Nama Pasien
: Samiati
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaaan
: IRT
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
: 22 Agustus 2015
Dosen Pembimbing
Formulasi Gigi
: 41 dan 42 (Periodontitis)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat dua tipe penyakit periodontal yang sering terjadi pada masyarakat
yaitu gingivitis dan periodontitis. Periodontitis merupakan inflamasi yang
melibatkan struktur periodontal pendukung yang terdiri atas ligament periodontal,
tulang alveolar dan sementum, yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke
arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang alveolar. Hal ini
dapat disebabkan faktor lokal ataupun sistemik seperti adanya penumpukan plak
dan kalkulus, defisiensi nutrisi, gangguan hormonal dan lain-lain (Budiantono
2012, Daliemaunthe S.A. 2008).
Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama
penyakit periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis, bila tidak
terawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan
periodontal berupa kerusakan fiber, ligamen periodontal dan tulang alveolar
(Adulgopar 2009).
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang
banyak terjadi pada masyarakat. Survei epidemiologis yang dilakukan oleh
National Instiute of Dental Research (NDIR) dari Amerika Serikat menunjukkan
bahwa periodontitis mengenai penduduk seluruh negara di dunia meskipun
dengan keparahan yang berbeda. Dari hasil survei NHES, prevalensi penyakit
periodontal adalah 25,4%. Sepuluh tahun kemudian hasil survei menunjukkan
peningkatan penyakit periodontitis menjadi 33,9%. Penyakit pada jaringan
periodontal yang diderita manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari
jumlah populasi dewasa (Daliemunthe S.A. 2008, Erry 2007)..
Di Indonesia, menurut hasil survai kesehatan gigi dan mulut di Jatim tahun
1995, penyakit periodontal terjadi pada 459 orang diantara 1000 penduduk. Di
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Periodontitis
Periodontitis adalah suatu inflamasi yang melibatkan struktur periodontal
pendukung yang terdiri atas ligament periodontal, tulang alveolar dan sementum,
dimana terjadi kehilangan struktur kolagen pada daerah yang menyangga gigi
sebagai respon dari akumulasi bakteri dari jaringan periodontal (Lumentut et al
2013, Taqwim 2011). Periodontitis dapat terjadi adanya peradangan berkelanjutan
akibat gingivitis yang tidak dirawat. Apabila proses berlanjut maka akan
menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket yang
menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga
gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dilakukan pencabutan
(Adulgopar 2009, Daliemunthe 2008).
2. Kalkulus
Kalkulus merupakan suatu massa yang mengandung plak bakteri
dan terkalsifikasi atau terjadi pengapuran yang melekat pada gigi.
Kalkulus merupakan faktor pendukung dari penyebab terjadinya gingivitis
yang akhirnya apabila tidak dilakukan perawatn akan berlanjut ke tahap
periodontitis.
3. Impaksi makanan
Impaksi makanan (food impaction) merupakan makanan yang
terdesak secara paksa dan akhirnya terperangkap ke periodonsium oleh
tekanan oklusal, dapat terjadi pada permukaan interproksimal ataupun
permukaan vestibular/oral. Terjadinya impaksi makanan dapat terjadi
karena keausan oklusal yang tidak sam rata, ekstruksi atau terbukany atitik
kontak sebagai hilangnya dukungan proksimal, restorasi yang tidak baik,
dan impaksi makan juga dapat disebabkan impaksi lateral dimana tekanan
lateral lidah, pipi dan bibir terhadap makanan. Hal ini merupakan keadaan
yang
dapat
menyebabkan
dan
memperparah
terjadinya
penyakit
periodontal.
4. Faktor Iatrogenik
Faktor iatrogenik merupakan iritasi yang ditimbulkan karena
pekerjaan dokter gigi yang tidak hati-hati dan tidak adekuat sewaktu
melakukan perawatan pada gigi dan jaringan sekitarnya sehingga
mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi. Seperti pada
restorasi, protesa dan teknik pencabutan gigi serta penskeleran dan
penyerutan akar yang salah sehingga akan menyebabkan inflamasi pada
gingiva dan kerusakan jaringan periodontal.
hormonal
seperti
penyakit
endokrin
dapat
6. Warna abnormal
d. Trauma oklusal (occlusal trauma)
1. Trauma oklusal primer
2. Trauma oklusal sekunder
2.4 Pengukuran Kondisi Jaringan Periodontal
Periodontitis terdapat
plak
dalam sulkus gingiva (plak subgingiva) dan memicu respon inflamasi kronis.
Sejalan dengan bertambah matangnya plak, plak menjadi lebih patogen dan
respon inflamasi pejamu berubah dari keadaan akut menjadi keadaan kronik.
Apabila kerusakan jaringan periodontal, akan ditandai dengan terdapatnya
poket. Semakin
dalamnya
terdapatnya
bakteri
subgingiva yang matang. Hal ini dikarenakan poket yang dalam terlindungi dari
pembersih mekanik (penyikatan gigi) juga terdapat aliran cairan sulkus gingiva
yang lebih konstan pada poket yang dalam dari pada poket yang diangkat (Arief
2007, Fancis dan Duncan).
