Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS 4

ORAL MEDICINE

“Oral Candidiasis dan Terapi Radiasi”

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Oral Medicine

Oleh
DWITIA PUTRI
20100707360804070

Dosen Pembimbing: drg. Fitria Meiliza Sp. PM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama: Dwitia Putri

NPM: 20100707360804070

Telah disetujui Laporan kasus yang berjudul:

“Oral Candidiasis dan Terapi Radiasi”

Untuk Memenuhi Syarat Dalam Melengkapi Kepanitraan Klinik di Bagian Oral

Medicine

Padang, Agustus 2021

Disetuji Oleh

Dosen Pebmbimbing

(drg. Fitria Meiliza Sp., PM)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang

berjudul Oral Candidiasis dan Terapi Radiasi untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul penyakit mulut dapat diselesaikan.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Fitria Meiliza Sp. PM selaku

dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak

lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, Agustus 2021

Penulis
ABSTRAK

Faktor lokal dan sistemik dapat menjadi predisposisi kandidiasis oral.


Faktor lokal termasuk merokok, penggunaan gigi palsu, penggunaan steroid
topikal dan inhalasi, kebersihan mulut yang buruk, dan kualitas dan kuantitas air
liur. Faktor sistemik meliputi penyakit imunosupresif, penggunaan obat
imunosupresif, kemoterapi, gangguan kelenjar endokrin, dan defisiensi
hematologi. Terdapat beberapa faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya
efek samping radioterapi dalam rongga mulut antara lain adanya keluhan nyeri
dalam rongga mulut sebelum radioterapi, kurang diperhatikannya perawatan
kebersihan mulut sebelum, selama dan setelah radioterapi. Selain itu, faktor-faktor
yang berhubungan dengan mukosa itu sendiri seperti mukositis oral, xerostomia,
infeksi bakteri, virus, dan jamur, perubahan pengecapan, cacat fungsi seperti pada
saat makan, minum, menelan dan bicara serta kekurangan gizi. Pengobatan oral
candidiasis yang disebabkan efek samping dari radiasi berupa pemberian obat
kumur klorheksidin glukonat 0,2% dengan cara diseka keseluruh mukosa mulut
dan gigi geligi, juga obat tetes nistatin oral supension serta pemberian vitamin
B12 dan asam folat
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kandidiasis oral (OC), biasa disebut sebagai "trush" merupakan infeksi

lidah dan situs mukosa mulut lainnya yang ditandai dengan pertumbuhan jamur

yang berlebihan dan invasi jaringan superfisial (Vila, T dkk., 2020). Kandidiasis

oral adalah salah satu infeksi fungal yang mengenai mukosa oral. Tedapat lima

tipe spesies kandida yang terdapat di rongga mulut, diantaranya adalah: 1.

Candida albicans 2. Candida tropicalis 3. Candida krusei 4. Candida parapsilosis

5. Candida guilliermondi. Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah yang

paling sering terdapat pada rongga mulut (Hakim, L dkk., 2015).

Faktor lokal dan sistemik dapat menjadi predisposisi kandidiasis oral.

Faktor lokal termasuk merokok, penggunaan gigi palsu, penggunaan steroid

topikal dan inhalasi, kebersihan mulut yang buruk, dan kualitas dan kuantitas air

liur. Faktor sistemik meliputi penyakit imunosupresif, penggunaan obat

imunosupresif, kemoterapi, gangguan kelenjar endokrin, dan defisiensi

hematologi (Patil, S dkk., 2015). Kandidiasis diklasifikasikan menjadi 2 kategori,

yaitu akut dan kronis. Kandidiasis oral akut dibagi menjadi kandidiasis

psudomembran akut dan kandidiasis atrofi akut, sedangkan kandidiasis oral kronis

dibagi menjadi kandidiasis oral atrofi kronis dan kandidiasis hiperplastik kronis

(Singh, A dkk., 2014).


