Anda di halaman 1dari 35

CBD

BAGIAN PERIODONTIA
PERIODONTITIS

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik di Bagian Periodonti

Oleh:

Dita Anugrah Illahi

19100707360804173

Pembimbing :

drg. Citra Lestari, MDSc., Sp.Perio

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan CBD“Periodontitis”untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul

periodonti.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Citra Lestari, MDSc., Sp.Perio

selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai

pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena

itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Penulis
MODUL PERIODONTI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan CBD “PERIODONTITIS”guna melengkapi persyaratan

Kepaniteraan Klinik pada Modul Periodonti.

Padang, Maret 2021


Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

drg. Citra Lestari, MDSc., Sp.Perio


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rongga mulut terdiri dari gigi dan struktur penunjangnya.Struktur penunjangnya

adalah gingiva, jaringan periodontal dan tulang alveolar. Dimana antara gigi dan

struktur penunjangnya saling berhubungan, apabila salah satunya mengalami

kelainan/cedera maka akan berdampak pada struktur lainnya, oleh karena itu sangat

perlu untuk menjaga kesehatan gigi dan struktur pendukungnya agar keseimbangan di

dalam rongga mulut tetap terjaga. Pada keadaan yang sehat gingiva biasanya keras,

berwarna merah muda, mempunyai tepi setajam pisau, dan tidak berdarah saat

dilakukan penyondean.Daerah leher gingiva atausulkus biasanya dangkal dan

epithelium jungsional melekat erat pada enamel. Gambaran ini mencerminkan

keseimbangan yang stabil namun dinamis dari suatu jaringan yang sehat (Manson dan

Eley.,1993).

Penyakit periodontal merupakan satu dari dua penyakit rongga mulut terbesar

didunia.World Health Organization melaporkan bahwa 10-15% populasi didunia

menderita penyakit periodontal, 80% anak usia muda menderita penyakit gingivitis,

sedangkan hamper semua populasi dewasa sudah pernah menderita gingivitis,

periodontitis, bahkan keduanya. Hasil survey morbilitas oleh Survei Kesehatan

Nasional tahun 2003 menunjukan bahwa penyakit gigi dan mulut menempati urutan

pertama dari 10 penyakit yang banyak dikeluhkan masyarakt Indonesia dengan


prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur mencapai 96,58%

(Linden, 2013).

Penyakit periodontal adalah penyakit inflamasi yang menyerang jaringan

pendukung gigi.Dua kategori utama penyakit periodontal adalah gingivitis dan

periodontitis.Penyakit periodontal disebabkan oleh factor primer dan factor

sekunder.Factor primer berupa iritasi dari bakteri pathogen pada plak sedangkan

factor sekunder dapat berupa factor local dan factor sistemik, contoh dari factor lokal

adalah restorasi yang keliru dan merokok sedangkan factor sistemik adalah genetic,

nutrisional, hormonal dan hematologi (Manson dan Eley, 2012).

Berdasarkan uraian diatas menunjukan bahwa masih tingginya angka kejadian

penyakit periodontal dimasyarakat, oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membuat

laporan kasus dari pasien yang didiagnosis dengan penyakit periodontal,

periodontitis.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi periodontitis

Periodontitis adalah suatu penyakit inflamasi pada jaringan penyokong gigi

yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif

pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau

keduanya.Penampakan klinis yang membedakan periodontitis dengan gingivitis

adalah keberadaan kehilangan perlekatan (attachment loss) yang dapat dideteksi.Hal

ini sering disertai dengan pembentukan poket periodontal dan perubahan densitas

serta ketinggian tulang alveolar di bawahnya. Pada beberapa kasus, resesi gingiva

marginal dapat menyertai attachment loss, yang menyembunyikan perkembangan

penyakit apabila hanya dilakukan pengukuran kedalaman poket tanpa dilakukan

pengukuran tingkat perlekatan klinis (Carranza et al.,2002).

