Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS NAGARI MENUJU WISATA HALAL DI SUMATERA BARAT


TINJAUAN PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NO.10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN

OLEH:

1.DIAN AMELIA,SH.MH (Ketua Peneliti)


2.Prof.Dr.YASWIRMAN, M.A (Anggota )
3.ULFANORA,SH.MH (Anggota )
4.SYAHRIAL RAZAK,SH.MH (Anggota )
5.Syafira Hijria, SH.MH (Anggota )

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2016
DAFTAR ISI

RINGKASAN……………………………………………………………………………2

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………..3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………..........6

BAB 3 METODE PENELITIAN………………………………………………………...10

BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN………………………………..………..11

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Ringkasan

Alam minangkabau yang memiliki keindahan, keragaman Adat yang masyarakatnya


mayoritas beragama islam memiliki alam yang indah destinasi pegunungan dan pesisir pantai nya
yang indah, yang menjadi daya tarik wisata halal di Indonesia pada umumnya ,sumatera Barat
khususnya. Sebagai destinasi utama bagi wisatawan dunia dari negara-negara islam lainnya
seperti Malaysia, Dubay dan lain-lainnya.Sumatera Barat termasuk dalam tiga besar daerah
tujuan wisata halal selain derah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Aceh Darussalam.

Dalam kehidupan sehari-hari , orang Minangkabau sangat menjunjung nilai-nilai adat yang
berpedoman kepada agama yang dalam falsafahnya yang kita kenal dengan Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.Daerah minangkabau merupakan daerah tujuan wisata yang
mempunyai destinasi yang bisa ditawarkan pada wisatawan mancanegara, terutama turis dari
negari-negari muslim, untuk itu diperlukan fasilitas pariwisata yang sesuai dengan syariah (halal).

Oleh karena Sumatera Barat sebagai salah satu destinasi wisata halal, dan pemerintahan
terendah di Sumatera Barat adalah Nagari, maka menarik untuk diteliti.Apa saja potensi wisata
halal berbasis nagari yang dapat di kembangkan di Sumatera Barat, Bagaimana peran Nagari
dalam mewujudkan wisata halal di Sumatera Barat di kaitkan dengan Undang Undang No.10
Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dalam pengembangan Pariwisata halal di Sumatera Barat
dan bagaimana prospek wisata halal yang dapat di kembangkan dalam rangka melahirkan
kebijakan yang bersumber dan bermuara pada potensi nagari.

Dalam upaya sinkronisasi penyelenggaraan pemerintahan di Daerah Sumatera Barat untuk


melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan yang baik dan efektif di nagari, maka perlu diatur
ketentuan mengenai Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari yang dituangkan dalam Peraturan Daerah
Propinsi Sumatera Barat No.2 Tahun 2007 Tentang Pokok Pokok Pemerintahan Nagari

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum dengan pendekatan kualitatif


dalam bentuk studi hukum empiris/sosiologis (socio legal study) dan normatif (normative legal
study ), dimana jenis penelitian adalah penelitian ekplanatoris.Sifat penelitian yang digunakan
adalah bersifat deskriptif analitis yang memaparkan data yang ditemukan dilapangan dan
menganalisisnya untuk mendapat kesimpulan yang akurat.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ,bagi
pemerintah untuk dapat membuat peraturan Gubernur (Perda) tentang wisata halal dan juga
melahirkan kebijakan daerah untuk memperkuat potensi nagari.

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG MASALAH

Merujuk Undang Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan ,yang menyebutkan
Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip menjunjung tinggi norma agama dan nilai
budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara
manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, dan
hubungan manusia dan lingkungan (Pasal 5 (a) dan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
keragaman budaya dan kearifan lokal sehingga memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat,
keadilan, kesetaraan dan proposional litas serta memberdayakan masyarakat setempat.Semua
ini dapat terlihat dalam pembangunan kepariwisataan yang meliputi, industri pariwisata dan
destinasi pariwisata

Indonesia sebagai negara dengan pendudduk mayoritas muslim pada beberapa sektor terus
melakukan upaya pengembangan terhadap sistem ekonomi syariah yang pada mulanya
perkembangan itu terjadi pada sektor perbankan syariah yaitu dengan berdirinya Bank syariah
pertama di Indonesia pada tahun 1992 seperti yang dikenal saat ini dengan nama Bank
Muamalat, sektor perbankan dengan menggunakan prinsip syariah. Bank Muamalat mampu
bertahan dari krisis moneter tahun 1997 yang mana kebanyakan dari bank-bank konvensional
mengalami negative pread yang berakibat pada liquidasi, kecuali perbankan yang menggunakan
prinsip syariah8

Dekade terakhir ini dapat dilihat bahwa perkembangan sistem ekonomi syariah tidak hanya
berkembang pada sektor perbankan tetapi telah meluas ke aspek-aspek lainnya. Seperti asuransi
syariah, wisata syariah (halal), hotel syariah dan bentuk-bentuk lainnya yang berdasarkan syariat
islam dalam menjalankan usahanya.Begitu pula dengan wisata syariah (halal) yang cepat populer
sebagai jenis liburan di sektor pariwisata islam. Keberadaan wisata syariah (halal) perlu didukung
dengan fasilitas-fasilita yang memadai seperti hotel atau penginapan yang juga berbasis syariah.
Esensi syariah adalah menyingkirkan hal yang tidak baik bagi manusia dan lingkungan. Ini berarti
bahwa fasilitas hotel dan pariwisata syariah (halal) bisa dinikmati oleh masyarakat muslim.

Usaha pariwisata syariah (halal) merupakan konsep yang mengintegrasikan nilai-nilai syariah
kedalam kegiatan pariwisata dengan menyediakan fasilitas dan pelayanan yang sesuai dengan
ketentuan syariah ( halal). Untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pelayanan kepada
wisatawan agar dapat menikmati kunjungan wisata dengan aman, halal dan juga dapat
memperoleh kemudahan dalam berwisata sesuai dengan konsep usaha pariwisata halal yang
merupakan konsep yang mengintegrasikan nilai-nilai syariah ke dalam kegiatan pariwisata
dengan menyediakan fasilitas dan pelayanan yang sesuai dengan ketentuan syariah perlu diatur
suatu kebijakan pengelolaannya.

Untuk menjawab permasalahan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia


yang mayoritas muslim, pemerintah telah mengeluarkan aturan tentang Jaminan Produk Halal,
dengan mengeluarkan Undang Undang No.33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.

Dengan adanya konsep wisata halal ini, setiap wisatawan berkewajiban menjaga norma
agama, adat istiadat , budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat ikut
memelihara dan melestarikan lingkungan . Selain itu juga turut serta menjaga ketertiban dan
keamanan lingkungan dan turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar

8
Zainuddin Ali, hukum Perbankan Syariah,Sinar Grafika,Jakarta,2008,hal.3
hukum.Oleh karena itu setiap pengusaha pariwisata berkewajiban untuk menjaga dan
menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
setempat dan mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produksi dalam negeri
dan memberi kesempatan kepada tenaga kerja lokal.

Dalam rangka penyediaan fasilitas untuk wisatawan secara syariah (halal) diperlukan
kesiapan anak nagari agar dapat menyediakan barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.dalam pengelolaan kawasan strategis pariwisata
yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi ,
sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam.

Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah
tertentu dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam hal adat
istiadat.(Pasal 2) Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat No.2 Tahun 2007.Wilayah nagari ,
meliputi wilayah hukum adat dengan batas-batas tertentu yang sudah berlaku secara turun
temurun dan diakui sepanjang adat (Pasal 3) Perda No.2 Tahun 2007 dengan Pemerintah nagari
sebagai penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Nagari dan
Badan Permusyawaratan Nagari berdasarkan asal usul Nagari di wilayah Propinsi Sumatra Barat,
berada dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Wali nagari
sebagai pimpinan pemerintahan di Nagari.

