Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT SESSION

KURETASE

OLEH :
Gia Utami
0810342049

DOSEN PEMBIMBING :
drg. Kosno Suprianto, MDSc Sp. Perio

DEPARTEMEN PERIODONSIA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang menyerang gingiva dan jaringan

pendukung gigi lainnya, jika tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan

kehilangan gigi. Akumulasi bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama

penyakit periodontal (Lumentut dkk., 2013). Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang

bila tidak terawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan

pendukung periodontal berupa kerusakan fiber ligamen periodontal dan tulang alveolar

(Negrato dan Tarzia, 2010). Perawatan periodontal dalam bidang kedokteran gigi dibedakan

menjadi beberapa fase. Fase I yaitu fase non-bedah, bertujuan untuk mengeliminasi faktor

penyebab penyakit gingiva dan jaringan periodontal. Perawatan selanjutnya yaitu fase

maintenance (fase IV). Dalam terapi ini dilakukan pengecekan ulang kedalaman poket dan

kondisi inflamasi gingiva serta masih ada tidaknya plak dan kalkulus. Setelah itu, diputuskan

apakah akan dilakukan tindakan pembedahan periodontal (fase bedah atau fase II) atau akan

dilakukan tindakan restoratif (fase restoratif atau fase III) (Newman, 2012).

Salah satu gambaran klinik penyakit periodontal adalah terbentuknya pocket

periodontal yaitu bertambah dalamnya sulcus gingiva terjadi akibat pergerakan tepi gingiva

kearah koronal atau pergerakan attachment gingiva ke apikal atau kombinasi kedua proses

tersebut. Tanda-tanda klinik yang menunjukkan adanya pocket periodontal meliputi tepi

gingiva berwarna merah kebiruan, marginal gingiva menebal, perdarahan, supurasi gingiva dan

gigi goyang, pembentukan diastema dan gejala-gejala lain seperti nyeri yang terlokalisir atau

nyeri yang dalam pada tulang (Bulkacz, 2002). Kuretase merupakan prosedur bedah

periodontal yang terbatas pada jaringan gingiva saja tanpa melibatkan jaringan di bawahnya.

Kuretase dicapai dengan menghilangkan jaringan granulasi terinflamasi kronis pada dinding
lateral dari poket periodontal. Prosedur ini diindikasikan untuk poket intraboni dangkal sampai

sedang pada area yang masih dapat terakses secara bedah tertutup (closed surgery). (Newman,

2012).

Jaringan granulasi yang terinflamasi dibatasi oleh epithelium dan deep strand

epithelium yang penetrasi ke dalam jaringan. Epithelium ini dibentuk sebagai pelindung

perlekatan serat baru pada area tersebut. Ketika sumber utama bakteri dapat dihilangkan dan

poket patologis dapat diselesaikan, dengan tidak dibutuhkan mengeliminasi jaringan granulasi

dengan kuretase. Jaringan granulasi diserap dengan lambat; bakteri muncul dengan tidak

adanya penambahan plak poket karena telah dirusak oleh pertahanan tubuh host, karena itu

kebutuhan akan kuretase untuk mengeliminasi jaringan granulasi perlu diketahui. Telah

ditunjukkan bahwa scaling dan root planning dengan kuretase dapat meningkatkan

perkembangan perbaikan kondisi jaringan periodontal dibandingkan dengan scaling dan root

planning sendiri (Carranza’s,2006).

Perikoronitis merupakan istilah yang berkaitan dengan inflamasi pada gingiva yang

disebabkan karena mahkota pada gigi yang erupsi sebagian. Perikoronitis sering terjadi pada

gigi molar tiga. Perikoronitis bisa akut, subakut, atau kronis (Carranza’s, 2006).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jaringan Periodontal

Manson dan Eley (1993) mengatakan bahwa jaringan periodontal adalah jaringan yang

mengelilingi gigi sebagai pendukung gigi dan untuk melindungi jaringan dibawahnya. Jaringan

periodontal terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Gingiva

adalah bagian dari jaringan periodontal yang menutupi tulang alveolar rahang atas dan rahang

bawah. Gingiva sehat mempunyai ciri berwarna coral pink, tekstur stippling, berbentuk tajam

seperti kerah baju dan konsistensi kenyal (Newman dkk., 2012). Pada area gingiva bebas

terdapat sulkus gingiva yaitu celah dangkal yang mengelilingi gigi dan dibatasi oleh dinding

sebelah dalam dari gingiva bebas, permukaan gigi dan bagian koronal dari epitel cekat. Sulkus

gingiva merupakan kondisi normal, tetapi bila diperdalam oleh migrasi apikal dari epitelium

junctional dan ditambah kerusakan ligamen periodontal serta tulang alveolar, maka

terbentuklah poket periodontal (Newman dkk., 2012).