2.2. Etiologi Periodontitis

Penyakit periodontal adalah penyakit inflamasi yang menyerang jaringan

pendukung gigi. Dua kategori utama penyakit periodontal adalah gingivitis dan

periodontitis.Penyakit periodontal disebabkan oleh factor primer dan factor

sekunder.Factor primer berupa iritasi dari bakteri pathogen pada plak sedangkan

factor sekunder dapat berupa factor local dan factor sistemik, contoh dari factor lokal
adalah restorasi yang keliru dan merokok sedangkan factor sistemik adalah genetic,

nutrisional, hormonal dan hematologi (Manson dan Eley, 2012).

2.3. Tanda klinis periodontitis

Tanda klinis periodontitis ditandai dengan tanda-tanda inflamasi seperti

perubahan warna, kontur dan konsistensi serta pendarahan pada saat probing, tidak

selalu menjadi indikator positif terjadinya attachment loss. Namun, timbulnya

pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing dalam pemeriksaan yang berulang

telah menjadi suatu indikator yang terpercaya terhadap adanya inflamasi dan potensi

terjadinya attachment loss pada daerah yang berdarah (Carranza et al.,2002).

2.4. Macam-Macam Periodontitis

Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu periodontitis kronis dan periodontitis

agresif (Carranza et al.,2002).

a. Peridontitis Kronis

Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan secara

umum berkembang lambat, tetapi nampak periode destruksi yang cepat.Peningkatan

perkembangan periodontitis dapat disebabkan oleh dampak faktor lokal, sistemik dan

lingkungan yang dapat mempengaruhi akumulasi plak.Poket dan kerusakan tulang

alveolar adalah tanda yang penting dari periodontitis.Lebih jauh, peridontitis kronis

dapat disubklasifikasikan menjadi bentuk localized (< 30% daerah yang terlibat) dan

generalized ( > 30% daerah yang terlibat) dan dibagi menjadi ringan, sedang atau

berat berdasarkan penampakannya, sebagai berikut( Carranza et al.,2002):

ingan : clinical attachment loss (CAL) 1-2 mm


 Sedang : clinical attachment loss (CAL) 3-4 mm

 Berat : clinical attachment loss (CAL) ≥ 5 mm

Karakteristik periodontitis kronis adalah (Manson dan Eley, 2012) :

1. Inflamasi gingiva dan pendarahan

2. Poket

3. Resesi gingiva

4. Mobilitas gigi

5. Migrasi gigi

6. Nyeri

7. Kerusakan tulang alveolar

8. Halitosis

b. Periodontitis agresif

Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada kecepatan

perkembangan penyakitnya yang sebaliknya terlihat pada individu yang sehat, tidak

adanya akumulasi besarplak dan kalkulus, dan riwayat periodontitis agresif pada

keluarga. Karakteristik berikut umumnya ditemukan pada penderita periodontitis

agresif (Manson dan Eley, 2012) :

1. Pasien sehat secara klinis

2. Onset penyakit terjadi pada saat usia pubertas

3. Biasanya pada individu berusia dibawah 30 tahun (namun dapat juga lebih dar

i 30 tahun).
4. Destruksi periodontal episodik

5. Respon serum antibodi yang buruk pada agen penginfeksi

2.5. Faktor yang berhubungan dengan periodontitis

Periodontitis merupakan penyakit multifaktorial, dimana ada beberapa faktor

yang saling berhubungan, salah satu faktornya yaitu kurangnya aktivitas fisik seorang

individu. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Al-Zahrani dkk menunjukkan

prevalensi periodontitis sebesar 25.2% pada individu yang inaktif (kurang aktivitas

fisik) yang kemungkinan berdampak kepada obesitas dan dalam penelitian tersebut

juga dianggap bahwa merokok adalah salah satu faktor terjadinya periodontitis (Al

Zahrani., 2005).

Beberapa penelitian cross sectional telah menunjukkan tingkat prevalensi

penyakit periodontal yang tinggi pada penderita diabetes dibandingkan pada individu

yang tidak menderita diabetes.Pada penderita diabetes, produk akhir advanced

glycation/Advanced Glycation End product (AGE) terdeposit pada jaringan sebagai

akibat dari hiperglikemi dapat merubah fenotip makrofag dan sel lain melalui reseptor

spesifik permukaan sel. Makrofag merupakan sel utama pada patogenesis

periodontitis karena kemampuannya untuk memproduksi sitokin dalam jumlah besar.