Manifestasi klinis kandidiasis psudomembran akut berupa plak berwarna

putih kekuningan yang dapat diangkat dan meninggalkan bekas merah dan nyeri

pada mukosa di bawah daerah yang diangkat. Plak tersebut terdiri dari sel epitel

deskuamasi, kumpulan hifa jamur, fibrin, dan bahan nekrotik. Lesi biasanya

terlihat pada lidah, mukosa bukal, gingiva, palatum, dasar mulut, dan orofaring.

Lesi dapat mengenai seluruh mukosa mulut atau terlokalisasi di daerah dengan

pembersihan yang buruk (Patil, S dkk., 2015; Astri, L dkk., 2019).

Terdapat beberapa faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya efek

samping radioterapi dalam rongga mulut antara lain adanya keluhan nyeri dalam

rongga mulut sebelum radioterapi, kurang diperhatikannya perawatan kebersihan

mulut sebelum, selama dan setelah radioterapi. Selain itu, faktor-faktor yang

berhubungan dengan mukosa itu sendiri seperti mukositis oral, xerostomia, infeksi

bakteri, virus, dan jamur, perubahan pengecapan, cacat fungsi seperti pada saat

makan, minum, menelan dan bicara serta kekurangan gizi (Traktama, D dkk.,

2018). Penderita kanker kepala dan leher yang mendapat radioterapi memiliki

risiko terjadinya kandidiasis oral. Permasalahan dalam penatalaksanaan penderita

kanker terutama selama menerima kemoterapi atau radioterapi sebagian besar

adalah mengalami mukositis oral dan kandidiasis oral akibat penurunan imunitas

seluler rongga mulut. Keadaan ini akan mengakibatkan penundaan dalam

pemberian terapi (kemoterapi atau radioterapi) sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sehingga dapat mempengaruhi perawatan serta meningkatkan

morbiditas dan mortalitas (Epstein JB dkk., 2012; Radoï L dkk., 2013).


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu oral candidiasis dan terapi radiasi?

2. Apa saja klasifikasi oral candidiasis?

3. Apa etiologi oral candidiasis akibat terapi radiasi?

4. Bagaimana gambaran klinis oral candidiasis akibat terapi radiasi?

5. Apa diagnosis banding dari oral candidiasis akibat terapi radiasi?

6. Bagaimana penatalaksanaan oral candidiasis akibat terapi radiasi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan menganalisis oral candidiasis dan terapi radiasi?

2. Mengetahui dan menganalisis klasifikasi oral candidiasis?

3. Mengetahui dan menganalisis etiologi oral candidiasis akibat terapi

radiasi?

4. Mengetahui dan menganalisis gambaran klinis oral candidiasis akibat

terapi radiasi?

5. Mengetahui dan menganalisis diagnosis banding oral candidiasis akibat

terapi radiasi?

6. Mengetahui dan menganalisis penatalaksanaan oral candidiasis akibat

terapi radiasi
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oral Candidiasis dan Terapi Radiasi

2.1.1 Oral Candidiasis

Istilah candida berasal dari bahasa latin candid, artinya putih. Spora

Candida adalah komensal, bentuk jamur dimorfik yang tidak berbahaya yang

menjadi invasif dan pseudohifa patogen ketika ada gangguan dalam

keseimbangan flora atau dalam kelemahan host (Verma, A dkk., 2015).

Kandidiasis oral juga dikenal sebagai oral kandidosis, sariawan, moniliasis,

mikosis oral, ragi oral infeksi, atau stomatitis kandida (Pati, A dkk., 2016).

2.1.2 Terapi Radiasi

Kemajuan dalam manajemen medis seperti kemoterapi antineoplastik,

redioterapi, transplantasi organ, hemodialisis, nutrisi parenteral, dan kateter vena

sentral juga berkontribusi terhadap invasi dan kolonisasi jamur (Mikulska, M

dkk., 2012) Terdapat beberapa faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya

efek samping radioterapi dalam rongga mulut antara lain adanya keluhan nyeri

dalam rongga mulut sebelum radioterapi, kurang diperhatikannya perawatan

kebersihan mulut sebelum, selama dan setelah radioterapi. Selain itu, faktor-faktor

yang berhubungan dengan mukosa itu sendiri seperti mukositis oral, xerostomia,

infeksi bakteri, virus, dan jamur, perubahan pengecapan, cacat fungsi seperti pada

saat makan, minum, menelan dan bicara serta kekurangan gizi (Traktama, DO

dkk., 2018).
2.2 Klasifikasi dan Gambaran Klinis Oral Candidiasis

Klasifikasi oral candidiasis yaitu (Sharma., 2019):

