Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN DISKUSI PROSTHODONTIA

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

Oleh:

CACA MONIKHA
19100707360804057

NESSIA RAHMA BELINDA


19100707360804064

Dosen Pembimbing:
Drg. RICKY AMRAN, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURAHMAH
PADANG
2019
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
(GTSL)

Nama Pasien : Marno


Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kalumbuak rt 01/05, Kuranji
Tanggal Pemeriksaan : 09 Oktober 2019
Dosen Pembimbing : drg. Ricky Amran, MARS

Hari/ Kasus Tindakan yang dilakukan Operator


Tanggal
09 GTSL  Anamnesa  Caca Monikha (19-057)
Oktober  Pemeriksaan klinis  Nessia Rahma Belinda
2019  Diagnosa (19-064)
 Rencana perawatan
 Prognosa

Padang, 22 Oktober 2019


Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Ricky Amran, MARS)

2
MODUL IV : KERUSAKAN DAN KEHILANGAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah Disetujui Laporan Diskusi Modul IV Tentang “Gigi Tiruan Sebagian Lepasan”
Guna Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Klinik
pada Bagian Modul IV

Padang, 22 Oktober 2019


Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Ricky Amran, MARS)

3
PROSEDUR KEJA
GTSL

No. Jenis pekerjaan Tanggal Paraf Keterangan


1. Anamnesa & indikasi
2. Membuat model studi
3. Diskusi
4. Sendok cetak fisiologis
5. Mencetak fisiologis
6. Survey model
7. Desain cangkolan
8. Membuat cangkolan
9. Pembuatan basis sementara
10. Transfer artikulator
11. Menentukan warna gigi
12. Penyusunan gigi
13. Try in penyusunan gigi
14. Processing
15. Remounting articulator
16. Try in dan insersi
17. Kontrol

Pembayaran Dosen Pembimbing

( ) (drg. Ricky Amran, MARS)

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi merupakan salah satu perubahan jaringan rongga mulut.


Jika gigi yang hilang tidak segera diganti dapat menimbulkan kesulitan bagi
pasien sendiri, seperti mengunyah makanan, adanya gigi yang supraerupsi, miring
atau bergeser. Penggantian gigi yang hilang dapat dilakukan dengan pembuatan
gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat.1 Gigi tiruan digunakan untuk
menggantikan gigi yang hilang dan mengembalikan estetika serta kondisi
fungsional pasien.2
Menurut Glossary of Prosthodontic gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi
tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli
dan atau struktur pendukungnya, didukung oleh gigi serta mukosa, yang dapat
dilepas dari mulut dan dipasangkan kembali oleh pasien sendiri. Sedangkan gigi
tiruan penuh adalah gigi tiruan lepasan yang menggantikan seluruh gigi geligi asli
dan struktur pendukungnya baik di maksila maupun mandibula.

Gigitiruan lepasan secara garis besar dibagi dua, gigitiruan sebagian lepasan
(partial denture) dan gigi tiruan penuh (full denture atau complete denture). Gigi
tiruan sebagian lepasan adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengembalikan
beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah jaringan lunak di
bawah plat dasar serta dukungan tambahan dari gigi asli yang masih tertinggal
dan terpilih sebagai gigi penyangga. Atau restorasi prostetik ini sering juga
disebut Removable Partial Denture.3

Komponen gigi tiruan sebagian lepasan terdiri dari elemen gigi, cengkram,
dan basis, di mana basis pada gigi tiruan sebagian lepasan dapat terbuat dari
bahan logam atau akrilik.4 Dalam proses pembuatan desain geligi tiruan sebagian
lepasan berlaku suatu prinsip yang umum dan penting. Pertama-tama, dokter gigi

5
perlu mengetahui selengkap-lengkapnya tentang keadaan fisik pasien yang akan
menerima protesa. Selain itu, sebelumnya ia juga sudah memahami betul data-
data mengenai bentuk, indikasi dan fungsi dari cenkeram, letak sandaran, macam
konektor, bentuk sadel dan jenis dukungan yang akan diterapkan untuk sebuah
geligi tiruan.5

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 2.1 Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan adalah suatu alat yang berfungsi untuk

mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah

jaringan lunak di bawah plat dasar serta dukungan tambahan dari gigi asli yang masih

tertinggal dan terpilih sebagai gigi penyangga. Atau restorasi prostetik ini sering juga

disebut Removable Partial Denture (Lengkong dkk,2015)

2.2 Jenis-jenis Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (McCracken,2016)

2.2.1 Berdasarkan Cara Pemasangan

1. GTSL Konvensional

Gigi tiruan yang dibuat dan dipasangkan sesudah luka pencabutan sembuh

2. GTSL Immediate

Gigi tiruan yang dibuatkan sebelum pencabutan dan segera dipasangkan

setelah pencabutan

2.2.2 Berdasarkan Bahan

2.2.2.1 Bahan Basis

1. GTSL Akrilik

7
a. Termoset (Heat Cure): kaku

b. Termoplastik (fleksibel): vaplast

2. GTSL Logam

3. GTSL Kombinasi

2.2.2.2 Bahan Anasir Gigi

1. Akrilik

2. Porcelain

2.2.3 Berdasarkan Jaringan Pendukung

1. Tooth Borne

Jaringan pendukung gigi tiruan adalah gigi asli

2. Tooth Tissue Borne

Jaringan pendukung gigi tiruan adalah gigi asli dan jaringan lunak

3. Tissue Borne

Jaringan pendukung gigi tiruan adalah jaringan lunak

2.2.4 Berdasarkan Jenis

1. Advanced

8
2. Overdenture

3. Transisi

4. Implan

2.2.5 Berdasarkan Fungsi

1. Gigi tiruan permanen

2. Gigi tiruan sementara

2.3 Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

2.3.1 Retainer atau Penahan

Retainer atau penahan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepas yang

berfungsi memberi retensi dan karenanya mampu menahan protesa tetap pada

tempatnya (Gunadi dkk,2015).

Penahan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu (Gunadi dkk,2015):

1. Penahan Langsung atau direct retainer

Direct retainer adalah bagian yang berkontak langsung dengan permukaan

gigi penyangga dan dapat berupa cengkram atau kaitan presisi.

2. Penahan Tidak Langsung atau Indirect Retainer

Inderict retainer adalah bagian yang memberikan retensi untuk melawan gaya

yang cendrung melepas protesa kearah oklusal dan bekerja pada basis.

9
Cengkeram

Cengkeram memiliki istilah lain yaitu cengkeraman, cangkolan, klammer, dan

dalam istilah bahasa inggris yaitu claps atau crib (Gunadi dkk,2015).

Penggolongan cengkraman (Gunadi dkk,2015):

a.Menurut Konstruksinya

- Cengkeraman tuang atau cor ( cast claps )

- cengkeraman Kawat ( wrought wire claps )

- Cengkeraman Kombinasi (combination claps )

b. Menurut Desain

- Cengkeraman sirkumferensial (cirumferensial claps or circumferential type

claps)

- Cengkeraman batang ( bar arm or bar type claps )

c. Menurut Arah Datang Lengannya

- cengkeraman oklusi ( occlusally approching claps )

- cengkeraman gingival ( gingivally approching claps )

Bagian-bagian cengkeraman dan fungsinya

10
Cengkeraman merupakan penahan langsung ekstra korona dan berfungsi

menahan, mendukung, dan menstabilkan gigi tiruan sebagian lepasan (Gunadi

dkk,2015).

Secara struktural, cengkeraman terdiri dari bagian-bagian (Gunadi dkk,2015):

1. badan cengkeraman (body): terletak antara lengan dan sandaran oklusal.

2. Lengan cengkeram (arm) : terdiri dari bahu dan terminal

3. Bahu cengkeram (shoulder) : bagian lengan yang terletak diatas garis survai.

4. Ujung lengan ( terminal ) : bagian ujung lengan cengkeram

5. Sandaran (rest) : bagian yang bersandar pada permukaan oklusal/ insisal gigi

penahan.

6. Konektor minor : bagian yang menyatukan cengkeraman dengan kerangka

logam gigi tiruan.

Cengkeraman hanya dapat berfungsi dengan baik bila merupakan suatu kesatuan

yang terdiri dari (Gunadi dkk,2015):

1. satu lengan retentif dengan ujung yang berada dibawah garis survai atau pada

daerah gerong retentif.

2. Satu lengan pengimbang yang secara keseluruhan berada didaerah non retentif.

3. Satu sandaran oklusal

11
4. Satu atau lebih konektor minor

Lengan Retentif

Lengan ini dibuat dengan sedemikian rupa, sehingga bagian sepertiga

terminalnya fleksibel dan terletak dibawah garis survai. Bagian sepertiga tengah semi

fleksibel dan bagian palatal lengannya tegar (Gunadi dkk,2015).

Fungsi utama lengan retentif:

1. melawan pergerakn gigi tiruan kearah vertkal atau oklusal.

2. Menetralisasi gaya yang akan memutar atau memiringkan gigi penyangga

3. Stabilisasi protesa dengan mengurangi pergerakan horizontal

Lengan pengimbang/ lengan reciprocal

Lengan ini biasanya ditempatkan pada daerah bukan gerong diatas garis survai,

serta pada permukaan berlawan dengan lengan retentif. Lengan iniakan berfungsi

dengan baik bila semua bagian tegar (Gunadi dkk,2015).

Fungsi lengan pengimbang:

1. pengimbangan atau stabilisasi terhadap pergerakn horizontal atau gaya

yang ditimbulkan lengan retentif pada saat fungsi atau gaya orthodonti yang

timbul.

2. Membantu fungsi penahan tak langsung, apa bila ditempatkan anterior

atau psoterior dari garis fulkrum

12
3. Membantu retensi, walaupun amat terbatas karena adanya friksi lengan

cengkeraman dengan gigi.

4. Membantu dukungan protesa karen ada bagian yang terletak diatas garis

survai

Sandaran Oklusal

Bagian ini harus ditempatkan pada kedudukannya (rest seat atau recess) yang

memang dipreparasi untuk itu (Gunadi dkk,2015).

Konektor minor

Bagian ini menyatukan bagian badan dan lengan cengkeraman dengan kerangka

logam gigi tiruan (Gunadi dkk,2015).

Cengkeraman Kawat

Cengkereman kawat merupakan jenis cengkreman yang lengan-lengan nya

terbuat dari kawat jadi (wrought wire). Kawat jadi yang sering dipakai biasanya

terbuat dari kawar alou khrom nikel dan dapat di proleh dalam tiga jenis ketegaran,

yaitu soft (500-650 N/mm2), hard (1400-1600 N/mm2) dan springhard (1800-2000

N/mm2). Bentuk penampangnya bisa julat, setengag bulat atau oval. Ukuran dan jenis

yang sering di pakai untuk keperluan pembuatan geligi tiruan sebagian adalah yang

bulat dengan garis tengah 0,7 mm untuk gigi anterior dan premolar dab 0,8 mm untuk

gigi Molar (Gunadi dkk,2015).

13
Selain dari itu, dikenal juga kawat jenis Baja Tahan Karat (stainless steel). Jenis

terakhir ini tersedia dalam bentuk jadi dan tinggal mengadaptasikan saja pada

permukaan gigi penyangga. Bentuk jadi ini di peroleh dalam bentuk sirkumferensial

dengan atau tanpa sandaran oklusal mirip akers claps, untuk gigi caninus, premolar

dan molar (Gunadi dkk,2015).

Macam- macam cengkram kawat

Secara garis besar dikenal dua kelompok cengkram kawat, yaitu cengkram

oklusal dan cengkram gingival yang masing-masing terdiri dari beberapa bentuk

(Gunadi dkk,2015).

1) Kelompok cengkram kawat oklusal

Kelompok ini di sebut juga circumferensial type claps dan merupakan bentuk

umum kelompok ini. Bentuk-bentuk berikut ini termasuk dalam kelompok ini.

1. Cengkram tiga jari

Berbentuk seperti akers claps, cengkram ini di bentuk dengan jalan

menyoldir lengan-lengan kawat pada sandaran atau menanamnya ke dalam

basis. Tersedia pula bentuk basis. Tersedia pula bentuk jadi dari kawat baja

tahan karat, yang tinggal di sesuaikan dengan bentuk anatomi gigi.

2. Cengkram 2 jari

Berbentuk sama seperti akers claps tetapi tanpa sandaran, yanf bila

perlu dapat di tambahkan berupa sandaran cor. Tanpa sandaran, cengkram

14
ini dengan sendirinya berfungsi retentif saja pada protesa dukungan

jaringan.

3. Cengkeram jackson

Indikasi pemakakaian cengkeram ini sama seperti pada butir 2;

sebetulnya cengkeram ini merupakan penahan langsung ortodontik.

4. Cengkeram setengah jackson

Cangkokan ini di sebut pula cengkeram satu jari atau cengkeram C.

5. Cengkeram S

Berbentuk huruf S, cengkram ini bersandaran pada singulum gigi

caninus. Biasa di pakai untuk kaninus bawah, dapat pila di gunakan untuk

kaninus atas, bila ruang interoklusalnya cukup.

6. Cengkeram panah

Disebut panah, karena berbentuk anak panah yang ditempatkan pada

interdental gigi, dan diperuntukkan bagi anak-anak di mana retensi kurang.

Itulah sebabnya cengkeram ini di pakai untuk protesa sementara selama

masa pertumbuhan.

7. Cengkeram adam

Indikasi pemakaian sama seperti pada butir 7.

8. Rush anker crib

15
Cengkeram ini berindikasi pemakaian sama seperti cengkeram

embrasur.

2) Kelompok cengkeram kawat gingival

Cengkeram yang di sebut pula bar type claps ini berawal dari basis gelisi tiruan

atau dari arah gingiva. Dalam kelompk ini termasuk bentuk-bentuk cengkraman

berikut ini (Gunadi dkk,2015):

1. Cengkram Meacock

Cengkram yang khusus untuk bagian interdental, terutama pada molar 1 ini,

merupakan cengkram protesa dukungan jaringan. Dipakai pada anak-anak

pada masa pertumbuhan, cengkrambini menambah retensu untuk spoon

denture.