Makrofag juga berpengaruh terhadap respon inflamasi, metabolisme fibroblas dan

limfosit dan menstimulasi resorpsi tulang melalui prostaglandin E. AGE yang

dihasilkan mengubah makrofag menjadi sel dengan fenotip destruktif, yang

memproduksi sitokin pro-inflamasi yang tidak terkontrol sehingga mengakibatkan

kerusakan lokal yang parah pada jaringan peridonsium. (Carranza et al.,2002).


Kadar gula darah pada penderita diabetes dapat mengubah lingkungan

mikroflora dalam mulut menjadi lingkungan yang sesuai untuk berkembangnya

bakteri tertentu dalam jumlah yang melebihi normal. Tingginya kadar gula akan

menjadi sumber nutrisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bakteri.

Bertambahnya bakteri juga berperan secara tidak langsung dalam memproduksi

mediator inflamasi lebih banyak, seperti prostaglandin atau sitokin yaitu IL-1 dan

TNF-α yang dapat memicu terjadinya kehilangan tulang secara akut.Peran IL-1 dan

TNF-α adalah merangsang produksi enzim yang merusak jaringan gingiva dan

menyebabkan kematian fibroblast dimana fibroblas berguna untuk memperbaiki

jaringan yang rusak. Pada tulang, bakteri dan produknya merangsang makrofag

membentuk IL-1 atau TNF untuk meningkatkan produksi osteoklas yang meresorpsi

tulang dan TNF menyebabkan kematian osteoblas yang dapat memperbaiki tulang

(Ulipe., 2011).

2.6. Perawatan Periodontitis

Menurut Fitria 2006 perawatan periodontitis terbagi menjadi tiga fase yaitu:

Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa

faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal

atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa

prosedur yang dilakukan pada fase I.

a. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.

b. Scaling dan root planning.

c. Perawatan karies dan lesi endodontik.


d. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging.

e. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment).

f. Splinting temporer pada gigi yang goyah.

g. Perawatan ortodontik.

h. Analisis diet dan evaluasinya.

i. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas.

Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomical seperti

poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai

suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi factor predisposisi atau rekurensi

dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukun pada

fase ini:

a. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain:

kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing

tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue

graft).

b. Penyesuaian oklusi.

c. Pembuatan restorasi tetap dan alatprostetik yang ideal untuk gigi yang hilang.

Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan

pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada

fase ini:

a. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien.

b. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak,

ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi.


c. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan

tulangalveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali.

d. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol

plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus. Aplikasi tablet

fluoride secara topikal untuk mencegah karies.

2.6.1. Scalling dan Root Planning.

Scalling merupakan tindakan melepaskan plak dan kalkulus dari supragingiva

dan subgingiva. Root planing merupakan tindakan melepaskan sementum nekrotik

dan kalkulus residual sehingga menghasilkan permukaan akar yang halus dan bersih.

Bila plak dan kalkulus terbatas permukaan enamel saja maka dilakukan scalling saja,

namun jika terdapat expose dari akar maka dilakukan scalling dan rootplaning. Alat-

alat yang digunakan yaitu, sickle scaller (membersihkan kalkulus supragingiva), Hoe

scaller (membersihkan kalkulus subgingiva), Kuret (membersihan kalkulus

subgingiva), Chisel scaller (membersihkan kalkulus subgingiva), dan ultrsonic scaller

(Soeprapto, 2017).

2.6.2. Kuretase.

Kuretase merupakan tindakan menghilangkan jaringan granulasi dan sementum

nekrotik dengan tujuan menghasilkan peerlekatan baru. Kuretase biasanya dilakukan

apabila setelah scalling dan root planing inflamasi masih ada, poket infraboni dengan

kedalaman sedang dan poket supraboni dengan kedalaman kurang dari 5 mm.

Kuretase dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

 Asepsis dan anestesi lokal.


 Root planning: menghilangkan sementum nekrotik dan menghaluskan

permukaan akar.

 Kuretase: menghilangkan jaringan granulasi dan menciptakan perlekatan baru.

Lakukan sampai terlihat darah segar dan encer.

