Anda di halaman 1dari 10

BAB 1 PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus telah dikenal manusia sejak zaman dahulu. Sejak awal abad

ke-19, komplikasi diabetes mellitus telah dikenal dan berkembang sampai sekarang.

Diabetes mellitus ditentukan oleh faktor genetik dan dipengaruhi oleh faktor

lingkungan. Menurut data World Health Organization (WHO), Indonesia menempati

urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus

terbanyak setelah India, China, Rusia, Jepang dan Brazil. Tercatat pada tahun 1995,

jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak

230.000 pasien diabetes per tahunnya sehingga pada tahun 2005 diperkirakan

mencapai 12 juta penderita.3 Sampai dengan tahun 2010, diperkirakan hampir 221

juta orang penduduk dunia menderita diabetes mellitus. Asia dan Afrika merupakan

wilayah yang diduga akan mengalami peningkatan tertinggi (Shamikh, 2012).

Diabetes Mellitus secara umum di klasifikasikan dalam dua bentuk, Tipe I

insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) dan Tipe II atau non-insulin dependent

diabetes mellitus (NIDDM), sedangkan American Diabetes Association

menitikberatkan klasifikasi diabetes mellitus pada etiologi dari diabetes mellitus.

Klasifikasi yang baru ini membagi diabetes mellitus atas empat kelompok yaitu

Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2 dan Diabetes Mellitus tipe lain atau

khusus serta diabetes gestasional. Diabetes Mellitus Tipe II dijumpai sebanyak 90-

95% pada penderita diabetes mellitus. Epidemiologi menunjukkan adanya

kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes mellitus tipe II di

berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar untuk tahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO
memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar

21,3 juta pada tahun 2030 (Jha R et al, 2014).

Manifestasi terhadap gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus

mempunyai bentuk yang bermacam-macam tergantung pada kebersihan mulut,

lamanya menderita diabetes dan beratnya diabetes tersebut. Manifestasi dalam rongga

mulut penderita, misalnya gingivitis dan periodontitis, disfungsi kelenjar saliva dan

xerostomia, infeksi kandidiasis, sindroma mulut terbakar serta terjadinya infeksi oral

akut.6,13 Suatu studi mengatakan 40-80% pasien diabetes mellitus mengalami

xerostomia dan beberapa laporan penelitian ilmiah mengatakan terdapat sindroma

mulut terbakar dan terjadinya karies pada penderita diabetes mellitus. Berdasarkan

survei yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa pada penderita diabetes mellitus,

paling banyak ditemui adanya gingivitis dan periodontitis (Shamikh, 2012).

Sebagaimana kita ketahui, diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang harus

diwaspadai oleh masyarakat umum, dokter gigi, dan dental hygienist. Tercatat pada

tahun 2005 diperkirakan pasien diabetes mellitus mencapai 12 juta penderita,

prevalensinya semakin tinggi bila umur dan populasinya telah mengalami proses

penuaan. Maka tenaga kesehatan memainkan peranan penting terhadap manajemen

pasien diabetes mellitus (Indurkar, 2016).

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara penyakit diabetes melitus dengan kerusakan gigi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

penyakit diabetes melitus dengan kerusakan gigi.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diketahuinya hubungan antara penyakit diabetes melitus dengan kerusakan gigi.

2. Manfaat Aplikatif

Diharapkan hasil penelitian menjadi bahan pertimbangan dalam upaya promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap kerusakan gigi terutama pada penderita

diabetes melitu.
Etiologi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit sistemik berupa gangguan metabolisme

yang ditandai dengan hiperglikemia, disebabkan kerusakan sekresi insulin, kegagalan

fungsi insulin, atau keduanya. Gejala hiperglikemia meliputi poliuria, polidipsia,

penurunan berat badan, polifagia, dan penglihatan kabur. Hiperglikemi kronis pada

Diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau

kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh

darah (Shamikh, 2012).

