Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PROSEDUR LABORATORIUM PEMBUATAN

MAKSILO FACIAL

DISUSUN OLEH :

IRMA JAFAR 17 3145 124 033

PROGRAM STUDI D III TEKNIK GIGI

FAKULTAS FARMASI,TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA

UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izinnya saya dapat menyelesaikan
Laporan Prosedur Laboratorium Pembuatan Maksilo Facial. Yang merupakan salah
satu mata kuliah yang harus saya selesaikan.

Tujuan saya membuat laporan ini. Selain untuk memenuhi tugas kuliah, juga agar
para pembaca dapat mengetahui prosedur laboratorium dari Maksilo Facial. Pada
pembuatan laporan ini, saya berterimakasih. ,kepada kepala laboratorium Teknik
Gigi, yaitu Ibu ISMA SUPRAPTI, SKM. Yang telah membimbing saya pada saat
proses laboratorium Maksilo Facial. Sehinggah dapat menambah wawsan saya .

Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, saya menyadari masih banyak
kekurangan dari laporan kami ini, baik dari materi, maupun dari teknik penyajian.
Berhubung saya sendiri masih kurang dalam hal pengetahuan dan pengalaman saya
dalam pembuatan Maksilo Facial. Oleh karena itu, kritik dan saran pembangun sangat
saya harapkan, Terimakasih

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Desember 2019

Irma Jafar

i
LEMBAR PENGESAHAN

“LAPORAN PROSEDUR LABORATORIUM PEMBUATAN MAKSILO


FACIAL”

DISUSUN SEBAGAI TUGAS PELENGKAP LABORATORIUM GIGI TIRUAN


MAKSILO FACIAL
PROGRAM STUDI D III TEKNIK GIGI
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
DESEMBER 2019

DISUSUN OLEH :

IRMA JAFAR 17 3145 124 033

MAKASSAR, Desember 2019

DISETUJUI OLEH
PEMBIMBING LABORATORIUM

ISMA SUPRAPTI, SKM.

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….........ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….....4
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Alat dan Bahan…………………………………………………………5

2.2 Prosedur Kerja Laboratorium…………………………….....................21

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………....42

3.2 Saran…………………………………………………………………..42

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….....43

LAMPIRAN

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur maksilofasial ialah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang
pembentuk wajah. Berdasarkan anatominya wajah atau maksilofasial dibagi
menjadi tiga bagian, ialah sepertiga atas wajah, sepertiga tengah wajah, dan
sepertiga bawah wajah. Bagian yang termasuk sepertiga atas wajah ialah
tulang frontalis, regio supra orbita, rima orbita dan sinus frontalis. Maksila,
zigomatikus, lakrimal, nasal, palatinus, nasal konka inferior, dan tulang vomer
termasuk ke dalam sepertiga tengah wajah sedangkan mandibula termasuk ke
dalam bagian sepertiga bawah wajah.1

Celah bibir dan celah langitan adalah suatu kelainan kelahiran yang
terjadi di daerah mulut dan bibir. Keadaan kelainan ini dapat meyebabkan
berbagai bervariasi problem yang berhubungan dengan rongga mulut, bicara,
pendengaran dan mungkin juga mempengaruhi jumlah, ukuran, bentuk dan
posisi gigi sulung maupun gigi tetap. Etiologi dari celah bibir atau langitan
tidak diketahui dan multifactor, Factor keturunan merupakan salah satu dari
multi factor penyebab dari celah bibir dan atau celah langitan.2

Celah yang terjadi pada bibir dan palatum di rongga mulut merupakan
defek kongenital akibat jaringan mulut tidak terbentuk sempurna selama
perkembangan janin. Hal ini menyebabkan terjadinya hubungan antara rongga
hidung dan mulut serta malformasi dan agenesis gigi yang berdekatan dengan
celah. Celah palatum menyebabkan kesulitan mengunyah, bernapas, dan
berbicara serta mengganggu estetis dan psikologis pasien.3

1
Pembesaran di daerah maksilofasial seringkali dilakukan terapi dengan
pembedahan yaitu reaksi daerah maksilofasial untuk menghilangkan tumor
atau lesi local yang menyebabkan terjadinya cacat berupa perforasi pada
langit-langit yang disebut defect. Tindakan pada waktu operasi sangat
dibutuhkan rehabilitasi dengan dibuatkan suatu protesa maksilofasial.4