1. Acute candidiasis

 Pseudomembranous candidiasis (oral thrush)

Bentuk kandidiasis ini secara klasik muncul sebagai infeksi akut,

kandidiasis ini sering terlihat pada usia ekstrem, pasien dengan

gangguan kekebalan terutama pada AIDS, penderita diabetes, pasien

yang menggunakan kortikosteroid, terapi antibiotik spektrum luas

yang berkepanjangan, hematologi, dan keganasan lainnya (Patil, S

dkk., 2015). Mereka biasanya muncul sebagai plak putih yang melekat

seperti susu kental atau keju cottage di permukaan labial dan mukosa

bukal, palatum keras dan lunak, lidah, jaringan periodontal jaringan,

dan orofaring. Membran dapat dihilangkan dengan swab untuk

mengekspos mukosa eritematosa yang mendasarinya (Lalla, RV dkk.,

2013).

(Zahara, S., 2012)


 Erythematous (atrophic) candidiasis

Kandidiasis atrofi atau eritematosa bermanifestasi sebagai bentuk

akut dan kronis. Sebelumnya dikenal sebagai „antibiotic sore mouth,'

karena hubungannya dengan penggunaan antibiotik spektrum luas

yang berkepanjangan. Bentuk ini juga berhubungan dengan

kandidiasis pseudomembran. Gejala yang sering digambarkan pasien

termasuk nyeri samar atau sensasi terbakar (Sharma., 2019).

(Bakshi SS., 2017)

2. Chronic candidiasis

 Erythematous (atrophic) candidiasis

Pasien yang memakai gigi palsu terus menerus siang dan malam

paling sering terkena infeksi. Bentuk kandidiasis atrofi ini juga disebut

sebagai „Denture sore mouth’. Penyakit ini ditandai dengan


pembentukan eritema asimtomatik dan peradangan pada seluruh gigi

tiruan yang mengandung mukosa langit-langit. (Lihat stomatitis terkait

gigi tiruan) (Sharma., 2019).

(Akpan A., 2002)

 Hyperplastic candidiasis (Candida leukoplakia)

Kandidiasis hiperplastik adalah yang paling jarang

sebanyak 5% kasus. CHC dapat bermanifestasi dalam bentuk

nodular atau sebagai plak keputihan yang tidak dapat dikaitkan

dengan kelainan lain, biasanya terletak di mukosa pipi dan lidah,

dan terutama bilateral di kedua retro-commisura bibir. Dalam

bentuk infeksi ini hifa Candida tidak hanya ditemukan pada tingkat

permukaan epitel tetapi juga menyerang tingkat yang lebih dalam

di mana displasia epitel dapat diamati, dengan risiko keganasan

yang terkait. Kebiasaan merokok memiliki hubungan langsung

dengan CHC, karena: induksi peningkatan keratinisasi epitel;

penurunan kadar imunoglobulin A saliva; dan kemungkinan


depresi fungsi leukosit polimorfonuklear (Pérez-Gracia, M. T dkk.,

2014).

(Pérez-Gracia, M. T dkk., 2014)

3. Candida-associated lesions in oral cavity

 Angular cheilitis

Angular cheilitis adalah peradangan pada satu, atau lebih

umum, kedua sudut mulut. Awalnya, sudut mulut

mengembangkan penebalan abu-abu-putih dan eritema

(kemerahan) yang berdekatan. Kemudian, penampilan yang biasa

adalah area eritem. Cheilitis angularis sering merupakan infeksi

oportunistik jamur dan/atau bakteri, dengan beberapa faktor

predisposisi lokal dan sistemik yang terlibat dalam inisiasi dan

persistensi lesi. berbentuk segitiga, edema (pembengkakan) dan

maserasi di kedua sudut mulut (Sharma., 2019).