Secara umum, diabetes melitus dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan

masalah anatomi dan kimiawi sebagai akibat dari defisiensi insulin absolut atau relatif

dan gangguan fungsi insulin.2 Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel

beta yang berada di pankreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar glukosa dalam

darah dengan merubah karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi. Dalam

keadaan normal, kadar insulin yang cukup akan diterima oleh reseptor insulin yang

ada dalam permukaan sel otot, kemudian membuka jalan masuk ke dalam sel

sehingga glukosa kemudian dimetabolisme menjadi energi.

Pada penderita diabetes melitus yang mengalami jumlah insulin kurang atau

kualitas insulinnya tidak baik, maka insulin dan reseptornya tetap ada tetapi akibat

terjadi kelainan di dalam sel maka pintu masuk sel tertutup sehingga glukosa tidak

dapat masuk sel untuk dimetabolisme. Akibatnya glukosa tetap berada diluar sel

hingga kadar glukosa dalam darah meningkat.

Penyebab penyakit diabetes melitus tipe 1 adalah kekurangan sekresi insulin.

Individu yang mengalami peningkatan risiko diabetes tipe ini, sering diidentifikasi

oleh adanya bukti serologis dan proses patologis autoimun yang terjadi di pankreas

dan tanda-tanda genetik. Pada Diabetes melitus tipe 2 penyebabnya adalah kombinasi
yang berlawanan terhadap aksi insulin dan sekresi insulin dengan respons yang tidak

mencukupi. Pada tingkat hiperglikemia, cukup untuk menyebabkan perubahan

patologis dan fungsional di berbagai jaringan serta menyebabkan kerentanan terhadap

infeksi tertentu (Shamikh, 2012).

Sudah lama diketahui bahwa diabetes melitus merupakan penyakit turunan,

yang artinya apabila orang tuanya menderita diabetes melitus kemungkinan anaknya

akan menderita juga. Hal ini memang benar, tetapi faktor keturunan saja tidak cukup.

Ada beberapa faktor risiko terjadinya diabetes melitus yaitu adanya infeksi virus

(pada diabetes tipe 1), kegemukan, pola makan yang salah, minum obat-obatan yang

bisa menaikkan kadar glukosa darah, gaya hidup yang berlebihan, proses menua,

stres, dan lain-lain.

Gejala Klinis

Menurut Jha R et al, 2014, gejala klinis manifestasi oral pada Diabetes Melitus

dapat ditegakkan berdasarkan kriteria berikut:

1. Xerostomia (Mulut Kering)

Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur),

sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana alirannya

dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut.

Jadi bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman,

lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi, dan bisa menjadi ladang

subur bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang.

Berdasarkan literatur yang saya dapatkan bahwa pada penderita diabetes salah

satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak buang air kecil sehingga

cairan di dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah saliva berkurang
dan mulut terasa kering, sehingga disarankan pada penderita untuk mengkonsumsi

buah yang asam sehingga dapat merangsang kelenjar air liur untuk mengeluarkan air

liur.

2. Gingivitis dan Periodontitis

Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang).

Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya

pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh.

Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi,

Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan

hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih

berat.

Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat

periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor sistemik

atau kondisi tubuh secara umum.

Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi,

tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit

periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan

penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa.

Dari seluruh komplikasi Diabetes Melitus, Periodontitis merupakan

komplikasi nomor enam terbesar di antara berbagai macam penyakit dan Diabetes

Melitus adalah komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga mulut. Hampir

sekitar 80% pasien Diabetes Melitus gusinya bermasalah. Tanda-tanda periodontitis

antara lain pasien mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi menjadi mengkilat,

tekstur kulit jeruknya (stippling) hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada
kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah sehingga mudah

lepas.

3. Stomatitis Apthosa (Sariawan)

Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang, namun penyakit ini bisa

menyebabkan komplikasi parah jika dialami oleh penderita diabetes. Penderita

Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah yang kemudian

menimbulkan penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang

berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita diabetes.