Nagari juga mempunyai harta kekayaan yang meliputi, pasar nagari, tanah lapang atau
tempat rekreasi nagari dan balai (pasar) Masjid atau surau nagari selain itu nagari juga punya
tanah, hutan , sungai, kolam dan atau laut yang menjadi ulayat nagari. Pemanfaatan dan
pengelolaan harta kekayaan nagari dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari berdasarkan Peraturan
Nagari, untuk itu seperangkat pengetahuan dan keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati dan dikuasai oleh anak nagari nantinya sebagai pekerja pariwisata untuk
mengembangkan profesionalitas kerja yang harus dimiliki oleh anak nagari dalam pengelolaan
kepariwisataan di Sumatera Barat, agar dapat meningkatkan perekonomian di nagari pada
umumnya dan di keluarga khususnya.

Untuk itu Pemerintah dan Pemerintah Daerah berwenang untuk menyusun dan
menetapkan norma , standar, pedoman ,prosedur, kriteria dan sistem pengawasan dalam
penyelenggaraan kepariwisataan.

1.2 Permasalahan

Sebelum berbicara tentang Pengembangan pariwisata berbasis nagari menuju wisata halal di

Sumatera Barat Tinjauan Pelaksanaan Undang Undang No.10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan . Dalam Pengembangan dan sosialisasi Pariwisata halal perlu dilakukan

pengaturan tentang konsep usaha pariwisata halal yang mengintegrasikan nilai-nilai syariah ke
dalam kegiatan pariwisata dengan menyediakan fasilitas dan pelayanan yang sesuai dengan

ketentuan syariah yang perlu diatur suatu kebijakan pengelolaannya juga penyediaan

kenyamanan terhadap para wisatawan yang kuat memegang ajaran Islam. Untuk itu rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

1.Apa saja Potensi Wisata halal berbasis Nagari yang dapat dikembangkan di Sumatera Barat

2.Bagaimana peran Nagari dalam mewujudkan wisata halal di Sumatera Barat.

3.Bagaimana prospek wisata halal yang dapat di kembangkan dalam rangka melahirkan kebijakan
yang bersumber dan bermuara pada potensi Nagari.

1.3 Tujuan Khusus

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan khusus penelitian adalah

1.Untuk mengetahui apa saja Potensi wisata halal berbasis nagari yang dapat
dikembangkan di Sumatera Barat

2.Untuk mengetahui bagaimana peran nagari dalam mewujudkan wisata halal di


Sumatera Barat.

3.Untuk mengetahui apa saja prospek wisata halal yang dapat di kembangkan dalam
rangka melahirkan kebijakan yang bersumber dan bermuara pada potensi nagari.

1.4 Urgensi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

1. Seminar Nasional
2. Jurnal Nasional Terakreditasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Wisata

Menurut Undang Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 1 angka (1)

yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi

,pengembangan pribadi , atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi

dalam jangka waktu sementara.

Pasal 1 angka (3) ;

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediadakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintahan

daerah.

Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang

atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya .Dorongan kepergiannya adalah

karena berbagai kepentingan , baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan,

politik, agama kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu,

menambah pengalaman ataupun untuk belajar.9

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata , yaitu sebagai

suatu perubahan tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan

kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalan

wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan

tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengenai

sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga

untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluasan usaha yang lainnya.

Pasal 1 angka(2)

9
Gamal Suwantoro,SH.Dasar Dasar Pariwisata,Andi Yogyakarta,1997.hal.3
Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.Kepariwisataan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis , terencana, terpadu,
berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap
nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat , kelestarian dan mutu
lingkungan hidup serta kepentingan nasional.
Kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraan rakyat untuk menghapus kemiskinan, mengatasi

pengangguran serta memajukan kebudayaan, sehingga mempererat persahabatan antar

bangsa.Untuk itu Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip, menjunjung tinggi

norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam

keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa , hubungan antara

manusia dan lingkungan, serta menjunjung tinggi hak azasi manusia, keragaman budaya

dan kearifan lokal dengan memberdayakan masyarakat setempat.

Wisata halal adalah kegiatan kunjungan wisata dengan destinassi dan industri pariwisata

yang menyiapkan fasilitas produk, pelayanan dan pengelolaan Parawisata yang

memenuhi unsur syariah (merujuk Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat No.51 Tahun

2015 Tentang wisata Halal).Untuk itu setiap wisatawan berkewajiban menjaga dan

menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai-nila yang hidup dalam

masyarakat setempat dan turut serta mencegah segala perbuatan yang melanggar

kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum.

Begitupun dengan setiap pengusaha parawisata wajib menjaga dan menghormati norma

agama, adat istiadat, budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat serta

mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produk dalam negeri, dan

memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal dan meningkatkan kompetensi tenaga

kerja melalui pelatihan dan pendidikan.


Jika kita lihat Pasal 28 Undang Undang No.10 Tahun 2009 pada Pasal 28 (a) nya

menyebutkan;

Pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan pembangunan kepariwisataan

nasional. Pemerintah juga berwenang menetapkan norma, standar, pedoman, prosedur,

kriteria dan sistem pengawasan dalam penyelenggaraan kepariwisataan Psl 28 huruf (f).

Begitu juga seperti apa yang diatur di dalam Pasal 28 huruf (l) untuk meningkatkan

pemberdayaan masyarakat dan potensi yang dimiliki masyarakat.Sehingga masyarakat

dapat mengembangkan potensi yang ada di daerah kabupaten dan kota .

Wisata syariah sebagai jenis liburan disektor pariwisata Islam, para wisatawan yang kuat

memegang ajaran islam, dan adanya kekhawatiran menginap di hotel-hotel konvensional

yang ada, untuk itu diperlukan juga penyediaan hotel syariah,

Dengan adanya penyediaan hotel dengan konsep syariah diharapkan tamu dari
negara-negara muslim ,akan menghilangkan kekhawatiran dari para wisatawan muslim
untuk menginap di hotel-hotel yang standar pelayanannya maupun penyediaan
makanannya yang sudah berkonsep syariah (halal).

Produk barang dan jasa harus halal. Baik cara memperoleh input, pengelolaannya dan
outputnya harus dapat dibuktikan halal. Hendaklah kita tidak begitu saja percaya kepada
label yang mengatakan ditanggung halal. Tidak dapat dibenarkan hasil usaha yang tidak
halal dipergunakan untuk yang halal.

2.Daerah Tujuan Wisata

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata
didaerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan , pelaksanaan pembangunan dan
pengembangannya meliputi 5 unsur;10

1. Objek dan daya tarik wisata ,

10
Ibid, hal 19
2. Prasarana wisata

3. Sarana wisata

4. Tatalaksana/Infra struktur,

5. Masyarakat/Lingkungan

1.Objek dan daya tarik wisata

Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran
wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan kedalam;

1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam

2.Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya,

3.Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus

Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata harus
dirancang dan dibangun /dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan
untuk datang . Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa
berdasarkan kriteria tertentu.

b.Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan pada;11

1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan
bersih.

2) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3) Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

4)Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

5)Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

11
Ibid,hal 19
6)Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam
suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

c. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya
tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan
pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.

1) Kelayakan finansial,

Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan


objek wisata tersebut.Perkiraan untung rugi sudah harus diperkirakan dari awal/
Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus
diramalkan.

2) Kelayakan sosial Ekonomi Regional.

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk
membangun suatu objek wisata juga untuk memiliki dampak sosial ekonomi secara
regional ; dapat menciptakan lapangan kerja/berusaha, dapat meningkatkan
penerimaan devisa , dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti
pajak, perindustrian , pedagangan, pertanian dan lain

3) Layak teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis


dengan daya dukung yang ada. Tidak perlu memaksakan diri untuk membangun
suatu objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik
suatu daya tarik suatu objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek
wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.

4) Layak Lingkungan

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan


pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan
rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek
wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber
daya alam untuk kebaikan manusia.