(Ayesh, MD., 2018)

 Denture related stomatitis

Stomatitis terkait gigi tiruan mengacu pada keadaan

inflamasi mukosa bantalan gigi tiruan, ditandai dengan eritema

kronis dan edema sebagian atau seluruh mukosa di bawah gigi

tiruan rahang atas. Denture stomatitis juga dikenal sebagai denture

sore mouth, inflammatory papillary hyperplasia, denture-induced

stomatitis, dan kandidiasis atrofi kronis. Meskipun, etiologi

denture stomatitis dianggap multifaktorial, plak gigi tiruan,

trauma, candida albicans, alergi, kondisi sistemik yang merugikan,

tekstur permukaan dan permeabilitas basis gigi tiruan dan bahan

pelapis dianggap sebagai beberapa faktor utama yang terkait

dengan kondisi tersebut (Emami E., 2014).


(Pathmashri.V.P., 2016)

 Median rhomboid glossitis

Median Rhomboid Glossitis (MRG) diyakini sebagai

gangguan perkembangan pembentukan lidah. Daerah yang

mengalami depapilasi adalah tuberculum impar yang persisten

yang tidak dapat menyatu sepenuhnya dengan bagian lateral

lingual dalam perkembangan lidah sehingga menghasilkan

papila yang halus, eritematosa, dengan jumlah papilla yang lebih

sedikit dari keadaan normal (Panta P., 2015).

(Exodontia.info)
 Linear gingival erythema

Linear gingival erythema atau yang disebut sebagai HIV-

gingivitis, adalah bentuk paling umum dari penyakit periodontal

terkait HIV pada populasi yang terinfeksi HIV. Ini dianggap

resisten terhadap terapi penghilangan plak konvensional, saat ini

dianggap sebagai lesi etiologi jamur. Hal ini ditandai dengan pita

linier lebar 2 sampai 3 mm pada margin gingiva disertai dengan

lesi merah seperti petechiae atau difus pada gingiva cekat dan

mukosa mulut, dan dapat disertai dengan perdarahan. Prevalensi

lesi ini sangat bervariasi dalam penelitian yang berbeda, mulai dari

0 sampai 48% (Maristela dkk., 2012)

(Patil dkk., 2015)


2.3 Etiologi Oral Candidiasis Akibat Terapi Radiasi

Pasien dengan penurunan kerusakan mukosa mulut dan imunitas akibat

radioterapi cenderung terjadi infeksi oportunistik pada rongga mulutnya. Dalam

hal ini, berbagai faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap kandidiasis

oral adalah penurunan produksi saliva, perubahan epitel mukosa, defisiensi

nutrisi, dan kesehatan mulut yang buruk. Saliva penting dalam mempertahankan

normalitas. mikroflora rongga mulut. Saliva mengencerkan antigen patogen dan

secara mekanis membersihkan mukosa. Antibodi saliva (sIgA) dan faktor

antimikroba nonspesifik adalah penting untuk mengurangi perlekatan dan

kolonisasi jamur, oleh karena itu penurunan aliran saliva akibat radioterapi

memacu infeksi candida pada pasien. Radiasi ke daerah kepala-leher dapat

mengubah kecepatan penggantian epitel normal, menyebabkan efek sitotoksik

langsung yang dapat mengubah integritas epitel mulut dan meningkatkan infeksi

sekunder. Defisiensi nutrisi dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan

hilangnya integritas sel, yang akan memudahkan invasi dan infeksi candida.

Kebersihan mulut yang buruk membantu lingkungan yang konduktif dalam

meningkatkan kolonisasi dan perlekatan (Traktama, DO dkk., 2018; Supriatno

dkk., 2020).