 Irigasi H2O2 3% : melepaskan oksigen pada poket yang memiliki suasana

anaerob.

 Irigasi povidone iodine.

 Intruksi pasien untuk:

 Menjaga OH.

 Jangan makan dan minum selama 1 jam.

 Gigi yang dikuret jangan dipakai menguyah selama 1 hari.

 Hindari makanan pedas dan panas.

 Medikasi: Amoxycillin 500 mg 3x1, Metronidazole 250 mg 3x1, dan obat

kumur Minosep.

 Segera setelah kuretase : timbul perdarahan dan gingiva kemerahan.

 Setelah 1 minggu: penurunan margin gingiva, wara masih kemerahan.

 Setelah 2 minggu dengan OH baik: gingiva tampak normal.

Alat-alat yang digunakan yaitu kuret universal ataupun menggunakan kuret

gracey. Kuret gracey ukuran (1-4) digunakan untuk gigi anterior, (5-6) untuk gigi

anterior dan premolar, (7-10) untuk bagian bukal dan lingual gigi posterior, (11-12)

untuk bagia mesial gigi posterior, dan (13-14) untuk bagian distal dari gigi posterior

(Soeprapto, 2017).
2.7. Prognosis Penyakit Periodontal.

1) Sangat baik: tidak ada kehilangan tulang, kondisi gingiva sangat baik, pasien

kooperatif dan tidak ada kelainan sistemik.

2) Baik: sisa tulang adekuat, pasien kooperatif, tidak ada faktor sistemik, atauada

faktor sistemik namun terkontrol.

3) Sedang: sisa tulang kurang adekuat, pasien kooperatif, ada penyakit sistemik,

ada kegoyahan gigi, ada keterlibata furasi grade 1.

4) Buruk: terdapat keruakan tulang, kekooperatifan pasien meragukan,

keterlibatan furkasi grade I dan II.

5) Dipertanyakan: kersakan tulang parah, ada kelaian sistemik, keterlibatan

furkasi grade II dan III.

6) Hopeless: kerusakan tulang parah, sistemik tidak terkontrol, indikasi ekstraksi.


BAB 3

LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien

Nama Pasien : Ny. A

Umur : 55 Tahun

Jenis Kelamin : P

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jln. Kurao, Rt.001, Rw.001.

Tanggal Pemeriksaan : 20 Januari 2019

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

1. Keluhan Utama : seorang pasien datang ke RSGM dengan

keluhan mulut terasa kotor.

2. Keluhan tambahan : pasien juga mengatakan bahwa ketika me

nyikat gigi kadang suka berdarah, kemu

dian pasien juga mengeluhkan ada beber

apa gigi yang dirasakan sedikit goyang.

3. Riwayat dental dan sistemik : Pasien belum pernah kedokter gigi

sebelumnya. Pasien juga mengatakan

tidak memiliki riwayat penyakit yang


serius sebelumnya, tetapi pasien

mengatakan bahwa sebelumnya ia

pernah terjatuh yang mengakibatnya

kakinya menjadi sulit berjalan.

a. Menyikat Gigi

- Interval : 2 kali sehari

- Waktu : pagi dan malam

- Gerakan : tidak beraturan

- Yang disikat : bagian oral dan vestibular.

b. Pasta : pepsodent

c. Obat kumur : tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak memili

ki penyakit keturunan apapun.

5. Riwayat Sosial Pekerjaan : Kesibukan pasien sehari-hari ha

nyalah melakukan kegiatan dirumah saja, pasien mengatakan bahwa sehari-ha

ri cukup mengkonsumsi makanan 2 kali sehari, suka mengkonsumsi sayur teta

pi jarang mengkonsumsi buah. Pasien juga mentakan bahwa pasien tidak mem

iliki riwayat alergi.

C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

1. Ekstraoral

Wajah : Simetris

TMJ : Normal

Bibir : Normal
Mata : Normal

KGB : Normal

General Jasmani : Sehat, tetapi pasien memiliki kesulitan saat berjalan.