2Prasarana Wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam buatan manusia yang mutlak dibutuhkan
oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan , listrik,
air, telekomunikasi , terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-
objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatan di daerah tujuan wisata, prasarana
wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuai dengan lokasi dan kondisi objek
wisata yang bersangkutan.

3.Sarana Wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk
melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.

Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata ialah hotel,
biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung
lainnya.Pengadaan sarana wisata tersarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan
kebutuhan wisatawan..

4. Tata laksana/Infrastruktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata,
baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah
dan di bawah.

5. Masyarakat /Lingkungan

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan
mengundang kehadiran wisatawan

a. Masyarakat

Masyarakat disekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan


tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh
para wisatawan. Untuk ini masyarakat disekitar objek wisata perlu mengetahui
berbagai jenis dan kualitas layanan yang di butuhkan oleh wisatawan.
b.Lingkungan

Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitar objek


wisatapun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar.

c. Budaya

Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan


lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu
masyarakat .oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tak boleh
tercemar oleh budaya asing.

Industri pariwisata global saat ini sudah semakin fokus dalam menggarap kebutuhan
ceruk pasar khusus, seperti pasar berdasarkan kelompok usia lanjut, kelompok pecinta
alam dan termasuk pasar wisata berdasarkan religi. Salah satu fokus pengembangan pasar
wisata yang berkembang saat ini adalah wisata halal.

Untuk Indonesia Kementrian pariwisata telah mendesain portofolio ceruk pasar wisata
halal ini melalui dukungan beberapa destinasi prioritas wisata halal seperti lombok, Aceh,
termasuk Sumatera Barat.

Pada tanggal 12 Mei yang lalu , Pemerintah Provinsi Sumatra Barat secara aklamasi juga
telah menetapkan positioning Sumatera Barat sebagai salah satu destinasi tujuan wisata
halal di Indonesia.

Terminologi tentang pariwisata halal masih kurang, sebab tidak hanya di Indonesia,
beberapa penulis dari Timur Tengah,Malaysia mengakui belum terlalu familiar dengan
istilah, serta faktor pembeda wisata halal dengan generic tourism.12

Ada tiga kelompok yang tergolong wisata keagamaan sebagai derivatif dari wisata
sejarah dan sekilas terkesan overlapping , wisata halal,, wisata pilgrim dan wisata islamic
.

Terminologi dalam dunia pariwisata sering sekali di gunakan secara interchangeable,

Menyebabkan pandangan terhadap pemahaman ketiga konsep terlihat sama , namun


dilihat dari sudut pandang motivasi wisatawan ( push factor) dan dari daya tarikdestinasi
ketiga konsep ini memiliki perbedaan .wisata pilgrimage adalah wisata yang dengan
12
Sari Lenggogeni Padang ekspres.Kamis 25 Agustus 2016, hal.1
motivasi spiritual bertujuan mendekatkan diri pada sang pencipta dan mencari
ketenangan sesuai dengan prinsip keyakinan (faith) seperti wisatawan haji atau ziarah.
Sedangkan wisatawan islamic, secara esensial merupakan suatu interprestasi baru dalam
pilgrimage yang mengelaborasi aspek motivasi religi dan aktivitas leisure toursm (wisata
untuk relaksasi atau wisata yang bersifat umum) (Jafari & Scott,2013), seperti paket
wisata umrah dan perjalanan wisata ke Turki.

Wisata halal adalah leisure toursm (perjalan wisata pada umumnya) untuk wisatawan
muslim dimana terdapat dukungan ketersediaan produk dan jasa wisata sesuai dengan
kaedah dan norma islam , serta kenyamanan untuk melaksanakan ibadah saat
melakukan perjalanan wisata.

Mengapa dunia melirik wisata halal sebagai suatu peluang pasar potensial, khususnya
untuk industri pariwisata, disamping karena besarnya populasi muslim yang di
proyeksikan mencapai 2 miliar pada tahun 2030 atau 26,4% dari total global (Pew
Research,2015), fenomena wisata halal muncul karena mencuatnya kebutuhan wisata
terhadap faktor keamanan yang mulai terusik semenjak terjadinya teror 9/11 di Amerika.

Ketika munculnya fenomena Islamphobia (anti islam) di berbagai belahan dunia dengan
penduduk muslim sebagai minoritas, tidak hanya wisatawan non muslim yang terusik
kenyamanan saat berwisata akibat ancaman teror, namun juga wisatawan muslim
terusik saat melakukan perjalanan di destinasi dengan minoritas muslim.

Kenyamanan perjalanan wisatawan muslim sangat bergantung pada ketersediaan sarana


produk dan jasa halal sesuai prinsip syariah islam, seperti mushala dan tempat wudhu
terpisah antara muslim/muslimah di tempat objek wisata, petunjuk kiblat, tempat
wudhu terpisah antara muhrim, restauran dengan jaminan label halal yang dikeluarkan
melalui sertifikasi lembaga yang terpercaya, atau kolam renang dan zonasi pantai
terpisah antara laki-laki dan perempuan, kenyamanan wisatawan muslim berpakaian
sesuai kaidah dan norma islam tanpa ada potensi gangguan perlakuan “rasis” akibat
Islamphobia.

Besarnya potensi pasar muslim ini, destinasi halal kemudian menjadi alternatif niche
pasar wisata di negara mayoritas muslim ataupun minoritas. Dilihat dari perspektif
industri, ada lima portofolio industri yang mendukung pasar halal global: fashion, media,
makanan, travel dan farmasi. Potensi pasar ini menjadi perhatian khusus bagi
stakeholders pariwisata dunia, baik pada negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja
Sama Islam (OKI) maupun non OKI

Dengan nilai ekspenditure wisata pasar muslim golbal senilai USD 142 miliar (diluar haji
dan umrah) atau 11% dari total pasar wisatawan global (lebih besar dari potensi pasar
wisata Amerika jika dianalogikan sebagai suatu negara), dengan CAGR sekitar 8,6%
ekspenditure wisata pasar wisatawan muslim ini diprediksi mencapai nilai USD 233 miliar
tahun 2020 (Thomson Reuters, 2015). Siapa yang tidak akan melirik pasar potensial ini.

Sebagai contoh, Australia yang bukan tergabung dalam keanggotaan OKI dan dengan
muslim minoritas memanfaatkan peluang ceruk pasar ini dengan mendesain muslim
friendly Australian holiday ideas untuk menggandeng previsitors muslim meyakinkan
safety feeling melalui informasi ketersediaan industri halal (restauran, mesjid dan
lainnya) untuk berwisata, Jepang dengan halalmedia.jp memberikan perlakuan khusus
wisatawan muslim melalui restauran-restauran halal pada airport Narita.

Indonesia pun pada tahun 2016 meraih rangking 4 naik 2 poin untuk kategori GMTI.
Namun, belum mampu mengalahkan Malaysia yang bertahan pada peringkat pertama.
Untuk negara non OKI masih dikuasai Singapura dan Thailand. Salah satu indeks
penentuan award cresssentrating ini jumlah wisatawan muslim yang masuk ke negara
tersebut.

Bagaimana dengan Sumbar, ada baiknya mempertajam target yang hendak dicapai
dengan posisi keunggulan sebagai destinasi halal dan unique value propotion yang akan
ditawarkan pada pasar muslim.

Jika Sumbar ingin mendorong posisi Indonesia pada award international tersebut, maka
harus ada penyesuaian indeks Cresssentrating dengan tiga faktor utama dan 11
indikator: 1) penciptaan tema liburan ramah keluarga dan destinasi tujuan wisata halal
yang aman (menciptakan rasa aman, destinasi ramah keluarga dan jumlah wisatawan
muslim),; 2) Jasa dan fasilitas wisata ramah muslim pada destinasi (mencakup jaminan
makanan halal, aksesibilitas kemudahan beribadah, airport, dan opsi hotel syariah); 3)
halal awareness dan pemasaran destinasi (kemudahan berkomunikasi, konektivitas,
visa).13

Jika tujuannya adalah penguatan sektor ekonomi, maka pemberdayaan industri halal
yang terkait pariwisata dan potensi di Sumbar harus diperkuat, misalnya penguatan
muslim fashion industry dengan pemberdayaan desainer hijaber, industri makanan halal
melalui dinas dan instansi terkait, penciptaan tumbuhnya iklim investasi hotel syariah,
dukungan infrastruktur wisata halal di objek wisata dan lain sebagainya.