2.4 Manifestasi Klinis Oral Candidiasis Akibat Terapi Radiasi

Radioterapi dan kemoterapi pada pasien kanker kepala dan leher

mengakibatkan pertumbuhan infeksi jamur pada rongga mulut, infeksi jamur yang

paling banyak ditemukan ialah kandidiasis pseudomembran akut (Thrush). Infeksi


tersebut terlihat sebagai lapisan putih pada mukosa pipi, lidah, bibir dan palatum.

Jika lapisan tersebut terangkat, maka mukosa akan berdarah, mulut terasa kering

dan terbakar, serata kepekaan pengecapan di lidah berkurang. Infeksi tersebut

dapat menyebar ke dinding faring belakang, esofagus, trakea, dan seluruh

permukaan mukosa rongga mulut yang dapat menyebabkan ancaman jiwa

(Supriatno dkk., 2011).

2.5 Diagnosis Banding Oral Candidiasis Akibat Terapi Radiasi

Diagnosis banding acute pseudomembran candidiasis adalah coated

tongue. Gambaran klinis kandidiasis pseudomembran akut dan coated tongue

memiliki kesamaan, keduanya menunjukkan lesi berupa plak putih kekuningan

yang dapat dihilangkan atau dikerok pada dorsum lidah. Namun, lidah yang

dilapisi tidak meninggalkan area merah setelah diangkat, sehingga diagnosis yang

paling tepat adalah kandidiasis pseudomembran akut (Triwardhani, L dkk., 2020).

2.6 Penatalaksanaan Oral Candidiasis Akibat Terapi Radiasi

Pengobatan acute pseudomembran candidiasis sebagai efek samping dari

radiasi berupa pemberian obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% dengan cara

diseka keseluruh mukosa mulut dan gigi geligi, juga obat tetes nistatin oral

supension serta pemberian vitamin B12 dan asam folat. Klorheksidin adalah obat

kumur yang menunjukkan aktivitas antimikroba dan antijamur sprektrum luas,

efektif melawan bakteri gram positif dan gram negatif, juga sel ragi dan jamur,

dan terikat pada permukaan oral secara terus menerus. Terapi asam folat bersama

vitamin B12 berfungsi menjaga dan meningkatkan energi, serta berperan penting
dalam pembentukan sel darah merah, mempercepat penyembuhan luka, serta

memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan mengaktifkan sel T yang berfungsi

mengatur respon imun serta menyerang sel yang terinfeksi. Nistatin merupakan

drug of choice untuk perawatan kandidiasis oral yang terlokalisir. Pemberian

nistatin 4 x 2 ml sehari tampak efektif setelah pemakaian hari kedua. Perhidrol

(hydrogen peroksida) larutan 3% adalah oksidator kuat, digunakan sebagai

desinfektan, antiseptik, dan termasuk agen bakteri yang mempunyai generally

recognized as safe (GRAS). (Traktama dkk., 2018; Supriatno dkk., 2020).


BAB 3

LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki- laki umur 67 tahun mendatangi bagian Departemen

Penyakit Mulut di RSGM Baiturrahmah dengan keluhan sakit saat menelan

makanan, dan mulutnya banyak bercak putih. Keluhan dirasakan 1 minggu yang

lalu dengan mulut terasa kering dan sulit menelan makanan, sehingga pasien

jarang mengkonsumsi makanan. Beberapa hari kemudian, muncul bercak putih di

tepi lidah. Pasien menceritakan memiliki riwayat penyakit KNF (karsinoma

nasofaring) diawali sejak 3 tahun yang lalu timbul benjolan dileher kiri, mulanya

sebesar biji kacang lalu makin lama makin membesar. Pasien sedang menjalani

terapi radiasi eksterna ke-9. Pemeriksaan ekstra oral dijumpai kelenjar limfe

submandibular teraba,keras, tidak sakit, ada massa berukuran 7x7x6 cm di leher

sebelah kiri. Bibir atas dan bawah kering. Pemeriksaan intra ditemukan lapisan

putih pada lateral lidah kanan dan kiri yang dapat dikerok dengan tekanan ringan

dan meninggalkan dasar eritema, tidak nyeri.