Sedangkan, ligamen merupakan ikatan yang menghubungkan dua buah tulang. Akar

gigi berhubungan dengan soketnya pada tulang alveolar melalui struktur jaringan ikat yang

dapat dianggap sebagai ligamen. Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke

tulang rahang tetapi juga menopang gigi pada soketnya dan menyerap beban yang mengenai

gigi (Manson dan Eley, 1993).


2.2. Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan suatu keadaan patologis yang melibatkan jaringan

pendukung gigi (Carranza dan Newman, 1996). Penyebab penyakit periodontal menurut faktor

penyebabnya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Faktor lokal, merupakan faktor yang berasal dari lingkungan rongga mulut, dibagi

lagi menjadi dua, yaitu :

a. Faktor Iritasi

Faktor inisial : bakteri plak bila berkumpul dalam sub gingiva menyebabkan

inflamasi gingiva.

Faktor predisposisi : misalnya restorasi gigi yang tidak sesuai, kesalahan alat

rehabilitasi atau prostodonsi gigi, dan kesalahan pada perawatan ortodonsi.

b. Faktor Fungsional : misalnya bruxism, clenching dan tapping dimana gerakan

oklusal akan merusak ligamen periodontal dan tulang alveolar.

2. Faktor sistemik

Faktor sistemik adalah suatu kondisi tubuh yang dapat mempengaruhi jaringan periodontal.

Faktor sistemik sebagai penyebab penyakit didahului oleh adanya faktor lokal. Faktor sistemik

menyebabkan rendahnya resistensi jaringan periodontal, sehingga mudah terpengaruh efek dari

faktor lokal. Resistensi yang rendah berakibat pada munculnya gangguan atau kerusakan fungsi

dan struktur dari komponen jaringan periodontal.


2.3 Periodontitis
Penyakit periodontitis diklasifikasikan menjadi 3 tipe berdasarkan pada karakteristik
klinis, radiograpi, perjalanan penyakit, dan pemeriksaan laboratorium1
2.3.1 Periodontitis kronis
Karakteristik yang menunjukkan pasien dengan penyakit periodontitis kronis adalah:
a. Sering terjadi pada orang dewasa tapi bisa juga terjadi pada anak-anak.
b. Jumlah kerusakan tulang berhubungan dengan faktor lokal.
c. Sering ditemukan kalkulus subgingival.
d. Laju perkembangan rendah sampai sedang
e. Periodontitis kronis bisa terkait dengan hal berikut:
 Penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan (HIV).
 Faktor lokal yang menjadi predisposisi periodontitis.
 Faktor lingkungan seperti merokok dan stress emosional
f. Terbagi menjadi
a) Localized: <30% jaringan periodontal yang terlibat
b) Generalized: >30% jaringan periodontal yang terlibat
c) Ringan: 1-2 mm clinical attachment loss
d) Sedang: 3-4 mm clinical attachment loss
e) Berat: >5 mm clinical attachment loss

2.3.2 Periodontitis Agresif


a. pasien sehat secara klinis.
b. Kehilangan dan kerusakan tulang yang cepat.
c. Jumlah deposit mikroba tidak sesuai dengan tingkat keparahan penyakit.
d. Terbagi menjadi :
a) Localized: proximal attachment loss pada setidaknya 2 gigi, salah satu gigi
adalah gigi molar pertama.
b) Generalized: proximal attachment loss pada setidaknya 3 gigi selain gigi molar
pertama dan insisivus.