Dan jika bertujuan sebagai penguatan identitas Sumbar sebagai destinasi yang
berfalsafahkan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK), tentu harus
ada penguatan legalitas dan peraturan daerah yang membantu memperkuat branding
destinasi sebagai wisata halal dan diseminasi informasi aturan pada wisatawan muslim
13
Sari lenggogeni, Padang Ekspres, Kamis 25 Agustus 2016,hal.7
dan nonmuslim harus dipertegas. Sebab, selain wisatawan domestik saja belum familiar
terhadap wisata halal, Sumbar juga blum dikenal sebagai destinasi halal (penelitian Ar
rahma & Lenggogeni, 2016).

Dalam penyelenggaraan wisata juga perlu didukung oleh Peraturan Peraturan oleh
Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam
Undang Undang Dasar Republik Indonesia.

Nagari adalah kesatuan Masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah
tertentu, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Sarak Sarak Basandi Kitabullah )
dan atau berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat dalam wilayah Propinsi
Sumatera Barat.

Pemerintahan Nagari sebagai penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang dilaksanakan


oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Nagari berdasarkan asal usul
Nagari di wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.Wali Nagari adalah pimpinan Pemerintahan Nagari.
(Pasal 1 angka 8 PERDA No.2 Tahun 2007)

Bab 3 Metode Penelitian

3.1Pendekatan Masalah

Metode pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis

sosiologi, yaitu dengan pendekatan masalah melalui peraturan dan teori yang ada

kemudian dihubungkan dengan praktek di lapangan atau fakta yang terjadi dalam

masyarakat.

3.2 Populasi dan Sampel,

3.2.1 Populasi

Penelitian dilaksanakan di daerah Sumatera Barat yang terdiri dari 12 Kota dan 7

Kabupaten dimana setiap Kota dan Kabupaten yang mempunyai destinasi wisata yang
menarik dengan wisata alam pegunungan serta wisata pantai dan kepulauan, Teknik

pengambilan sampel yang digunakan yaitu Non probability Sampling yaitu suatu teknik

pengambilan sampel dimana peran peneliti sangat besar, semua keputusan terletak

ditangan peneliti , dengan demikian tidak ada dasar-dasar yang dapat digunakan untuk

mengukur sampai seberapa jauh sampel yang diambil mewakili populasinya.

3.2.2 Sampel

Sedangkan yang menjadi sampel pada penelitian ini ditetapkan 3 daerah sebagai sampel

yaitu,Harau di Kabupaten 50 Kota, Kapalo Banda Nagari Taram ,Nagari Kamuyang,

Nagari Pilubang, sedangkan di Pesisir Selatan ,Nagari Cerocok Anau Ampang Pulai

kawasan Mandeh dan Nagari Jinang Kampung Panshur Ampang Pulai dan Nagari

Carocok Painan Selatan .dan di Kabupaten Agam dipilih Nagari Lawang Kecamatan

Matur , di tetapkannya tiga daerah tersebut sebagai sampel dalam penelitian ini karena

terdapat banyak potensi-potensi wisata yang dapat dikembangkan nantinya menuju wisata

halal karena didukung oleh filosofi hidup mereka yang terkenal dengan Adat Basandi

Syarak Syarak Basandi Kitabullah.

Unsur-unsur yang di teliti adalah masyarakat di daerah destinasi, wisatawan, pelaku

usaha dan perangkat Nagari serta Dinas Kepariwisataan Provinsi dan Daerah.

Penetapan Daerah Sumatera Barat sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan untuk

mengetahui upaya perangkat Nagari di Sumatera Barat memahami dan membuat

peraturan untuk mengelola potensi yang ada di nagari dengan menggali hukum yang

hidup ditengah-tengah masyarakat yang dikenal dengan Adat Basandi Sarak Sarak

Basandi Kitabullah (ABSSBK) sebagai bahan dasar dan titik tolak dalam menyusun
peraturan. Bahan dasar maksudnya adalah apabila penyusunan peraturan yang akan atau

hendak mengangkat nilai-nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat . Sumatera Barat

di tetapkan sebagai daerah penelitian, karena dari tulisan-tulisan dan hasil penelitian

(seperti yang ditulis A.P Parlindungan) disinyalir bahwa hukum adat didaerah ini masih

hidup dan dipelihara oleh masyarakatnya.

Sampel pada penelitian ini adalah: Untuk Wali Nagari sebanyak 8 responden yang

diwawancarai secara mendalam, 91 orang wisatawan dan 6 orang pelaku usaha.

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini bersumber dari kuisioner dan wawancara

mendalam dengan responden terpilih, yang meliputi, Wali Nagari, masyarakat sekitar

daerah destinasi, wisatawan, dan pelaku usaha didaerah Kabupaten dan Kanagarian yang

ada di Sumatera Barat dan Dinas Paririwisata Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten dan

Kota.

3.3 Jenis dan Sumber Data

a.Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau melalui penelitian

lapangan (field research) dengan melakukan wawancara di lingkungan terkait,

yaitu Dinas Pariwisata,Sumatera Barat, Pengelola Destinasi di Daerah Sumatera

Barat, Para wisatawan serta masyarakat disekitar daerah destinasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang dapat mendukung penulisan ini dan hasil-hasil penelitian

yang berbentuk laporan yaitu meliputi:


1) Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang mengikat dan berkaitan dengan

materi penulisan. Dalam hal ini antara lain:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor.10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan.

b. Undang-Undang Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

c. Undang Undang No.33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

d. Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia No.2

Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah

e. Peraturan Daerah Sumatera Barat No.2 Tahun 2007 Tentang Pokok-Poko

Pemerintahan Nagari.

f. Peraturan lainnya yang terkait, Seperti Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat

No.51 Tahun 2015 Tentang Wisata Halal.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha mengumpulkan data ada beberapa langkah yang diperlukan :

a. Melakukan inventarisir terhadap data sekunder yang diperlukan seperti peraturan

perundang-undangan dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini (studi dokumen).

b.Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan dengan pihak yang
terkait dengan masalah ini. Wawancara tersebut dilakukan Dengan pegawai (pejabat)
Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Barat Eriyanti Kasi Promosi,Pegawai Dinas
Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota Ibu Susi Rahmayanti seksi kemitraan ,Wali
Nagari Tarantang, masyarakat sekitar ,wisatawan dan pelaku usaha, Wali Nagari Sungai
Kamunyang kecamatan Luak,pengelolola destinasi ,masyarakat sekitar destinasi serta
wisatawan, Wali Nagari dan Masyarakat Kanagarian Taram Kapalo Banda serta
wisatawan dan pengelola Pilubang resort.Wali Nagari Matur Kecamatan Lawang
Kabupaten Agam dan pengelola Puncak Lawang Resort,

Kepala Bidang Kepariwisataan pada Dinas Pariwisata dan Ekonomo Kreatif,Pemuda dan
Olah raga Kabupaten Pesisir Selatan ibu Armaini,SE.MM, Wali nagari Cerocok Anau
Ampang Pulai kawasan Mandeh dan masyarakat sekitar daerah destinasi di Pesisir
selatan,Wali Nagari Jinang Kampung Panshur Ampang Pulai di kawasan Mandeh. Wali
Nagari Carocok Painan Selatan.