2. Cengkram panah anker

Dikenal sebagai arrow anchor claps dalam literatur inggris dan merupakan

cengkeram interdental atau proksimal. Tersedia juga dalam behtuk siap

pakai, untuk disoldir pada kerangka atau di tanam dalam basis.

3. Cengkeram penagan bola

Indikasi pemakaiannya sama seperti pada butir 2, cengkeram ini sebetulnya

di sebut ball retainer claps.

16
4. Cengkeram C

Lengan retentif cengkeram ini seperti cengkeram setengah jackson dengan

standar ( pangkal) di tanam pada basis.

Cengkeraman Tuang

Macam-macam bentuk cengkeram oklusal (Gunadi dkk,2015)

1. Cengkeram akers (akers clasp)

Merupakan bentuk dasar dari jenis sirkumferensial, cengkeram ini terdiri

dari lengan bukal, lengan lingual dan sebuah sandaran oklusal. Akers merupakan

pilihan pertama untuk gigi molar dan premolar, terutama bila gigi tidak miring,

estetika tidak penting dan letak gerong retentif jauh dari daerah tak bergigi.

2. Cengekran kail ikan (fish hook, reverse loop)

3. Cengkeram mengarah belakang (back action clasp)

4. Cengkeram mengarah belakang membalik (reverse back action)

5. Cengkeram setengah-setengah (hal and hal clasp)

cengkeram ini terutama digunakan untuk gigi premolar yang berdiri sendiri

dan terdiri dari 2 buah lengan dan 2 buah sandara. Ujung lengan bukal biasa

ditempatkan pada gerong mesiobukal dengan pertimbangan estetik.

6. Cengkeram kaninus (cuspid universal clasp)

17
Lebih banyak dipakai untuk kaninus bawah, cengkeram ini bisa pula

digunakan untuk kaninus atas, bila faktor estetik diabaikan. Sandaran diletakkan

pada bagian mesioinsisal. Konektor mirornya berjalan ke bawah dari sisi

mesiolingual, sedangkan lengannya dari singulum ke arah distal lalu membelok

ke bukal dan berkahir pada gerong mesiolabial.

7. Cengkeram akers ganda (double akers clasp)

8. Cengkeram embrasur (embrassure clasp)

9. Cengkeram multipel

10. Cenkeram cincin (ring clasp)

2.3.2 Sandaran

Sandaran atau rest merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada

permukaan gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal

pada protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal premolar dan

molar atau pada pembukaan lingual gigi anterior. Supaya bisa efektif, sandaran harus

ditempatkan pada permukaan gigi yang sengaja dipreparasi untuk itu. Preparasi

tempat sandaran ini disebut kedudukan sandaran (rest seat or recess) (Gunadi

dkk,2015).

a. Sandaran pada gigi posterior

Sandaran pada gigi posterior sering disebut sandaran oklusal (oklusal rest)

dan berfungsi seperti berikut (Gunadi dkk,2015):

18
1. menyalurkan gaya atau tekanan oklusal dari geligi tiruan kepada gigi

penyangga. Pada protesa dukungan gigi, dimana bagian mesial dan distalnya

masih dibatasi sandaran oklusal, gaya yang terjadi pada saat mastikasi akan

diterima elemen geligi tiruan. Gaya ini diteruskan ke gigi penyangga melalui

basis, lalu ke sandaran oklusal untuk kemudian diteruskan ke tulang alveolar

melalui jaringan periodontium.

2. sandaran juga berfungsi menahan lengan-lengan cengkeram tetap pada

tempatnya.

3. sandaran mencegah lengan-lengan cengkeram menjadi mekar atau terbuka

akibat tekanan oklusal. Jika lengan kurang tegar atau sandaran oklusal tidak

ada, maka lengan dapat berubah bentuk dan letak karena gaya-gaya yang

timbul selama fungsi. Akibatnya, basis protesa tertekan ke arah jaringan

lunak. Hal seperti ini bisa menyebabkan Gingivitis, yang bila meluas ke arah

jaringan periodontal,akan menyebabkan gigi goyang dan akhirnya tanggal.

Selain itu basis kakan terus menekan gingiva seolah-olah gigi terkelupas dari

gusi pembungkusnya. Hal terakhir ini bisa di sebut pengelupasan gusi (gum

stripping).

4. sandaran membagi gaya oklusal menjadi dua atau lebih komponen, sehingga

terdapat pembagian gaya kunyah yang proporsional antara gigi-gigi dan

linggir sisa. Pada basis berujung bebas, saat gaya oklusal bekerja, sandaran

akan sedikit bergerak ke posterior sehingga menyebabkan sayap dan basis

19
menekan jaringan mukosa di bawahnya. Dengan demikian, gaya ini terbagi

antara jaringan lunak dan gigi penyangga. Adanya pembagian gaya seperti

ini akan mencegah kerusakan membran periodontal, berubahnya relasi oklusi

protesa, serta perubahan letak cengkeram. Itulah sebabnya preparasi

kedudukan sandaran tak boleh menciptakan dinding vertikal yang bisa

mengunci atau menghalangi pergerakan sandaran.

5. pemakaian sandaran akan mencegah ekstruksi gigi penyangga, karena

tekanan kunyah diteruskan ke gigi ini.

6. terjebaknya sisa makanan antara cengkeram atau basis dengan gigi

penyangga dapat dihindari, karena sandaran oklusal akan menutupi celah ini.

Terhindarnya sisa makanan terjebak pada celah seperti ini akan mencegah

gingivitis.

7. menyalurkan sebagian gaya lateral pada gigi penyangga. Bila basis dibatasi

sandaran oklusal pada kedua sisinya dan permukaan oklusal gigi rata,

dengan sendirinya tak akan ada gaya lateral yang dibebankan pada gigi

penyangga. Sayangnya, geligi tiruan selalu mempunyai tonjol dan lekuk.

Dengan preparasi sandaran berbentuk boks, maka seluruh beban akan di

terima gigi penyangga. Pemindahan gaya lateral kepada gigi penyangga

jarang dilakukan melalui sandaran oklusal. Hal ini hanya dilakukan bila

lengan pengimbang tak mungkin dibuat dan sebagai gantinya dibuat

preparasi sandaran berbentuk boks, misalnya dengan tujuan estetik. Sandaran

20
oklusal sering dibuat berbentuk sendok (spoon) atau piring atau saucer.

Dengan bentuk sandaran seperti ini, pergerakan lateral yang mungkin terjadi

hanya sedikit saja dan sayap geligi tiruan akan menyalurkan gaya ini pada

jaringan dibawahnya.

8. pada gigi yang malposisi, sandaran oklusal sering dimanfaatkan untuk

sekaligus memperbaiki oklusi. Dengan cara ini sandaran menambah

permukaan oklusal gigi penyangga sehingga dapat berkontak dengan lawan

gigitnya. Bila sandaran ini menutupi sebagian besar permukaan gigi, maka

bagian ini disebut onlay.

9. pada gigi posterior maupun anterior sandaran sering kali di gunakan sebagai

retensi tak langsung. Supaya bisa dipakai sebagai retensi tak langsung, letak

sandaran ini harus jauh dari garis full crown.

10. sandaran oklusal berbentuk onlay atau kail embrassure yang multiple, karena

saling dukung mendukung dapat bertindak sebagai splint. Jadi dapat

digunakan untuk perawatan periodontal. Pembuatan splint seperti ini paling

sederhana, walaupun kurang efektif dibanding splint yang cekat.

b. Sandaran Oklusal

Bila memungkinkan, sandaran oklusal harus ditempatkan pada permukaan gigi

premolar dan molar yang tyelah di preparasi untuk maksud itu.

21
Untuk bisa menyalurkan tekanan oklusal dengan baik, sandaran harus kuat

dengan perbandingan tebal dan lebar yang seimbang. Sandaran yang kecil harus

dibuat lebih lebar. Ukuran yang dianggap ideal untuk premolar adalah setengah jarak

puncak tonjol lingual dan bukal. Untuk gigi molar, dimensi ini boleh sedikit kurang

dari ukuran tadi.

Weinberg menganjurkan ukuran berikut ini sebagai kedudukan sandaran (Gunadi

dkk,2015):

− Mesio-distal 2,5 sampai 3,0 mm

− Buko-lingual 3,0 sampai 3.5

− Tebal 1.0 - 1.5 mm

Bila posisi gigi penyangga dalam lengkung gigi normal, kedudukan sandaran

harus berada di puncak linggir; tetapi hal ini kadang kadang tak bisa terlaksana bila

giginya malposisi. Sudut proximal-oklusal tidak boleh tajam, tetapi harus membulat

seperti kontur air terjun. Sudut tajam atau lancip dapat menyebabkan terlalu tipisnya

sandaran, sehingga menjadi titik lemah untuk patah dikemudian hati. Preparasi seperti

ini juga akan meninggalkan enamel rod yang pendek dan tak terdukung, sehingga

mudah patah. Selain itu, basis berujung bebas akan menghalangi pergerakan protesa

ke posterior, sehingga gaya horizontal akan disalurkan seluruhnya ke gigi penyangga

(Gunadi dkk,2015).

c. Sandaran pada gigi kaninus dan insisivus

22
Secara morfologik gigi anterior tak mungkin diberi sandaran oklusal maupun

cengkeram. Kadang kadang, karena tak ada pilihan lain, gigi gigi depan ini terpaksa

digunakan sebagai penahan. Pada penggunaan gigi depan sebagai penyangga ini

harus diusahakan supaya tak terjadi gerakan orthodontik atau menjadi mekarnya

lengan cengkeram karena gaya oklusal. Bila sandaran tidak cukup baik, cengkeram

akan meluncur kebawah dan lengan cengkeram akan tertekan kedalam gingiva.

Dibanding gigi insisif, gigi kaninus sebagai penyangga tentu lebih menguntungan bila

kaninus tak ada atau tak mungkin dijadikan sebagai penyangga, maka penggunaan

insisifus hendaknya disertai sandaran multiple pada beberapa gigi seri sekaligus.

Pemeriksaan seksama tentang bentuk dan panjang akar, inklinasi serta rasio panjang

akar mahkota klinis amat penting sebelum menentukan bentuk dan tempat sandaran

pada gigi seri. Dengan demikian dapat diketahui besar dan kuatnya dukungan tulang

alveolar dibawahnya (Gunadi dkk,2015).

Macam macam sandaran pada gigi kaninus (Gunadi dkk,2015):

− Sandaran singulum

Dari segi mekanik, sandaran singulum pada gigi depan menguntungkan

dibanding dengan sandaran insisal, karena letaknya lebih dekat pada pusat rotasi gigi.

Selain itu, sandaran singulum tidak terlihat dan tidak mengganggu lidah. Prinsip

preparasi singulum sama saja dengan preparasi sandaran oklusal.

− Lokasi sandaran singulum.

23
Bila kaninus sehat dan lereng lingual tidak terlalu tegak lurus, maka sandaran

dapat ditempatkan tepat diatas singulum, seperti sandaran oklusal. Sandaran singulum

biasanya dapat dipakai pada kaninus atas yang inklinasinya biasanya sedikit ke labial

dan mempunyai singulum lebih menonjol.

2.3.3. Konektor

A. Konektor Utama (Mayor Konektor)

Konektor utama merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang

menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang

ada pada sisi lainnya. Dengan demikian pada bagian ini terletak bagian-bagian lain

protesa secara langsung ataupun tidak langsung. Supaya dapat berfungsi dengan baik,

bagian ini harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini (Gunadi dkk,2015):

Pertama, konektor harus tegar, sehingga gaya-gaya yang bekerja pada protesa

dapat disalurkan ke seluruh bagian atau daerah pendukung.

Kedua, lokasinya diatur sedemikian sehingga tidak mengganggu pergerakan

jaringan dan tidak menyebabkan tergesernya mukosa dan gingiva. Tonjolan tulang

dan jaringan lunak juga tidak terganggu pada saat gigi tiruan keluar masuk mulut.

Ketiga, bagian perifer konektor utama harus terletak cukup jauh dari tepi gingiva,

sehingga tidak menekan atau menggeser jaringan ini. Tepi bagian lingual paling

24
sedikit harus terpisah 3 mm dari tepi gingiva. Tepi bawah juga tak boleh mengganggu

pergerakan jaringan dan frenulum lingualis.

Keempat, kontur bagian perifer konektor harus dibentuk membulat dan tidak

tajam, sehingga tidak mengganggu lidah atau pipi.

Konektor Utama Rahang Atas

Pada rahang atas, konektor utama terbuat dari metal atau resin akrilik. Yang

terbuat dari metal dapat berbentuk Single Palatal Bar, U Shaped Palatal Bar, Double

Palatal Bar, atau Palatal Plate. Pada jenis resin, dikenal bentuk plat saja (Gunadi

dkk,2015).

Macam-macam Bentuk Konektor Utama Maksila

1. Bidang Palatal Tunggal

Diletakkan pada bagian tengah palatum, konektor ini dappat diadaptasi

penderita dengan baik. Biasanya jenis ini dipakai pada geligi tiruan dukungan

jaringan gigi, sehingga berada di antara sandaran oklusal, karena itulah stabil.

Konektor ini tidak berfungsi sebagai retensi tak langsung (Gunadi dkk,2015).

Indikasi Pemakaian (Gunadi dkk,2015):

 Kehilangan 1 atau 2 gigi tiap sisi lekung rahang

 Daerah tak bergigi berujung tertutup

 Kebutuhan dukungan palatum minimal

25
 Kadang-kadang pada kasus yang mempunyai 3 gigi penyangga saja,

konektor ini perlu iperluas agar bisa turut memikul beban.

2. Plat Palatal Bentuk U

Bentuk ini sering menimbulkan keluhan dari penderita, di samping kelemahan

dari sagi mekanik. Supaya tegar, konektor jenis ini harusdibuat cukup tebal, pada hal

ini kaan mengurangi kebebasan gerak lidah. Sebalikya, jika kurang tebal jadi eksibel,

dan bila tidak ada gigi pendukung posterior maka akan terjadi trauma pada linggir

sisa (Gunadi dkk,2015).

