Oleh :
Vanny Fergiana Mulyadi
19100707360804041
1
MODUL 3
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
3.
(drg. Rifani)
2
“Oral Mucositis”
Ditulis oleh Vanny Fergiana Mulyadi *, Rifani, drg**
*Mahasiswa ** Staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Baiturrahmah
Jl. Raya By Pass KM 14 Aie Pacah, Padang
*) E-mail : vannyfergi@gmail.com
Abstrak
Latar belakang : Mucositis oral (OM) adalah efek samping kemoterapi
dan radioterapi yang umum terjadi tetapi faktor risiko lainnya yang berkontribusi
menyebabkan terjadinya mukositis oral pada pasien, antara lain adalah riwayat
terkena Virus Herpes Simpleks. Infeksi virus herpes simpleks (HSV) dapat
meningkatkan terjadinya OM. Tujuan : Untuk memberikan informasi mengenai
mucositis oral viral dan mengetahui gambaran klinis mucositis oral. Sehingga
dapat menentukan terapi yang tepat. Tinjauan pustaka: Mukositis oral adalah
suatu proses peradangan dan ulseratif pada mukosa mulut yang diakibatkan dari
kemoterapi dan/ atau radioterapi dan virus. Kesimpulan: pengobatan untuk
mucositis jarang terjadi, meskipun beberapa agen telah diuji. Makalah ini
mengulas fitur klinis, prevalensi, diagnosis, komplikasi, patogenesis, profilaksis
dan manajemen mucositis.
Abstract
3
PENDAHULUAN
Mucositis oral (OM) adalah efek samping yang umum pada pasien
dan merupakan pintu masuk yang penting bagi mikroorganisme endogen yang
Infeksi dan reaktivasi virus herpes simpleks (HSV) umum terjadi pada
diremehkan. Sebuah studi dari tahun 1994 menyarankan bahwa anak seropositif
reaktivasi lokal HSV 3. Greenberg et al. menunjukkan bahwa reaktivasi HSV lokal
febrile neutropenia, pada pasien dengan sistem imun yang tertekan. Infeksi laten
atau reaktivasi HSV memainkan peran penting untuk keparahan dalam perjalanan
viral profilaksis tidak distandarisasi dalam sebagian besar protokol terapi saat ini.
profilaksis antivirus bahkan pada anak-anak tanpa SCT, jika mereka seropositif
4
untuk HSV . Pengevaluasi prevalensi seropositifitas HSV-1 pada pasien dengan
terapi myelosupresif untuk frekuensi dan reaktivasi virus lokal. Seropositif HSV
adalah faktor risiko untuk reaktivasi HSV-1 lokal dan peningkatan frekuensi
OM10.
5
TINJAUAN PUSTAKA
mucositis. Namun, informasi yang terbatas ada pada kejadian mucositis oral yang
dihasilkan dari etiologi virus seperti HSV. Tidak ada bukti yang jelas mendukung
kultur rutin atau pengobatan empiris dengan antivirus untuk dugaan mucositis oral
mucositis oral dan harus menyadari bahwa infeksi HSV merupakan penyebab
permukaan ventral lidah, langit-langit lunak, dasar mulut, dan bibir. Biasanya
Mucositis oral merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan eritema dan
ulserasi yang terjadi pada sel mukosa yaitu lidah, gingiva dan mukosa bukal,
mukositis oral pada pasien, antara lain adalah riwayat terkena Virus Herpes
penurunan produksi dan pH saliva tersebut juga merupakan efek samping dari
kemoterapi 11.
6
Terkait dengan faktor risiko yang lain yaitu berhubungan dengan terapi
kemoterapi dan radiasi, mukositis oral dipengaruhi oleh agen kemoterapi, dosis
12
kemoterapi, intensitas pengulangan terapi . Tingkat keparahan mukositis
dapat memperparah infeksi yang dapat mengancam nyawa, khususnya bila pasien
mukositis. Pada asupan glukosa dan protein yang tinggi, serta malnutrisi
antivirus dan merupakan faktor penting dalam etiologi dan perjalanan Oral
bentuk mucositis parah, radang paru-paru atau saluran pencernaan . Infeksi primer
dengan HSV-1 biasanya terjadi pada masa kanak-kanak dan ada dalam bentuk
7
Gambaran Klinis
mulut atau tenggorokan dan kesulitan menelan atau berbicara. Gejala lain yang
dapat dirasakan adalah ketika makan pasien akan merasa kering, rasa terbakar
ringan, atau sakit. Tanda mukositis diantaranya adalah eritema dan ulserasi 7.