Protesa maksilofasial adalah protesa yang menutup celah abnormal


antara rongga mulut dan rongga hidung, digunakan untuk rehabilitasi fungsi
oral dan estetik dengan melakukan pengantian bagian yang rusak atau hilang
dengan memakai tiruannya.5

Pembuatan protesa maksilofasial bertujuan mengembalikan fungsi


bicara dan mengunyah, membantu proses penyembuhan jaringan lunak serta
psikologis penderita. Protesa maksilofasial harus dibuat segera setelah operasi
karena apabila terlambat akan terjadi kontraksi otot-otot wajah yang dapat
menyebabkan retensi berkurang sehingga penderita menjadi cacat dan
kecewa.4

1. Pengertian Obturator4
Obturator adalah suatu protesa maksilofasial yang digunakan untuk
menutup defect dengan menggantikan jaringan keras dan lunak serta
gigi yang hilang akibat tindakan bedah. Proses rehabilitasi untuk
pasien pasca maxillectomy dilakukan dalam tiga tahap yaitu :
1) Obturator pasca bedah (Immediate surgical obturator)
Obturator yang dibuat sebelum operasi dan dipasang pada saat
operasi.
2) Obturator interim (Delayed surgical obturator)
Obturator yang dibuat untuk menggantikan obturator pasca
bedah sekitar 2 minggu setelah operasi.

2
3) Obturator definitive
Obturator yang dibuat 3 sampai 4 bulan pasca bedah, lamanya
waktu pembuatan obturator tergantung pada luasnya defect,
kecepatan penyembuhan, prognosis hasil operasi, efektifitas
obturator sebelumnya dan ada tidaknya gigi.

2. Tipe-tipe Obturator6
1) Obturator palato faringeal

Obturator palato faringeal adalah suatu protesa yang membantu


dalam menutup pembukaan bagian anatomi velopharyngeal untuk
mengembalikan fungsi yang normal. Velopharynx adalah bagian katup
muskular yang terletak antara rongga mulut dan hidung, pada dasarnya
terdiri dari dinding faring lateral dan posterior serta palatum lunak yang
mengontrol perjalanan udara. Velopharyngeal timbul apabila kelainan
cleft palate tidak diperbaiki atau kelainan palatum lunak (soft palate
defects) yang diperbaiki melalui pembedahan terlalu pendek untuk
berkontak dengan dinding faringeal yang mengganggu dalam proses
respirasi dan pengucapan.

2) Obturator Palatal Lift


Pembukaan velopharyngeal atau ‘velopharyngeal incompetency’
timbul apabila palatum lunak yang diperbaiki melalui pembedahan,
panjangnya cukup tapi mobilitas palatum lunak tidak cukup untuk
mencapai penutupan velopahryngeal. Obturator palatal lift menutup
bagian palatum keras dan secara fisikal menduduki pada suatu posisi
yang baik untuk mencapai penutupan velopharyngeal.

3
3) Obturator Meatal
Obturator meatal dapat juga dikenali sebagai obturator meatus yang
didesain untu menutup bagian posterior ‘nasal chonane’ yaitu suatu
bagian pembukaan antara rongga hidung dan nasofaring. Obturator ini
diindikasikan bagi pasien yang edentulous sepenuhnya yang telah
mengalami kehilangan palatum lunak secara total. Obturator ini
berfungsi secara vertical pada bagian posterior protesa ini untuk
mengobturasi bagian posterior ‘nasal chonae’. Protesa ini sangat
membantu dalam memperlancarkan proses respirasi dan penelanan
secara normal.

B. Rumusann Masalah
1. Apa saja proses laboratorium dari pembuatan Maksilo facial?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tahapan proses laboratorium dari pembuatan Maksilo
Facial.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Alat & Bahan

a) Alat

1. Bunsen

Gambar 1: Bunsen
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bunsen adalah sebuah peralatan labooratorium umum yang


menghasilkan nyala api gas tunggal yang terbuka, yang digunakan untuk
pemanasan, sterilisasi, dan pembakaran.