3.5 Analisis Dan Hasil Penelitian

Analisis yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan dan menerangkan apa adanya sesuai
dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian dilakukan analisis.
Analisis data yang dilakukan biasanya bersifat manual. 14hasil penelitian nantinya akan
dideskripsikan segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

BAB .4 PEMBAHASAN

1.Potensi Wisata Halal Berbasis Nagari yang Dapat di Kembangkan di Sumatera


Barat.

Wisata halal adalah leisure toursm (perjalan wisata pada umumnya) untuk wisatawan
muslim dimana terdapat dukungan ketersediaan produk dan jasa wisata sesuai dengan
kaedah dan norma islam , serta kenyamanan untuk melaksanakan ibadah saat
melakukan perjalanan wisata.

Sumatera Barat yang terdiri dari 12 Kota dan 7 Kabupaten, setiap Kabupaten dan Kota
mempunyai destinasi yang dapat dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata ,baik wisata
14
Haris Herdiansyah,Metodologi Penelitian Kualitaif ,Salemba Humanika,Jakarta,2010,hal.48
alam pegunungan maupun wisata Pantai dan kawasan kepulauan yang menawarkan
keindahan alam pada wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Dalam penelitian ini tim peneliti memilih Kabupaten Lima Puluh Kota yang mempunyai
banyak daerah destinasi yang belum terkelola secara keseluruhannya dengan baik oleh
pemerintah daerah Propinsi ,Kota dan Kabupaten

Diantara destinasi yang di tawarkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota,
yaitu Destinasi Lembah Harau, Ngalau Seribu, Air Terjun Burai,Kelok
Sambilan,Panorama Selat Malaka, Talago Lua Rawang,Museum Arkeolog, Menhir Maek,
Talempong Batu, Kuburan Keramat,Rumah Gadang, Rest area, Batang Tabik, Puncak
Seribu Gonjong,Puri Tizana, Waduk Koto Panjang, Kapalo Banda Taram dan banyak
lainnya destinasi yang sulit dijangkau dan hanya diminati oleh wisatawan yang bertujuan
khusus untuk berpetualang di punggung Bukit Barisan seperti sarasah sungai naniang.

Dari sekian banyak destinasi yang terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota peneliti
memilih daerah destinasi di Kanagarian Tarantang, yang terkenal dengan destinasi
Lembah Harau yang merupakan salah satu objek wisata utama di Kabupaten Lima Puluh
Kota,teletak 15 Km kearah timur dari kota Payakumbuh dan dapat ditempuh dengan
waktu yang relatif singkat (20 menit). Transportasi ke objek wisata ini cukup lancar,
dapat dicapai dengan menggunakan angkutan umum pedesaan atau dengan menggunakan
ojek sepeda motor.

Objek wisata Lembah Harau ini terdiri dari beberapa kawasan ;

- resort Sarasah Aka Barayun

-Resort Sarasah Bunta

-Resort Rimbo Piobang

Sarasah Bonta yang termasuk wilayah Kanagarian Tarantang,merupakan daerah destinasi


yang bisa dikembangkan untuk menarik minat wisatawan untuk menikmati udara sejuk
lembah nan hijau, sehingga ini menyebabkan lembah Harau dan daearah Sarasah Bonta
sebagai kawasan yang diminati oleh wisatawan,baik dari daerah Kabupaten 50 Kota
sendiri maupun dari luar daerah ini terlihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 1 : Daerah Asal Wisatawan

No Daerah asal wisatawan Dalam Kabupaten Luar Kabupaten 50


50 Kota Kota

1 Tanjung Pati 1

2 Sarilamak 1

3 Purwajaya 2

4 Bukittinggi 1

5 Pasaman 1

6 Duri 2

7 Payakumbuh 2

8 Padang 1

9 Jakarta 2

Jumlah 4 9

Sumber Data : Hasil Penelitian Pada Tahun 2016

Hasil penelitian di daerah sarasah bonta dan harau dari 13 orang wisatawan yang datang ,
4 orang berasal dari Kabupaten 50 Kota dan sekitarnya dan 9 orang berasal dari luar
daerah Kabupaten 50 Kota.

Disamping itu peneliti juga menanyakan dari siapa wisatawan mengenal daerah destinasi
yang dikunjungi .

Tabel: 2 Sumber Informasi

No Sumber informasi Dari teman Dari Travel agen

1 Dari teman 12

2 Dari Brosur Travel Agen 1

Jumlah 12 1

Sumber Data :Hasil Penelitian Pada Tahun 2016


Dari tabel diatas terlihat bahwa wisatawan mendapatkan informasi tentang daerah tujuan
wisata ini hanyalah dari teman (sebanyak 12 orang) sementara yang mendapatkan
informasi tentang daerah wisatawan ini dari Brosur Travel Agen hanya sebanyak 1 orang,
dari hasil penelitian tersebut diatas terlihat bahwa sumber informasi yang didapat oleh
wisatawan tentang adanya daerah destinasi bukanlah dari sumber resmi.hal ini perlu jadi
bahan pertimbangan bagi pemeritah daerah Provinsi Sumatera Barat maupun Pemerintah
Kabupaten Lima Puluh Kota sendiri untuk menyediakan sumber informasi tentang
adanya potensi daerah wisata lembah dan juga bagi wisatawan yang mempunyai minat
khusus seperti olah raga panjat tebing yang dapat di akses oleh wisatawan yang berminat
mengunjungi daerah ini melalui webbsite , baik melalui webbsite Kabupaten Lima Puluh
Kota itu sendiri maupun dari biro perjalanan yang ada di Sumatera Barat.

Juga di nagari Pilubang yang dahulunya terdapat air terjun dengan suasana alam pedesaan
yang menyebabkan seorang urang sumando (orang semenda) nagari tersebut tertarik
untuk mengembangkan daerah tersebut sebagai daerah tujuan wisata yang menawarkan
suasana ketentraman bagi wisatawan dari kota -kota besar yang sibuk dengan rutinitas
dalam pekerjaan dan hanya disuguhi berbagai fasilitas kemewahan berbelanja di Mall,
hiburan Malam discotik dengan musik hingar bingar dan Karaoke, sementara Pilubang
resort menawarkan wisata alam yang tenang dengan tempat penginapan yang berbentuk
pondok-pondok beratapkan daun hal ini membuat wisatawan yang berasal dari kota-kota
besar baik dalam maupun luar negeri dapat menikmati suasana ketenangan alam
pedesaan, pihak pengelola juga menyediakan paket outbond untuk anak-anak sekolah
(SD,SMP) kembali mengenal alam pedesaan dengan cara memperkenalkan bagaimana
cara menanam padi, yang selama ini hanya mereka ketahui di dalam pelajaran ilmu
botani dan hanya memakan nasi yang sudah disiapkan dirumah ,sedangkan mereka tidak
mengetahui bagaiman proses menanamnya sampai mengolahnya jadi beras.

Nagari Sungai Kamunyang, yang secara Geografis terletak di Kecamatan Luak


Kabupaten Lima Puluh Kota dengan luas 3.037 Ha. Sesuai dengan keputusan Bupati
Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 291/BLK/2001 tentang pembentukan Pemerintahan
Nagari Sungai Kamunyang Kecamatan Luak, Nagari Sungai Kamunyang yang secara
Administratif berbatas dengan:
-sebelah utara berbatasan dengan Aia Tabik

-sebelah selatan berbatas dengan Gunung Sago

-Sebelah Timur berbatasan dengan nagari Andaleh dan Nagari Labuah Gunuang

-sebelah Barat berbatasan dengan sikabu-kabu Tanjuang Haro Padang Panjang.

Kondisi topografi Nagari Sungai Kamunyang, yaitu kemiringan, ketinggian dan


morfologi daratan, wilayah pergunungan dataran tinggi dan dataran rendah .Nagari
Sungai Kamunyang terletak pada daerah relatif yang bergelombang dan berbukit yang
memiliki kemiringan tanah yang berkisaar antara 5-40% bahkan ada yang lebih lebih
dari 40 %(lebih dominan).

