BAGIAN PERIODONTIA
PERIODONTITIS
Oleh:
19100707360804173
Pembimbing :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
periodonti.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Citra Lestari, MDSc., Sp.Perio
selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai
pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Penulis
MODUL PERIODONTI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
PENDAHULUAN
adalah gingiva, jaringan periodontal dan tulang alveolar. Dimana antara gigi dan
kelainan/cedera maka akan berdampak pada struktur lainnya, oleh karena itu sangat
perlu untuk menjaga kesehatan gigi dan struktur pendukungnya agar keseimbangan di
dalam rongga mulut tetap terjaga. Pada keadaan yang sehat gingiva biasanya keras,
berwarna merah muda, mempunyai tepi setajam pisau, dan tidak berdarah saat
keseimbangan yang stabil namun dinamis dari suatu jaringan yang sehat (Manson dan
Eley.,1993).
Penyakit periodontal merupakan satu dari dua penyakit rongga mulut terbesar
menderita penyakit periodontal, 80% anak usia muda menderita penyakit gingivitis,
Nasional tahun 2003 menunjukan bahwa penyakit gigi dan mulut menempati urutan
(Linden, 2013).
sekunder.Factor primer berupa iritasi dari bakteri pathogen pada plak sedangkan
factor sekunder dapat berupa factor local dan factor sistemik, contoh dari factor lokal
adalah restorasi yang keliru dan merokok sedangkan factor sistemik adalah genetic,
penyakit periodontal dimasyarakat, oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membuat
periodontitis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau
ini sering disertai dengan pembentukan poket periodontal dan perubahan densitas
serta ketinggian tulang alveolar di bawahnya. Pada beberapa kasus, resesi gingiva
pendukung gigi. Dua kategori utama penyakit periodontal adalah gingivitis dan
sekunder.Factor primer berupa iritasi dari bakteri pathogen pada plak sedangkan
factor sekunder dapat berupa factor local dan factor sistemik, contoh dari factor lokal
adalah restorasi yang keliru dan merokok sedangkan factor sistemik adalah genetic,
perubahan warna, kontur dan konsistensi serta pendarahan pada saat probing, tidak
pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing dalam pemeriksaan yang berulang
telah menjadi suatu indikator yang terpercaya terhadap adanya inflamasi dan potensi
a. Peridontitis Kronis
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan secara
perkembangan periodontitis dapat disebabkan oleh dampak faktor lokal, sistemik dan
alveolar adalah tanda yang penting dari periodontitis.Lebih jauh, peridontitis kronis
dapat disubklasifikasikan menjadi bentuk localized (< 30% daerah yang terlibat) dan
generalized ( > 30% daerah yang terlibat) dan dibagi menjadi ringan, sedang atau
2. Poket
3. Resesi gingiva
4. Mobilitas gigi
5. Migrasi gigi
6. Nyeri
8. Halitosis
b. Periodontitis agresif
perkembangan penyakitnya yang sebaliknya terlihat pada individu yang sehat, tidak
adanya akumulasi besarplak dan kalkulus, dan riwayat periodontitis agresif pada
3. Biasanya pada individu berusia dibawah 30 tahun (namun dapat juga lebih dar
i 30 tahun).
4. Destruksi periodontal episodik
yang saling berhubungan, salah satu faktornya yaitu kurangnya aktivitas fisik seorang
prevalensi periodontitis sebesar 25.2% pada individu yang inaktif (kurang aktivitas
fisik) yang kemungkinan berdampak kepada obesitas dan dalam penelitian tersebut
juga dianggap bahwa merokok adalah salah satu faktor terjadinya periodontitis (Al
Zahrani., 2005).
penyakit periodontal yang tinggi pada penderita diabetes dibandingkan pada individu
akibat dari hiperglikemi dapat merubah fenotip makrofag dan sel lain melalui reseptor
bakteri tertentu dalam jumlah yang melebihi normal. Tingginya kadar gula akan
menjadi sumber nutrisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bakteri.
mediator inflamasi lebih banyak, seperti prostaglandin atau sitokin yaitu IL-1 dan
TNF-α yang dapat memicu terjadinya kehilangan tulang secara akut.Peran IL-1 dan
TNF-α adalah merangsang produksi enzim yang merusak jaringan gingiva dan
jaringan yang rusak. Pada tulang, bakteri dan produknya merangsang makrofag
membentuk IL-1 atau TNF untuk meningkatkan produksi osteoklas yang meresorpsi
tulang dan TNF menyebabkan kematian osteoblas yang dapat memperbaiki tulang
(Ulipe., 2011).