2. Lecron ( Pisau Malam )

Gambar 2: Lecron
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

5
Lecron adalah alat yang di gunakan untuk memotong wax, mengukir
wax dan mewadahi saat wax dipanaskan.

3. Sendok cetak

Gambar 3: Sendok Cetak


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sendok cetak adalah alat yang di gunakan untuk mencetak rahang


pasien untuk mendapatkan model kerja.

4. Spatula dan bowl

Gambar 4: Spatula & Bowl


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

6
Spatula adalah alat yang di gunakan untuk mengaduk bahan cetak,
baik itu alginat maupun gypsum. Bowl adalah wadah untuk menaruh
bahan cetak yang akan di aduk.

5. Okludator

Gambar 5: Okludator
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Okludator adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan oklusi


rahang atas dan rahang bawah pada model kerja yang menggantikan
rahang pasien.

6. Klamer

Gambar 6: Klamer
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

7
Klamer adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang berbentuk
bulat, terbuat dari kawat stainless steel yang melingkari/memegang gigi
penjangakaran yang berfungsi untuk retensi & untuk stabilisasi.

7. Tang

Gambar 7: Tang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tang adalah alat yang digunakan untuk membuat klamer.

Adapun jenis-jenis tang yaitu :

a. Tang kombinasi

Tang Klamer dimana kedua paruhnya agak


menyempit dan meruncing kearah ujungnya. Penampung
paruh yang satu bulat dan satunya empat persegi.
Digunakan untuk : membengkokkan kawat.

b. Aderer plier
Tang yang mempunyai saluran ( groove ) yang
melintang pada kedua ujung paruhnya . Biasanya

8
digunakan untuk menjepit kawat bila sedang
dibengkokkan.

c. Universal plier
Tang Klamer dimana ujung kedua paruhnya lebih
pendek dari spring forming plier dan penampang kedua
paruhnya empat persegi . Digunakan untuk :
membengkokkan kawat/per.

d. Tang Potong
Tang yang digunakan untuk memotong klamer/per.

8. Kuvet

Gambar 8: Kuvet
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kuvet adalah alat yang digunakan pada penanaman model kerja untuk
proses boiling out, pemasangan sprue, dan proses injek.

9
9. Kompor

Gambar 9: Kompor
(Sumber: Google)

Kompor gas adalah alat yang digunakan untuk memanaskan air di


panci pada proses boiling out

10. Panci

Gambar 10: Panci


(Sumber: Google)

Panci adalah wadah untuk proses boiling out untuk membuag malam.

10
11. Alat press

Gambar 11: Alat Press


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Alat pres berfungsi untuk memperkuat tanaman model kerja ke dalam


kuvet, agar hasil dari proses packing akrilik sesuai dengan basis malam
yang telah di buat sebelumnya.

12. Spoit

Gambar 12: Spoit


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Spoit digunakan sebagai tempat untuk menyemprotkan cairan liquit

11
13. Gelas / Mangkuk kaca

Gambar 13: Gelas / Mangkuk Kaca


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Digunakan sebagai wadah / tempat untuk pencampuran powder dan


liquit

14. Mesin poles

Gambar 14: Mesin Poles


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

mesin poles adalah salah satu alat yang digunakan untuk proses
finishing, dan polishing agar menghasilkan permukaan gigi tiruan yang

12
halus dan mengkilap. Dan membantu untuk melubangi gigi artificial
sebagai retensi.

15. Trimmer

Gambar 15: Trimmer


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Untuk mengurangi kelebihan gips yang sudah menjadi model kerja


serta merapikan model kerja.

16. Alat poles


Alat poles adalah alat yang digunakan bersama mesin poles untuk
memotong sayap-sayap yang tidak di butuhkan, dan menghluskan
permukaan gigi tiruan.

No. Nama Alat Fungsi Gambar

1. Fissure Untuk memotong bahan yang

13
berlebihan pada gigi tiruan.