Indikasi Pemakaian (Gunadi dkk,2015):

 Kahilangan 1 atau lebih gigi anterior atau posterior atas

 Adanya torus palatinus luas

 Perlunya spin gigi anterior

3. Batang Palatal Ganda

Konektor jenis ini mukin merupakan pilihan utama untuk maksila dengan

torus palatinus yang bergerong, banyak lokulinya, dan masih atau membesar ke

posterior sehingga tidak dapat dilakukan penutupan palatum penuh (Gunadi

dkk,2015).

26
Pada pasien yang tidak bisa mengadaptasi penutupan penuh, maka jenis

konektor ganda ini merupakan pilihan, walaupun tidak bisa memenuhi atau

menyamai kemampuan plat palatal dalam sgi dukungannya (Gunadi dkk,2015).

Indikasi Pemakaian (Gunadi dkk,2015):

 Semua kelas Kennedy, tetapi lebih sering kelas II dan IV

 Gigi penyangga anterior dan posterior terpisah jauh, padahal pla palal

tak bisa digunakan karna adanya torus atau penderita tidak dapat

mengadaptasinya.

4. Plat Palatal Penuh

Konektor ini menutupi palatum leih luas dari pada jenis lainnya. Fungsi

utamanya memberikan dukungan secara maksimal kepada geligi tiruan. Konektor plat

penuh dapatdibuat berupa konektor yang menutupi daerah antara dua atau lebih

daerah tak bergigi, atau plat yang meluas ke posterior sampai daerah penutupan tepi

posterior, atau bisa pula berupa konektor palal anterior dengan kombinasi resin

akrilik pada bagian posteriornya (Gunadi dkk,2015).

Indikasi Pemakaian (Gunadi dkk,2015):

Kasus Kelas I dan II Kennedy. Pada kebayakan kasus perluasan distal,

kebutuhan kungan merupakan syarat utama. Dengan memperluas konektor, beban

pada gigi penyangga menjadi kurang (Gunadi dkk,2015).

27
Konektor Utama Rahang Bawah

Karena terbatasnya ruangan, desain konektor rahan bawah biasanya dibuat

menutupi jaringan maupun sebagian permukaan gigi, seperti misalnya pada plat

lingual. Hal ini menghalangi aksi pembersihan saliva serta penyapuan lidah,

disamping terhalangnya stimulasi mukosa oleh lalu lintas makanan pada saat

mastikasi. Dalam kasus seperti ini lenih baik dipilih Batang Lingual Ganda (Gunadi

dkk,2015).

Macam-macam Bentuk Konektor Utama Rahang Bawah

1. Batang Lingual

Merupakan bentuk yang paling sederhana, konektor jenis ini dgunakan bila

tak ada persyaratan lain kecuali hanya untuk unifikasi saja. Dengan bentuknya yang

sederhana dan ringas,konektor ini pada umumnya lebih diteri oleh kebanyakan orang.

Tepi inferior batang ini tak boleh mengganggu frenulum lingualis dan m.genioglosus,

batang lingual juga tak boleh berkontak dengan permukaan jaringan di

bawahnya,karena itu pada saat pembuatannya harus dirilif (Gunadi dkk,2015).

2. Batang Lingual Ganda

Konektor ini berfungsi sebagai tahanan tak lanung, stabilisasi, serta pemberi

dukungan. Karna menyalurkan tekanan kunyah pada semua gigi yang dilewatinya,

konektor ini mampu mengurangi tekanan pada tulang pendukung (Gunadi dkk,2015).

Indikasi Pemakaian (Gunadi dkk,2015):

28
 Sebagai retensi tak langsung, dengan syarat gigi depan bebas

perawatan periodontal

 Pada kasus dengan ruang interproksmal besar, yang bisa dijumpai

pada gigi-gigi yang sudah mendapat perawatanperiodontal.

3. Plat Lingual

Penutupan seperti konektor ini akan menghalangi stimulasi fisiologik jaringan

gingiva bagian lingual. Pembersihan diri (self cleansing) permukaan lingual geligi

anterior bawah oleh saliva dan lidah juga terganggu. Pada pemakaian plat ini,

konektor harus dikeluarkan dari mulut minimal 8 jam dalam sehari semalam demi

kebersihan.

Indikasi Pemakaian (Gunadi dkk,2015):

 Pada kasus dengan torus mandibular besar, sehingga tidak bisa

digunakan batang konvensional.

 Frenulum lingualis tinggi dan dekat puncak linggir akan menggangu

penggunaan batang biasa.

 Penderita dengan formasi kalkulus berlebih pada permukan lingual

geligi anterior.

 Perlunya retensi tak langsung, seperti pada berujung bebas.

Sebagaimana suatu batang ganda, plat lingual dapat mendistribusikan gaya

29
lateral pada sejumlah gigi asli sehingga turut berperan dalam stabilisasi

protesa.

 Perlunya stabilisasi untuk geligi anterior yang sudah lemah karna

penyakit periodontal atau sudah erupsi atau sudah erupsi berlebih, tetap

sudah diasah untuk mencapai hubungan oklusi yang harmonis. Untuk

memperoleh stabilisasi, plat lingual dapat diperluas sampai daerah bicuspid

atau menutupi ruang terproksimal.

 Persiapan penambahan gigi anterior dikemudian hari.

4. Batang Labial

Jenis konektor ini jarang dipakai kecuali sudah tidak ada cara atu pilihan lain,

misalnya pada gigi yang terlalu miring ke lingual, sehingga bentuk konvensional tak

lagi dapat dipakai (Gunadi dkk,2015).

B. Konektor Minor

Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan

konektor utama dengan bagian lain, misalnya satu penahan langsung atau sandaran

oklusal dihubungkan dengan konektor utama melalui suatu konektor minor (Gunadi

dkk,2015).

Bentuk dan Lokasi Konektor Minor

Seperti konektor utama, konektor minor pun harus punya ketebalan yang

cukup supaya tetap tegar. Tanpa ketegaran yang cukup, penyaluran tekanan ini tak

30
akan efektf. Namun, ketebalan ini juga jangan sampai mengganggu lidah atau

jaringan mulut lainnya (Gunadi dkk,2015).

Konektor minor biasanya diletakkan pada daerah embrasr gigi dan harus

berbentuk melancip ke arah gigi penyangganya. Selain itu, bagian konektor tambahan

ini bisa juga diletakkan pada bagian proksimal gigi yang berdekatan dengan daerah

tak bergigi dan menjadi penghubung cengkram dengan konektor utama (Gunadi

dkk,2015).

Dalam pembuatan konektor minor, terutama yang diletakkan pada embrasure

gigi, hendaknya diperhatikan bentuknya. Kehadiran konektor jangan sampai

mengubah bentuk anatomi semula. Jadi bentuknya harus segi tiga dan melancip ke

arah interproksimal gigi. Perbatasan antara konektor utama dan tambahan harus bulat

dan bagian yang berhadapan dengan lidah harus dibentuk sampai halus. Bila

melewati tepi gingiva atau mukosa, harus dibuat rilif (Gunadi dkk,2015).

2.3.4 Basis

Basis geligi tiruan sering disebut juga ‘dasar atau sadel’ merupakan bagian yang

menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang, dan berfungsi mendukung gigi (

elemen ) tiruan (Gunadi dkk,2015).

Macam – macam Basis Geligi Tiruan

1. Basis Dukungan Gigi/ Basis Tertutup/ Bounded saddle

31
Perbedaan antara basis dukungan gigi dan basis berujung bebas terutama

meliputi hal fungsi dan pemilihan bahan yang akan digunakan (Gunadi dkk,2015).

Fungsi

Pada basis dukungan gigi, yang semata – mata merupakan span yang

dibatasi gigi asli pada kesua sisinya, tekanan oklusal secara langsung

disalurkan kepada geligi penyangga melalui kedua sandaran oklusal. Selain

fungsi tadi, basis bersama – sama dengan elemen tiruan berfungsi pula

mencegah migrasi horizontal gigi tetangga, serta migrasi vertikal gigi

antagonis. Pada pebuatan protesa gigi belakang, faktor estetik merupakan hal

yang sekunder, sebaliknya dari geligi tiruan anterior. Kasus dengan basis

dukungan gigi ini jarang membutuhkan tindakan relining di kemudian hari

(Gunadi dkk,2015).

2. Basis Dukungan Jaringan/ Basis Berujung Bebas/ Free end

Dalam hal ini, bagian basis yang berdekatan dengan gigi penyangga akan

mendapat dukungan darinya, sedangkan bagian yang jauh akan didukung jaringan

lingir sisa yang berada dibawah geligi tiruan. Dukungan jaringan ini penting, agar

supaya tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan yang lebih luas, sehingga

tekanan satu per satuan luas menjadi lebih kecil (Gunadi dkk,2015).

Macam-macam Bahan Basis

Basis biasanya terbuat dari bahan metal, resin atau kombinasi metal-resin.

32
Metal

Metal sebagai bahan basis geligi tiruan memiliki beberapa keunggulan:

1. Pengantar temis

Karena metal merupakan penghantar panas yang baik, maka setiap perubahan

suhu yang terjai akan langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya. Rangsangan

seperti ini akan menstimulasi dan mempertahankan kesehatan jaringan (Gunadi

dkk,2015).

2. Ketepatan dimensional

Basis yang terbuat dari aloi emas mauun krom kobalt tidak saja lebih tepat,

tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi perubahan selama

pemakaian dalam mulut. Hal ini disebabkan tidak terjadinnya perubahan bentuk

dalam volume. Ketepatan bentuk basis akan menciptakan kecermatan kontak dengan

jaringan mulut di bawahnya, sehingga meningkatkan retensi. Inilah yang disebut

Interfacial Surface Tension (Gunadi dkk,2015).

3. Kebersihan

Aloi adalah bahan yang tahan abrasi, karena itu permukaannya tetap licin dan

mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut. Sifat ini membuat deposit makanan

maupun kalkulus sulit melekat. Kalupun terjadi, kalkulus dapat dengan mudah

dibersihkan secara mekanis. Karena karakteristik ini, basis logam ini disebut

‘naturally cleaner’ dibanding resin (Gunadi dkk,2015).

33
4. Kekuatan maksimal dengan ketebalan minimal

Basis logam dapat dibuatkan lebih tipis dari pada resin, tetapi cukup kuat dan

tegar, sehingga ruang gerak bagi lidah relatif lebih luas. Dibandingkan aloi krom

kobalt yang dapat dibuat lebih tipis dan ringan, basis dari aloi emas harus dibuat lebih

tebal untuk mencapai ketegaran sama. Dibanding resin, basis dari aloi emas tetap

lebih tipis, tetapi lebih berat. Dalam hal tertentu, ketebalan basis ini justru

memberikan keuntungan. Contohnya, basis yang digunakan untuk mengembalikan

kontur wajah yang banyak berubah karena terjadi resobsi berlebihan. Atau pengisian

‘buccal pouch’ agar makanan tidak lari ke pipi dan terselip dibawah protesa (Gunadi

dkk,2015).

Disamping beberapa keunggulan, metal juga mempunyai beberapa kelebihan (Gunadi

dkk,2015):

1. Basis metal tak mungkin dilapisi atau dicetak kembali.

2. Warna basis metal tak harmonis dengan warna jaringan sekitarnya, sehingga

bila dipakai di bagian anterior akan menggangu faktor estetik.

3. Relatif lebih berat, terutama aloi emas untuk rahang atas.

4. Perluasan basis metal sampai kelipatan bukan maupun pengembalian kontur

pipi dan bibir sulit dilakukan dengan basis metal.

5. Teknik pembutannya lebih rumit dan mahal.

Indikasi Pemakaian Basis Metal (Gunadi dkk,2015):

1. Penderita yang hipersensitif terhadap resin.

34
2. Penderita dengan gaya abnormal kunyah.

3. Ruang intermaksilar kecil.

4. Kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral.

5. Pertimbangan khusus, umpamanya atas permintaan penderita, penderita

mempunyai kebiasaan menyikat gigi secara berlebihan atau khusus dengan

tulang pendukung yang stabil.

Resin

Sebagian basis resin menunjukkan kelebihan (Gunadi dkk,2015):

1. Warnannya harmonis dengan jaringan sekitar, sehingga memenuhu faktor

estetik.

2. Dapat dilapisi dan dicetak kembali dengan mudah.

3. Relatif lebih ringan.

4. Teknik pembuatannya dan pemolesannya mudah.

5. Harganya murah.

Disamping kelebihannya, resin juga memiliki beberapa kelemahan (Gunadi

dkk,2015):

1. Penghantar termis yang buruk.

2. Dimensinnya tidak dtabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian maupun

reparasi.

3. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan dan pemakaian.

35
4. Walalupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut, mempengaruhi

stabilitas warna.

5. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin, karena

faktoor tersebut pada butir 3 dan 4.

Indikasi Basis Resin

Resin merupakan bahan terpilih (matrial of choice) untuk basis protesa.

Basis Kombinasi Metal-resin

Tujuan pemakaian basis kombinasi adalah memanfaatkan kelebihan masing-

masing bahan tadi. Basis kombnasi ini berupa rangka dari metal, dilapisi resin

ditempat perlekatan elemen tiruan, dan bagian yang berkontak dengan mukosa mulut

(Gunadi dkk,2015).

Perluasan Basis pada Rahang Bawah

Permukaan jaringan pada maksila yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung

geligi gigi tiruan lebih luas dibanding dengan mandibula, dengan perbandingan kira-

kira 1,6 : 1. Dari gambar ini, jelas terlihat pentingnya mengikut sertakan seluas

mungkin permukaan jaringan pada mandibula sebagai dukunagn protesa (Gunadi

dkk,2015).