10
11
II.
III.
hilang.
Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa
prosedur yang dilakukan pada fase ini:
1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
2. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor
plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas
gigi.
3. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal
dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali.
4. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas
kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus
5. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies
12
perawatan yang lebih parah. Secara umum tindakan pencegahan dibedakan atas 3
fase yaitu (Daliemunthe 2006):
a. Pencegahan primer (prepatogenesis), yaitu fase pencegahan
13
Gambar 5. Penempatan ujung bulu sikat pada metode Bass. A. Kedalam sulkus; B. Di
daerah interproksimal.
3. Dalam keadaan ujung bulu sikat tetap berada di dalam sulkus dan
embrasur interproksimal, sikat gigi digerakkan mau-mundur pendekpendek. Gerak maju mundur ini dilakukan sebanyak 20 kali pada setiap
posisi. Harus diperhatikan bahwa selama sikat gigi digerakkan, ujung bulu
sikat tidak pernah keluar dari daerah sulkus atau embrasur interproksimal.
Gambar 6. Arah gerakan sikat gigi. A. Pada permukaan vestibular; B. Pada permukaan
oral.
14
Gambar 8. Penyikatan permukaan oral regio anterior dengan metode Bass apabila
lengkung giginya cukup lebar.
15
Gambar 9. Penyikatan pada permukaan oral regio anterior dengan metode Bass pada
lengkung gigi yang sempit. A. Rahang atas; B. Rahang bawah.
16
2. Metode Stilman
Penyikatan dengan metode stilman dianjurkan untuk pembersihan pada
daerah dengan resesi gingiva yang parah disertai dengan tersingkapnya
akar gigi, guna menghindari destruksi yang lebih parah pada jaringan
akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi
dengan kekerasanbulu sikat sedang sampai keras.
Penyikatan gigi pada permukaan vestibular dan oral
Penyikatan dilakukan dengan menempatkan bulu sikat sebagian berada
pada bagian servikal gigi dan sebagian pada gingiva didekatnya, dengan
ujung bulu sikat mengarah ke apical membentuk sudut miring dengan
poros panjang gigi. Bulu sikat ditekankan ke arah gingiva sehingga
gingiva terlihat pucat. Sikat gigi kemudian digerakkan maju-mundur
pendek-pendek sebanyak 20 kali pada setiap posisi, sambil bergerak ke
arah koronal sepanjang gingival cekat, gingival bebas dan permukaan gigi.
17
3. Metode Charter
Metode Charter dianjurkan untuk 1. mendapatkan efek masase gingiva.
Sikat gigi yang digunakan adalah sikat gigi dengan bulu sikat sedang
sampai keras, dengan 2-3 baris rumpun bulu sikat. 2. Penyikatan
sementara bagi daerah penyembuhan luka pasca perawatan bedah
periodontal.
Penyikatan pada permukaan vestibular dan oral
Cara penempatan bulu sikat adalah dengan bulu sikat mengarah ke apikal
membentuk sudut 45 derajat terhadap poros panjang gigi. Sikat gigi
digerakkan dengan gerak sirkuler (memutar) sebanyak 20 kali pada setiap
posisi.
18
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Laporan Kasus
A. Identifikasi Masalah
No. RM
Nama Pasien
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
:
:
:
:
:
:
:
03 45 96
Samiati
65 tahun
Perempuan
IRT
Jl. Gajah I Air Tawar Barat
22 Agustus 2015
B. Pemeriksaan Subjektif
1.
Keluhan Utama :
Universitas
Baiturrahmah
Padang
ingin
2.
terasa goyang.
Riwayat Medis Gigi dan Mulut : Pasien belum pernah
4.
5.
C. Pemeriksaan Objektif
1. General Jasmani : Dalam batas normal
2. Lokal :
20
a. Ekstra Oral
1) Wajah : Lonjong
2) Bibir
: Simetris
3) TMJ
: Normal
: Normal
2) Lidah
: Normal
3) Palatum
: Normal
4)
5)
Gingiva :
a. Warna
Merah
Merah Kebiruan
Pucat
: Vestibular
Oral
: Vestibular
Oral
: Vestibular
Oral
b. Konsistensi
Oedema
21
(a) (b)
Gambar 12. Periodontitis pada kasus bagian (a) vestibular dan (b) oral
6) Gigi
FORMULA GIGI
18 17 16 15 14 13 12 11
21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41
31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
14
17
16, 15
13
23, 24, 25, 26
27
38, 37
41,42
42
43
RA/RB
: Nekrosis pulpa
: Karies superfasialis
: Radik
: Karies media
: Radik
: Karies media
: Radik
: Periodontitis (mobility I)
: Nekrosis pulpa
: Karies media
: C/S : 3/3
Skor
0,0 1,2
Sedang
1,3 3,0
Buruk
3,1 6,0
22
3.Neirbeken
4. Handuk bersih berukuran kecil
5. Rekam medik
6. ATK (Alat Tulis Kantor)
7.Scaller manual (chisel, sickle, hue)
8.Kuret Grecy
Bahan: 1. Masker
2. Handscoone
3. Providone iodine
4. Disclossing solution
5. Iodine tincture
6. Pasta + Fletcher
23
7. Alkohol 70%
8. Kapas
I.