2.3.3. Periodontitis sebagai manifestasi dari penyakit sistemik


a. Gangguan Hematologik : Acquired neutropenia dan Leukemia
b. Gangguan Genetik : Familial and cyclic neutropenia, Down syndrome, Leukocyte
adhesion deficiency syndromes, Papillon-Lefèvre syndrome, Chédiak-Higashi
syndrome, Histiocytosis syndromes, Glycogen storage disease, Infantile genetic
agranulocytosis, Cohen syndrome, Ehlers-Danlos syndrome (types IV and VIII
autosomal dominant [AD]), Hypophosphatasia
c. Tidak ditentukan1

2.4. Kuretase
Kuretase dapat dibedakan menjadi dibedakan menjadi dua macam, yaitu gingival

kuretase dan subgingival kuretase. Gingival kuretase bertujuan menghilangkan inflamasi pada

jaringan lunak lateral dinding poket, sedangkan subgingival kuretase merupakan prosedur yang

dilakukan pada apikal sampai ke epithelial attachment, yang berarti menghilangkan perlekatan

jaringan ikat ke puncak alveolar crest (Carranza, 2006). Tujuan kuretase adalah menurunkan

kedalaman poket dengan meningkatkan gingival shrinkage, jaringan ikat baru, atau keduanya

kuretase menghilangkan jaringan granulasi yang terinflamasi kronis yang terbentuk di dinding

lateral poket periodontal. Jaringan ini, terdiri dari komponen jaringan granulasi (proliferasi

fibroblast dan angioblastik), Area inflamasi kronis dan kalkulus serta beberapa koloni bakteri.

Perlu diketahui kadangkala kuretase dapat dilakukan tanpa disadari ketika melakukan scaling

dan root planning, ini dinamakan inadvertent curettage (Carranza, 2006).

Gambar 1. Prosedur kuretase gingiva (Bathla, 2011)


Indikasi kuretase:

1. Poket kedalaman dangkal dengan jaringan gingiva yang ketebalannya adekuat.

2. Poket supraboni yang tidak meluas ke mucogingival junction.

3. Dapat dilakukan untuk membuat perlekatan baru pada poket periodontal tipe

infraboni dengan kedalaman sedang pada area yang mudah diakses.

4. Dapat dilakukan sebagai prosedur non-definitif untuk mengurangi inflamasi yang

jika penghilangan poket dilakukan dengan metode lain atau teknik bedah yang lebih agresif

dikontraindikasikan pada pasien dengan kondisi tertentu seperti usia, kondisi sistemik, ataupun

masalah psikologis.

5. Dapat dilakukan pada kunjungan recall sebagai metode perawatan maintenance pada

area yang mengalami inflamasi atau kedalaman poket rekuren, terutama jika bedah untuk

mengurangi poket sebelumnya sudah dilakukan. (Bathla, 2011; Newman dkk., 2012)

Kontraindikasi kuretase:

1. Adanya infeksi akut seperti necrotizing ulcerative gingivitis (NUG)

2. Pembesaran fibrous pada gingiva seperti hiperplasia karena phenytoin

3. Perluasan dasar poket ke apikal mucogingival junction

4. Pasien dengan kondisi sistemik tertentu, manfaat dibandingkan resiko dari prosedur

bedah dipertimbangkan secara hati-hati sebelum prosedur dilakukan kepada pasien.


BAB 3
LAPORAN KASUS
A. Data Pasien
Nama Pasien : Rosnelli
No RM : 7223
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Alai

B. Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Subjektif
1. CC
Pasien datang dengan keluhan kurang nyaman dengan gigi terasa kesat sehingga ingin
membersihkan karang gigi
2. PI
Pasien belum pernah membersihkan karang gigi sebelumya dan merasakan kesat pada
gigi sejak 10 tahun yang lalu dan merasakan bau mulut, kadang-kadang gusi berdarah
ketika menyikat gigi. Dan merasa ada beberapa gigi yang goyang
3. PDH
Pasien pernah kedokter gigi untuk melakukan pencabutan beberapa gigi . Pasien
menyikat gigi dua kali sehari, pagi dan sore hari, Pasien mengunyah dua sisi
4. FH
Ayah : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
5. SH
Pasien merupakan seorang PNS. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum-
minuman beralkohol maupun menggunakan obat-obatan terlarang.
6. PMH
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan saat ini dalam kondisi sehat
Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
- Profil : cembung
- Muka : oval, simetris
- Mata : Normal, isokhor, Sklera non ikterik, Konjungtiva non anemis
- Leher : Normal
- Kelenjar Limfe
kiri : tidak teraba, tidak sakit
kanan : tidak teraba, tidak sakit
- Bibir : normal, kompeten
- TMJ : normal

