Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

DIABETES MELITUS TIPE 1

(PERIODONTITIS)

Oleh

Drg. Vinny Firman

Pembimbing : drg. Yerni Rita

RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH

PROF. DR. M.A. HANAFIAH,


SM BATUSANGKAR

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan telah untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menyelesaikan laporan Internship dapat diselesaikan.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Yerni Rita selaku pembimbing,

bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak lainnya. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, April 2023

drg. Yerni Rita

2
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit periodontal sebagai salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut

yang sering dialami masyarakat memiliki prevalensi cukup tinggi di Indonesia

yaitu 96,58% (Savira, dkk., 2017). Penyakit periodontal berhubungan dengan

penyakit diabetes mellitus dimana penyakit diabetes mellitus dengan kadar

glukosa yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko dalam memperburuk

penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis (Greenberg, et al., 2008).

Pandangan yang menyatakan bahwa penyakit periodontal dapat

mempengaruhi kesehatan secara umum bukan merupakan suatu hal yang baru.

Penyakit periodontal atau biasa disebut periodontitis merupakan kelainan yang

sering dijumpai dan terjadi pada manusia dengan faktor resiko yang jelas berperan

terhadap gangguan fungsi pengunyahan dan hilangnya gigi geligi. Berdasarkan

data epidemiologi sekitar 10% orang dewasa di Negara maju menderita penyakit

periodontitis lanjut, sedangkan sekitar 44-57% mengalami periodontitis ringan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa angka kesakitan akibat penyakit periodontal

terjadi hampir di seluruh dunia (Ernawati, 2012).

Adapun kondisi yang dapat berperan terhadap prevalensi dan keparahan

periodontitis selain peranan bakteri adalah adanya penyakit sistemik seperti

diabetes melitus (DM). Beberapa peneliti menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang saling berkaitan antara penyakit sistemik dan periodontitis walaupun

terkadang tidak dapat dijelaskan secara nyata (Kinane, et al., 2001).

3
Pada penderita diabetes melitus terjadi perubahan vaskularisasi sehingga

lebih mudah terjadi periodontitis yang selanjutnya merupakan faktor etiologi

resorpsi tulang alveolar secara patologis. Resorpsi tulang secara fisiologis dapat

terjadi pada individu sehat, namun resorpsi yang terjadi pada diabetes

melitusdisebabkan karena adanya gangguan vaskularisasi jaringan periodontal

serta gangguan metabolisme mineral (Boel, 2003).

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh

adanya hiperglikemi yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektivitas

insulin. Hal ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara adekuat. Penderita diabetes mellitus mengalami

gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh

kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Insulin merupakan

hormon yang diproduksi pankreas untuk mengendalikan kadar glukosa dalam

darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya di dalam tubuh agar tetap

seimbang (Wulandari dkk, 2013). Insulin berfungsi sebagai alat yang membantu

gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan

sebagai cadangan energi. Penderita Diabetes melitus akan ditemukan dengan

berbagai gejala, seperti poliuria (banyak kencing), polydipsia (banyak minum),

polifagia (banyak makan), dan penurunan berat badan. Diabetes melitus tidak

menimbulkan gejala (asimptomatik) dan menyebabkan kerusakan vaskular

sebelum penyakit ini terdeteksi (Putri dkk, 2013)

2.1.1 Klasifikasi Diabetes Melitus

Berdasarkan klasifikasinya, DM dibedakan menjadi 2 kategori yaitu: (Aiuto dkk,

2017)

5
1. Diabetes melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(IDDM), terjadi karena adanya gangguan produksi insulin akibat kerusakan

sel β pankreas. Patofisiologinya yaitu karena adanya reaksi autoimun akibat

peradangan pada sel β sehingga menyebabkan timbulnya antibodi terhadap

sel β yang disebut ICA (Islet CellAntibody). Reaksi antigen (sel β) dengan

antibodi ICA yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel β. Selain

karena autoimun, Diabetes melitus tipe 1 juga bisa disebabkan virus

Cocksakie, Rubella, Citomegalo Virus (CMV), Herpes dan lain-lain.

Penderita diabetes melitus tipe 1 umumnya terdiagnosa pada usia muda

(Aiuto dkk, 2017).