2. Freezer Untuk menghilangkan kamip-


kamip yang tidak di butuhkan
pada gigi tiruan

3. Stone Untuk menghaluskan


permukaan gigi tiruan

4. Penjepit amplas Untuk menjepit amplas kasar


dan amplas halus

Diaplikasikan bersama dengan


5. Rag wheel bahan abrasive untuk
menghilangkan goresan-
goresan yang ada pada daerah
permukaan plat.

6. Brush hitam Digunakan bersama dengan


bahan abrasive untuk

14
menghilangkan guratan dan
mengkilapkan pada gigi tiruan.

Gambar 16: Alat Poles


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

15
b) Bahan

1. Alginat

Gambar 17: Alginat


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Alginate adalah bahan yang di gunakan untuk mencetak rahang pasien.

2. Gips Lunak ( Gypsum Type 1 )

Gambar 18: Gips Lunak


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gips lunak adalah bahan yang di gunakan untuk menanam model kera
pada Okludator

16
3. Gips Keras Warna Biru ( Gipsum Type 2 )

Gambar 19: Gips Keras


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gips keras adalah bahan yang digunakan untuk membuat model kerja
pada pembuatan gigi tiruan. Dan untuk penanaman pada kuvet.

4. Gigi artificial

Gambar 20: Gigi Artificial


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gigi artificial adalah bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi
asli yang sudah tanggal.

17
5. Malam (Wax)

Gambar 21: Malam (wax)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Malam (wax) adalah bahan yang di gunakan untuk menggantikan


jaringan lunak dan keras dalam mulut, tempat melekat gigi artificial.

6. Spirtus

Gambar 22: Spirtus


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

18
Spirtus adalah bahan bakar yang digunakan pada Bunsen, untuk
melunakkan wax.

7. Akrilik (hot curing)

Gambar 23: Akrilik (hot curing)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Akrilik adalah bahan yang di gunakan untuk membuat plat pada gigi
tiruan. yang menggantikan modeler malam.

8. Vaselin

Gambar 24: Vaselin


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

19
Vaselin adalah bahan yang digunakan untuk memisahkan modeler
malam di model kerja dan memisahkan gips pada saat penanaman model
didalam kuvet agar mudah terlepas .

9. CMS

Gambar 25: CMS


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bahan yang digunakan untuk memisahkan gips dengan bahan fleksi

10. Akrilik (Self curing)

Gambar 26: Akrilik (Self curing)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Akrilik (self curing) adalah bahan yang di gunakan untuk menyatukan


plat pada gigi tiruan dengan defek agar menyatu

20
2.2 Prosedur Kerja Laboratorium

1. Model Kerja
Model kerja adalah hasil cetakan rahang pasien yang selesai di cetak
menggunakan bahan alginat, kemudian cetakan alginat tersebut langsung
dicor menggunakan gips yang ditunggu hingga mengering atau memngeras.

Gambar 27: model kerja


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Macam-macam Analisis Model Studi7


Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu
dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah
sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan
insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle;
ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula,
dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain
meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri lengkung
gigi, dan crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal antara lain
meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior maupun
posterior, dan ketinggian palatu.

21
 Syarat-syarat model kerja8
1) Dibuat dari gips keras sesuai kebutuhan (gips keras tipe IV)
2) Bebas dari bintik terutama daerah tepi gigi yang diasah
3) Bebas distorsi
4) Dapat dipotong untuk memudahkan pembuatan daerah margin
model malam

2. Desain model kerja


Desain model kerja adalah gambar desain klamer pada model kerja
yang digambar sesuai dengan keinginan dokter gigi sebelum dibuatkan
klamer.

Gambar 28: desain model kerja


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

22
3. Pembuatan klamer
Proses pembuatan klamer berungsi sebagai retensi, untuk stabilisasi
dan untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran

Gambar 29: pembuatan klamer


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4. Pembuatan base plate & bite rim


Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi
tiruan dan digunakan untuk menempatkan gigi untuk insersi kedalam mulut
pasien. Pembuatan base plate menggunkan malam merah (wax) dengan
membentuk pola dari model kerja yang telah di tentukan.
Setelah membuat base plate, selanjudnya pembuatan bite rim, dengan
membuat balok dari malam (wax) lalu di aplikasikan ke base plate dengan
mengikuti lengkung rahang pasien. Bite rim di buat diatas base plate yang
telah di rapikan menggunakan modeling wax.