A. DATA MAHASISWA

Tanggal : 24 Juli 2021

Nama Operator : Dwitia Putri

NPM : 20-070

No. Rekam Medis : -

B. DATA PASIEN

1. Nama : Tuan M

2. Tempat/tgl lahir : Padang, 20 Januari 1954

3. Usia : 67 Tahun

4. NIK : -

5. Jenis kelamin : Laki-Laki

6. Suku/ras : Jawa

7. Agama : Islam

8. Pekerjaan : IRT

9. Status : Menikah

10. Alamat rumah : Jl. Anggrek no 5

11. Telepon rumah : -

12. Alamat kantor : -

13. Telepon seluler : -


ANAMNESIS

1. Keluhan Utama Seorang pasien datang dengan keluhan

sakit saat menelan makanan, dan

mulutnya banyak bercak putih. Keluhan

dirasakan 1 minggu yang lalu dengan

mulut terasa kering dan sulit menelan

makanan, sehingga pasien jarang

mengkonsumsi makanan. Beberapa hari

kemudian, muncul bercak putih di tepi

lidah

2. Riwayat Penyakit saat ini Mengidap penyakit kanker nasofaring sejak 3

tahun yang lalu, berupa benjolan dileher kiri.

3. Riwayat perawatan gigi Belum pernah

dan mulut

4. Riwayat penyakit sistemik a. Golongan darah : AB

b. Tekanan darah : 120/80 mmHg; Normal

c. Penyakit jantung : -

d. Diabetes : -

e. Kelainan darah : -

f. Hepatitis : -

g. Penyakit gastroinstestinal : -

h. Penyakit lainnya :-
i. Alergi obat-obatan : -

j. Alergi makanan : -

k. Kehamilan/menyusui : -

l. Kontrasepsi : -

Riwayat penyakit terdahulu Tidak ada

5. Riwayat penyakit dalam Tidak ada

keluarga

6. Riwayat sosial Kurang mengkonsumsi makanan sehat dan

bergizi. Dan sukar membersihkan rongga

mulut

7. Keterangan lain Menyikat gigi 1x sehari

PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN

STOMATOGNATIK

1. Pemeriksaan objektif a. Kesadaran umum

Kesadaran : compos mentis

b. Tanda-tanda vital

Tekanan darah: 120/80 mmHg

(Normal)

Nadi : 90x/menit

(Normal)
Suhu : 37o (Normal)

Respirasi : 20x/menit (Normal)

2. Pemeriksaan ekstra oral a. Kelenjar getah

bening

Submandibula:

teraba,keras,

tidak sakit

Submentale : TAK

Servikal : TAK

b. TMJ : TAK

c. Wajah : Simetris

d. Mata : TAK

e. Sirkum oral : TAK

f. Bibir : TAK

Lain-lain : TAK

3. Pemeriksaan intra oral a. Mukosa labial : Normal

b. Frenulum : Normal

c. Lidah : lapisan putih pada lateral lidah

kanan dan kiri, dapat dikerok meninggalkan


daerah eritem dan tidak sakit

d. Mukosa bukal : Normal

e. Dasar mulut : Normal

f. Palatum : Normal

g. Gingiva : Normal

h. Jaringan periodontal : Normal

i. Kelenjar saliva : Normal

j. Uvula: Normal

k. Tonsil : Normal

l. Kebersihan mulut : Buruk

Gigi : Radix pada

gigi 36 37 38

4. Pemeriksaan penunjang a. Radiologi : TDL

b. Patologi klinik : TDL

c. Patologi anatomi : TDL

d. Mikrobiologi : TDL

e. Imunologi : TDL
DIAGNOSIS

DIAGNOSIS Kandidiasis Pseudomembran Akut

DIAGNOSIS BANDING Coated tongue dan leukoplakia

PROGNOSIS Sedang, karena:

1. Pasien memiliki penyakit sistemik

2. Pasien kurang menjaga kesehatan rongga

mulut

RENCANA PERAWATAN DAN

PERAWATAN

NON FARMAKOLOGIS Memberikan KIE kepada pasien

 Menjelaskan bahwa ini merupakan

infeksi jamur, yaitu acute

pseudomembran (trush) yang disebabkan

oleh terapi radiasi yang sedang di

jalankan, sehingga menyebabkan

penurunan alir saliva dan penurunan

daya tahan tubuh, dan diperburuk

dengan tidak menjaga kesehatan rongga

mulut, maka terjadilah pertumbuhan


jamur yang patogen.