2. Diabetes melitus tipe 2.

Diabetes melitus tipe 2 disebut juga Non-Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM), terjadi karena kerusakan molekul insulin atau gangguan

reseptor insulin yang mengakibatkan kegagalan fungsi insulin untuk

mengubah glukosa menjadi energi. Diabetes melitus tipe 2 memiliki jumlah

insulin yang normal dalam tubuh bahkan jumlahnya bisa meningkat, namun

karena jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang menyebabkan

glukosa yang masuk kedalam sel lebih sedikit. Hal ini menyebabkan sel

kekurangan jumlah glukosa dan kadar glukosa menjadi tinggi didalam

pembuluh darah (Aiuto dkk, 2017).

6
2.2 Pengertian Periodontitis

Periodontitis adalah peradangan yang mengenai jaringan pendukung gigi,

disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat menyebabkan kerusakan yang

progresif pada ligamen periodontal, tulang alveolar dan disertai dengan

pembentukan poket. Periodontitis menyebabkan destruksi jaringan yang permanen

yang dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis, migrasi epitelium penyatu ke

apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang alveolar (Quamilla, 2016).

2.2.1 Etiologi Periodontitis

Penyebab utama penyakit periodontal adalah adanya mikroorganisme yang

berkolonisasi di dalam plak gigi. Plak gigi adalah substansi yang terstruktur,

lunak, berwarna kuning, yang melekat pada permukaan gigi. Kandungan dari plak

gigi adalah berbagai jenis mikroorganisme, khususnya bakteri sisanya adalah

jamur, protozoa dan virus. Plak yang mengandung mikroorganisme patogenik ini

berperan penting dalam menyebabkan dan memperparah infeksi periodontal

(Quamilla, 2016).

Penyakit periodontal disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder.

Faktor primer berupa iritasi dari bakteri patogen pada plak sedangkan faktor

sekunder dapat berupa faktor lokal dan faktor sistemik, contoh dari faktor lokal

adalah restorasi yang keliru dan merokok sedangkan faktor sistemik adalah

genetik, nutrisional, hormonal dan hematologi (Manson dan Eley, 2012).

7
2.2.2 Gambaran Klinis Periodontitis

Tahap awal, kondisinya biasanya asimtomatik; biasanya tidak

menyakitkan, dan banyak pasien tidak sadar sampai kondisi ini berkembang

cukup untuk menghasilkan mobilitas gigi. Poket tersebut semakin dalam sebagai

hasil dari bentuk penghancuran serat ligamentum periodontal disebut sebagai

kehilangan keterikatan dan resorpsi tulang alveolar yang terjadi bersamaan dengan

hilangnya perlekatan yang progresif. Periodontitis tingkat lanjut ditandai dengan

eritema gema dan edema, perdarahan gingiva, resesi gingiva, mobilitas gigi,

drifting gigi, supurasi dari kantong periodontal, dan kehilangan gigi (Nandya dkk,

2011).

Gambaran klinis dari periodontitis adalah terjadinya perubahan warna

menjadi merah terang, disertai dengan pembengkakan margin. Perdarahan saat

probing dan terjadi kedalaman probing ≥ 4 mm disebabkan oleh migrasi epitel

penyatu ke apikal. Terjadi kehilangan tulang alveolar dan kegoyangan gigi

(Quamilla, 2016).

2.2.3 Macam-Macam Periodontitis

Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu periodontitis kronis dan

periodontitis agresif (Carranza et al., 2002).

a. Peridontitis Kronis

Periodontitis kronis disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri

anaerob dan bakteri mikroaerofilik yang terdapat pada daerah subgingiva

dan menyebabkan adanya prostat prostaglandin pro inflamasi dan sitokinin

8
yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan periodontal

(Andriani, dkk., 2019).

Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan

kalkulus dan secara umum berkembang lambat, tetapi nampak periode

destruksi yang cepat. Peningkatan perkembangan periodontitis dapat

disebabkan oleh dampak faktor lokal, sistemik dan lingkungan yang dapat

mempengaruhi akumulasi plak. Poket dan kerusakan tulang alveolar

adalah tanda yang penting dari periodontitis. Lebih jauh, peridontitis

kronis dapat disubklasifikasikan menjadi bentuk localized dan generalized

dan dibagi menjadi ringan, sedang atau berat berdasarkan penampakannya,

sebagai berikut (Carranza, et al., 2002) :

 Localized : < 30% daerah yang terlibat

 Generalized : > 30% daerah yang terlibat

 Ringan : clinical attachment loss (CAL) 1-2 mm

 Sedang : clinical attachment loss (CAL) 3-4 mm

 Berat : clinical attachment loss (CAL) ≥ 5 mm

b. Periodontitis agresif

Periodontitis agresif merupakan salah satu bentuk penyakit

periodontal yang umumnya menyerang individu pada usia di bawah 30

tahun tapi bisa juga pada usia yang lebih tua. Secara klinis,

dikarakteristikkan dengan kehilangan perlekatan interproksimal secara

menyeluruh pada sedikitnya tiga gigi permanen selain molar pertama dan

inisisivus. Kerusakan periodontal terjadi secara episodik, yaitu periode


9
kerusakan yang parah diikuti dengan periode pasif penyakit (Saputri, dkk.,

2015).

2.2.4 Diagnosis Periodontitis

Periodontitis ditandai dengan terjadinya pocket depth (PD), clinical

attachment loss (CAL) dan alveolar bone loss (ABL). Penelitian epidemiologi

menunjukkan bahwa pada pasien dengan DM, resiko untuk terjadinya attachment

loss dan alveolar bone loss tiga kali lebih besar daripada penderita yang tidak

mengalami DM. Untuk mengetahui kehilangan tulang pada gigi dilakukan

pemeriksaan penunjang berupa rongen foto periapikal.

2.2.5 Penatalaksanaan Periodontitis

Rencana perawatan pada periodontitis dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu:

 Fase I (Fase Inisial):

Merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang

mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau

melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa

prosedur yang dilakukan pada fase I :

- Memberi KIE pada pasien tentang kontrol plak

- Scaling dan root planning.

- Perawatan karies dan lesi endodontik.

- Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging.

- Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment).

- Splinting temporer pada gigi yang goyah.


10
- Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas.

 Fase II (Fase Kuratif)

Termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket

periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang

sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor

predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah

bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:

- Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain:

kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal,

rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal

(bone and tissue graft)

- Penyesuaian oklusi.

 Fase III (Fase Pemeliharaan)

Fase ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit

periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yangdilakukan pada fase

ini:

- Riwayat medis dan riwayat gigi pasien

- Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor

plak, ada tidaknyainflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas

gigi.

- KIE kepada pasien untuk menjaga OH pasien.

11
2.3. Hubungan Diabetes Melitus dengan Periodontitis

Periodontitis merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada

penderita diabetes mellitus (Walukow WG, 2010). Beberapa peneliti menyatakan

bahwa keparahan penyakit periodontal pada penderita DM dipengaruhi oleh

penurunan respon imun. Hiperglikemi pada penderita DM menyebabkan

komplikasi berupa mikrovaskuler yang ditandai dengan peningkatan Advanced

glycation endproduct (AGE) pada plasma dan jaringan. AGE akan berinteraksi

dengan RAGE pada endotel sehingga menimbulkan stres oksidatif menyebabkan

terjadinya gangguan pembuluh darah pada jaringan periodontal. Gangguan

pembuluh darah akan menyebabkan gangguan distribusi nutrisi dan oksigen pada

jaringan periodontal, sehingga bakteri gram negatif anaerob yang merupakan

bakteri komensal pada poket periodontal akan menjadi lebih patogen. Gangguan

pembuluh darah juga akan mempengaruhi pembuangan sisa metabolisme dalam

jaringan periodontal, sehingga akan terjadi toksikasi jaringan periodontal dan

gingiva (Seino dkk, 2010)

Penderita diabetes mellitus mengalami peningkatan kadar glukosa dalam

darah dan cairan gingival yang merubah lingkungan mikroflora, menginduksi

perubahan bakteri secara kualitatif. Perubahan tersebut mengarah pada penyakit

periodontal yang berat. Perubahan dalam proses penyembuhan luka adalah

masalah umum pada penderita diabetes melitus. Proses penyembuhan luka pada

jaringan periodontal berubah pada orang dengan hiperglikemia yang

berkelanjutan, yang mengakibatkan meningkatnya bone loss dan kehilangan

perlekatan jaringan periodontal (Rikawarastuti dkk, 2015).