23
Gambar 30: hasil pembuatan base plate & bite rim
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Syarat yang harus dipenuhi oleh baseplate wax9


1) Ekspansi thermis limer pada suhu 25-40°C lebih kecil dari 0,8%.
2) Tidak mengiritasi jaringan mulut.
3) Tidak flaky / menyerpih dan melekat.
4) Mudah diukir dan dibentuk
5) Permukaan halus setelah di flaming (disentuhkan pada api).
6) Tidak berbekas pada porselen dan gigi tiruan.
7) Tidak mewarnai gigi
8) Dapat dicairkan dan dipadatkan berkali-kali
9) Dalam keadaan lunak dapat beradaptasi dengan jaringan lain.

 Tipe-tipe malam
Wax adalah bahan lentur yang dikumpulkan oleh serangga atau
didapatkan dari tumbuh-tumbuhan. Wax dental adalah campuran dua
atau lebih bahan sintetis dan alami seperti lilin, damar, zat pewarna
dan bahan tambahan lainnya. Digunakan dalam bidang kedokteran
gigi untuk membuat cetakan, membuat konstruksi gigi palsu non
logam, membuat catatan tentang hubungan rahan, sebagai bahan

24
penolong kerja laboratorium. Pembuatan berbagai alat gigisering
membutuhkan bahan malam yang mempunyai sifat-sifat fisis berlainan
untuk tujuan-tujuan tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sitentis.10

 Macam-macam wax10
1) Wax alami
 Animal waxes
Contohnya yaitu pada bee wax yang merupakan hasil
sekresi abdominal dari lebah jenis Apis mellifera. Warna
wax tergantung pada jenis bunga. Komponennya berupa
palmitat, palmitoleate, hidroksipalmitat, dan oleate ester
dengan rantai panjang alcohol. Digunakan sebagai bahan
modeling dan memiliki titik leleh 62°-65°C.
 Vegetal waxes
Contohnya pada jenis carnauba wax dan candelila wax.
Pada carnauba wax juga dikenal sebagai queen of waxes.
Merupakan hasil sekret dari daun pohon palem (Copernicia
prunifera cerifera), tiap 100gr untuk satu pohon dalam satu
tahun. Komposisinya terdiri dari fatty ester (80-85%), free
alcohol (10-15%), asam (3-6%), dan hidrokarbon (1-3%).
Untuk cadelila wax merupakan hasil ekstraksi dari
tumbuhan euphorbia cerifera dan euphorbia antisyphilitica
(Euphorbiaceae). Cara ekstraksinya dengan merebus
tanaman tersebut untuk memisahkan wax dan material
tanaman. Komposisinya berupa hidrokarbon (sekitar 50%
dari C29-C33), ester (28-29%), alcohol, asam lemak bebas

25
(7-9%), dan resin (12-14% triterpenoid ester). Titik leleh
candelila eax berada dalam rentan 66°-71°C.
 Mineral waxes
Contohnya pada parafin yang merupakan hasil dari
petroleum yang mengalami pemanasan tinggi (penyulingan
minyak tanah). Komposisinya berupa canpuran kompleks
hidrokarbon sari metan, dengan sejumlah kecil fase amorf
atau mikrokristalin).

2) Wax sintetik
Seperti wax alami yang serba guna, wax sintetik bisa tahan pada
perubahan pada kualitas dan ketersediaan. Terbuat dari etil
glikogen diester atau triester dengan rantai panjang asam lemah
(C18-C36). Titik lelehnya dalam rentang 60%-75%°C.

5. Pemasangan model kerja pada okludator


Bertujuan untuk memudahkan pada saat proses penyusunan gigi artificial
serta memudahkan dalam mengoklusian gigi artificial pada model kerja.
 Langkah-langkah pemasangan model pada okludator11
1) Rapikan bagian tepi dari model dan tipiskan bagian dasar model
hingga didapatkan ketinggian sekitar 5-10 mm yang diukur dari
batas mukosa bergerak dan tidak bergerak.
2) Oklusikan ke dua model rahang atas dan rahang bawah
3) Fiksasi kedua model tersebut menggunakan karet.