2. Pemeriksaan Intra Oral

 Gingiva
 Bentuk : membulat
 Warna : putih kekuningan
 Konsistensi : kenyal, lunak
 Stippling :-
 Pitting test :+
 Permukaan :licin
 Resesi : 11,12,,21,22,24
 Interdental papil : tumpul
 Stilman’s cleft :-
 MC Call’s Festoon : -
 Frenulum : sedang
 Perkusi :-
 Mobility :-
 Oklusi
 Kontak Prematur:-
 Atrisi :-
 Abrasi :-

Odontogram
Bentuk resorbsi tulang : vertikal
Evaluasi oral hygiene
RKP : 59%
Kalkulus : Supragingiva dan subgingiva, sedang, terlokalisasi pada daerah bukal
posterior atas dan lingual rb
C. Diagnosa
Berdasarkan pemeriksaan intra oral terdapat kalkulus supragingiva dan subgingiva,
OHI sedang. Berdasarkan rontgen foto ditemukan adanya resorpsi tulang secara vertikal
dapat ditegakkan diagnosa yaitu periodontitis kronis lokalisata.
Etiologi : plak dan kalkulus
Sikap pasien : kooperatif
D. Prognosa : good prognosis dengan kehilangan tulang vertikal dan tidak ada keterlibatan
furkasi, dengan pasien yang kooperatif. Pasien tidak ada penyakit sistemik, tidak merokok
dan tidak mengkonsumsi alkohol.

E. Rencana perawatan
1. Fase Initial : DHE, Scalling dan root planning
2. Fase Korektif : Kuretase 14, 15
o Evaluasi respon terhadap terapi fase II dengan pemeriksaan periodontal
3. Fase Restoratif: Pembuatan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang
4. Fase Pemeliharaan: Evaluasi kesehatan periodontal setiap minimal 6 bulan sekali,
dengan cek RKP, probing depth, ada tidaknya inflamasi gingival.
F. Perawatan yang telah dilakukan
- 04-07-2016 Scaling dan Root planing
- 11-07-2016 Kontrol 1 minggu : RKP, DHE
- 15-08-2016 Kontrol 1 bulan : RKP, Probing Depth, DHE
G. Pemeriksaan Intraoral 6 Minggu Pasca SRP
Rekam Kontrol Plak
Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III
Tanggal : 04-07-2016 Tanggal : 11-07-2016 Tanggal : 15-08-2016
Persentase : 59% Persentase : 20% Persentase : 10,8 %

Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Fasial MIS MIS MIS 445 434 MIS 544 533 334 434 553 778 MIS MIS MIS MIS
Palatal MIS MIS MIS 344 333 MIS 765 333 423 333 223 333 MIS MIS MIS MIS
Mob - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - - + - - - - - - - + - - + + -
Resesi - - - - - - - - - - - - - - - -

Gigi 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Fasial MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS
Lingual MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS MIS 111 222
Mob - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - - - - - - - - - - - - - - - -
Resesi - - - - - - - - - - - - - - - -