Perluasan basis pada rahang bawah hendaknya sampai menutupi retro molar

pad dan meluas ke lateral sampai ke sulkus bukalis. Dengan cara ini ternyata lingir

sisa menjadi lebih stabil. Bagian distolingual meluas secara vertikal dari retromolar

36
pad ke alveolingual sulcus. Perluasan basis lebih ke distal dann bagian ini tak ada

manfaatnya (Gunadi dkk,2015).

Besar sayap lingual tidak bergantung pada anatomi lingir miohioid. Bila

bagian ini tajam dan ada gorongnya, maka sayap berakhir pada puncak lingir. Bila

bagian ini tidak tajam dan tidak ada gorongnya, sayap diperluas sampai alveolingual

sulcus. Dengan perluasan seperti ini, basis geligi tiruan akan memberi retensi dan

stabilisasi maksimum terhadap pergerakan dalam arah distal (Gunadi dkk,2015).

Perluasan Basis pada Rahang Atas

Bila gigi sudah banyak yang hilang, sehingga mendekati keadaan gigi tiruan

lengkap, basis perlua diperluas sampai menutupi sampai ke palatum dan sampai ke

tuberositas dan hamular notch. Bagian posteriornya sampai ke batas mukosa bergerak

dan tidak bergerak atau Garis Ah dan berakhir dengan suatu Post Dam. Bila sayap

bukal dimulai dari gigi premolar maka sayap dibagian anterior dibuat melacip ke

posterior dengan bevel pada bagian tepinya. Tebal bagian tepi ini sedikitnya 2 mm

dan dipoles halus (Gunadi dkk,2015).

2.3.6 Penahan Tak Langsung/ indirect retainer

Macam-macam penahan tak langsung (Gunadi dkk,2015):

1. Sandaran Oklusal

a. Sandaran oklusal tambahan

37
Merupakan sandaran oklusal yang letaknya bukan di gigi, dan banyak digunakan

sebagai penahan tak langsung anterior maupun posterior. Diletakkan pada bagian gigi

penyangga yang dipreparasi dan menjauhi garis fulkrum.

b. Sandran oklusal diperluas ke kaninus

Sandaran seperti ini berupa lengan perluasan sandaran oklusal dari gigi premolar

satu dan ditempatkan pada lereng lingual kaninus yang tidak di preparasi.

c. Sandaran kaninus

Letak mesial marginal ridge premolar satu yang terlalu dekat dari garis fulkrum

atau posisi gigi yang terputar tidak menguntungkan sebagai pendukung penahan tak

langsung.

2. Batang lingual sekunder

Secara teknis bagian ini bukanlah penahan tak langsung karena sandarannya

adalah permukaan lingual gigi depan yang miring.

Fungsi batang lingual skunder :

− memberi tahanan tak langsung

− Membantu penyaluran tekanan kunyah

− Memberi dukungan pada protesa

− Menambah kekuatan dan ketegaran konekor utama

38
Kontra indikasi pemakaian batang lingual sekunder :

− Toleransi : tidak dapat ditoleransi oleh banyak orang

− Fonetik : dapat menyebabkan perubahan fonetik sementara

− ruangan : kekurangan ruangan antara tepi gingiva depan atas dan sisi insisal

gigi bawah untuk penempatan batang tambahan ini.

− Posisi gigi : gigi depan miring ke palatal atau lingual, terutama pada gigi

bawah

− Panjang mahkota klinis : gigi depan dengan mahkota klinis pendek kurang

memberi tempat untuk batang skunder ini.

3. Lengan Cummer

Lengan ini merupakan perluasan dari bagian geligi tiruan atau batang palatal,

serta bersandar pada permuaan palatal atau lingual gigi depan. Sebagai penahan tak

langsung, lengan seperti sudah jarang dipakai dan lebih banyak di manfaatkan

sebagai sandara sekunder. Supaya efektif, penahan tak langsung ini harus punya

sandaran di bagian terminalnya.

Indikasi pemakaian :

a. Gigi anterior miring ke lingual, sehingga lengan dapat diletakkan pada

singulum

b. Tidak adanya ruang untuk penempatan batang tambahan kontinu.

39
4. Dukungan Rugae

Pada kasus kennedy kelas I dan II rahang atas, penutupan rugae dapat berfungsi

sebagai penahan tak langsung, bila mukosa daerah rugae padat dan kedudukannya

baik. Rugae digunakan sebagai dukungan penahan tak langsung bila pemakaian

batang tambahan kontinu pada rahang atas merupakan kontraindikasi.

5. Batang Palatal Posterior

Batang ini dipakai sebagai penahan tak langsung bagi kasus kehilangan gigi

anterior kennedy kelas IV RA. Batang ini biasa dipakai bersama sama dengan batang

palatal anterior, karena itu disebut batang palatal anterior-posterior.

6. Retensi Langsung tak langsung

Pada kasus kennedy kelas I RB, retensi yang diberikan basis berujung bebas biasanya

tak cukup mampu untuk mencegah basis protesa terangakat dari linggir sisa. Hal ini

dapat diatasi dengan cara memperberat basis protesa dengan salah satu bahan yang

gaya gravitasinya besar, umpamanya logam emas.

2.3.7 Elemen gigi/ anasir gigi

Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang

berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi gigi tiruan kadang-kadang

merupakan tahap yang cukup sulit dalam proses pembuatan protesa,kecuali pada

kasus dimana masih ada gigi asli yang bisa ukuran dan bentuk sering pula menjadi

40
sulit karena ruangan yang tersedia sudah tak sesuai lagi,umpamanya karena migrasi

atau rotasi gigi tetangganya (Gunadi dkk,2015).

Dalam seleksi elemen ada metode untuk pemilihan gigi anterior dan posterior

serta faktor-faktor yang harus diperhatikan ,yaitu ukuran, bentuk,tekstur permukaan

warna dan bahan elemen (Gunadi dkk,2015).

2.4 Survey Model

2.4.1 Manfaat Survey

Sebagai tahap penting dalam pembuatan protesa, survey merupakan prosedur

diagnostic yang dapat menganalisis hubungan dimensional antara jaringan lunak dan

keras dalam mulut. Hal ini perlu untuk menetapkan gigi yang akan dijadikan

penahan, dimana cengkram akan ditempatkan, dan lain-lain. Selesai analisis ini, akan

dapat ditentukan arah pemasangan terbaik gigi tiruan ang akan dibuat.

Dengan cara ini, survey memungkinkan pembuatan gelii tiruan yang mudah

dilepas dan diasang oleh pemakainya, enak dilihat, dapat menahan gaya-gaya yang

cendeung melepas protesa dari tempatnya, serta tidak menjadi jebakan sisa makanan.

2.4.2 Surveyor Gigi

Secara singkat, surveyr gigi dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan

untuk menentukan kesejajaranelatif antara dua atau lebih permukaan gigi dan atau

bagian lain pada suatu model rahang.

41
Bagian-bagian Surveyor Gigi

Surveyor gigi biasanya terdiri dari bagian-bagian berikut ini:

1. Basis Datar (horizontal base), bagian dasar yang datardan horizontal

2. Tiang Tegak (upright column), suatu tiang yang tegak lurus basis datar

3. Lengan datar (horizontal arm), bagian yang memegang berbagai gelendong

tegak

4. Gelendong Tegak (vertical spindle), bagian yang memegang berbagai alat

untuk melakuka survey, yaitu:

a. Tongkat analisis (analyzing rod), sebatang logam kecil dan lurus yang

digunakan untuk melakukan analisis

b. Karbon penanda (carbon marker), sebatang karbon yang digunakan untuk

menggambar garis pada permukaan model

c. Pelindung (sheath), untuk melindungi karbon penanda agar tidak mudah

patah

d. Pengukur gerong (undercut gauge), untuk mengukur dalamnya gerong

pada gigi yang sudah di survey

e. Pemangkas sejajar dan lancip (parallel and tapered trimmer), alat seperti

pisau kecil untuk merapikan malam penutup gerong.

5. Meja Basis (table base), meja kecil dengan sendi peluru yang memungkinkan

gerakan ke segala arah.

2.4.3 Prinsip-prinsip Survey

42
Dengan survey dapat diketahui adanya gerong, yang berkaitan dengan arah

pemasangan protesa yang tegak lurus pada basis. Hal ini akan terlihat lebih sederhana

jika kita membayangkan adanya seberkas cahaya yang kuat dan sejajar menerangi

sebuah model secara tegak lurus dari atas. Semua bagian yang jadi bayangan adalah

daerah gerong. Bila posisi model diubah, maka lokasi bayangan dengan sendirinya

berubah pula (McCracken,2016).

Meja basis dengan sendi peluru memenungkinkan terjadinya pemilihan posisi

model sedemikian rupa sehingga gerong yang ditunjukkan oleh tongkat analisis

adalah yang paling menguntungkan untuk protesa yang sedang dibuat. Tongkat ini

dapat diumpamakan sebagai cahaya tadi dan digunakan untuk menandai dimana

bayangan mulai Nampak dan dimana pula cahaya berhenti. Daerah pertemuan ini

merupakan garis kontur terbesar dari gigi atau jaringan yang sedang disurvai. Garis

ini kemudian digambar pada permukaan model dan disebut Garis Survey. Garis ini

didapat dengan jalan menyentuhkan karbon penanda disekeliling permukaan gigi atau

bagian lain model (McCracken,2016).

Garis survey membagi gigi menjadi dua bagian. Bagian gerong (undercuts)

berada di bawah garis ini dan disebur infra bulge area. Bagian lain, disebut tanpa

gerong (non undercut) berada di atas garis survey dan dikenal juga sebagai supra

bulge area (McCracken,2016).

Sebagian berong ini mungkin berguna untuk menahan protesa dalam mulut,

karena bisa dipakai untuk meketakkan lengan cengkram. Daerah seperti ini

43
dinamakan gerong retentive. Di bagian lain, mungkin saja terdapat gerong yang justru

menyulitkan pemasangan atau pengeluaran geligi tiruan. Gerong seperti ini biasanya

tidak dibutuhkan untuk retensi, bahkan menyukarkan proses kerja selanjutnya.

Bagian ini disebut gerong tak diharapkan (undesirable undercut) (McCracken,2016).

Karena kesulitan yang mungkin timbul pada tahap pekerjaan selanjutnya,

gerong tak diharapkan ini biasanya ditutupi (block out) dengan bahan malam penutup

gerong (undercut wax). Setelah ditutupi malam, permukaan ini dirapikan dengan

pemangkas (McCracken,2016).

Suatu gerong retentive dimana biasanya ditempatkan lengan cengkram, dapat

diukur dalam 3 dimensi, yaitu mesio-distal, buko-lingual, dan okluso-gingival.

Dimensi buko-lingual yang disebut pula sebagai gerong horixontak merupakan

dimensi terpenting. Dimensi inilah yang akan menetukan dimana ujung lengan

sebuah cengkram akan berakhir. Dimensi ini diukur dengan menggunakn pengukur

gerong (undercut gauge), yang ditempatkan tepat pada permukaan dimana ujung

lengan cengkram akan berakhir. Tepi tangkai pengukur gerong menyentuh kontur

terbesar permukaan gigi ada saat pengukuran. Suatu penguluran gerong terdiri dari

tiga macam ukuran, yaitu 0.01, 0.02, dan 0.03 inci (McCracken,2016).

Faktor yang Mempengaruhi Arah Pasang

Sebelum menepkan arah pemasangan/pengeluaran yang terbaik, beberapa hal

perlu diperhatikan. Kondisi ideal dari kasus yang sedang disurvei biasanya sulit

diperoleh, karena itu pilihlah yang optimal dari unsur-unsur berikut ini. Empat aspek,

44
yaitu Bidang Bimbing, Daerah Retensi, Hambatan serta Estetik, patut mendapat

perhatian dan karena itu perlu dianalisis secermat mungkin (Gunadi dkk,2015).

1. Bidang Bimbing ( guiding plane)

Permukaan-permukaan proksimal gigi yang sejajar satu sama lain harus dicari,

atau bila tak ada, sengaja dibuat sehingga dapat digunakan sebagai Bidang Bimbing

(Gunadi dkk,2015).

Bidang bimbing diperlukan untuk mempermudah pemasangan dan pengeluaran

geligi tiruan tanpa paksa atau merusak gigi pendukung, protesanya sendiri maupun

jaringan yang ada dibawahnya. Jadi bidang bimbing adalah permukaan gigi asli atau

restorasi yang dibuat diatas gigi tersebut, yang dibentuk menjadi datar dan sejajar

dengan arah pemasangan geligi tiruan yang sedang dibuat. Permukaan bidang ini

idealnya berkisar antara 2-4 mm dalam arah okluso-gingiva dan berkontak denngan

kaku rangka geligi tiruan. Adanya kontak seperti ini memberikan efek resiprokasi

(Gunadi dkk,2015).

2. Daerah Retensi (retentive undercut)

Bagian ini dibutuhkan untuk memberikan retensi kepada cengkeram. Retensi ini

dinilai memuaskan bila tidak menyebabkan perubahan bentuk (deformasi) kepada

logam cengkeram, karena selama pemakaian protesis nantinya, lengan ini akan

berulanhg kali melewati kontur terbesar gigi yang di cengkarami (Gunadi dkk,2015).

45
Lengan cengkeram harus dapat melentur melewati permukaan cembung gigi,

tetapi memberikan cukup retensi, sehingga geligi tiruan tidak lepas dari tempatnya

kalau ada Gaya-gaya Pelepas atau Pemindah (dislodging or displacing forces).

Permukaan gigi yang tidak menunjukkan adanya gerong, dapat diberi cekungan

sehingga memberikan retensi (Gunadi dkk,2015).

3. Hambatan (interference)

Geligi tiruan sebagian lepasan hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga

dapat keluar-masuk mulut tanpa hambatan gigi maupun jaringan. Hambatan dapat

berupa gigi yang malposisi atau tonjoaln tulang yang menyolok (Gunadi dkk,2015).

Interferensi dapat dikurangi atau di dihilangkan dalam suatu tindakan persiapan

mulut (mouth preparation) dengan jalan pembedahan, ekstraksi, mengikis permukaan

atau mengubah kontur gigi dengan pemasangan restorasi tuang (Gunadi dkk,2015).