26
4) Kondisikan okludator pada posisi pin bersentuhan dengan pin yang
lain atau pada besi okludator bagian atas (tergantung pada jenis
okludatornya).
5) Periksa kembali kecukupan model pada okludator yaitu letakkan
model tepat di tengah-tengah okludator, baik dari segi jarak
ketinggian ataupun keseimbangan kanan dan kiri antara model dan
okludator.
6) Aduk gips semen dengan konsistensi lebih keras dibandingkan
pasta tetapi lebih lunak jika dibandingkan dempul
7) Aplikasikan pada okludator bagian bawah okludator secukupnya.
8) Atur model tepat di tengah kondisikan seperti pada butir ke-5 yaitu
seimbangkan antara kanan dan kiri model, atur jarak ketinggian
model dan sejajarkan bidang oklusi model dengan lantai atau
bidang datar
9) Rapikan ekses gips dan bentuk sesuai dengan lengkung rahang
bawah yang ada
10) Aplikasikan gips semen pada bagian atas model secukupnya.
11) Katupkan okludator atas hingga pin bersentuhan dengan pin yang
lain atau pada besi okludator bagian atas.
12) Bentuklah gips pada okludator bagian atas menjadi seperti kubah
dan rapikan ekses gips.
13) Perhatikan pin pada okludator harus tetap bersentuhan.
14) Periksa kembali keseimbangan kanan-kiri, jarak ketinggian model
dengan okludator dan oklusi model sejajar dengan lantai atau
bidang datar.
15) Tunggu hingga gips menjadi setting kemudian lepaskan karet
yang mengikat kedua model

27
6. Penyusunan Gigi Artificial
Penyusunan gigi artificial di mulai dari menyusun gigi artificial bagian
anterior atas, lalu anterior bawah dengan menesuaikan anterior atas, di ikuti
dengan penyusunan posterior atas, setelah itu di lakukan penyusunan gigi
artificial posterior.
Pada kasus dibawah ini penyusunan gigi artificial disusun didaerah
yang tidak bergigi. Agar untuk ntuk mengembalikan fungsi pengunyahan,
fungsi bicara, dan fungsi estetika.

Gambar 31: penyusunan artificial


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

7. Flasking (Penanaman Pada Kuvet)

28
Proses penanaman model kerja pada kuvet, untuk mendapatkan cetakan atau
mould spase, yang akan di isi oleh akrilik nantinya.

Gambar 32: proses flasking


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

 Prosedur Kerja Flasking / Penanaman model kerja didalam


kuvet
1) Geligi tiruan malam lengkap dicekatkan pada modelnya, lalu
dilepaskan dari okludator.
2) Lalu cobakan model kerja kedalam kuvet agar memastikan bahwa
model kerja cukup pada kuvet. Jika tidak cukup maka lakukan
proses trimming model kerja agar model kerja cukup didalam
kuvet.

29
Gambar 33: proses trimming
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3) Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam kuvet diolesin


vaselin dan bagian bawah kuvet diletakkan agar kuvet dan gips
mudah dipisahkan pada saat pembongkaran kuvet.
4) Lalu buat adonan gips campurkan gips dengan air mengalir
secukupnya aduk adonan gips hingga tercampur rata. Kemudian
letakan adonan gips tersebut dibagaian kuvet bawah sambil di
getar-getarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung
udara. Setelah itu letakan model kerja kedalam kuvet sampai batas
permukaan oklusal gigi-gigi dan tunggu hingga gipsnya mengeras.
5) kemudian pasang kuvet atas atau antagonisnya dan dikencangkan
dengan baut agar kuvet benar-benar rapat dan kuat.

30
Gambar 34: flasking dgn kuvet atas
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

8. Bouling out
Proses pengeluaran atau pembuangan modeler malam dari model, untuk
mendapatkan mould space.
 Tahap-tahap boling out
1) Didihkan air secukupnya di wadah/panci

2) Masukkan cuvet ke dalam air mendidih selama


kurang lebih 60 menit
3) Setelah mendidih kuvet diangkat dari air mendidih
lsecara hati-hati, lalu buka kuvet secara hati-hati
4) Jika masih terdapat malam siram permukaan gips
dengan air mendidih sampai seluruh lapisan malam
menghilang sehingga meninggalkan ruang kosong
bekas modeler malam (mould chamber) untuk ruang
pengolah bahan

31
Gambar 35: proses yang dimasak
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 36: proses yang disiram


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
9. Packing akrilik
Pengisian akrlik ke dalam mould space, untuk menggantikan moeler
malam. Packing akrilik ini di lakukan dengan mencampurkan powder dan
liquid sampai homogeny, dan melewati beberapa tahapan yaitu sandy stage,
stringy stage, dough stage, rubbery stage, dan hard stage. Acrilyc di

32
aplikasikan pada model apabila berada pada tahap dought stage. Jangan lupa
olesi CMS sebelum melakukan packing.