 Menginstruksikan pasien untuk lebih

memperhatikan konsumsi makanan

yang sehat dan bergizi untuk daya

tahan tubuh yang baik

 Menginstruksikan pasien untuk selalu

menjaga kebersihan mulut dengan

menyikat gigi 2x sehari serta kontrol

berkala ke dokter gigi 6 bulan sekali.

FARMAKOLOGIS - Obat kumur povidone iodin dikumurkan 2

kali sehari

- Nystatin oral suspensi 12 ml (4 x 2 ml

perhari)

- Nerva Plus (Multivitamin mengandung

vitamin B12 dan asam folat) 1 kapsul sehari


Resep

PRAKTEK DOKTER GIGI


BAITURRAHMAH PADANG
Jl. Raya By Pass KM 15Aie Pacah - Padang
Hp. 0751- 463059
Dokter :drg. Dwitia Putri
Tanggal : 11Agustus 2021

R/ Povidon Iodin 1% fls No. 1


S 2 dd garg

R/ Nystatin Susp Fl 12 ml No.1


S Coll oris 4 dd 1 Drop

R/ Nerva Plus tab No.x


S 1 dd capsl 1 pc

Pro : Tn. M

Umur : 67 Tahun

Dokter : Dwitia Putri


BAB 4

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Terdapat beberapa faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya efek

samping radioterapi dalam rongga mulut antara lain adanya keluhan nyeri dalam

rongga mulut sebelum radioterapi, kurang diperhatikannya perawatan kebersihan

mulut sebelum, selama dan setelah radioterapi. Selain itu, faktor-faktor yang

berhubungan dengan mukosa itu sendiri seperti mukositis oral, xerostomia, infeksi

bakteri, virus, dan jamur, perubahan pengecapan, cacat fungsi seperti pada saat

makan, minum, menelan dan bicara serta kekurangan gizi. Dalam hal ini, berbagai

faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap kandidiasis oral adalah

penurunan produksi saliva, perubahan epitel mukosa, defisiensi nutrisi, dan

kesehatan mulut yang buruk. Radioterapi dan kemoterapi pada pasien kanker

kepala dan leher mengakibatkan pertumbuhan infeksi jamur pada rongga mulut,

infeksi jamur yang paling banyak ditemukan ialah kandidiasis pseudomembran

akut (Thrush). Infeksi tersebut terlihat sebagai lapisan putih pada mukosa pipi,

lidah, bibir dan palatum.


DAFTAR PUSTAKA

1. Vila, T., Sultan, A. S., Jauregui, D. M & Mary Ann Jabra-Rizk, M. A. J.

2020. Oral Candidiasis: A Disease of Opportunity. J. Fungi 2020, 6, 15

2. Hakim, L & Ramadhian, M. R. 2015. Kandidiasis Oral. Majority | Volume 4 |

Nomor 9 | Desember 2015 |5

3. Vesthi, NA, Aditya G, Amalina R. 2016. Hubungan kadar urea saliva

terhadap derajat keasaman (pH) saliva pada anak usia 12-15 tahun. Odonto J.

2016; 2(2): 57-61.

4. Patil, S, Rao RS, Majumdar B, Anil S. 2015. Clinical Appearance of Oral

Candida Infection and Therapeutic Strategies Frontiers Microbiology. 2015;

6: 1-8

5. Singh, A, Verma R, Murari A, Agrawal A. 2014. Oral Candidiasis: an

Overview.J. Oral Maxillofac. Pathol. 2014; 18(1): 81-5

6. Astri, L, Puspa Dewi SR. 2019. Penatalaksanaan Kasus Kandidiasis

Psuedomembran Akut Pada Diabetes Melitus. Jurnal Ilmiah dan Teknologi

Kedokteran Gigi FKG UPDM(B). 2019; 15(2): 37-40.