4. Estetik (esthetic)

Pemilihan arah pemasangan tertentu memungkinkan pembuatan geligi tiruan

yang memenuhi faktor estetik, karena bagian basis dan metal hampir tidak atau hanya

tampak sedikit saja diluar. Lokasi daerah retensi mempengaruhi penentuan arah

pemasangan terpilih; maka dalam hal ini segi estetik harus selalu menjadi

pertimbangan. Metal alan kurang terlihat, bila cengkeram ditempatkan lebih ke arah

disto-bukal gigi (Gunadi dkk,2015).

46
2.4.4 Survei Model Studi

Tujuan survei pada model studi:

1. Menentukan arah pemasangan terbaik, sehingga hambatan pada saat

pemasangan dan pengeluaran protesa menjadi minim.

2. Menemukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan, sehingga bisa

dipakai sebagai bidang bimbing.

3. Menetapkan apakah daerah-daerah hambatan pada tulang maupun gigi perlu

dibuang atau cukup dengan pemilihan arah pemasangan lain saja.

a) Menentukan arah pemasangan paling sesuai, sehingga penempatan

cengkeram memenuhi faktor estetik.

b) Menentukan dan mengukur daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai retensi.

c) Memungkinkan pemberian tanda bagi persiapan mulut yang akan

dilaksanakan, termasuk pemotongan jaringan proksimal dan kontur gigi

berlebih untuk mengurangi hambatan.

d) Menggambar garis kontur terbesar pada gigi pendukung dan menentukan

gerong tak diharapkan yang perlu ditutupi, dihindari atau dibuang.

e) Merektor (merekam) hubungan posisi model terhadap arah pemasangan yang

sudah ditetapkan. Dengan cara ini, hubungan yang telah ditetapkan dapat

dikembalikan pada surveyor seperti keadaan semula.

47
2.4.5 Prosedur Survey tahap demi tahap

Sudah dikemukakan sebelumnya bahwa survei dilakukan pada model studi

maupun model kerja. Prosedur yang dikemukakan disni tentu saja bukan cara

tunggal. Namun, cara ini dianggap praktis dan rinci sebagai langkah awal

mempertimbangkan semua faktor pengaruh penentuan arah pemasangan (Gunadi

dkk,2015).

1. Survei Pada Model Studi

Model dipasang pada meja basis dengan bidang oklusal hampir sejajar dengan

basis datar surveyor.

2. Evaluasi Bidang Bimbing

Kesejajaran relatif bebeapa permukaan proksimal dapat ditentukan dengan

menyentuhkan tongkat analisis pada permukaan gigi. Posisi model diubah-ubah

dalam berbagai arah, sehingga permukaan proksimal tadi berada dalam kedudukan

sejajar satu sama lain. Bila ternyata bidang-bidang tadi hampir sejajar, maka bidang

ini dapat dibuat sejajar dengan jalan pengasahan.

Ada dua kemungkinan pilihan yang dihadapi. Pertama bagian yang berkontak

dengan tongkat analisisis hanya pada daerah servikal saja. Kedua, kontak seperti ini

hanya ada pada bagian marginal ridge saja. Dalam hal ini pilihlah kemungkinan

kedua, karena dengan demikian bidang bimbing dapat diperoleh dengan jalan

48
pengasahan saja. Sebaliknya, untuk memperoleh bidang bimbing pada kemungkinan

pertama, harus dibuat restorasi tuang (Gunadi dkk,2015).

Pilihan tadi dapat juga berupa hal berikut. Pertama, pilih saja bidang bimbing

pada salah satu sisi dan tidak sama sekali dengan sisi lainnya. Atau bidang bombing

diperoleh pada salah satu sisi dan sisi lainnya diasah sedikit. Dalam hal seperti ini,

pilihlah kemungkinan yang terakhir (Gunadi dkk,2015).

3. Evaluasi Daerah Retensi

Besar retensi yang ada dapat diketahui dengan cara menyentuhkan tongkat

analisis pada permukaan lingual dan bukal gigi-gigi yang akan dipakai sebagai

penahan.

Pada kasus kelas III-1 terdapat empat gigi penyangga atau dua gigi penyangga

utama pada kasus kelas 1 Kenedy. Bila semuanya dapat dijadikan gigi penyangga

utama, maka retensi harus dibagi sama besar. Bila gigi penyangga hanya tiga, seperti

pada kasus kelas II-1, maka gigi penyangga pada sisi dukungan gigi (tooth born) dan

gigi penyangga pada sisi ujung bebas (free end) dianggap sebagai pendukung utama

dan karenanya retensi dibagi dua sama besar. Gigi pendukung ketiga dianggap

sekunder dan dari gigi ini hanya diharapkan retensi tambahan saja. Lain halnya pada

prognosis pendukung gigi posterior pada sisi dukungan gigi tadi buruk. Dalam

kondisi demikian, geligi tiruan harus didesain sebagai kasus kelas I Kenedy dengan

ujung bebas ganda (bilateral free end) (Gunadi dkk,2015).

49
Pada pemiringan model (tilting)model kearah lateral untuk memperoleh retensi

merata, hendaknya selalu diingat untuk memutar meja mengelilingi sumbu

longitudinal imajiner, tanpa mengganggu pemiringan dalam antara antero-posterior

yang sebelumnya sudah ditetapkan. Posisi akhir yang dipilih harus memberikan atau

memungkinkan adanya bidang bimbing yang sejajar, dengan retensi merata pada gigi-

gigi penyangga sesuai kemampuan masing-masing gigi (Gunadi dkk,2015).

4. Evaluasi Masalah Hambatan

Pada survey model rahang bawah, hendaknya diperiksa dengan cermat

permukaan lingual yang akan dilewati dengan konektor utama berupa lingual bar,

karena gigi-gigi belakang sering miring ke lingual. Tonjolan tulang dan gigi premolar

yang miring sering mengganggu konektor (Gunadi dkk,2015).

Suatu tindakan bedah dan atau pengasahan bagian lingual tidak dapat dihindari,

bila hambatan terdapat pada kedua sisi. Pada hambatan satu sisi saja , pemiringan

model ke lateral mungkin sudah bias dijadikan jalan ke luar. Pada rahang atas jarang

dijumpai hambatan terhadap konektor utama. Hambatan pada maksila biasanya

berupa miringnya gigi ke bukal atau bagian tulang yang menonjol ke bukal pada regio

tak bergigi. Seperti halnya dengan kasus rahang bawah, harus dipilih salah satu cara;

hambatan dihilangkan, arah pemasangan saja yang diubah atau membuat konektor

utama dan basis yang bisa menghindarinya (Gunadi dkk,2015).

5. Evaluasi Faktor Estetik

50
Arah pemasangan terpilih harus dipertimbangkan lagi dari segi estetik, baik

mengenai penempatan lengan cengkram maupun penyusunan elemennya. Desain

cengkram biasanya dipilih sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat estetik, sebab

bila tidak, geligi tiruan akan mengganggu penampilan si pemakai terutama bila ia

tertawa. Sebagai contoh, penempatan cengkram bar yang letaknya lebih ke gingival

dibandingkan cengkram oklusal, untuk kasus tertentu lebih menguntukan. Pada

kasusu lain mungkin cengkram sirkumferensial yang letak lengannya lebih ke

servikal bisa pula digunakan. Hal ini berlaku terutama bila gigi pendukung yang

berada dibagian posterior mempunyai retensi lebih besar daripada cengkram tuang

(Gunadi dkk,2015).

Segi estetik penempatan cengkram memang cukup penting, namun teteap tak

bisa dibenarkan bila hal ini dilakukan karena alasan estetik semata, padahal faktor-

faktor lain jadi terganggu.

6. Survei pada Model Kerja

Model kerja harus disurvei sebagai model yang baru, tetapi pemilihan bidang

bimbing yang sudah dilakukan sebelumnya pada model studi, tetap menjadi indikasi

pemiringan antero-posterior. Beberapa perubahan kecil mungkin perlu dilakukan,

tetapi permukaan bidang bombing yang ada setelah proses penutupan harus maksimal

untuk masing-masing gigi. Daerah yang ada diatas kontak gigi dengan tongkat

analisis, seperti halnya dengan permukaan gerong yang akan ditutup, tidaklah

dianggap sebagai bidang bimbing (Gunadi dkk,2015).

51
Pemiringan model ke arah lateral memungkinkan didapatnya daerah retensi yang

seragam pada gigi penyangga gigi utama. Keseragaman ini penting terutama pada

kasusu berujung bebas, karena disini diperlukan fleksibelitas tambahan. Sebagai

contoh; retensi yang diberikan retensi tuang sirkumferensial atau bar pada sisi

dukungan gigi kasus kelas II, akan seimbang dengan retensi cengkram tuang

berukuran tertentu pada sisi berujung bebas. Namun, hal ini hanya akan terjadi bila

cengkram tuang yang lebih kaku tadi, ditempatkan pada gerong yang kurang

dalamnya daripada yang digunakan cengkram biasa. Jadi kedalaman saja tidak

menjamin sama besarnya retensi, kecuali lengan-lengan cengkramnya dibuat dengan

panjang, penampang, bentuk dan bahan sama (Gunadi dkk,2015).

Daerah hambatan yang menyolok seharusnya sudah dibuang selama proses

persiapan mulut. Setelah arah pemasangan ditentukan dan retensi serta bidang

bimbing yang seimbang diperoleh, hambatan yang masih ada dihilangkan dengan

cara dengan jalan penutupan. Bila persiapan mulut sudah dilaksanakan dengan baik,

gerong yang masih ada dan perlu ditutupi, biasanya kecil atau sedikit sekali (Gunadi

dkk,2015).

Dasar model sekarang sudah siap untuk pelaksanaan rekor (rekaman=recording).

Tongkat analisis sekarang boleh diganti dengan karbon penanda dan garis survei

dapat digambar pada tiap permukaan gigi yang perlu. Dengan cara sama, setiap

daerah hambatan digambari pula untuk menunjukkan bagian mana saja yang harus

ditutupi dan dirilif. Akhirnya desain final sudah bisa digambar pada model dengan

52
pensil krayon yang halus; lebih disukai pensil yang tidak terhapus selama proses

duplikasi model (Gunadi dkk,2015).

2.4.6 Pemiringan model rahang (tilting the cast)

Patokan pasti untuk melakukai survei dan pemiringan model tidak berlaku

seragam untuk tiap kasus, tetapi petunjuk berikut ini dapat digunakan sebagai

pegangan. Sampai sedemikian jauh dikenal beberapa cara pemiringan model, yaitu

pemiringan anterior (kedepan = anterior tilt), pemiringan posterior (kebelakang =

pasterior tilt) dan pemiringan lateral (kekiri atau kanan = left on right tilt), masing

masing cara ini ada indikasi penggunaannya sesuai dengan kasus (Gunadi dkk,2015).

1. Pemiringan anterior

Pada cara ini, tepi anterior model dimiringkan kebawah dan digunakan untuk

kasus berujung bebas yang lebih posterior dari gigi premolar. Pemiringan semacam

ini memberikan arah pemasangan dari posterior ke anterior, dengan memanfaatkan

gerong yang ada pada bagian distal premolar (Gunadi dkk,2015).

2. Pemiringan posterior

Cara ini diterapkan pada kasus kasus berikut ini :

a. kasus kehilangan banyak gigi anterior karena pemiringan ini memberikan arah

pemasangan dari anterior keposterior. Disini gerong mesial dari premolar dan

molar yang dimanfaatkan. Cara ini sekaligus menempatkan geligi tiruan

sebagian lepasan lebih dekat kepada gigi penyangga, sehingga secara estetik

hasilnya lebih baik

53
b. kasus dimana kehilangan gigi terjadi pada bagian anterior maupun posterior

pemiringan ini akan memberikan arah pemasangan yang akan menempatkan

protesa lebih dekat pada gigi penyangga anterior, serta mengurangi terlihatnya

ruang lebar yang terjadi antara geligi tiruan dan gigi penyangga anteriornya.

3. Pemiringan lateral

Cara ini dipilih untuk kasus yang posisi salah satu gigi penyangganya normal.

Sebagai contoh : bila sebuah gigi molar kiri bawah sangat miring ke lingual, arah

pemasangan harus dipilih kekanan atau kiri, sehingga gigi mirirng ini dapat

dimanfaatkan. Hal serupa dilakukan bila gerong jaringan tertentu perlu dibiarkan,

umpamanya pada tuberositas yang menonjol (Gunadi dkk,2015).

4. Pemiringan anterior atau posterior

Pada kasus dukungan gigi dimana daerah tak bergigi dibatasi gigi gigi

penyangga terkuat akan memberikan retensi dan dukungan terbesar bila molar-2 kuat,

sedangkan premolar-2 lemah, maka dilakukan pemiringan posterior. Dengan

demikian diperoleh efek penguat (bracing) cengkeram pada molar-2. Hal sebaliknya

dilakukan bila molar-2 yang lemah .

2.4.7 Pengukuran Retensi

Besarnya retensi pada gerong diukur dengan mempergunakan alat pengukur

gerong ( undercut gauge), yang besarnya 0.01, 0.002 dan 0.03 inci. Secara teoritis

besar gerong yang digunakan berkisar antara 0.01 sampai 0.03 inci. Kadang kadang

gerog berukuran kurang dari 0.01 inci bisa pula digunakan atau memadai untuk

cengkeram tuang. Dilain pihak, penggunaan gerong 0.03 inci kadang kadang masih

54
aman bagi cengkeram kawat jadi : artinya tdak menyebabkan gigi terputar. Gerong

0.03 inci ini jarang sekali dipakai (Gunadi dkk,2015).

Untuk cengkeram tuang biasanya disediakan tabel penggunaan gerong untuk

masing masing jenis cengkeram yang akan digunakan. Seperti sudah dikemukakan

pada bagian terdahulu, pengukuran gerong dilakukan dengan menempelkan ujung

pengukur pada titik dimana ujung lengan cengkeram akan ditetapkan.