Menurut Fitria 2006 perawatan periodontitis terbagi menjadi tiga fase yaitu:
Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa
faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal
atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa
g. Perawatan ortodontik.
Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomical seperti
poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai
suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi factor predisposisi atau rekurensi
dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukun pada
fase ini:
tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue
graft).
b. Penyesuaian oklusi.
c. Pembuatan restorasi tetap dan alatprostetik yang ideal untuk gigi yang hilang.
Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan
pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada
fase ini:
d. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol
dan kalkulus residual sehingga menghasilkan permukaan akar yang halus dan bersih.
Bila plak dan kalkulus terbatas permukaan enamel saja maka dilakukan scalling saja,
namun jika terdapat expose dari akar maka dilakukan scalling dan rootplaning. Alat-
alat yang digunakan yaitu, sickle scaller (membersihkan kalkulus supragingiva), Hoe
(Soeprapto, 2017).
2.6.2. Kuretase.
apabila setelah scalling dan root planing inflamasi masih ada, poket infraboni dengan
kedalaman sedang dan poket supraboni dengan kedalaman kurang dari 5 mm.
permukaan akar.
anaerob.
Menjaga OH.
kumur Minosep.
gracey. Kuret gracey ukuran (1-4) digunakan untuk gigi anterior, (5-6) untuk gigi
anterior dan premolar, (7-10) untuk bagian bukal dan lingual gigi posterior, (11-12)
untuk bagia mesial gigi posterior, dan (13-14) untuk bagian distal dari gigi posterior
(Soeprapto, 2017).
2.7. Prognosis Penyakit Periodontal.
1) Sangat baik: tidak ada kehilangan tulang, kondisi gingiva sangat baik, pasien
2) Baik: sisa tulang adekuat, pasien kooperatif, tidak ada faktor sistemik, atauada
3) Sedang: sisa tulang kurang adekuat, pasien kooperatif, ada penyakit sistemik,
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : P
Pekerjaan : IRT
B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
a. Menyikat Gigi
b. Pasta : pepsodent
pi jarang mengkonsumsi buah. Pasien juga mentakan bahwa pasien tidak mem
C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Ekstraoral
Wajah : Simetris
TMJ : Normal
Bibir : Normal
Mata : Normal
KGB : Normal
2. Intraoral
Lidah : Normal
Palatum : Sedang
Tonsil : Normal
Gigi geligi :
DENTAL CHART
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
16,15 : radix
bris index (2) dan skor kalkulus index (2,5) , sehingga skor oral hyg
iene index pasien adalah (skor debris index + skor kalkulus index =
(2 + 2,5) = 4,5(Buruk).
Berdasarkan ketentuan derajat kebersihan mulut :
(a) (b)
Gambar. Periodontitis pada kasus bagian (a) vestibular dan (b) oral
Pemeriksaan Radiografi
region 31,32,41,42.
E. FAKTOR ETIOLOGI
Plak
Kalkulus
F. PROGNOSIS: BAIK
Pasien kooperatif
Pasien komunikatif
BAB IV
RENCANA PERAWATAN
Prob Periodontal
Sickle scaler
Kuret
Povidon iodin
Kapas
Disclosing solution
Iodin tincture
Masker
Hand scoone
periodontal diselipkan ke arah vestibular ke col sebelah mesial dari gigi yang
terlebih dahulu gigi diwarnai dengan disclosing solution. Selanjutnya dicatat ada atau
tidaknya deposit yang terwarnai pada batas dentogingiva pada 4 permukaan (mesial,
Rumus :
Rumus :
Debris Index = Jumlah skor gigi yang terkena debris
Jumlah gigi yang diperiksa
Calculus Index= Jumlah skor gigi yang terkena kalkulus
Jumlah gigi yang diperiksa
OHIs = Debris Index + Calculus Index
Keterangan :
Debris Index
1 : Tidak ada debris
2 : Debris menutupi < 1/3 gigi
3 : Debris menutupi > 1/3 gigi dan < 2/3 gigi
4 : Debris menutupi > 2/3 gigi
Calculus Index
1 : Tidak ada kalkulus
2 : Supragingiva kalkulus < 1/3 gigi
3 : Supragingiva kalkulus > 2/3 gigi atau ada flek subgingiva
kalkulus.