Nagari Sungai Kamunyang terletak pada ketinggian 300 - 1.000 M di atas permukaan
laut, suhu rata-rata di Nagari Sungai Kamunyang berkisar 22 C -29 C dan kelembaban
udara sekitar 81.6 % - 90.6 %, sedangkan curah hujan cukup tinggi pertahun
4500mm/tahun tanpa bulan kering, curah hujan tertinggi pada bulan November.

Penggunaan lahan di Nagari Sungai Kamunyang di dominasi areal pertanian


(sawah,ladang dan kolam ikan),Nagari Sungai Kamunyang mempunyai banyak sumber
mata air seperti Pemandian Alam Batang Tabik.
Di Kanagarian Sungai Kamunyang terdapat potensi wisata sumber mata air yang dapat
dimanfaatkan oleh anak nagari sebagai objek wisata yang dikenal dengan Tempat
Pemandian Alam Batang Tabik , dari hasil wawancara dengan Wali Nagari Sungai
Kamunyang ,Pemerintah Nagari berencana membuat Agrowisata terpadu ,yang dimulai
dari kawasan lembah harau menelusuri jalan nagari sampai ke Peternakan Sapi Padang
Mangateh yang di kenal oleh masyarakat sebagai Newzeland of Padang Mangateh di
Kanagarian Mungo berlanjut ke kanagarian Sungai kamunyang yang menawarkan wisata
agro cocoa dan strowbery yang nantinya diujung perjalanan akan berakhir dengan
menawarkan wisatawan untuk mandi-mandi di tempat Pemandian alam Batang Tabik
yang dalam pembuatan Master Plannya bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM ) Unand Padang.15

15
Wawancara dengan sekretaris nagari,Tanggal 20 September 2016
Permandian Batang Tabik sudah dikenal oleh banyak wisatawan baik yang datang dari
kanagarian kamunyang sendiri maupun wisatawan yang datang dari luar nagari Sungai
Kamunyang sendiri seperti terlihat dari tabel di bawah ini;

Tabel 3 : daerah Asal Wisatawan

No Daerah asal wisatawan Dalam nagari Luar nagari sungai


Sungai Kamunyang Kamunyang

1 Nagari Sungai Kamunyang 10

2 Padang 7

3 Pasaman 3

Sumber Data: Hasil Penelitian Tahun 2016

Hasil penelitian di tempat wisata Permandian Alam Batang Tabik dari 20 orang yang
berhasil di wawancarai 10 orang berasal dari Nagari Sungai Kamunyang sendiri karena
tim peneliti datang pada hari sekolah sehingga menjumpai responden anak sekolah SMP
yang sedang melakukan kegiatan olah raga renang di Permandian Alam Batang Tabik,
sedangkan 7 orang wisatawan berasal dari kota Padang sisanya 3 orang berasal dari
Kabupaten Pasaman Barat.

Selain itu tim peneliti juga menanyakan dari siapa wisatawan mengenal daerah destinasi
yang dikunjungi.

Tabel : 4 Sumber informasi

No Sumber informasi Dari guru Dari teman

1 Dari guru 10

2 Dari teman 10

Sumber data : Hasil Penelitian Tahun 2016

Dari tabel diatas terlihat bahwa wisatawan mendapatkan informasi tentang daerah tujuan
wisata ini hanyalah dari orang-orang terdekat mereka yaitu dari guru sebanyak 10 orang
dan dari teman juga sebanyak 10 orang dan tidak ada yang mendapatkan informasi dari
trafel agent dan biro perjalanan lainnya.
Di Kanagarian Taram yang dikenal dengan Destinasi Kapalo Banda, merupakan salah
satu kawasan objek wisata alam yang terletak 12 Km menuju Timur Payakumbuh.
Dahulunya objek wisata ini merupakan lokasi pengairan (irigasi) yang dibuat oleh
masyarakat nagari secara bergotong royong yang sekarang telah menjadi Bendungan
yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.

Nagari Taram yang mempunyai luas Nagari 50.730 Ha, yang terdiri dari Irigasi 1/2 sawah
7.81 Ha dan hutan 44.126 Ha dan mempunyai tanah kering pekarangan dan bangunan
61.126 Ha, terdiri dari 7 jorong.

Disamping keindahan alamnya yang indah, letaknya juga sangat indah yaitu dikaki bukit
dan pinggiran hutan.Mata air berasal dari kaki bukit yaitu aliran dari dua buah sungai
dengan kondisi air yang jernih , disini pengunjung juga dapat menggunakan rakik (alat
transpotasi air tradisional dari bambu yang diikat dengan tali untuk merangkainya) , dan
ini juga berpotensi untuk ditawarkan pada wisatawan untuk mencoba berpetualang
dengan rakik tersebut menyusuri sungai sampai ke hulu sungai, bisa dengan mengunakan
awak rakik atau wisatawan mendayung sendiri dengan sensasi alam liar ,atau hanya
sekedar bersenang-senang mendayung keliling area untuk mengambil gambar sebagai
kenang-kenangan pernah mengunjungi daerah wisata ini.

Air yang mengalir keluar dari bendungan inilah nantinya dimanfaatkan untuk mengairi
persawahan masyarakat setempat, ini juga merupakan potensi wisata dari Nagari Taram
yang bisa dikembangkan sebagai destinasi yang akan diminati oleh wisatawan dengan
keunikannya dan spesifik rakik buluah (rakit bambu) banyak diminati oleh wisatawan
dari daerah sekitar lokasi wisata maupun dari luar daerah seperti terlihat dari tabel di
bawah ini,

Tabel :5 Daerah Asal Wisatawan

No Daerah asal wisatawan Dalam Nagari Luar nagari Taram


Taram

1 Padang 3

2 Payakumbuh 4
3 Sicincin 5

4 Batam 2

5 Taram 5

Jumlah 5 14

Sumber Data :Hasil Penelitian Tahun 2016

Hasil penelitian di daerah destinasi Kapalo Banda Taram dari 19 orang wisatawan yang
datang 5 orang berasal dari nagari Taram sendiri ,yaitu masyarakat disekitar daerah
Kapalo Banda yang memanfaatkan air di irigassi untuk mencuci sepeda motor mereka
dan ada yang datang sekedar untuk mandi sore, sedangkan 14 orang berasal dari luar
daerah Taram.

Disamping itu tim peneliti juga menanyakan dari siapa wisatawan mengenal daerah
destinasi yang dikunjungi, dapat dilihat melalui tabel di bawah ini,

Tabel : 6.Sumber Informasi

No Sumber informassi Frekwensi Frekwensi

1 Dari teman 14

2 Dari saudara 5

Jumlah 14 5

Sumber Data : Hasil Penelitian Tahun 2016

Dari tabel diatas terlihat bahwa wisatawan mendapat informassi tentang daerah tujuan
wisata ini hanyalah dari teman sebanyak 14 orang dan sisanya 5 orang mendapat
informasi dari saudara. Dari hasil penelitian tersebut di atas terlihat bahwa sumber
informasi yang di dapat oleh wisatawan tentang adanya daerah destinasi bukanlah dari
sumber resmi, hal ini perlu jadi bahan pertimbangan bagi pemerintahan Nagari Taram
untuk dapat mengenalkan potensi wisata yang ada di nagari mereka.

Masyarakat sebagai pengelola tempat wisata juga diberi fasilitas oleh pemerintah
kabupaten berupa bangunan sebagai kamar ganti setelah wisatawan usai berenang dan
juga ada menyediakan kamar mandi tempat buang air besar atau kecil ,tetapi menurut
keterangan masyarakat setempat tempat wisata ini ditutup dua tahun yang lalu karena
adanya kejadian remaja yang berwisata kedaerah tersebut menggunakan kamar ganti
(fasilitas untuk umum) sebagai tempat asusila yang menyebabkan kemarahan dari
masyarakat setempat yang menyebabkan mereka menutup kawasan ini sebagai daerah
wisata.