Rencana Perawatan
Rencana perawatan dilakukan sesudah menegakkan diagnosis penyakit dan
Setting I
a. Melakukan pengukuran kedalaman saku, level attachment (jarak dari
cemento enamel junction (CEJ) ke dasar saku), attached gingiva (jarak
dari setentang dasar saku sampai mukogingiva junction (MGJ), resesi
gingiva (jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke crest gingiva margin
(CGM)), kreatinized gingiva (jarak dari crest gingiva margin ke
mukogingiva junction).
b. Melakukan pengukuran papilary bleeding index dan oral hygiene index
sebelum dan sesudah perawatan.
c. Kontrol Plak sebelum dan sesudah perawatan.
d. Scalling, root planning dan kuretase supragingiva dan subgingiva pada
rahang atas.
e. Instruksikan cara penyikatan gigi yang benar dengan menggunakan
metode stillman, serta menginstruksikan cara pemakaian dental floss sekali
sehari yang bertujuan untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang
tersangkut di antara celah gigi.
f. Instruksi untuk mengkonsumsi makan-makanan yang berserat seperti buah
dan sayur.
24
g. Instruksikan kepada pasien agar tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut
dirumah.
h. Pemberian obat kumur chlorhexidine serta vitamin C.
i. 1 minggu kemudian pasien disuruh datang kembali.
2. Setting II
a. Melakukan pengukuran kedalaman saku, level attachment (jarak dari
cemento enamel junction (CEJ) ke dasar saku), attached gingiva (jarak
dari setentang dasar saku sampai mukogingiva junction (MGJ), resesi
gingiva (jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke crest gingiva margin
(CGM)), kreatinized gingiva (jarak dari crest gingiva margin ke
mukogingiva junction).
b. Melakukan pengukuran papilary bleeding index dan oral hygiene index
sebelum dan sesudah perawatan.
c. Kontrol Plak sebelum dan sesudah perawatan.
d. Scalling, root planning dan kuretase supragingiva dan subgingiva pada
rahang bawah.
e. Instruksikan cara penyikatan gigi yang benar dengan memakai metode
stillman, serta menginstruksikan cara pemakaian dental floss sekali sehari
yang bertujuan untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut
di antara celah gigi.
f. Instruksi untuk mengkonsusmsi makan-makanan yang berserat seperti
buah dan sayur.
g. Instruksikan kepada pasien agar tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut
dirumah.
h. Pemberian obat kumur chlorhexidine serta vitamin C (jika dibutuhkan).
i. 1 kemudian minggu pasien disuruh datang kembali.
3. Setting III
a. Melakukan pengukuran kedalaman saku, level attachment (jarak dari
cemento enamel junction (CEJ) ke dasar saku), attached gingiva (jarak
dari setentang dasar saku sampai mukogingiva junction (MGJ), resesi
gingiva (jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke crest gingiva margin
25
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif pada kasus di atas
diketahui diagnosa penyakit adalah periodontitis kronis lokalisata, karena
kerusakan tulang terjadi pada regio 41 dan 42 dan pasien berusia 65 tahun, pasien
juga mengeluhkan adanya perdarahan pada gusi saat pasien menyikat gigi dan gigi
depan bawah terasa goyang. Selain itu, pada hasil pemeriksaan gingiva terdapat
warna gingiva yang merah pada bagian vestibular dan oral regio 32, 31, 41, 42,
43, dan 44. Selain itu konsistensi gingiva oedem pada bagian vestibular dan oral
pada regio 32, 31, 41, 42, 43, dan 44, serta terdapat resesi gingiva pada vestibular
di regio 32, 31, 41 dan 42. Setelah dilakukan pemeriksaan OH pasien termasuk
kategori sedang yaitu sebanyak 1,5. Pemeriksaan rontgen foto diketahui terjadi
kerusakan tulang horizontal pada regio 41 dan 42. Salah satu penyebab ini adalah
penumpukan plak dan kalkulus dimana pasien menyikat gigi pada waktu dan cara
yang tidak tepat. Dari hasil pemeriksaan dan diagnosa diketahui prognosis adalah
baik.
Rencana perawatan yang akan dilakukan berupa perbaikan OH dengan
penskeleran dan pemberian obat kumur dengan 3 kali kunjungan dan jarak 1
minggu tiap kunjungan.
4.2 Saran
1. Diharapkan adanya laporan-laporan kasus yang lebih mendalam mengenai
periodontitis sebagai data di bagian periodonsia RSGMP Baiturrahamah.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
29