2.4.8 Pemilihan final arah pemasangan

Arah pemasangna final merupakan posisi antro-posterior dan lateral yang

sudah memenuhi ke empat syarat, yaitu aspek bidang bimbing, retensi, hambatan dan

estetik. Semua bagian jaringan mulut yang harus mendapat perlakuan atau perubahan

diberi tanda dengan pinsil merah pada model studi.

Tindakan bedah termasuk pencabutan sebaiknya diberi perioritas, untuk

mencapai proses penyembuhan secepatnya.

Bila retensi yang dibutuhkan lebih besar, umpanya pada kasus yang gigi

pendukungnya ada pada satu sisi saja, lebih baik dipilih beberapa gigi daripada

memperbesarretensi dari satu gigi saja.

Satu hal perlu digaris bawahi : yaitu bahwa kemampuan memilih macam

macam desain dan fleksibilitas cengkeram jauh lebih penting dari pada sekedar

mampu mengukur suatu gerong, betapa pun telitinya kerja kita.

PENUTUPAN BAGIAN MODEL KERJA

55
Setelah arah pemasangan di pilih dan daerah gerong juga ditentukan, setiap

daerah gerong yang akan dilewati bagian kaku kerangka protesa, harus ditutupi

dengan cara penutupan atau bloking (blocking our). Seperti diketahui, semua bagian

kerangka logam protesa bersifat kaku, kecuali bagian ujung retentif lengan

cengkeram yang bersifat lentur.

Dalam arti luas, penutupan ini tidak cuma meliputi daerah daerah tersebut tadi

saja, melainkan bagian bagian berikut itu juga :

1. Daerah lain yang perlu ditutupi, demi rasa nyaman pemakaian.

2. Bahu ( letge) dimana pola lengan cengkeram diletakkan.

3. Rilif (relief) dibawah konektor untuk menghindari penekanan jaringna secara

berlebihan.

Penutupan bagian model ini dilakukan dengan penempelkan bahan penutupan

berupa malam penutupan gerong ( undercut wax). Setelah penutupan, malam

dirapikan dengan pemangkas.

2.5 Tahap-tahap Desain

Prinsip pembuatan desain geligi tiruan, baik yang terbuat dari resin akrilik

maupun kerangka logam, tidaklah terlalu berbeda. Dalam pembuatan desain dikenal

empat tahap, yaitu (Gunadi dkk,2015):

Tahap I: menentukan klas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)

Tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel

Tahap III: menentukan macam penahan

Tahap IV: menentukan macam konektor

56
TAHAP I

Daerah tak bergigi pada suatu lengkungan gigi dapat bervariaso, dalam hal

panjang, macam, jumlah dan letaknya. Semua ini akan memperngaruhi rencana

pembuatan desain geligi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor maupun

dukungannya (Gunadi dkk,2015).

TAHAP II

Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup dan daerah

berujung bebas. Sesuai dengan sebutan ini, bentuk sadel dari geligi tiruan dibagi dua

macam juga dan dikenal dengan sebutan serupa, yaitu sadel tertutup atau paradentan

dan sadel berujung bebas (Gunadi dkk,2015).

Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan hanya dapat diperoleh bila

faktor-faktor berikut ini diperhatikan dan dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut

adalah (Gunadi dkk,2015):

1. Keadaan jaringan pendukung

Bila jaringan gigi sehat, dukungan sebaiknya berasal dari gigi, tetapi bila

keadaan gigi sudah meragukan, sebaiknya dukungan dipilih dari mukosa, dengan

memperhatikan bahwa:

A. Jaringan mukosa di bawah sadel sehat dan cukup tebal

B. Bagian plan kortikal dari tulang alveolar di bawah sadel padat dan

terletak di atas trabekula dan kaselus yang sehat

C. Pasien tidak pernah menderita penyakit atau kelainan yang berkaitan

dengan terjadinya resorpsi tulang secara cepat

57
Idealnya, dukungan untuk sadel berujung bebas sebaiknya berasal dari

mukosa untuk mencegah penerimaan beban kunyah yang tidak seimbang antara

gigi dan mukosa, meskipun dukungan kombinasi masih dimungkinkan dengan

syarat gigi yang akan dijadikan penyangga ini sehat dan baik. Dukungan

kombinasi dari gigi dan mukosa ini masih dimungkinkan bila jaringan gigi masih

sehat dan meskipun sulit untuk dilaksanakn, harus diusahakan agar tekanan

kunyah tersalur seimbang antar gigi dan mukosa (Gunadi dkk,2015).

2. Panjang sadel

Untuk sadel yang pendek dengan gigi tetangga kuat, dukungan sebaiknya

berasal dari gigi. Namun, bila sadelnya panjang dan gigi tetangga serta gigi asli

lainnya kurang kuat, untuk rahang atas sebaiknya dipilih dukungan dari mukosa

(Gunadi dkk,2015).

3. Jumlah sadel

Untuk rahang atas dengan jumlah sadel multipel perlu diperhatikan keadaan

gigi-gigi yang masih ada serta jaringan mukosanya. Pada rahang atas, lebih

dianjurkan dukungan dari mukosa dan upaya semaksima mungkin sehingga

desain tidak terlalu komplek (Gunadi dkk, 2015).

4. Keadaan rahang

Untuk rahang bawah dengan sadel berujung tertutup, sebaiknya dipilih

dukungan dari gigi, mengingat lebih kecilnya luas permukaan jaringan mukosa

pada rahang bawah. Sebaliknya, ada tiga pilihan untuk dukungan pada rahang

atas.

58
Khusus untuk desain geligi tiruan kerangka logam, umumnya dipilih dukungan

gigi, mengingat bentuk konektornya berupa batang, sehingga tekanan kunyah yang

jatuh pada jaringan mukosa per satuan luas jadi terlalu besar. Hal ini berbeda

dengangeligi tiruan resin, dimana konektronya biasany berupa plat yang

permukaannya relatif lebih luas. Dengan disalurkannya tekanan kunyah pada gigi,

kerusakan jaringan mukosa akibat tekanan yang berlebihan dapat dikurangi (Gunadi

dkk,2015).

TAHAP III

Macam penahan /retainer untuk geligi tiruan yaitu:

1. Penahan lansung (direk retainer), yang diperlukan untuk setiap gigi tiruan

2. Penahan tak langsung (indirek retainer), yang tidak selalu dibutuhkan untuk

setiap geligi tiruan.

Untuk menentukan penahan mana yang akan dipilih, maka perlu diperhatikan

faktor:

A. Dukungan dari sadel

Hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam cengkeram yang akan dipakai

dan gigi penyangga yang ada atau diperlukan

B. Stabilisasi dari geligi tiruan

Ini berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung yang ada dan

yang akan dipakai

C. Estetika

Ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta lokasi dari gigi

penyangga.

59
TAHAP IV

Untuk protesa resin, konektor yang dipakai biasanya berbentuk pelat. Pada gigi

tiruan kerangka logam, bentuk konektor bervariasi dan dipilih sesuai indikasinya.

Kadang-kadang pada gigi tiruan kerangka logam ini digunakan lebih dari satu

konektor (Gunadi dkk,2015).

Dasar pertimbangan penggunaan lebih dari satu konektor adalah (Gunadi

dkk,2015):

1. Pengalaman pasien

Pembuatan protesa yang baru biasanya disesuaikan dengan desain protesa

yang lama, agar adaptasi pasien lebih mudah

2. Stabilisasi

Agar protesa lebih stabil, kadang-kadang diperlukan konektor tambahan

yang selain berfungsi untuk memperkuat geligi tiruan, juga berfungsi sebagai

penahan tak langsung

3. Bahan geligi tiruan

Untuk geligi tiruan resin, bahkan tidak menjadi masalah karena umumnya

berupa pelat dari bahan yang berkekuatan hampir sama, lain halnya dengan

bahan protesa kerangka logam yang modulus elastisitasnya berbeda-beda.

Khusus untuk kasus berujung bebas, hal-hal berikut yang perlu diperhatikan:

1. Perlu diusahakan adanya penahan tak langsung

2. Desain cengkeram harus dibuat sedemikian sehinga tekanan kunyah yang

bekerja pada gigi penahan jadi seminimal mungkin

60
3. Sandaran oklusal hendaknya diletakkan menjauhi daerah tak bergigi

4. Perlu dilakukan pencetakan ganda, agar keseimbangan penerimaan beban

kunyah antara gigi dan mukosa dapat dicapai

5. Dalam pembuatan desain perlu dipikirkan kemungkinan perlunya pelapisan

atau penggantian basis dikemudain hari dan hal ini harus mudah dilakukan

2.6 Pemeriksaan pada Pasien GTSL

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien meliputi:

1. Pemeriksaan subjektif

2. Pemeriksaan objektif

3. Pemeriksaan penunjang

Dimana pada pemeriksaan objektif termasuk pemeriksaan ekstraoral dan intraoral

pasien. (Birnbaum, 2009:15)

3.1.1 Pemeriksaan Subjektif

Pemeriksaan subjektif berguna untuk mengetahui lingkungan pasien,

penyakit yang diderita, ada atau tidaknya alergi obat dan mencegah penyakit

menular. Pemeriksaan subjektif meliputi: pengisian kartu status; anamnesa, yaitu

garis besar kesehatan umum pasien, ada atau tidaknya penyakit sistemik,

tindakan pengobatan yang akan dilakukan (Birnbaum, 2009). Ketentuan baku

pada pemeriksaan subjektif harus memiliki:

1. Identitas pasien

61
- Nama

- Alamat

- Pekerjaan

- Jenis kelamin:

- Usia:

2. Keluhan pasien

- Keluhan utama

- Keluhan tambahan

3. Riwayat dental

4. Riwayat penyakit sistemik

5. Riwayat penyakit keluarga

6. Riwayat alergi

3.1.2 Pemeriksaan Objektif

1. Pemeriksaan ekstraoral

Pemeriksaan ekstraoral merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada

area diluar rongga mulut, meliputi: kepala, wajah dan leher; mata; bibir;

nodus limfatik; kelenjar saliva; sendi temporomandibular; otot-otot

62
pengunyahan. Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah ada

pembengkakan diarea wajah, asimetri wajah, dan lain-lain. Pada kasus diatas

tidak dipaparkan hasil dari pemeriksaan ekstraoral pasien. (Birnbaum, 2009)

Pemeriksaan TMJ dilakukan dengan:

A. Auskultasi

Menggunakan stetoskop mendengar adanya krepitasi atau kliking pada

area depan telinga yang akan diperiksa. Selanjutnya di instruksikan pasien

membuka dan menutup mulut.

B. Palpasi

Cara 1: dengan palpasi bimanual pada area depan telinga kanan dan kiri

selanjutnya instruksikan pasieb untuk membuka dan menutup mulut. Periksa

kelancaran pergerakan TMJ. Palpasi dilakukan pada beberapa area, yaitu:

palpasi pada anterior muskulus temporalis, meatus akustikus eksternus,

muskulus masseter, muskulus splenius capity.

Pemeriksaan klinis nodus limfatik

Sebaiknya nodus limfatik diperiksa secara ekstraoral, bimanual, dan

palpasi yang dilakukan dari arah belakang pasien:

Bagian leher dibiarkan terbuka dengan meminta pasien melonggarkan

bajunya. Leher tidak perlu dipanjangkan, karena otot sternomastoideus harus

dalam posisi relaks. Dengan menggunakan ujung jari, bawa kelenjar ke arah

63
struktur yang lebih keras.

2. Pemeriksaan intraoral

A. Pemeriksaan sondasi

Pada pemeriksaan sondasi yang diperiksa kavitas dengan cara

menggeser-geserkan sonde pada area DEJ dan CEJ. Alat yang digunakan

adalah sonde half moon/ lurus jika reaksi (+) maka gigi tersebut vital, reaksi

(-) menentukan gigi non vital atau kedalaman karies berada pada enamel

kavitas, reaksi (+/-) menunjukkan adanya dentin sekunder; jarum miller

pada kasus perforasi atap pulpa; dan sonde periodontal untuk melihat status

jaringan periodontal

B. Pemeriksaan perkusi

Pemeriksaandengan ketukan ringan pada gigi menggunakan ujung jari

atau ujung tangkai instrumen dengan parameter gigi yang berdampingan.

Dilakukan dengan dua cara, yaitu perkusi vertikal (arah mesial/oklusal,

untuk melihat status periapeks) dan perkusi horizontal (arah bukal/lingual,

untuk melihat status periodontal).

C. Pemeriksaan palpasi

Untuk menentukan konsistensi jaringan denga perabaan atau tekanan

ringan. Biasanya dilakukan terhadap jaringan lunak rongga mulut.

D. Pemeriksaan mobiliti

64
Dilakukan untuk mengetahui derajat kegoyahan gigi, apakah gigi goyah

karena tidak didukung tulang alveolar atau mendeteksi ada atau tidaknya

kerusakan tulang alveolar. Biasanya dengan menggunakan ibu jari dan

telunjuk/ tongue blade.

E. Pemeriksaan dengan vitaliseter

Dilakukan untuk mengetahui vitalitas gigi, menggunakan alat electric

pulp tester/ vitalometer

F. Pemeriksaan thermal (panas dan dingin)

Pemeriksaan thermal dingin menggunakan udara dingin, es, chlor etyl,

kapas+CE. Respon yang diberikan jika (+) maka pulpa masih vital, jika (-)

pulpa terisolasi atau non vital.

Pemeriksaan thermal panas menggunakan guta perca panas/ instrumen

panas. Dengan aksi yang diterima berupa ekspansi pulpa .

G. Pemeriksaan transiluminasi

H. Pemeriksaan cavity test (pengeburan)

I. Anastetik tes

J. Pemeriksaan dengan gigitan

65
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama Pasien : Erna wati


Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Lapau manggi RT 001/004 Kuranji
Tanggal Pemeriksaan : 9- 09-2019
Dosen Pembimbing : drg. Ricky Amran, MARS

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Keluhan utama : Pasien datang ke RSGM dengan keluhan gigi telah
banyak hilang pada RA dan RB pasien mengeluhkan
susah makan dan ketika berbicara kurang jelas,
sebelumnya pasien pernah memakai gigi tiruan tetapi
merasa tidaknyaman.
Keluhan tambahan : Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan.

