviana. Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting Bagi Diagnosis
Ortodonti : Universitas Padjadjaran.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/10/analisis_model_studi.pdf
8. Basma Rosandi. Model Kerja Kedokteran Gigi. Scribd.
https://www.scribd.com/doc/261918236/Model-Kerja-kedokteran-gigi
9. Regina Desi Gresiana. Baseplate Wax. Scribd.
https://www.scribd.com/document/218373351/Baseplate-Wax
10. Nadifa Nada. Wax. Scribd.
https://www.scribd.com/document/373524376/Wax
11. Claudianrj. Pemasangan Model Dalam Okludator. Scribd.
https://www.scribd.com/document/258128501/Pemasangan-Model-Dalam-
Okludator
44