12
Pasien dengan diabetes berisiko 3 kali lebih tinggi untuk mengalami

periodontitis. Peridontitis pada penyakit sistemik misalnya DM, lebih sering

terjadi dan lebih parah, namun tidak selalu berhubungan dengan plak dan

kalkulus. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan CAL pada pasien DM (Stanko

dkk, 2014).

13
BAB III

LAPORAN KASUS

Pasien Perempuan berusia 50 tahun datang ke praktek dokter gigi ingin

dibersihkan karang giginya dan mencabut gigi belakang kiri atas. Dari anamnesis

pasien sudah tiga tahun ini menderita suatu penyakit, yang merupakan penyakit

autoimun yang disebabkan karena lebih 90% sel-sel β pulau Langerhans rusak

sehingga terjadi insulinopenia. Saat ini kadar glukosa sewaktu pasien 220.

Tekanan darah 110/80 mmHg. Denyut nadi 70 per menit. Pemeriksaan intra oral

terlihat periodontitis hampir seluruh regio, dengan mobility gigi antara 1 dan 2.

A. DATA MAHASISWA

Tanggal : 5 Mei 2020

Nama Operator : Refo Bismanevi Elidia dan Lianka Pamelia


Kournikova

NPM : 19-040, 19-076

No. Rekam Medis : -

B. DATA PASIEN

1. Nama : Mrs. H
2. Tempat/Tgl Lahir : Padang / 1 Mei 1970
3. No. KTP : -
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Suku / Ras : Minang
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
8. Status : Sudah menikah
9. Alamat Rumah : Jalan Parak Gadang blok A Nomor 1
10. Telepon Rumah : -
11. Alamat Kantor : -
12. Telepon Seluler : 0823897764345
14
ANAMNESIS

Keluhan utama

Pasien datang ke RSGM Baiturrahmah dengan keluhan ingin membersihkan karang


giginya dan mencabut gigi belakang kiri atas.

Riwayat penyakit saat ini

Pasien sudah tiga tahun ini menderita suatu penyakit, yang merupakan penyakit
autoimun yang disebabkan karena lebih 90% sel-sel β pulau Langerhans rusak
sehingga terjadi insulinopenia. Kadar glukosa sewaktu pasien 220 mg/dl

Riwayat perawatan gigi dan mulut


Pasien tidak pernah ke dokter gigi sebelumnya

Riwayat Penyakit Sistemik

a. Golongan Darah : A
b. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
c. Penyakit Jantung : Tidak Ada
d. Diabetes : Ada
e. Kelainan darah : Tidak Ada
f. Hepatitis : Tidak Ada
g. Penyakit Gastrointestinal : Tidak Ada
h. Penyakit lainnya : Tidak Ada
i. Alergi obat-obatan : Tidak Ada
j. Alergi makanan : Tidak Ada
k. Kehamilan/Menyusui* : Tidak Ada
l. Kontrasepsi : Tidak Ada

Riwayat penyakit terdahulu

Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Pasien tidak memiliki penyakit keturunan


Riwayat Sosial

Pasien menyikat gigi 2x sehari (pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur).
Pasien sering mengkonsumsi air putih secara rutin saat makan dan pada malam hari
karena mulutnya terasa kering karena mulutnya terasa kering. Pasien jarang
memakan buah maupun sayur.

PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN STOMATOGNATIK

15
1. Pemeriksaan objektif
a. Kesadaran umum

Kesadaran : Kompus Mentis

b. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 70x / menit

Suhu : 36.40C

Respirasi : 21x / menit

2. Pemeriksaan ekstra oral

a. Kelenjar getah bening

Submandibula : Normal

Submentale : Normal

Servikal : Normal

b. TMJ : Normal

c. Wajah : Simetris

d. Mata : Normal

e. Sirkum oral : Normal

f. Bibir : Normal

g. Lain-lain (telinga, hidung, dll) : Normal

16
3. Pemeriksaan Intra Oral
a. Mukosa labial : Normal
b. Frenulum : Normal
c. Lidah : Normal
d. Mukosa bukal : Normal
e. Dasar mulut : Normal
f. Palatum : Normal
g. Gingiva : Resesi gingiva
h. Jaringan periodontal : Terbentuk poket, kehilangan jaringan ikat dan
kehilangan tulang alveolar
i. Kelenjar saliva : Normal
j. Uvula : Normal
k. Tonsil : Normal
l. Kebersihan mulut : Plak: +, Kalkulus: +, Stain: +
(Sedang)
m. Gigi : Hampir seluruh regio, gigi mobility antara grade
1-2

10. Pemeriksaan Penunjang


a. Radiologi : terdapat kehilangan tulang pada foto rontgen
b. Patologi klinik : tidak dilakukan pemeriksaan
c. Patologi Anatomi : tidak dilakukan pemeriksaan
d. Mikrobiologi : tidak dilakukan pemeriksaan
e. Imunologi : tidak dilakukan pemeriksaan

17
DIAGNOSIS Kode ICD-DA

Diagnosis klinis Periodontitis kronis generalisata et causa


diabetes melitus tipe I

Periodontitis agresif

Diagnosis banding

Diagnosis definitive Periodontitis kronis generalisata

Ad bonam

PROGNOSIS Ad dubia

Ad malam

RENCANA PERAWATAN DAN PERAWATAN

Non - Menjelaskan kepada pasien bahwa kondisi tersebut tidak


Farmakologis berbahaya, yang merupakan gejala yang dialami karena penyakit
diabetes yang diderita oleh pasien
- Instruksikan pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya
dengan menyikat gigi 2x sehari dan menggosok lidah.
- Memberitahukan kepada pasien bahwa kondisi tersebut tidak
mengarah pada keganasan.
- Pasien dianjurkan minum air putih lebih dari 2 liter setiap hari.
- Instruksikan pasien untuk memakan makanan yang bergizi seperti
buah dan sayur
- Pasien diberikan surat rujukan ke spesialis penyakit dalam

Farmakologis  Pemberian obat kumur berupa povidone iodine untuk menjaga


kebersihan rongga mulut pasien yang digunakan 2x sehari
sesudah menyikat gigi
 Merujuk pasien ke spesialis penyakit dalam untuk melakukan
kontrol gula darahnya. Setelah gula darah kembali normal, pasien
sudah bisa melakukan pembersihan karang gigi serta selanjutnya
dapat melakukan pencabutan gigi ke dokter gigi

18
FORMULIR PEMERIKSAAN ODONTOGRAM

NAMA LENGKAP : Mrs. H JENIS KELAMIN: P


NIK/NO. KTP :- TTL: Padang/ 1 Mei 1970

11 [51] SOU SOU [61] 21

12 [52] SOU SOU [62] 22

13 [53] SOU SOU [63] 23

14 [54] SOU SOU [64] 24

15 [55] SOU SOU [65] 25

16 SOU SOU 26

17 SOU SOU 27

18 SOU D CAR 28

48 SOU SOU 38

47 SOU SOU 37

46 SOU SOU 36

45 [85] SOU SOU [75] 35

44 [84] SOU SOU [74] 34

43 [83] SOU SOU [73] 33

42 [82] SOU SOU [72] 32

41 [81] SOU SOU [71] 31

19
Oklus : Normal Bite

Torus Palatinus : Tidak Ada

Torus Mandibularis : Tidak ada

Palatum : Sedang

Diastema : Tidak Ada

Gigi Anomali : Tidak Ada

Lain-lain : (hal-hal yang tidak tercakup di atas) ……………………………..