Tujuan pembuatan gigi Fungsi penguyahan


tiruan : Fungsi estetis
Fungsi bicara

66
Riwayat kesehatan umum : Tidak ada
Riwayat dental : Kehilangan gigi karena gigi goyang dan pencabutan
terakhir pada rahang atas gigi belakang, kiri. Pasien
sebelumnya pernah memakai gigi tiruan 2 tahun yang
lalu.

Riwayat penyakit sistemik : Tidak ada


Sikap mental : Filosofis

C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Pemeriksaan ekstra oral
a. Bentuk wajah : Lonjong
b. Profil wajah : Cembung
c. Proporsi dan simetris wajah : Simetris
d. Mata : Sama tinggi
e. Hidung : Simetris
f. Bibir : Normal (bibir atas)
Normal (bibir bawah)
g. Warna kulit : Sawo matang
h. Kelainan/defek pada wajah : Tidak ada
i. TMJ
-Inspeksi
ROM : Tidak ada deviasi
Asimetris/simetris : Simetris
-Palpasi : Normal
-Auskultasi
Clicking : Tidak ada

67
Krepitasi : Tidak ada
Trismus : Tidak ada
2. Pemeriksaan intra oral
 Saliva : - kuantitas : normal
-kualitas : normal
 Lidah : - Ukuran : normal
- Posisi wright : klas II
- Mobilitas : normal
 Reflek Muntah : Rendah

 Gigitan : tidak ada


- Gigitan terbuka : tidak ada
- Gigitan silang : tidak ada
- Hubungan rahang : ortognati
 Artikulasi : seimbang
- Kanan : tidak ada
- Kiri : tidak ada
- Kontak prematur : tidak ada
- Blocking : tidak ada
 Pemeriksaan gigi dan tulang alveolar
- Bentuk umum gigi : normal
- Fraktur gigi : tidak ada
Lain-lain : tidak aa
 Vestibulum :
- RA : post. Kanan : sedang
Post. Kiri : dangkal
Anterior : sedang
- RB : post. Kanan : dangkal
Post. Kiri : dangkal
Anterior : sedang

68
 Prosesus alveolaris :
Rahang Atas Post kanan Post kiri Anterior
bentuk Oval Oval Oval
ketinggian sedang sedang Rendah
Tahanan jaringan Rendah rendah rendah
Bentuk permukaan Tidak rata Tidak rata Tidak rata

Rahang Bawah Post kanan Post kiri Anterior


bentuk lamcip lancip -
ketinggian sedang Rendah -
Tahanan jaringan Rendah Rendah -
Bentuk permukaan Tidak rata Tidak rata -

 Frenulum :
- Labialis superior : tinggi
- bukalis rahang atas kanan : sedang
- bukalis rahang atas kiri : rendah
- bukalis rahang bawah kanan : rendah
- bukalis rahang bawah kiri : sedang
 Palatum : oval
 Tuber maksila :
- kanan : besar
- kiri : kecil
 exostosis : tidak ada
 Ruang Retromilohioid
- Kanan : dalam
- Kiri : dalam
 Bentuk lengkung rahang
- Rahang atas : oval

69
- Rahang bawah : oval

Odontogram

Keterangan :

Gigi 18, 17, 16, 15,14 , 25, 26, 28, 38, 37, 36, 35,33, 45, 46, 48 : missing

Desain gigi tiruan :

RAHANG ATAS

4
3

5 Keterangan:

2 1. Anasir Gigi
2. Direct Retainer
3. Gigi Penyangga
4. Indirect Retainer
5. Basis

70
RAHANG BAWAH

1
5
2

Langkah – langkah desain untuk Rahang Atas :

1. Gigi penyangga : gigi 13, 24, 27 dan 34, 44, 47


Alasan: a. Gigi tidak goyang
b. Tidak ada kelainan jaringan periodontal
c. Bentuk mahkota sesuai dengan macam klamer yang akan digunakan
d. Kedudukan gigi tegak lurus dengan prosesus alveolaris.
e. Dekat dengan daerah edentulus atau daerah sadel.
2. Tipe Ungkitan : ungkitan tipe I (titik fulkrum berada ditengah, tahanan pada salah
satu ujung dan tekanan pada ujung yang berlawanan)
3. Desain cangkolan (berhubungan dengan tipe ungkitan):
a. Gigi 13 (cangkolan half jackson/cangkolan C dengan menggunakan kawat
ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif
-Ujung retentif berjalan dari mesial ke distal
b. Gigi 24 (cangkolan 3 jari dengan menggunakan kawat ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif

71
-Ujung retentif berjalan dari mesial ke distal, berada dibawah garis survey,
sifatnya fleksible
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas garis
survey, sifatnya semi rigid.
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk/bracing (1:2)
 Lengan reciprocal/lengan pengimbang.
-terletak pada sisi yang bersebelahan dan berada di atas garis survey,
sehingga resiprocal dapat menetralisir daya yang disebabkan oleh lengan
retentif termasuk clasp tip/retention yang berada di bawah garis survey.
 Rest oklusal/sandaran oklusal di distal mendekati sadel
c. Gigi 23 (cangkolan half jackson/cangkolan C dengan menggunakan kawat
ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif
-Ujung retentif berjalan dari mesial ke distal
d. Gigi 24 (cangkolan 3 jari dengan menggunakan kawat ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif
-Ujung retentif berjalan dari mesial ke distal, berada dibawah garis survey,
sifatnya fleksible
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas garis
survey, sifatnya semi rigid.
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk/bracing (1:2)
 Lengan reciprocal/lengan pengimbang.
-terletak pada sisi yang bersebelahan dan berada di atas garis survey,
sehingga resiprocal dapat menetralisir daya yang disebabkan oleh lengan
retentif termasuk clasp tip/retention yang berada di bawah garis survey.
 Rest oklusal/sandaran oklusal di distal mendekati sadel
e. Gigi 27 (cangkolan 3 jari dengan menggunakan kawat ukuran 0,8 mm)
 Lengan retentif
-Ujung retentif berjalan dari distal ke mesial berada dibawah garis survey,
sifatnya fleksible

72
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas garis
survey, sifatnya semi rigid.
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk/bracing (1:2)
 Lengan reciprocal/lengan pengimbang.
-terletak pada sisi yang bersebelahan dan berada di atas garis survey,
sehingga resiprocal dapat menetralisir daya yang disebabkan oleh lengan
retentif termasuk clasp tip/retention yang berada di bawah garis survey.
 Rest oklusal/sandaran oklusal di distal mendekati sadel

4. Perluasan basis : perluasan basis sampai ke linggir alveolar, palatum, verkeilung


sampai ke fornik dengan membebaskan frenulum labialis, frenulum bukalis,
sampai ke vestibulum labialis, vestibulum bukalis sampai hamular notch, lalu
menutupi 2/3 dari tuberositas maksilaris.
5. Survey model : arah pasang anterior karena model tilting ke posterior.

Langkah – langkah desain untuk Rahang Bawah :

1. Gigi penyangga : gigi 34, 44 dan 46 (karena dekat dengan sadel)


2. Tipe Ungkitan : ungkitan tipe I ( titik fulcrum berada ditengah)
3. Desain cangkolan :
a. Gigi 34 (cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 mm), ungkitan tipe I
Lengan retentive :
-Ujung retentif berjalan dari mesial ke distal
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas
garis survey
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk (1:2)
Lengan reciprocal : Ujung reciprocal berjalan dari mesial ke distal
Rest seat di distal : Terletak di 1/3 oklusal bagian mesial gigi 35
b. Gigi 44 (cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 mm), ungkitan tipe I
Lengan retentive :

73
-Ujung retentif berjalan dari mesial ke distal
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas
garis survey
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk (1:2)
Lengan reciprocal : Ujung reciprocal berjalan dari mesial ke distal
Rest seat di distal : Terletak di 1/3 oklusal bagian mesial gigi 45
c. Gigi 46 (cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 mm), ungkitan tipe I
Lengan retentive
-Ujung retentif berjalan dari mesial ke distal
-Pemeluk atau bracing berada ½ dibawah garis survey dan ½ diatas
garis survey
-Perbandingan ujung retentif dan pemeluk (1:2)
Lengan reciprocal : Ujung reciprocal berjalan dari mesial ke distal
Rest seat di distal :Terletak di 1/3 oklusal bagian mesial gigi 47
4. Perluasan basis : perluasan basis sampai ke fornik membebaskan frenulum
labialis, frenulum bukalis, dan frenulum lingualis, sampai ke vestibulum
labialis, vestibulum bukalis, sulkus lingualis, dan verkeilung, lalu menutupi
2/3 dari retromolar pad, dan retomilohioid.
5. Survey model : arah pasang posterior karena model tilting ke anterior.

Tahap - tahap desain

1. Klasifikasi : - RA : klas I modifikasi I Kennedy


- RB : klas I modifikasi I Kennedy
2. Dukungan : gigi dan mukosa
3. Retainer : - RA : -Direct = gigi 13,14, 23 dan 24
-Indirect retainer (perluasan basis menutupi palatum
sampai ke tuberositas maksilaris, verkeilung dan
hamular notch).
- RB : - Direct = gigi 34, 44 dan 46

74
- Indirect (perluasan basis ke fornik dan verkeilung)
4. Konektor : basis akrilik

Prognosa :
1. Rahang Atas : Sedang
Karena : - pasien komunikatif dan kooperatif
- jaringan pendukung gigi penyangga sehat
- gigi pasien tidak goyang
- Torus palatina pasien besar

2. Rahang Bawah : Sedang


Karena : - pasien komunikatif dan kooperatif
- jaringan pendukung gigi penyangga sehat
- gigi pasien tidak goyang
- tidak ada torus mandibula

BAB IV
RENCANA PERAWATAN

Tahap Awal

75
1. Rencana perawatan awal : RA : Penambalan gigi 23
2. Rencana perawatan akhir
a. Rahang Atas :
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan untuk menggantikan gigi 17,
16, 15, 12, 11, 21, 22, 25, 26, 27 yang missing. Dengan menggunakan
empat gigi penyangga dengan cangkolan 1 jari pada gigi 13 dan 23,
cangkolan 3 jari pada gigi 14 dan 24 serta pelebaran basis akilik dan
pembebasan basis di palatum karna adanya torus maksilaris.

b. Rahang Bawah :
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan untuk menggantikan gigi 37,
36, 35, 45, 47 yang missing. Dengan menggunakan tiga gigi
penyangga dengan cangkolan 3 jari pada gigi 34, 44 dan 46 serta
pelebaran basis akilik.

Tahap kerja

Kunjungan Cara kerja


Klinis Labor
I 1. Mencetak anatomis  Cor gips tipe 3
 stock tray  SC fisiologis
 alginate
II 2. Muscle trimming dan  Cor beading dan boxing
mencetak fisiologis  Desain GTSL
 Surveyor
 Basis dan cangkolan
 Galengan gigit
III 3. Try in basis dan  Transfer articulator
cangkolan  Penyusunn gigi
 Menentukan gigitan kerja
 Pemilihan warna gigi
IV 4. Try in penyusunan gigi  Wax countering
 Prosessing akrilik
 Remounting
V 5. Insersi

76
VI 6. Kontrol

Kunjungan I
Klinis
MENCETAK AWAL
Sendok cetak : stock tray, rubber bowl, spatel
Bahan cetak : hidrokoloid irreversible
Metode mencetak : mukostatis
Prosedur :
1. Pesiapan alat dan bahan
2. Mengatur posisi pasien dan operator
RA:
 Posisi pasien setinggi siku operator.
 Kepala pasien sedikit menunduk.
 Saat pencetakan instruksikan pasien untuk tidak bernafas melalui
mulut dan menyebutkan O.
 Posisi operator pada jam 11 atau berada dibelakang kanan pasien.
RB:
 Posisi pasien setinggi dada operator.
 Kepala pasien sedikit menengadah.
 Saat pencetakan instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya ke
bagian palatum.
Posisi operator pada jam 8 atau berada didepan kanan pasien
3. Persiapan operator memakai masker dan handscoon.
4. Memilih sendok cetak stock tray RA dan RB yang berlubang dan bersudut
5. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan Rb yang digunakan untuk
mencetak, sesuai denga besar lengkung rahang pasien
6. Manipulasi material cetak dengan cara mencampur bubuk bahan cetak
alginat ( takaran bubuk sesuai ketetuan pabrik) tersebut ke dalam mangkok
karet berisi air (takaran liquid sesuai ketentuan pabrik) dan dan adonan

77
tersebut diaduk sambil ditekan ke tepi mangkok karet hingga homogen.
Perhatikan working time dan setting time bahan cetak (sesuai aturan
pabrik)
7. Letakkan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak lalu lakukan
pencetakan pada RA/RB. Gunakan kaca mulut untuk meretraksi bibir dan
pipi pasien
8. Saat mencetak RB, intruksikan pasien untuk : mengangkat lidahnya dan
menyentuh ujung lidah pada palatum sesaat setelah sendok cetak
dimasukkan dalam mulut. Kemudian pasien diminta untuk menjulurkan
lidahnya. Hal ini dilakukan agar didapatkan hasil cetakan yang meluas
didaerah lingual hingga ke retromylodyoid dan menentukan posisi
frenulum lingualis pasien.
9. Intruksi pasien saat mencetak RA : yaitu bernafas melalui hidung senggi
reflek muntah berkurang
10. Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari mulut pasien. Cuci
bersih pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran / saliva yang
menempel.
11. Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas, robekan, dan detail cetakan,
apakah ada landmark anatomi yang tidak tercetak ( terutama pada denture-
bearing area). Detail hasil cetakan haruslah akurat dan tidak robek,
12. Lakukan desinfeksi cetakan dengan cara merendam larutan iodophor :
1. Cuci hasil cetakan dobawah air yang mengalir
2. Rendam cetakan dalam larutan iodophor selama 10 menit
3. Cuci kembali, lalu keringkan dengan udara
13. Lakukan pengecoran cetakan segera dengan dental stone tope III