Gambar 37: proses dari packing


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

10. Curring
Proses curing adalah proses pemasakan menggunakan panci yang telah
berisi air diatas kompor. Pemanasan ini di lakukan selama ±45 menit.
Setelah itu angkat dan biarkan kuvet dingin kemudian lanjut pada tahap
berikutnya.

33
Gambar 38 proses dari curring
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

11. Deflesking
Pengeluaran model dari dalam kuvet. Setelah di lakukan curing selama
±45 menit, kuvet sebaikanya di biarkan dingin terlebih dahulu, setelah itu
di lakukan defasking. Deflasking di lakukan dengan cara mengeluarkan
gips dari dlam kuvet secara utuh kemudian menggeregaji gips lunak yang
tidak diperlukan lagi, dengan hati-hati untuk mengeluarkan model dan
acrilyc yang sudah di packing sebelumnya

Gambar 39: proses dari deflasking

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

34
12. Finishing dan Polishing
Finishing dan Polishing adalah proses membuang sisa-sisa bahan
tertinggal, dan tonjolan-tonjolan pada permukaan geligi tiruan. Serta
menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa mengubah bentuk atau
konturnya.

Gambar 40: proses finishing


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

13. Proses pembuatan defek


Proses pembuatan defek adalah proses penutupan cela menggunakan
modeler malam yang telah dibentuk sesuai bentuk defek, sebelum menutupi
defek dengan malam pertama-tama defek diberi tisu dahulu agar malam ketika
dibentuk tidak mengenai atau menyentuk dasar dari defek.

35
Gambar 41: penutupan defek dengan tisu Gambar 42: penutupan defek dengan malam
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

14. Flasking defek


Proses penanaman defek pada kuvet, untuk mendapatkan cetakan atau mould
spase dari defek, yang akan di isi oleh akrilik nantinya.

Gambar 43: proses flasking defek


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

36
15. Boiling out defek
Pengeluaran modeler malam, untuk mendapatkan mould space dari defek

Gambar 44: proses boiling out defek


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

16. Packing akrilik (defek)


Pengisian akrlik ke dalam mould space defek, bertujuan untuk
menggantikan moeler malam. Packing akrilik ini di lakukan dengan
mencampurkan powder dan liquid sampai homogen, dan melewati beberapa
tahapan yaitu sandy stage, stringy stage, dough stage, rubbery stage, dan hard
stage. Acrilyc di aplikasikan pada model apabila berada pada tahap dought
stage. Jangan lupa olesi CMS sebelum melakukan packing.

37
Gambar 45: proses packing akrilik (defek)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

17. Curring defek


Proses curing adalah proses pemasakan menggunakan panci yang telah
berisi air diatas kompor. Pemanasan ini di lakukan selama 30 menit. Setelah
itu angkat dan biarkan kuvet dingin kemudian lanjut pada tahap berikutnya.

Gambar 46: proses curring defek


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

38
18. Deflasking defek
Pengeluaran model dari dalam kuvet. Setelah di lakukan curing selama
30 menit, kuvet sebaikanya di biarkan dingin terlebih dahulu, setelah itu di
lakukan deflasking. Deflasking di lakukan dengan cara mengeluarkan gips
dari dalam kuvet secara utuh kemudian menggeregaji gips lunak yang tidak
diperlukan lagi, dengan hati-hati untuk mengeluarkan model dan acrilyc yang
sudah di packing sebelumnya.

Gambar 47: proses deflasking defek

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

19. Finishing dan Polishing defek


Grinding defek dilakukan untuk merapikan serta menghaluskan defek
untuk diletakan didaerah defek.