20
Informed Consent and Informed Refusal

DOKUMEN PEMBERIAN INFORMASI

Dokter Pelaksana Tindakan Drg. Fitria Mailiza, Sp. PM

Pemberi Informasi Refo Bismanevi Elidia, Lianka Pamelia Kournikova

Penerima Informasi Mrs. H

JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI

Periodontitis kronis generalisata et causa


diabetes melitus tipe I
1 Diagnosis (WD dan DD)
DD : Periodontitis agresif

Etiologi : Penyakit sistemik (Diabetes Melitus


tipe 1)
2 Dasar Diagnosis

- Pemberian obat kumur


- KIE bahwa kondisi tersebut merupakan
penyakit yang tidak berbahaya dan tidak
mengarah pada keganasan, namun
3 Tindakan Kedokteran menyebabkan rasa tidak nyaman sehingga perlu
dilakukan pengobatan walaupun keadaan
tersebut dapat sembuh dengan sendirinya

- Pemberian obat kumur 2x sehari sebagai


antiseptik
4 Indikasi Tindakan
- KIE supaya tidak memperparah keadaan

- Pemberian obat kumur 2x sehari

5 Tata Cara - Pemberian KIE kepada pasien

Untuk menghilangkan rasa tidak nyaman pada


pasien
6 Tujuan

-Timbul saat pasien kurang memperhatikan


7 Risiko
kebersihan rongga mulutnya

8 Komplikasi --

9 Prognosis Ad bonam

- Makan makanan yang bernutrisi


10 Alternatif dan Risiko - Mengkonsumsi air putih yang cukup (>2liter
per hari)

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal di atas secara benar
dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima informasi sebagaimana di


atas yang saya beri tanda/paraf di kolom kanannya, dan telah memahaminya

21
22
SURAT RUJUKAN

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT - RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI - UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

Jl. Raya By Pass KM 14, Sei. Kuranji - Padang (25159), e-mail:


SURAT RUJUKAN
om.dept.fkg@unbr ah. ac.id
Padang, 12 Mei 2020

Yth. Dokter Sp. Pd


Di RSGM Baiturrahmah

Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut terhadap penderita:


Nama pasien : Mrs. H

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 50 Tahun

No Telf : 0823897764345

Anamnesis: Pasien sudah tiga tahun ini menderita suatu penyakit, yang
merupakan penyakit autoimun yang disebabkan karena lebih 90% sel-sel β pulau
Langerhans rusak sehingga terjadi insulinopenia. Saat ini kadar glukosa sewaktu
pasien 220.
Pemeriksaan intraoral didapatkan karang gigi pada rahang atas dan
rahang bawah pasien, serta gigi berlubang besar pada gigi belakang kiri atas, serta
periodontitis hampir seluruh regio, dengan mobility gigi antara 1 dan 2 pasein
ingin dilakukan perawatan.
Diagnosis sementara: Periodontitis et causa diabetes melitus tipe 1
Terapi yang sudah diberikan yaitu pemberian obat kumur dan drymouth gel
pada pasien.

Demikian surat rujukan ini kami kirim, kami memohon balasan atas surat
rujukan ini. Atas perhatian ibu kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami

drg. Fitria Mailiza, Sp.PM

23
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Periodontitis et causa Diabetes Melitus (DM)

Penyakit periodontal adalah suatu keadaan peradangan dan degenerasi dari

jaringan lunak dan tulang penyangga gigi dan bersifat kronis, kumulatif dan

progressive. Etiologi penyakit ini sangat komplek, yaitu faktor lokal dan faktor

sistemik. Umumnya penyebabnya adalah faktor lokal, namun akan menjadi lebih

parah dengan keadaan sistemik yang kurang menguntungkan antara lain Diabetes

Mellitus (Hartanti, 2013). Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit

sistemik yang dapat berperan sebagai faktor resiko bagi terjadinya periodontitis

dan akan memperparah kondisi kesehatan periodonsium (Daliemunthe, 2003)

Diabetes melitus tipe 1 yang timbul karena adanya kerusakan sel-sel beta

pada pangkreas. Pada penderita timbul defisiensi insulin secara absolute, yang

disebabkan adanya reaksi autoimune karena kerusakan sel beta Langerhans di

pancreas. Penderita biasanya mudah mengalami ketoacidosis dan terjadi fluktuasi

kadar gula darah plasma. Jika tidak dirawat akan timbul manifestasi dan gejala:

polyuria, polydipsia, dan polypagi, pruritis, kelemahan dan kelelahan (Debora, et

al., 2002).