Untuk kepentingan klinis dan penelitian, oleh WHO dan NCI dibuat suatu
berikut:
8
Table 1. Pembagian derajat mukositis 7
kesehatan, integritas, dan fungsi mukosa oral yang optimal. Perawatan mulut
serta mencegah infeksi jaringan lunak rongga mulut yang berisiko menjadi infeksi
9
berkumur19. Studi di Hongkong melaporkan bahwa dengan perawatan mulut,
insidens mukositis oral berkurang sebesar 38%. Derajat nyeri dan keparahan
mulai terapi dan tatalaksana infeksi gigi dan mulut akut perlu dilakukan karena
risiko imunosupresi. Hal-hal yang dapat mengiritasi mukosa oral dan memicu lesi
mukosa seperti permukaan gigi kasar, gigi patah, ataupun pemakaian protesa juga
harus mendapat penanganan yang baik. Selain menyikat gigi dan flossing,
berkumur juga perlu karena penyikatan gigi dan flossing terkadang tidak dapat
merupakan larutan kumur dengan toksisitas minimal yang dapat menjaga higiene
21
mulut dan memberi kenyamanan . Larutan kumur lain adalah larutan natrium
10
antimikroba, namun dapat mengencerkan mukus dan melunakkan debris rongga
mutan. Larutan sodium bikarbonat tidak mengiritasi mukosa mulut terutama pada
kendala pada anakanak 17. Tidak ada perbedaan efektivitas antara larutan kumur
nyeri dapat berupa analgesik dan obat kumur topikal yang mengandung anastesi
dosis tinggi, perdarahan dapat terjadi dari ulserasi mukositis. Perdarahan dapat
11
dengan jumlah trombosit turun di bawah 20.000 memerlukan transfusi trombosit
Kesimpulan
mucositis oral tidak lengkap, namun kemajuan signifikan telah dibuat dalam
diidentifikasi. Juga pemahaman tentang efek samping oral dari terapi yang
ditargetkan sangat sedikit. Jadi untuk sebagian besar pasien tidak ada intervensi
yang efektif.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
10. Dodd MJ. The pathogenesis and characterization of oral mucositis
associated with cancer therapy. Oncology Nursing Forum 2004; 31(4): 5-
12.
11. Chu, E., & Devita, V.T. Cancer chemotherapy: Drug manual. Burlington:
Jones & Bartlett. 2015
12. Cawley, M. M., & Benson L.M. (2005). Current trends in managing oral
mucositis. Clin J Oncol Nurs. 9(5), 584-592.
13. D’Hondt et al . Oral mucositis induced by anticancer treatments:
physiopathology and treatments. Therapeutics and Clinical Risk
Management, 2(2), 159–168.
14. Cawley, M. M., & Benson L.M. (2005). Current trends in managing oral
mucositis. Clin J Oncol Nurs. 9(5), 584-592.
15. Tomlinson, D., & Kline, N.E. (2005). Pediatric oncology nursing
advanced clinical handbook. Germany: Spinger.Harris DJ, Eilers J,
Harriman A, Cashavelly BJ, Maxwell C. Putting evidence into practice:
Evidence based intervention for the management of oral mucositis. Clin J
Oncol Nurs. 2008;12(1):141-52.
16. Barkokebas A, Silva IG, de Andrade SC, Gueiros LA, Paiva SM, Leao JC.
Impact of oral mucositis on oral-health-related quality of life patients
diagnosed with cancer. J Oral Pathol Med. 2015;44:746-51
17. Moutasim KA, Tappuni AR. Current concepts in the pathogenesis and
management of oral mucositis as a complication of cancer therapy.
Journal of Disability and Oral Health 2008; 9 (1): 17-23.
18. Mulatsih S, Astuti S, Purwantika Y, Christine J. Kejadian dan tata
laksana mukositis pada pasien keganasan di RSUP Dr. Sardjito,
Yogyakarta. Sari Pediatri 2008; 10(4): 230-5.
19. Scully C. Medical problem in dentistry 6th edition. 2012; 531.
14