4. Rasa mulut terbakar

Penderita diabetes biasanya mengeluh tentang terasa terbakar atau mati rasa

pada mulutnya. Biasanya, penderita diabetes juga dapat mengalami mati rasa pada

bagian wajah.

5. Oral thrush

Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi

infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi

penderita diabetes yang merokok, risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar.

Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan

oleh jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita

Diabetes Melites kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering

menggunakan antibiotik dapat mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut

yang mengakibatkan jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga

menyebabkant thrush. Dari hasil pengamatan saya selama berpraktik sebagai dokter

gigi yang ditandai dengan adanya lapisan putih kekuningan pada lidah, tonsil maupun

kerongkongan.
6. Dental Caries (Karies Gigi)

Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya

dan jumlah dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran

cairan darah mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik.

Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat, kuman dan

waktu. Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur

berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang melekat

adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada

permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman

didalam mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau caries

gigi.

Komplikasi Diabetes Melitus Pada Rongga Mulut

Komplikasi pada rongga mulut berhubungan dengan pengontrolan kadar glukosa

darah. Seseorang dengan DM terkontrol akan memiliki resiko lebih rendah untuk

terkena komplikasi.

Ginggivitis dan periodontitis

Merupakan komplikasi oral tersering dari DM. Dimulai dengan gingivitis, kemudian

dengan kontrol gula darah yang buruk, berkembang menjadi penyakit periodontal.

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa pasien diabetes tipe 1 yang kronis dengan

kontrol gula darah yang buruk menderita penyakit periodontal yang lebih buruk

dibandingkan dengan pasien yang gula darahnya terkontrol baik (Indurkar, 2016).


Karies gigi

Studi mengenai terjadinya karies gigi pada penderita DM sudah pernah

dilakukan, akan tetapi belum ada hubungan yang pasti antara DM dengan karies49.

Diduga peningkatan kejadian karies pada penderita DM terjadi akibat adanya

penurunan laju alir saliva serta tingginya konsentrasi glukosa dalam saliva yang

meningkatkan pH saliva (Indurkar, 2016).

Diagnosis

Menurut JV Bharateesh 2012, diagnosis DM dapat ditegakkan berdasarkan

kriteria berikut:

1. Terdapat gejala klasik diabetes seperti poliuri, polidipsi, dan penurunan

berat badan yang tidak diketahui sebabnya, disertai dengan kadar glukosa darah

sewaktu (GDS) ≥200 mg/dl (11,1 mmol/l). Glukosa darah sewaktu adalah

pemeriksaan gula darah yang tidak dilakukan dengan persiapan khusus (tanpa

mempertimbangkan waktu sejak makan terakhir).

2. Kadar glukosa darah puasa (GDP) ≥126 mg/dl (7,0 mmol/l). Puasa yang

dimaksud adalah tidak ada pemasukan kalori minimal 8 jam sebelum pemeriksaan.

3. Kadar glukosa darah 2 jam setelah pembebanan dengan glukosa 75 gram

(tes toleransi glukosa oral) ≥200 mg/dl (11,1 mmol/l).


DAFTAR PUSTAKA

Shamikh,  Oral Manifestations in diabetic patients, Original Article, Pakistan Oral & 
Dental Journal Vol 32, No. 3, December 2012

Jha R et al, Oral Manifestations, Journal of Research in Medical and Dental Science,
Vol. 2, Issue 3, July - September 2014

Indurkar, Oral Manifestations of Diabetes, Department of Periodontology,


Government Dental College & Hospital, Aurangabad, Maharashtra, India, Vol 34, No
1, 2016

JV Bharateesh, Diabetes and Oral Health: A Case-Control Study, International Journal


of Preventive Medicine, Vol 3, No 11, November 2012

Anda mungkin juga menyukai