Penyakit periodontal berat seringkali muncul bersamaan dengan Diabetes

Mellitus. Diabetes juga merupakan faktor penye bab penyakit periodontal yang

berat. Dapat juga terjadi sebaliknya adanya penyakit periodontal akan

memperparah kondisi diabetes. Penyakit periodontal mempengaruhi kerentanan

terhadap penyakit sistemik termasuk DM. Kebanyakan penelitian mempelajari

24
hubungan antara infeksi oral dan penyakit sistemik yang berkaitan dengan

penyakit periodontal sebagai infeksi oral yang paling umum (Hartanti, 2013).

Diabetes melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang

dikarakteristikkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah karena kelainan

sekresi insulin, kelainan kerja insulin ataupun kombinasi dari keduanya

(PERKENI, 2011). Pada kasus ini, pasien menderita diabetes melitus tipe 1 yang

disebabkan karena kerusakan sel beta Langerhans di pancreas.

Penyakit periodontal sebagai salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut

yang sering dialami masyarakat memiliki prevalensi cukup tinggi di Indonesia

yaitu 96,58% (Savira, dkk., 2017). Penyakit periodontal berhubungan dengan

penyakit diabetes mellitus dimana penyakit diabetes mellitus dengan kadar

glukosa yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko dalam memperburuk

penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis (Greenberg, et al., 2008).

Pada penderita DM terjadi perubahan vaskularisasi sehingga lebih mudah

terjadi periodontitis yang selanjutnya merupakan faktor etiologi resorpsi tulang

alveolar secara patologis. Resorpsi tulang secara fisiologis dapat terjadi pada

individu sehat, namun resorpsi yang terjadi pada diabetes melitus disebabkan

karena adanya gangguan vaskularisasi jaringan periodontal serta gangguan

metabolisme mineral (Boel, 2003).

25
BAB V

KESIMPULAN

DM merupakan kumpulan gejala (sindrom metabolik) yang terjadi karena

tubuh mengalami gangguan metabolisme dalam mengontrol gula darah. Menurut

American Diabetes Association (ADA), seseorang didiagnosa menderita DM

berdasarkan pada pemeriksaan gula darah, yaitu bila kadar gula darah puasa >126

mg/dL dan atau kadar gula darah sesaat >200 mg/dL. Pada kasus, kadar glukosa

sewaktu pasien adalah 220mg/dl yang sudah diatas jumlah glukosa normal. Pada

anamnesis juga pasien menyatakan sudah tiga tahun ini menderita suatu penyakit,

yang merupakan penyakit autoimun yang disebabkan karena lebih 90% sel-sel β

pulau Langerhans rusak sehingga terjadi insulinopenia (Javed F, 2013).

Pasien dengan penderita DM dapat menimbulkan komplikasi di rongga

mulut sehingga menimbulkan keluhan. Hal ini sesuai dengan kasus yang

menunjukkan bahwa pasien DM yang merasakan keluhan di rongga mulut antara

lain gigi goyah sehingga tidak nyaman saat mengunyah atau bau mulut. Keluhan

ini merupakan keluhan yang sering disampaikan pasien yang mengalami

periodontitis. Dari sekian banyak komplikasi DM di rongga mulut, periodontitis

merupakan komplikasi yang paling sering terjadi (Preshaw dkk, 2012).

Periodontitis adalah peradangan yang mengenai jaringan pendukung gigi,

disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat menyebabkan kerusakan yang

progresif pada ligamen periodontal, tulang alveolar dan disertai dengan

pembentukan poket. Periodontitis menyebabkan destruksi jaringan yang permanen

yang dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis, migrasi epitelium penyatu ke

apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang alveolar (Quamilla, 2016).
26
Penyebab utama penyakit periodontal adalah adanya mikroorganisme yang

berkolonisasi di dalam plak gigi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada bukti

yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.

Untuk melakukan perawatan pada pasien penderita diabetes mellitus, pasien

harus mengontrol gula darahnya. Jika kadar glukosa pasien sudah kembali normal

pasien bisa melakukan perawatan pada rongga mulutnya. Dimana kita melakukan

rujukan pada pasien untuk mengontrol gula darahnya terlebih dahulu.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aiuto FD, Gable D, Syed Z, Allen Y, Wanyonyi KL, White S, dkk. Evidence

Summary: The relationship between oral disease and diabetes. British Dent

J.2017; 222 (12): 944-8.