Dari kasus ini terlihat bahwa masyarakat di Kanagarian Taram masih memegang Adat
Basandi Sarak Sarak Basandi Kitabullah dan masih memegang teguh nilai-nilai agama
dan budaya setempat yang melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
berdua-duaan di sekitar lokasi wisata apalagi melakukan perbuatan yang dilarang oleh
agama maupun adat setempat, tetapi sewaktu tim peneliti mengunjungi daerah wisata
Kapalo Banda belum menyediakan tempat sholat, menurut keterangan masyarakat di
daerah penelitian tempat wisata ini akan dibuka kembali untuk umum yang akan
diresmikan tanggal 16 Oktober Tahunn 2016 ini,tetapi setelah tim peneliti menanyakan
langsung ke Sekretais Nagari Taram belum bisa dilaksanakan karena belum terjadi
kesepakatan antara anak nagari dengan pemerintahan nagari.16

Pemerintahan Nagari Taram juga berencana untuk pengembangan agrowisata hutan


Bukik bulek dengan pengenalan sarai harum (sereh wangi) yang akan ditanam di hutan-
hutan dipinggir perkampungan yang nantinya bisa di jadikan minyak sereh (sarai) yang
nantinya akan ditawarkan pada wisatawan sebagai oleh-oleh dari kanagarian Taram.

Di Kabupaten Agam yang terkenal dengan Danau Maninjau dan Panorama Puncak
Lawang, yang termasuk dalam wilayah administratif Kanagarian Lawang Kecamatan
Matur juga mempunyai banyak potensi wisata yang dapat ditawarkan pada wisatawan
,baik wisatawan dalam Negeri maupun wisatawan asing.dari hasil wawancara dengan
pihak pengelola Lawang Park, destinasi ini menawarkan aktivity berupa Flying fox,
Tandem Para layang take of dari Lawang Park yang nantinya akan mendarat di Pantai
Bayua Maninjau, Jungle water fall Trekking, camping area,Caving and river hikking di
Matua Katik,Raffting di Sungai Antokan yang banyak diminati oleh wisatawan dari
dalam negeri maupun luar negeri ,seperti wisatawan dari Jerman,Finlandia dan Jepang,
Malaysia dan Singapore seperti yang terlihat dari tabel di bawah ini,

16
Wawancara dengan sekretaris nagari Taram tanggal 3 Oktober 2016
Tabel 7 : Daerah Asal Wisatawan

No Daerah asal wisatawan Dalam Nagari Luar nagari Lawang


Lawang

1 Singapore 2

2 Malaysia 3

3 Padang 4

4 Lawang 2

Jumlah 2 9

Sumber Data : Hasil Penelitian Tahun 2016

Hasil penelitian di daerah wisata Lawang Park dari 11 orang wisatawan yang berhasil di
wawancarai 2 orang berasal dari nagari lawang dan 9 orang berasal dari luar nagari
Lawang.

Disamping itu tim peneliti juga menanyakan dari siapa wisatawan mengenal daerah
destinasi yang di kunjungi,

Tabel 8: Sumber informasi

No Sumber informasi Frekwensi Frekwensi

1 Travel agent 5

2 Dari teman 4

3 Dari saudara 2

Jumlah 6 5

Sumber Data : Hasil Penelitian Tahun 2016

Dari tabel diatas terlihat bahwa wisatawan mendapatkan informasi tentang daerah tujuan
wisata dari teman sebanyak 4 orang (wisatawan dari Padang) dan 2 orang dari saudara
karena merupakan anak nagari lawang itu sendiri dan 5 orang wisatawan yang datang dari
luar negara (Singapore dan Malaysia) mendapat informasi dari Travel agent, karena pihak
pengelola destinasi Lawang Park juga mempunyai travel agent yang berkantor di Padang
dan mereka juga membuka laman webb untuk situs destinasi yang mereka kelola dengan
menawarkan berbagai paket wisata baik perorangan seperti paket wisata bulan madu
halal dan paket out bount bagi karyawan Bank swasta maupun instansi Pemerintah .

Wali nagari Lawang sekarang juga berencana mengembangkan potensi wisata sejarah
Surau Tuo ,dengan mulai mengumpulkan saksi-saksi sejarah dan juga anak turunan dari
pendiri Surau Tuo tersebut yang nantinya dapat ditawar kepada wisatawan sebagai
destinasi religi (wisata keagamaan).

Di Kabupaten Pesisir Selatan yang memilik 182 Kenagarian, Tim Peneliti mengambil
daerah sampel Kanagarian Painan Selatan, yang terkenal dengan destinasi Pantai
Carocok, juga merupakan akses bagi wisatawan yang hendak menuju Pulau Cingkuak
dengan menggunakan Kapal wisata menuju destinasi.Kanagarian Painan Selatan juga
punya Potensi lainnya yang mulai dikenal masyarakat dengan kawasan Maman Bay yang
masih dikelola oleh anak nagari setempat yang juga berpotensi untuk dikembangkan.

Di Kanagarian Carocok juga ada peternakan ikan Kurapu dengan Keramba di Sungai
Nipah yang juga dikelola oleh anak Nagari yang nantinya juga merupakan potensi Nagari
yang bisa ditawarkan pada wisatawan untuk dapat melihat budi daya Ikan Kurapu baik
untuk dikonsumsi didalam nagari sebagai masakan spesifik gulai ikan karang maupun
untuk keperluan eksport nantinya untuk menambah pemasukan kas Nagari maupun untuk
peningkatan pendapatan anak nagari sendiri sebagai pengelola yang nantinya akan dapat
menekan angka kemiskinan di nagari.

Di kawasan Nagari Mandeh yang terdiri dari 5 nagari yang salah satunya dikenal dengan
kanagarian Cerocok Anau Ampang Pulai ,kawasan Mandeh yang terdiri dari gugusan
pulau-pulau besar dan kecil yang pada saat ini dikenal dengan nama Pulau Sironjong
Gadang, Sironjong Ketek,Pulau Cubadak dan Pulau Setan (yang awalnya bernama Pulau
Sultan).Sampai saat ini masih dikelola oleh anak nagari setempat yang masih merasa
pulau tersebut adalah tanah ulayat dari suku Caniago ( Nurweli sebagai pemilik) 17.Pulau
Sultan ini pada awalnya di kontrak oleh dinas Perikanan selama 10 Tahun (sampai Tahun
2020) sebesar 30 juta. Pada awalnya digunakan untuk pangkalan dari dinas Perikanan

17
Hasil Wawancara pada tanggal 25 September 2016
dalam konservasi terumbu karang dan kawasan ini juga berpotensi untuk dikembangkan
sebagai tempat wisata bahari dengan adanya kegiatan diving dan snorkelling dan
permainan air lainnya seperti jet ski dan banana boat.

Karena kawasan Mandeh ini pernah dikunjungi oleh Presiden RI Djoko Widodo pada
tahun 2015, sejak saat itu dikenal oleh masyarakat Sumatera Barat , bahkan sudah di
kenal baik secara Nasional maupun Internasional,sehingga pulau ini mulai terkenal
dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang dari daerah sekitarnya, bukan hanya
dari Kota Padang dan masyarakat Sumatera Barat umumnya bahkan ada wisatawan yang
datang dari daerah Jawa (Surabaya) yang menurut mereka mendapatkan informasi dari
teman melalui Media Sosial (instagram) terlihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 3: Daerah Asal Wisatawan

No Daerah asal wisatawan Dalam Nagari Luar Nagari


kawasan Mandeh Kawasan Mandeh

1 Batusangka 3

2 Painan 5

3 Surabaya 3

4 Padang 7

Jumlah 5 13

Sumber Data : Hasil Penelitian Tahun 2016

Hasil Penelitian di pulau Sultan yang lebih populer dengan pulau setan dari 18 orang
wisatawan yang datang 5 orang berasal dari Painan dan masyarakat sekitar kawasan
mandeh dan 13 orang berasal dari luar daerah kawasan Mandeh seperti dari Kota
Padang,Batusangkar bahkan ada yang berasal dari Pulau Jawa (Surabaya).