H. Perawatan lanjutan :
1. DHE
2. Kuretase pada gigi 14 dan 15
TAHAPAN PEKERJAAN KURETASE
7 Agustus 2016

Dosen Pembimbing: drg. Hilda Lestari


Operator: Gia Utami
Asisten Operator : Rivo Alde Putra dan Addientya Maykeza

Alat dan bahan


- Diagnostic set
- Povidon iodine
- Cotton pelet
- Kassa
- Spuit 3 cc dan 1 cc
- Anastesi lokal
- Kuret gracey no # Kuret gracey No
1-2, 3-4 untuk gigi anterior,
- Larutan saline/ aquades
Prosedur kuretase
1. Desinfeksi area kerja pada posterior RA (regio 14 dan 15) dengan kapas yang sudah dibasahi
dengan povidon iodine.
2. Anestesi gigi yang akan dikuret untuk mengontrol pendarahan dan rasa sakit:
o Gigi 14 dan 15: menganastesi N.labialis pada lipatan mukobukal gigi dan
menganastesi N. Lingualis pada area lingual gigi 14 dan 15
3. Lakukan lagi scalling dan root planing pada gigi 14 dan 15 untuk memastikan tidak ada
partikel kalkulus yang tertinggal, menghilangkan jaringan sementum nekrotik dan
penghalusan akar.
4. Kuret dipegang secara pen grasp. Lakukan kuretase dengan menggunakan Kuret gracey No
1-2, 3-4 untuk gigi anterior, dengan meletakkan kuret yang tajam di letakkan didalam poket
gigi 14 dan 15dengan bagian pemotong yang mengarah ke jaringan.
5. Jalankan instrumen dengan gerakan vertikal. Berikan tekanan dengan menggunakan jari
untuk support jaringan gingiva sehingga meningkatkan keefektifan pemotongan jaringan
dengan kuret. Angkat seluruh jaringan yang mengalami inflamasi serta deposit lunak dan
keras
6. Ketika lapisal epitel dibuang, jaringan konektif dalam dinding poket dan diatas alveolar
crest juga terbuang. Kuret dilakukan sampai terlihat darah segar dan encer.
7. Irigasi area yang sudah dikuretase dan semua sisa jaringan dengan larutan saline dengan
ujung syringe yang dimasukkan kedalam dinding poket.
8. Beri tekanan jari untuk memastikan jaringan beradaptasi dengan baik, serta terjadi
pembekuan darah. Berikan instruksi pasca bedah yaitu jaga OH, jangan makan/minum
selama 1 jam, gigi yang dikuret tidak digunakan untuk mengunyah dahulu selama 24 jam
dan hindari makanan pedas. Pemberian resep medikasi berupa antibiotik metronidazole dan
analgetik paracetamol serta pemberian obat kumur chlorheksidine :
R/ Tab Paracetamol 500 mg No. X
sprn tab I max tdd pc
R/ Garg Chlorhexidine Gluconate 0,2 % 150 ml fls No I
sbdd cup 1 15 ml garg
Kunjungan 1 minggu post kuretase ( 22 Oktober 2016)
1. Tanyakan keluhan pasien (-) dan konsumsi obat yang diberikan (+)
2. Pemeriksaan EO : TAK
3. Pemeriksaan IO:
a. Irigasi bekas luka dengan antiseptik
b. Cek bekas luka
c. DHE
Kunjungan 1 bulan post kuretase ( 13 November 2016)
1. Tanyakan keluhan pasien (-)
2. Pemeriksaan EO : TAK
3. Pemeriksaan IO:
a. Pembersihan dental deposit
b. Irigasi bekas luka dengan menggunakan antiseptic/ aquades steril
c. Pemeriksaan mukosa dan jaringan gingiva :
- Warna : Merah muda
- Konsistensi : Lunak
- Permukaan : Licin
- Oedema : (-)
- Hiperemi : (-)
- Interdental papilla : Interdental papilla gigi 14 dan 15 normal
4. Probing depth
BAB 4