Syarat hasil cetakan :


 Dapat semua batas anatomis
 Tidak poreus
 Tepi cetakan membulat

78
 Tidak boleh berlipat
 Tepi sendok cetak tidak terlihat
Laboratorium
Alat : rubber bowl, spatel
Bahan : gips tipe 2 (plaster of paris), gips tipe 3 (gips stone)
Prosedur :
a. Manipulasi bubuk gips tipe III dengan air ( sesuai takaran pabrik) pada
mangkuk karet lalu letakkan mangkuk karet tersebut diatas vibrator
supaya gelembung udara yang terperangkap terlepas sehingga mencegah
hasil cetakan tidak poreus
b. Isi hasil cetakan dengan adonan gips tipe III sesegera mungkin setelah
cetakan dilepas dari rongga mulut pasien untuk menghindari penyusutan
cetakan agar didapatkan model kerja yang detai dan akurat.
c. Pengisian gips pada rahang atas diawali dari palatum mengarah ke
residual ridge, sedangkan pada rahang bawah diawali dari residual
ridge anterior menuju posterior. Pengisian hasil cetakan dilakukan
secara bertahap dan tidak sekaligus, terperangkapnya gelembung udara
pada undercut cetakan.
d. Tunggu hingga gips mengeras (setting) selama kurang lebih 30 menit.
e. Pembuatan model studi dengan hasil cor dibasis menggunakan gips tipe
2 (plaster of paris).
f. Tahapan membuat basis model :
1. Siapkan lempeng kaca (glass lab), gips keras tipe II, mangkuk
karet, spatula dan air untuk membuat basis model studi
2. Manipulasi gips tipe II dan air (sesuai takaran) dalam mangkuk
karet hingga homogen lalu letakkan adonan gips pada lempeng
kaca.
3. Letakkan model gips RA yang masih menempel pada sendok
cetaknya diatas adonan gips tipe II tersebut. Rapikan dan bentuk

79
tepian gips menjadi basis model kerja dengan menggunakan
spatula saat gips tipe II masih lunak.
4. Model kerja dirapikan dan dipotong kelebihan gipsumnya
menggunakan mesin trimmer. Ketebalan bsis model kerja kurang
lebih 15-16 mm.
g. Tujuan model studi untuk mendapatkan diagnosa, menentukan rencana
perawatan, dan untuk membuat sendok cetak fisiologis.
h. Blocking out dengan menutup daerah bergigi dengan gips tipe 2
i. Sendok cetak fisiologis dengan desain terdiri dari 2 garis. Garis pertama 2
mm diatas fornik sebagai batas muscle trimming. Garis kedua pas di garis
fornik.
j. Desain vertical stop berfungsi untuk mengatur tekanan saat mencetak. Wax
up dengan ketebalan 2 mm melapisi model studi yang berfungsi untuk
menentukan tebal sendok cetak fisiologis. Pada wax up bebaskan vertikal
stop.
k. Gunakan bahan separating medium (cms) dan self curing akrilik untuk
membuat sendok cetak fisiologis
l. Setelah sendok cetak fisiologis siap lakukan pelubangan dengan karbit bur

Kunjungan II
Klinis
 Try in sendok cetak fisiologis
Yang diperiksa mencakup semua batas anatomis, batas SC 2 mm
diatas garis fornik, frenulum sudah dibebaskan.
 Muscle trimming
Alat : lampu spiritus, wadah berisi air,lekron
Bahan :green stik compound
Caranya : panaskan green stik dengan api lampu spiritus kemudian
teteskan pada tepi sendok cetak fisiologis lalu rendam dalam air
dengan tujuan agar tidak panas saat dimasukkn dalam mulut pasien.

80
Dengan menggerakkn pipi.bibir, lidah pasien sehingga didapatkan
batas anatomis.
 Mencetak fisiologis
Alat : sendok cetak perorangan, glass plate, semen spatel, rubber
bowl, spatel
Bahan : elastomer/polyvinil siloxane (medium bady), gips tipe IV
Caranya :
m. Mencetak fungsional :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Persiapan posisi operator dan pasien
3. Siapkan sendok cetak individual RA atau RB
4. Aduk bahan cetak elastomer (Monophase) untuk daerah tidak bergigi
dan bahan cetak alginat untuk daerah bergigi dengan tehnik one phase
5. Masukkan sendok cetak ke dalam mlut tehnik mukofungsional dengan
melakukan penekanan yang selektif
6. Setelah cetakan mengeras, lepaskan.
7. Lakukan desinfeksi cetakan dengan merendam larutan iodophor selama
10 menit.
Laboratorium
 Alat : rubbel bowl, spatel
 Bahan : gips tipe 4 (hard stone), gips tipe 2 (plaster of paris), wax
Cara kerja : Cor sendok cetak menggunakan gips tipe 4 (hard stone)
lakukan beading dan boxing dengan menggunakan gips tipe 2, dimana
sebelum dilakukan beading dan boxing hasil cor dikelilingi oleh wax.
 Desain gigi tiruan lepasan, dimana dilakukan desain untuk basis dan arah
berjalannya cangkolan
 Surveyor adalah alat untuk menentukan garis survey pada model survey
model mengidentifikasi permukaan proksimal agar dapat dibuat sejajar,
menentukan lingkar terbesar dari gigi penyangga sebagai pedoman

81
menentukan posisi cangkolan yang tepat, menentukan permukaan gigi dan
jaringan lunak yang perlu dibloking out, mengukur derjat undercut ,
menentukan arah pasang dan arah lepas, mencatat posisi model yang
berhubungan dengan arah pasang, membantu menentukan prosedur
restorasi yang mungkin diperlukan pada gigi penyangga.

Teknik Survey Model


a. Memasangkan alat dan model pada surveyor
1. Memasang analyzing rod pada surveyor.
2. Memasang model studi pada meja survei dengan posisi analiyzing rod
tegak lurus terhadap model (model posisi zero atau datar)
b. Melakukan prosedur survei untuk menentukan arah pasang gigi tiruan
1. Untuk mendapatkan kesejajaran distal dan mesial gigi lakukan
kemiringan model (tilting) ke arah anterior atau ke arah posterior
sampai ke dua bagian dari gigi penyangga sejajar.
2. Setelah memposisikan model yang terpasang pada meja survey
sehingga analyzing rod relatif sejajar dengan bagian distal dan mesial
gigi.
3. Apabila ada dua undercut pada kedua sisi gigi maka dilakukan blocking
out.
c. Tripoding
1. Kemiringan atau arah pasang yang didapatkan dipertahankan dengan
mengunci posisi meja surveyor.
2. Lengan vertikal ditekan sampai menyentuh model studi, kemudian
lengan vertikal tersebut di kunci dan dibuat teraan di tiga tempat
dengan jarak yang proposional.
d. Menentukan kontur terbesar gigi penyangga
1. Memasang alat yang digunakan untuk menentukan kontur terbesar gigi
penyangga (mengganti analyzing rod dengan carbon marker).

82
2. Menggerakkan meja survei sehingga carbon marker berkontak dengan
kontur terbesar gigi penyangga.

Kunjungan III
Klinis
a. Try in basis dan cangkolan
Yang diperhatikan :
 Retensi dan stabilisasi
 Mencakup semua batas anatomis
 Frenulum sudah dibebaskan .
 Tidak ada keluhan pasien
 Cangkolan tidak traumatik oklusi
1. Penentuan Gigit
a. GTSL tanpa kunci oklusi
1. Posisikan pasien duduk dengan kepala tegak
2. Insersikan basis dan galangan gigit RA dan RB. Fiksasi basis dan galangan
gigit RA dengan ibu jari dan telunjuk kiri operator sedangkan basis dan
galangan gigit RB difiksasi dengan ibu jari dan telunjuk kanan.
3. Kemudian instruksikan pasien untuk menutup mulut perlahan-lahan hingga
seluruh permukaan insisal dan oklusal galangan gigit RA dan RB salng
berkontak bidang merata.
4. Apabila belum terjadi kontak bidang yang merata, maka permukaan insisal
dan oklusal galangan gigit yang dirubah dan disesuaikan dengan RA
sehingga diperoleh kontak bidang yang merata. Ukur jarak antara kedua
titik, lakukan penyesuaian pada galangan gigit RB hingga mencapai DVO
yang diinginkan.
5. Kontak gigi natural normal dan apabila salah satu rahang masih ada gigi
natural dan antagonisnya galangan gigit maka jejak oklusal atau insisal gigi
terlihat pada oklusal rim.
6. Fiksasi penetapan gigit dan mounting articulator.

83
2. Pemilihan warna gigi
Berdasarkan jenis kelamin, warna kulit, dan umur

Laboratorium
 Pembuatan bite rim atau gelenggang gigit
Alat : lampu spiritus, capi, lekron
Bahan : wax
Ketentuan : lebar biterim RA-RB anterior 3-4 mm, posterior 5-6
mm, tinggi biterim RA anterior 10-12, poterior 8-10, tinggi biterim RA
anterior 8-10, posterior 10-12.
 Transfer artikulator menggunakan gips tipe II
 Menyusun gigi.
 Gigi anterior dan posterior
a. Tepat diatas linggir alveolar
b. Mengikuti lengkung rahang
c. Sesuaikan dengan permukaan gigi antagonis.
 Pada kasus ini gigi yang diganti yaitu gigi 17, 16, 15, 12, 11, 21, 22,
25, 26, 27, 37, 36, 35, 45, 47. Dengan penyusunannya tepat diatas
linggir sisa dan mengikuti lengkung rahang serta penyesuaian
dengan permukaan gigi antagonis.

Kunjungan IV
Klinis
 Try in penyusunan gigi
 Intra oral : retensi, stabilisasi, dan estetis

84
-retensi : dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan kuat-kuat dalam
mulut dan mencoba melepaskannya dengan gaya tegak lurus terhadap
bidang oklusal.
-stabilisasi : dilakukan saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu
mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya.
-estetis : pemilihan warna gigi yang sesuai umur, jenis kelamin dan
warna kulit pasien dan pemilihan ukuran gigi yang sesuai.

 Ekstra oral : dilihat penampilan pasien dalam keadaan


mulut terutup tanpa oklusi, rest posisi (fisiologis) dukungan
pipi, bibir, traumatik oklusi.

Laboratorium
 Wax counturing untuk membentuk akar imaginer
 Prossesing
Dengan bahan CMS, heat curing, dan gips tipe 2.

Kunjungan V
Klinis
1. Insersi
Prosedur kerja:
 Tahapan persiapan:
1. Perhatikan permukaan anatomis atau permukaan cetakan dari basis tidak yang
tajam dan bersih dari sisa gips
2. Pemeriksaan permukaan polis dari basis dan tidak porus dan mengkilat
3. Tepi klamer tidak tajam
 Tahapan memasang gigi tiruan dalam mulut
1. Menentukan arah pasang gigi tiruan
2. Setelah gigi tiruan didalam mulut lakukan pemeriksaan dan evaluasi:

85
-Retensi, kedudukan basis terhadap mukosa dan posisi klamer pada gigi
penyangga
-Stabilisasi, perluasan basis dan penyusunan anasir gigi
-Oklusi sentrik dan eksentrik
-Psikologis: adaptasi dan penerimaan pasien terhadap gigi tiruannya
(kenyamanan pasien, estetik, bicara, mastikasi)
 Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan gigi tiruan akrilik, yaitu: setelah
insersi, pasien diminta untuk memakai gigi tiruannya selama 24 jam kecuali saat
mengunyah, gigi tiruan harus dilepas saat membersihkan dan dibuka malam hari.

Kunjungan VI
1. Kontrol
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi tindakan
yang perlu dilakukan.
1. Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.
2. Pemeriksaan objektif
Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut, melihat keadaan gigi tiruan dan
memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

BAB V
KESIMPULAN

86
Dari penjelasan penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan kasus yang

telah dipaparkan di atas, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan kerjasama antara

pasien dan dokter gigi. Keterampilan yang tepat dari dokter gigi sebagai operator

dalam mengobservasi keadaan rongga mulut pasien merupakan suatu yang harus

dilakukan. Hal ini dikarenakan agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam gigi tiruan

yang telah dibuat. Model gigi tiruan yang akan dipasang tentu sangat penting demi

menunjang perbaikan fungsi dari gigi yang digantikan itu sendiri, sehingga dalam hal

ini sangat dibutuhkan pengetahuan dan kecermatan dalam memilih jenis dari gigi

tiruan agar pasien dapat menghindari kerugian yang tidak diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Carr, Alan B. David T. Brown. 2016. McCracken’s Removable Partial


Prosthodontics. Canada: Elsevier.

87
Lenkong, Pingkan E.O. dkk. 2015. Gambaran Perilaku dan Cara Merawat Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan pada Lansia di Panti Wera Minahasa Induk. Universitas
Sam Ratulangi. Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015

Rahmayani, Liana. Pocut Aya Sofya. 2016. Penilaian Tingkat Kebersihan Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan Akrilik Berdasarkan Metode Pembersihan Secara Oenyikatan dan
Lama Pemakaian. Universitas Syah Kuala: Departemen Prostodonsia. ODONTO
Dental Journal. Volume 3. Nomer 1. Juli 2016

Rahmayani, Liana. dkk. 2013. Perilaku pemakai gigi tiruan terhadap pemeliharaan

kebersihan gigi tiruan lepasan. Universitas Syah Kuala: Departemen Prostodonsia.


Jurnal PDGI Vol. 62, No. 3, September-Desember l 2013, Hal. 83-88 | ISSN
0024-9548

Gunadi, haryanto.dkk. 2015, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta: Hipokrates.

Gunadi, haryanto.dkk. 2015, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II.
Jakarta: Hipokrates.

Ireland, Robert. 2014. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

Birbaum, Waren. 2009. Diagnosis Kelainan Dalam Mulut. Jakarta: EGC

88

Anda mungkin juga menyukai