4 : Supragingiva kalkulus > 2/3 gigi atau ada flek di sekeliling gigi
Baik : 0,0–1,2
Sedang : 1,3–3,0
Buruk : 3,1–6,0
4.5Gingival Index
Gingival Index digunakan untuk menilai derajat keparahan inflamasi.
Pengukuran dilakukan pada gingival di empat sisi gigi yang diperiksa: papila
distovestibular, tepi gingival vestibular, papila mesiovestibular dan tepi gingival oral.
Rumus:
Skor = Jumlah skor seluruh gigi / 4
Jumlah gigi yang diperiksa
Kriteria skor :
1 : Gingiva normal
rahang atas
Keterangan:
vel Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan Lebar Attached
Scalling, root planning dan kuretase supra gingiva dan sub gingiva pada
pada rahang atas dengan alat scaling manual sebelumnya gunakan provi
ingiva.
scaling
Memberikan obat kumur dan intruksi bagaimana cara menyikat gigi yan
Keterangan:
dan oral baik sebelum dan sesudah melakukan setting II dengan menggu
vel Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan Lebar Attached
Scalling, root planning dan kuretase supra gingiva dan sub gingiva pada
a.
Melakukan polishing dengan menggunakan pasta serta fletcher sesudah
scaling
Pemberian obat kumur dan menjelaskan kembali cara menyikat gigi yan
g baik dan benar serta mengintruksikan untuk datang kembali pada ming
Keterangan:
Prob Periodontal
vel Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan Lebar Attached
incture.
Scalling, root planning dan kuretase supra gingiva dan sub gingiva pada
pada rahang atas dengan alat scaling manual sebelumnya gunakan provi
ingiva.
Melakukan polishing dengan menggunakan pasta serta fletcher sesudah
scaling
bulan sekali.
SPLINTING
Tahap kerja :
- Kawat 0,4 dipotong sedikit lebih panjang dari keliling semua per
mukaan gigi yang akan di splin.
- Letakkan pada sekeliling gigi yang akan displin sehingga kedua
ujung akan disimpul berada pada salah satu gigi yang paling dist
al.
- Jalannya kawat pada permukaan oral harus berada insisal dari ci
ngulum.
- Kedua ujung kawat disimpulkan.
- Kawat 0,2 inchi dipotong dan dibentuk U, sebanyak daerah inter
priksimal yang akan di splin.
- Kawat dimasukkan dri bagian oral ke vestibular dengan mengelil
ingi kawat pertama dipermukaan oral vestibular.
- Kedua kawat disimpulkan sampai ketat sehingga kawat pertama
melingkari semua gigi yang tercakup dalam splin tertarik ketat m
engelilingi gigi tepaat di bawah kontak interproksimal.
- Kawat diketatkan dan posisinya baik.
- Ujung kawat dihaluskan dan ditekukkan kedalam ruangan interp
roksimal.
- Kawat yang sudah disimpulkan dilapisi akrilik/komposit kemudi
an dipoles.
BAB V
HASIL PERAWATAN
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan.
yang akan mengarah kepada kehilangan gigi. Penyakit ini disebabkan oleh
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Caranza, FA., Newman, M.G., dan Takei, H.H. 2002. Clinical Periodontology.9th Ed.
W.B. Saunders. Philadelphia.
Fitria, E. Kadar IL-1B dan IL-8 sebagai Penanda Periodontitis, Faktor Resiko
Kelahiran Prematur. J. PDGI, 56 (2): 60-64.
Linden ,GJ. (2013). “Periodontitis and systematic diseases: a record discussions of
working group 4 of the joint EFP/AAP Workshop on Periodontitis and
Systemic Disease”, J Periodontol , vol.84, no. 4, November 14, pp.S20-S23.
Manson JD, Eley BM. (1993), Tanda Klinis Penyakit Periodontal Kronis, dalam:
Kentjana, Susianti (ed) Buku Ajar Periodonti, edisi 2, Penerbit
HIPOKRATES, Jakarta, hal. 127-133.
Manson JD, Eley BM. (2000), Buku Ajar Periodonti. Hipokarates. Jakarta.