PEMBAHASAN

Pasien seorang wanita berusia 61 tahun yang datang ke RSGM FKG


Universitas Andalas dengan keluhan kurang nyaman dengan gigi terasa kesat sehingga ingin
membersihkan karang gigi. Pasien belum pernah membersihkan karang gigi sebelumya dan
merasakan kesat pada gigi sejak 10 tahun yang lalu dan merasakan bau mulut, kadang-kadang
gusi berdarah ketika menyikat gigi dan beberapa gigi mengalami kegoyangan . Pasien pernah
kedokter gigi sebelumnya untuk melakukan pencabutan dan ada akar gigi tinggal karena
pencabutan. Pasien menyikat gigi dua kali sehari, pagi dan malam hari, Pasien mengunyah dua
sisi. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Dari anamnesis dan pemeriksaan objektif terhadap pasien, dapat diketahui bahwa
pasien memiliki bleeding on probing positif 14, 15 11, 12 22 dan 24, meskipun sudah
dilakukan initial therapy dengan scaling dan root planning dan ada beberapa gigi yang
mengalami mobility grade 1 . Masih adanya bleeding on probing , mobilty dan tidak
membaiknya kedalaman poket dari kunjungan pertama saat pasien dirawat scaling dan root
planing ke kunjungan selanjutnya saat kontrol menunjukkan tanda inflamasi dan attachment
loss yang menjadi ciri khas periodontitis. Dan dari pemeriksaan radiografi didapatkan resorbsi
tulang vertikal
Poket periodontal pada pasien diduga terkait kalkulus subgingiva sehingga
menimbulkan respon inflamasi. Pada kasus ini, dilakukan tindakan kuretase karena poket
periodontal yang terjadi ditimbulkan oleh deposit kalkulus subgingiva yang masih tertinggal.
Scaler tip kurang dapat menjangkau kalkulus subgingiva saat dilakukan scaling 1 bulan
sebelumnya. Perawatan ideal yang dilakukan untuk mengkoreksi keadaan tersebut adalah
kuretase supaya diharapkan terjadi perlekatan kembali antara jaringan lunak dengan
permukaan gigi.
Segera setelah dilakukan kuretase, bekuan darah mengisi area poket lining epithelial.
Hemorrhargi terjadi pada jaringan dengan dilatasi kapiler dan leukosit polimorfonuklear
tampak pada area perlukaan. Kemudian diikuti dengan proliferasi jaringan granulasi yang cepat
dengan penurunan jumlah pembuluh darah sebagai tanda kematanagn jaringan 1
Satu minggu setelah kuretase pasien datang untuk kontrol. Pasien tidak memiliki
keluhan. Dari pemeriksaan klinis, gingiva dalam proses penyembuhan, ditandai dengan gingiva
yang berkurang hemorrhagi dan kemerahannya serta keadaan margin gingiva yang menutup,
yaitu pada gigi 14 dan 15. perlekatan gingiva sudah baik dan tidak terdapat hiperemi. Proses
penyembuhan meliputi pembentukan bekuan darah, pembentukan jaringan granulasi,
epitelisasi, pembentukan kolagen, regenerasi dan maturasi. jaringan sulkus gingiva mengalami
perlekatan kembali dalam waktu 2-3 minggu pasca kuretase.
Satu bulan setelah kuretase pasien datang lagi untuk kontrol. Pasien tidak memiliki
keluhan. Dari pemeriksaan klinik menunjukkan warna gingiva merah muda dan keadaan
margin gingiva yang menutup. Terjadi penurunan kedalaman poket periodontal dibandingkan
dengan sebelum dilakukan tindakan kuretase, Kuretase dapat mereduksi kedalaman poket
dengan membentuk perlekatan baru pada jaringan dan penyusutan jaringan. Penelitian lain
menyebutkan bahwa kuretase dapat membuat jaringan melekat kembali. Kuretase dapat
membuat perlekatan jaringan dengan mereduksi kehilangan perlekatan periodontal 1.
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tindakan kuretase dilakukan untuk menghilangkan jaringan granulasi pada gigi dan
dinding poket periodontal sebelah dalam agar terjadi perlekatan kembali antara jaringan
lunak dengan permukaan gigi dan ukuran poket berkurang.
2. Dan terjadi kegagalan pada perawatan kuretase karen pasieen tidak mengikuti instrusi
yang di antjurkan oleh operator.
3. Setelah serangkaian perawatan, pasien merasa puas dengan hasil yang diperoleh,
sebelumnya pasien mengeluhkan gusi kadang-kadang berdarah ketika menyikat gigi
namun sekarang tidak berdarah lagi.
4. Setelah kontrol satu bulan post kuretase, ukuran, bentuk, dan kontur gingiva kembali
normal. Warna gingiva juga kembali normal, dimana sebelum dilakukan kuretase
warna gingiva merah tua serta oedem. Kondisi gingiva kembali sehat, tidak terdapat
keradangan maupun hiperplasi gingival.
B. Saran
Pada pasien ini diberikan DHE agar pasien tetap menjaga oral higiene dan dilakukan evaluasi
berkala tentang kondisi jaringan periodontalnya.dan dilakukan pencabutan beberapa gigi

Anda mungkin juga menyukai