Gambar 48: proses finishing & polishing defek


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

39
20. Proses packing self curing
Proses self curing antara defek dan basis gigi tiruan dilakukan untuk
menyatukan antara defek dengan basis gigi tiruan untuk menutupi cela agar
hasilnya sempurna.

Gambar 49: proses self curing


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

21. Finishing dan Polishing


Proses membuang sisa-sisa bahan tertinggal, dan tonjolan-tonjolan
pada permukaan geligi tiruan. Serta menghaluskan dan mengkilapkan geligi
tiruan tanpa mengubah bentuk atau konturnya.

40
Gambar 50: proses finishing dan polishing
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 51: hasil dari finishing dan polishing


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

41
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan pembuatan protesa Maksilo Facial. Dapat di simpulkan bahwa


pembuatan protesa ini sangat bermanfaat bagi mereka yang telah kehilangan
seluruh atau sebagian giginya yang disertai cela atau defek, Dan dengan adanya
pembuatan protesa Maksilo Facial ini bisa membantu mereka dalam mastikasi,
fonetik dan estetik.

3.2 Saran

Demikian laporan ini saya buat, besar harapan saya pada laporan ini semoga
laporan ini bermanfaat untuk banyak kalangan. Karena masih memiliki banyak
kekurangan, dan pengetahuan yang masih sangat minim tentang pembahasaan pada
laporan ini, sehingga hasilnya masih kurang baik. Oleh karena itu kritik dan saran
yang sangat membangun di harapkan agar laporan ini dapat di susun menjadi lebih
baik lagi di masa yang akan dating

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Erlisa Hutabarat. 2019. Paper Trauma Maksilofasial. Makalah : Universitas


Airlangga.
https://www.academia.edu/37930773/PAPER_TRAUMA_MAKSILOFASIAL?auto=do
wnload
2. Indonesian Jurnal of Dentistry. 2008. Perawatan Celah Bibir dan Langitan
Pada Anak Usia 4 Tahun. 15(3): 232-238.
https://www.researchgate.net/publication/307838840_Perawatan_Celah_Bibir_da
n_Langitan_pada_Anak_Usia_4_Tahun
3. Rahmat Hidayat. 2017. Obturator Prosthesis To Rehabilitate Maxillary
Defect On Cleft Palate And Kennedy Clas III Patient. 4(2): 136-142.
https://www.google.com/search?safe=strict&rlz=1C1CHNY_enID877ID877&sxsrf=A
CYBGNQL1Rusbctm0p-
njQchq9SB7sZRrw:1576432280725&q=Obturator+Prosthesis+To+Rehabilitate+Maxi
llary+Defect+Of+Cleft+Palate+And+Kennedy+Clas+III+Patient&spell=1&sa=X&ved=2
ahUKEwjMmOvwm7jmAhVDfisKHWYgChcQBSgAegQICxAq&biw=1242&bih=524
4. Maj Ked Gi. 2012. Protesa Maksilofasial Kerangka Logam Kombinasi Bahan
Termoplastik Pada Defek Kelas II Aramany Pasca Hemimaxillectomy. 19(1):
89-92.
https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article/view/15923/10540
5. Maj Ked Gi. 2012. Protesa Maksilofasial Thermoplastic Nylon (Valplast)
Dengan Hollow Bulb (Klas III Aramany Palate Schisis Hereditary). 19(1):
29-32.
https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article/view/15648/10437
6. Obturator Palatum. Skripsi : Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28588/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

43
7. Avi Laviana. Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting Bagi Diagnosis
Ortodonti : Universitas Padjadjaran.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/10/analisis_model_studi.pdf
8. Basma Rosandi. Model Kerja Kedokteran Gigi. Scribd.
https://www.scribd.com/doc/261918236/Model-Kerja-kedokteran-gigi
9. Regina Desi Gresiana. Baseplate Wax. Scribd.
https://www.scribd.com/document/218373351/Baseplate-Wax
10. Nadifa Nada. Wax. Scribd.
https://www.scribd.com/document/373524376/Wax
11. Claudianrj. Pemasangan Model Dalam Okludator. Scribd.
https://www.scribd.com/document/258128501/Pemasangan-Model-Dalam-
Okludator

44

Anda mungkin juga menyukai