2. Intraoral

Mukosa labial : Normal

Mukosa bukal : Normal

Lidah : Normal

Dasar mulut : Normal

Palatum : Sedang

Gingiva : Udem dan berwarna merah pada RA dan RB

Tonsil : Normal

Kebersihan mulut : buruk

Gigi geligi :

DENTAL CHART

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Keterangan :

16,15 : radix

 Oral Hygiene (OH) : Buruk

Alasan : Berdasarkan hasil pemeriksaan Oral Hygiene Index didapat skor de

bris index (2) dan skor kalkulus index (2,5) , sehingga skor oral hyg

iene index pasien adalah (skor debris index + skor kalkulus index =

(2 + 2,5) = 4,5(Buruk).
Berdasarkan ketentuan derajat kebersihan mulut :

Derajat Kebersihan Mulut Skor


Baik 0,0 – 1,2
Sedang 1,3 – 3,0
Buruk 3,1 – 6,0

(a) (b)

Gambar. Periodontitis pada kasus bagian (a) vestibular dan (b) oral

Pemeriksaan Radiografi

D. DIAGNOSIS: Periodontitiskronis generalisata

Karena berdasarkan hasil pemeriksaan pada pasien ditemukan adanya

penumpukan plak supra dan subgingiva, disetai dengan terbentuknya


kalkulus,sertaadanya inflamasi pada gingival, serta adanya mobility derajat 2 pada

region 31,32,41,42.

E. FAKTOR ETIOLOGI

 Plak

 Kalkulus

 Teknik penyikatan gigi yang salah

F. PROGNOSIS: BAIK

 Pasien tidak memiliki penyakit sistemik

 Pasien kooperatif

 Pasien komunikatif
BAB IV

RENCANA PERAWATAN

4.1 Alat dan Bahan

 Alat standar (sonde,pinset,eskavator,kaca mulut)

 Prob Periodontal

 Sickle scaler

 Kuret

 Povidon iodin

 Kapas

 Disclosing solution

 Iodin tincture

 Pasta & fletcher

 Masker

 Hand scoone

4.2 PBI (Papilary Bleeding Index)

PBI merupakan pengamatan perdarahan gingival yang timbul setelah prob

periodontal diselipkan ke arah vestibular ke col sebelah mesial dari gigi yang

diperiksa.Dengan mempertahankan ujung prob tetap didasar sulkus, secara perlahan-

lahan prob digerakkan sepanjang permukaan vestibular gigi.Prob kemudian ditarik

keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular.


Rumus :

Skor = Jumlah skor semua gigi yang diperiksa


Jumlah gigi yang diperiksa

Skor Deskripsi Perdarahan Setelah Probing


0 Tidak ada perdarahan
1 Perdarahan berupa titik
2 Perdarahan berupa garis
3 Daerah interdental terisi dan berupa segitiga
4 Perdarahan yang menggenang

4.3 PCR (Plaque Control Record)

PCR digunakan untuk memantau pelaksanaan kontrol plak.Untuk pengukuran

terlebih dahulu gigi diwarnai dengan disclosing solution. Selanjutnya dicatat ada atau

tidaknya deposit yang terwarnai pada batas dentogingiva pada 4 permukaan (mesial,

vestibular, distal dan oral).

Rumus :

Skor = Jumlah permukaan gigi yang terkena x 100%

Jumlah seluruh permukaan gigi yang diperiksa

4.4 OHI-S (Simplified Oral Hygiene Index)


OHI-S mempunyai 2 komponen yang akan diperiksa yaitu Debris Index
dan Calculus Index, ada 6 permukaan gigi yang akan diperiksa yaitu 4 gigi
posterior dan 2 gigi anterior.

Rumus :
Debris Index = Jumlah skor gigi yang terkena debris
Jumlah gigi yang diperiksa
Calculus Index= Jumlah skor gigi yang terkena kalkulus
Jumlah gigi yang diperiksa
OHIs = Debris Index + Calculus Index

Keterangan :
Debris Index
1 : Tidak ada debris
2 : Debris menutupi < 1/3 gigi
3 : Debris menutupi > 1/3 gigi dan < 2/3 gigi
4 : Debris menutupi > 2/3 gigi

Calculus Index
1 : Tidak ada kalkulus
2 : Supragingiva kalkulus < 1/3 gigi
3 : Supragingiva kalkulus > 2/3 gigi atau ada flek subgingiva
kalkulus.
4 : Supragingiva kalkulus > 2/3 gigi atau ada flek di sekeliling gigi

Derajat skor OHI-S adalah sebagai berikut:

 Baik : 0,0–1,2

 Sedang : 1,3–3,0

 Buruk : 3,1–6,0

4.5Gingival Index
Gingival Index digunakan untuk menilai derajat keparahan inflamasi.