7. Traktama, D, O & Irna Sufiawati, I. 2018. Keparahan mukositis oral pada

pasien kanker kepala leher akibat kemoterapi dan/ atau radioterapi. Majalah

Kedokteran Gigi Indonesia Vol 4 No 1 – April 2018.

8. Radoï L, Paget-Bailly S, Guida F, Cyr D, Menvielle G, Schmaus A, Carton

M, Cénée S, Sanchez M, Guizard AV, Trétarre B, Stücker I, Luce D. 2013.


Family history of cancer, personal history of medical conditions and risk of

oral cavity cancer in France: the ICARE study. BMC Cancer. 2013; 13: 560.

9. Epstein JB, Thariat J, Bensadoun RJ, Barasch A, Murphy Ba, Kolnick L,

Popplewell L, Maghami E. 2012.Oral complications of cancer and cancer

therapy : from cancer treatment to survivorship. A Cancer J Clin. 2012; 62(6):

400 - 422.

10. Verma A, Kumar P, Kaur L, Sharma P, Sharma AK, Mohapatra S. (2015)

Oral thrush on the palate & tongue. International Journal of Research in

dentistry 5(4): 102-106.

11. Pati A, Susmitha HR, Basappa S, Mahesh MS. (2016). Drug-induced Oral

Candidiasis: A Case Report. IJSS Case Reports & Reviews 2(12): 1-4.

12. Mikulska M, Del Bono V, Ratto S, Viscoli C. “Occurrence, presentation and

treatment of candidemia,” Expert Review of Clinical Immunology. 2012;

8(8):755- 765

13. Sharma, A. 2019. Oral candidiasis: An opportunistic infection: A review.

International Journal of Applied Dental Sciences 2019; 5(1): 23-27.

14. Lalla RV, Patton LL, Dongari-Bagtzoglou A. 2013. Oral candidiasis:

pathogenesis, clinical presentation, diagnosis and treatment strategies. Journal

of California dental association. 2013; 41(4):263-268.

15. Pérez-Gracia, M. T., *, Haya-Fernández, C. M , Medina-Cebrian, B. and

Suay-García, B. 2014. HSOA Journal of Clinical Studies and Medical Case

Reports. Gracia MTP, et al., J Clin Stud Med Case Rep 2014, 1: 001.
16. Triwardhani, L. Dewi, S. R. P. 2020. Acute Pseudomembranous Candidiasis

in Patients with Hypertension. Sriwijaya Journal of Dentistry (SJD) Volume 1

Issue 1 2020 : 43-51.

17. Emami E, Kabawat M, Rompre PH, Feine JS. 2014. Linking evidence to

treatment for denture stomatitis: A metaanalysis of randomized controlled

trials. Journal of Dentististry. 2014; 42(2):99-106.

18. Panta P, Erugula SR. 2015. Median rhomboid glossitis-developmental or

candidal. Pan Afr Med J. 2015; 21: 221.

19. Maristela Barbosa Portela, Daniella Ferraz Cerqueira, Rosangela Maria de

Araújo, Gloria Fernanda Castro. Candida spp. In linear gingival erythema

lesions in HIVinfected children: reports of six cases. International Journal of

Science Dentistry. 2012; 1:51-55.

20. Supriatno, Pritama, F. A, Yuletnawati. A. E. 2020. The Management of Oral

Mucositis, Angular Cheilitis and Acute Pseudomembranous Candidiasis

Induced by Radiotherapy and Chemotherapy Treatment of Nasopharyngeal

Cancer Patient. Indian Journal of Public Health Research & Development,

June 2020, Vol. 11, No. 6.

21. Supriatno, Subagyo, G. 2011. Perawatan kandidiasis pseuodomembran akut

dan mukositis oral pada penderita kanker nasofaring yang menerima

khemoterapi dan radioterapi. Maj Ked Gi; Desember 2011; 18(2): 182-186

Anda mungkin juga menyukai