American Dental Association. Managing xerostomia and salivary gland

hypofunction. A report of the ADA council on Scientific Affairs. 2015: 1-21.

Andriani, I., Chairunnisa, FA. 2019. Periodontitis kronis dan penatalaksanaan

kasus dengan kuretase. Insisivus Dental Journal: Majalah Kedokteran

Gigi Insisivus. 2019; 8(1): 25-30.

Boel, T. 2003. Manifestasi rontgenografi diabetes melitus di rongga mulut.

JKGUI. 2003. Edisi Khusus: 12-15.

Carranza. Clinical Periodontology. 11th ed. Philadelphia: WB Saunders


Company. 2012

Daliemunthe, SH. 2003. Hubungan timbal balik antara periodontitis dengan

diabetes melitus. Dentika Dental Journal. 2003. 8(2): 120-125.

Debora, CM., DDS. The relationship between diabetes and periodontal disease.

Journal C Dent Assoc. 2002; 68(3): 161-164.

Ernawati, T. 2012. Periodontitis dan diabetes melitus. JKG UNEJ. 2012; 9(3):

152-154.

Greenberg, MS., Glick, M., Ship, JA. 2008. Burket’s oral medicine 11 th ed.

Hamilton: BC Decker Inc: 2008.

28
Hartanti. 2013. Efek kontrol glikemik terhadap penyakit periodontal penderita

diabetes melitus. IDJ. 2013; 2(2): 97-102.

Javed F, Ahmed A. Proinflammatory cytokines in the saliva, gingival crevicular

fluid and serum of diabetic patients with periodontal disease. J Res Pract

Dent. 2013.

Kinane, OF., Marshall, GJ. 2001. Periodontal manifestation of systemic disease.

Australian Dental Journal. 2001: 46(1): 2-12

Manson JD, Eley BM. Buku ajar periodonti. Jakarta: Hipokrates, 1993 : 44 - 9 ;

105 – 10

Nandya, Maduratna E, Augustina EF. Status Kesehatan Jaringan Periodontal pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dibandingkan dengan Pasien Non Diabetes

Mellitus Berdasarkan GPI. Departemen Periodonsia. Universitas Airlangga,

2011; 1-11

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsensus

Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta:

PB. PERKENI.

Putri NHK, Isfandiari MA. Hubungan empat pilar pengendalian DM tipe 2

dengan rerata kadar gula darah. Berkala Epidemiologi J, 2013; 1(2): 235.

Preshaw PM, Alba AL, Herrera D, Jepsen S, Konstantinidis A, Makrilakis K,

Taylor R. Periodontitis and diabetes: a two-way relationship. Diabetologia.

2012; 55(1): 21 –31. doi: 10.1007/s00125-011-2342-y.

29
Quamilla, N. 2016. Stres dan Kejadian Periodontitis. Journal of Syiah Kuala

Dentistry Society 1(2): 161 - 168.

Rikawarastuti, Anggreni E, Ngatemi. Diabetes Melitus dan Tingkat Keparahan

Jaringan Periodontal. J Kes Mas Nas,2015; 9(3): 277-281

Savira, NV., Hendiani, I., Komara, I. 2017. Kondisi periodontal penderita diabetes

melitus tipe 1. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad. 2017; 29(2): 151-158.

Seino Y dkk. Report of the Committee on the Classification and Diagnostic

Criteria of Diabetes Mellitus. Journal of Diabetes Investigation,

2010;1(5):212-28

Stanko P, Holla LI. Bidirectional association between diabetes mellitus and

inflammatory periodontal disease. Biomed Pap Med Fac Univ Palacky

Czech Repub, 2014; 158(1):35-8.

Walukow WG. Gambaran xerostomia pada penderita diabetes melitus tipe 2 di

poliklinik Endokrin RSUP.prof DR. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-

Gigi(eG), 2015; 3(1): 210-14.

Wulandari O, MartiniS. Perbedaan kejadian komplikasi penderita diabetes melitus

tipe 2 menurut gula darah acak. Berkala Epidemiologi J, 2013; 1(2):183

30

Anda mungkin juga menyukai