Pengukuran dilakukan pada gingival di empat sisi gigi yang diperiksa: papila

distovestibular, tepi gingival vestibular, papila mesiovestibular dan tepi gingival oral.

Rumus:
Skor = Jumlah skor seluruh gigi / 4
Jumlah gigi yang diperiksa

Skor Gingival Index Kondisi Gingiva


0,1 - 1,0 Gingivitis ringan
1,1 - 2,0 Gingivitis sedang
2,1 - 3,0 Gingivitis parah

Kriteria skor :

1 : Gingiva normal

2 : Inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan perubahan warna,

sedikit oedema, pada probing tidak terjadi pendarahan.

3 : Inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah, oedema, dan berk

ilat, pada probing terjadi pendarahan.

3 : Inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah menyolok, oedemat

ous, terjadi ulserasi, gingiva cenderung berdarah spontan.


Kunjungan I (Setting I):Membersihkan kalkulussupragingival dan subgingival pada

rahang atas

Keterangan:

 Melakukan pengukuran Papilary bleeding index pada bagian vestibular

dan oral baik sebelum dan sesudah melakukan setting I dengan

menggunakan Prob Periodontal

 Melakukan pengukuran Plaque Control Record sebelum dan sesudah

melakukan setting I dengan menggunakan Disclosing Solution

 Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS), jarak CEJ-CGM (CC), Le

vel Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan Lebar Attached

Gingiva (AG) sebelum melakukan setting I dengan menggunakan Prob

Periodontal dan bahan iodine tincture.

 Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus

Index) sebelum melakukan setting I dengan menggunakan sonde serta m

elihat secara visual

 Scalling, root planning dan kuretase supra gingiva dan sub gingiva pada

pada rahang atas dengan alat scaling manual sebelumnya gunakan provi

don iodine dengan cara di oleskan pada seluruh permukaan gigisampai g

ingiva.

 Melakukan polishing dengan menggunakan pasta serta fletcher sesudah

scaling
 Memberikan obat kumur dan intruksi bagaimana cara menyikat gigi yan

g baik dan benar,serta menjelaskan kepasien untuk datang kembali pada

minggu berikutnya pada hari yang sama.

Kunjungan II (Setting II): evaluasi setting I dan fase kuratif

Keterangan:

 Melakukan pengukuran Papilary bleeding index pada bagian vestibular

dan oral baik sebelum dan sesudah melakukan setting II dengan menggu

nakan Prob Periodontal

 Melakukan pengukuran Plaque Control Record sebelum dan sesudah

melakukan setting II dengan menggunakan Disclosing Solution

 Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS), jarak CEJ-CGM (CC), Le

vel Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan Lebar Attached

Gingiva (AG) sebelum melakukan setting II dengan menggunakan Prob

Periodontal dan bahan iodine tincture.

 Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus

Index) sebelum melakukan setting II dengan menggunakan sonde serta

melihat secara visual

 Scalling, root planning dan kuretase supra gingiva dan sub gingiva pada

pada rahang bawah dengan kuret gracey sebelumnya gunakan providon i

odine dengan cara di oleskan pada seluruh permukaan gigisampai gingiv

a.
 Melakukan polishing dengan menggunakan pasta serta fletcher sesudah

scaling

 Pemberian obat kumur dan menjelaskan kembali cara menyikat gigi yan

g baik dan benar serta mengintruksikan untuk datang kembali pada ming

gu berikutnya dihari yang sama.

Kunjungan III (Setting III) : Evaluasi setting II

Keterangan:

 Melakukan pengukuran Papilary bleeding indexdengan menggunakan

Prob Periodontal

 Melakukan pengukuran Plaque Control Record sebelum dan sesudah

dengan menggunakan Disclosing Solution

 Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS), jarak CEJ-CGM (CC), Le

vel Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan Lebar Attached

Gingiva (AG) dengan menggunakan Prob Periodontal dan bahan iodine t

incture.

 Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus

Index) dengan menggunakan sonde serta melihat secara visual

 Scalling, root planning dan kuretase supra gingiva dan sub gingiva pada

pada rahang atas dengan alat scaling manual sebelumnya gunakan provi

don iodine dengan cara di oleskan pada seluruh permukaan gigisampai g

ingiva.
 Melakukan polishing dengan menggunakan pasta serta fletcher sesudah

scaling

 Pemberian obat kumur dan menjelaskan kembali cara menyikat gigi

yang baik dan benar serta mengintruksikan untuk mengkonsumsi sayur

serta buah-buahan, dan melakukan kunjungan kedokter gigi minimal 6

bulan sekali.

SPLINTING

Tahap kerja :

- Kawat 0,4 dipotong sedikit lebih panjang dari keliling semua per
mukaan gigi yang akan di splin.
- Letakkan pada sekeliling gigi yang akan displin sehingga kedua
ujung akan disimpul berada pada salah satu gigi yang paling dist
al.
- Jalannya kawat pada permukaan oral harus berada insisal dari ci
ngulum.
- Kedua ujung kawat disimpulkan.
- Kawat 0,2 inchi dipotong dan dibentuk U, sebanyak daerah inter
priksimal yang akan di splin.
- Kawat dimasukkan dri bagian oral ke vestibular dengan mengelil
ingi kawat pertama dipermukaan oral vestibular.
- Kedua kawat disimpulkan sampai ketat sehingga kawat pertama
melingkari semua gigi yang tercakup dalam splin tertarik ketat m
engelilingi gigi tepaat di bawah kontak interproksimal.
- Kawat diketatkan dan posisinya baik.
- Ujung kawat dihaluskan dan ditekukkan kedalam ruangan interp
roksimal.
- Kawat yang sudah disimpulkan dilapisi akrilik/komposit kemudi
an dipoles.
BAB V

HASIL PERAWATAN
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan.

Periodontitis merupakan penyakit yang menyerang jaringan penyokong gigi

dan dapat menyebabkan kerusakan ligament periodontal, kehilangan tulang alveolar

yang akan mengarah kepada kehilangan gigi. Penyakit ini disebabkan oleh

multifaktorial dan meningkatkan resiko terjadinya beberapa penyakit sistemik.

6.2 Saran

Setelah pasien mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

periodontitis maka diharapkan pasien dapat memahami lebih mendalam mengenai

faktor-faktor yang menyebabkan periodontitis serta pencegahannnya terhadap factor-


faktor tesebut.Instruksikan juga pasien untuk rajin melakukan kontrol ke dokter gigi

setiap 6 bulan sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Al Zahrani, M et al. (2005), “Increased Physical activity reduces prevalence of


periodontitis”, Journal of Dentistry, vol. 33, January 7, pp.703-710.

Caranza, FA., Newman, M.G., dan Takei, H.H. 2002. Clinical Periodontology.9th Ed.
W.B. Saunders. Philadelphia.

Fitria, E. Kadar IL-1B dan IL-8 sebagai Penanda Periodontitis, Faktor Resiko
Kelahiran Prematur. J. PDGI, 56 (2): 60-64.
Linden ,GJ. (2013). “Periodontitis and systematic diseases: a record discussions of
working group 4 of the joint EFP/AAP Workshop on Periodontitis and
Systemic Disease”, J Periodontol , vol.84, no. 4, November 14, pp.S20-S23.

Manson JD, Eley BM. (1993), Tanda Klinis Penyakit Periodontal Kronis, dalam:
Kentjana, Susianti (ed) Buku Ajar Periodonti, edisi 2, Penerbit
HIPOKRATES, Jakarta, hal. 127-133.
Manson JD, Eley BM. (2000), Buku Ajar Periodonti. Hipokarates. Jakarta.

Ulipe.(2011), “Hubungan antara Periodontitis dengan Diabetes Melitus Tipe 2


Ditinjau dari Aspek Destruksi Periodontal”, USU Press.

Anda mungkin juga menyukai