Selain itu peneliti juga menanyakan dari siapa wisatawan mengenal daerah destinasi yang
dikunjungi;

Tabel : 4 Sumber Informasi

No Sumber Informasi Frekwensi Frekwensi


1 Dari teman 15

2 Dari instagram 3

Jumlah 15 3

Sumber data : Hasil Penelitian Tahun 2016

Dari tabel diatas terlihat bahwa wisatawan mendapat informasi tentang daerah tujuan
wisata ini hanya dari teman (sebanyak 15 orang) sementara yang mendapat informasi
tentang daerah wisata ini dari instagram sebanyak 3 orang , dari hasil penelitian tersebut
diatas terlihat bahwa sumber informasi yang didapat oleh wisatawan tentang adanya
daerah destinasi bukanlah dari sumber resmi, hal ini perlu jadi bahan pertimbangan bagi
Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat sebagai daerah yang merebut 4 kategori
(optimistis wisata halal) yaitu Destinasi wisata halal terbaik,Destinasi kuliner terbaik,
biro jasa perjalanan wisata halal dan Restoran halal terbaik. Untuk bahan pertimbangan
bagi Pemerintah Kabupaten Pesisir selatan untuk menyediakan informasi tentang adanya
potensi wisata bahari dibalik mangroof (hutan bakau) terdapat air terjun mini yang oleh
masyarakat setempat disebut aia siluncua tempat wisatawan mandi air tawar setelah
berenang di laut.Pemandangan yang indah ini di posting melalui instagram oleh
wisatawan dengan sebutan sorga yang tersembunyi, hal inilah yang memicu keinginan
dari wisatawan dari luar kabupaten maupun dari luar pulau seperti pulau Jawa (wisatawan
yang berasal dari Surabaya) untuk menyaksikan sendiri apa yang mereka lihat dari foto
yang ada di instagram tersebut.

Sedangkan Nagari Jinang Kampung Panshur Ampang Pulai sebagai gerbang (pintu
masuk) ke kawasan mandeh, sehingga wali Nagari hanya merencanakan pengembangan
sektor ekonomi ,karena mereka di pintu masuk kawasan dan tidak bersentuhan langsung
dengan kawasan wisata pantai dan mengusahakan pembuatan cendera mata yang terbuat
dari tempurung kelapa yang akan ditawarkan pada wisatawan ,dan juga membina industri
rumah tangga (home industri) yang mengusahakan pembuatan kripik dari ikan yang
dikenal dengan kripik maco (ikan kecil ) yang dikeringkan, krispi ikan teri dan juga kripik
paku (tanaman pakis) yang banyak terdapat di hutan sekitar perkampungan.
Painan Selatan yang terkenal dengan destinasi Pantai Carocok, termasuk daerah
admintratif dari kanagarian Carocok, juga menawarkan destinasi pantai yang landai
sehingga anak-anak dapat bermain air dengan nyaman dengan ombaknya yang kecil
memecah di pantai, selain itu juga merupakan terminal kapal kecil (perahu bermotor)
menuju ke pulau Cingkuak.Tim peneliti yang melakukan penelitian di sepanjang pantai
Carocok telah melakukan wawancara dengan 10 orang wisatawan, 7 orang berasal dari
Kota Padang (rombongan dari Kantor) dan 3 orang wisatawan berasal dari daerah Painan.
Sewaktu tim peneliti menanyakan sumber informasi yang mereka dapatkan ,wisatawan
dari Padang memperoleh informasi dari teman sedangkan yang 3 orang lainnya adalah
penduduk lokal.

2.Bagaimana Peran Nagari Dalam Mewujudkan Wisata Halal

Untuk Sinkronisasi penyelenggaraan Pemerintahan dalam upaya melaksanakan tugas dan


fungsi pemerintahan yang baik dan efektif di Nagari, maka perlu diatur ketentuan
mengenai pokok-pokok Pemerintahan Nagari, untuk itu perlu di tetapkan Peraturan
Daerah tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari.Untuk itu Pemerintah Daerah
Sumatera Barat telah mengeluarkan peraturan Daerah No.2 Tahun 2007 Tentang Pokok-
Pokok Pemerintahan Nagari.

Nagari sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah
tertentu , dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Sarak Sarak Basandi
Kitabullah) dan atau berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat dalam wilayah
Provinsi Sumatera Barat.

Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang dilaksanakan


oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Nagari berdasarkan asal usul
Nagari di Wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 angka 8 Peraturan Daerah Propinsi
Sumatera Barat No.2 Tahun 2007).

Wali Nagari sebagai kepala pemerintahan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan


untuk mengatur dan mengurus kepentingan serta pelayanan pada masyarakat setempat,
peran serta dan prakarsa yang bertujuan untuk kesejahteraan anak nagari.
Wali Nagari menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari (RPJMN) untuk
jangka waktu 6(enam) Tahun ditetapkan dengan Peraturan Nagari dan menyusun Rencana
Kerja pembangunan Nagari (RKPN) tiap tahun.

Harta Kekayaan Nagari yang meliputi:

a.Pasar nagari

b.Tanah Lapang atau tempat rekreasi nagari

c.Balai, Mesjid dan/surau nagarian

d.Tanah ,hutan sungai, kolam dan atau laut yang menjadi ulayat Nagari.

e.Bangunan yang dibuat oleh Pemerintah Nagari dan atau anak nagari untuk
kepentingan umum.

f.Harta benda dan kekayaan lainnya.

Pemanfaatan dan pengelolaan harta kekayaan nagari dilaksanakan oleh pemerintah nagari
berdasarkan peraturan Nagari (Pasal 17 ayat 1 PERDA No.2Tahun 2007).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di tiga daerah penelitian ditemukan data sementara
Nagari yang sudah mengeluarkan Peraturan Nagari dalam Pengelolaan asset Nagari
berupa Tempat Pemandian Alam Batang Tabik di Nagari Sungai Kamunyang dengan
mengeluarkan PERNA no.152 Tahun 2014 yang kemudian dirobah dan ditambah oleh
PERNA No.3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Tempat Pemandian Alam Batang Tabik,
yang dilakukan oleh organisasi Pemuda Jorong yang ada dalam lingkungan Nagari
Sungai Kamunyang, yang izin pengelolaannya dikeluarkan oleh Pemerintah Nagari.

Dalam PERNA No.152 Tahun 2014 terdapat peraturan yang melarang dilokasi
pemandian tidak dibenarkan menyediakan minuman keras, mabuk mabukan dan
perjudian (Pasal 4 ayat 3 PERNA No.152 yang dirobah dan ditambah oleh PERNA No.3
Tahun 2015 peraturan ini sudah sesuai dengan adat yang hidup di tengah-tengah
masyarakat (kearifan lokal) yang pada saat ini dituangkan dalam bentuk konsep halal .

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kanagarian Tarantang Kabupaten Lima
Puluh Kota,juga belum ada PERNA yang mengatur tentang asset nagari yang telah
dimanfaatkan sebagai daerah wisata alam oleh Pemerintah Kabupaten cq.Dinas
Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota,pada awalnya tidak ada manfaatnya bagi nagari
Tarantang karena dikelola oleh Pemda (Pem.Kab) dan baru dalam tiga tahun terakhir ini
diberi fee oleh Pemerintah Kabupaten cq. Dinas Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota
sebanyak 17 juta pertahun.Pada Tahun ini sesuai dengan kesepakatan pemerintah Nagari
Tarantang sudah mendapat bagian 10 % dari hasil pengelolaan destinasi sebanyak 20 juta
rupiah.

Di Kanagarian Taram juga belum ada Peraturan Nagari yang mengatur tentang konsep
wisata di nagari yang berdasarkan dengan Adat Basandi Sarak Sarak Basandi Kitabullah,
walaupun masyarakat sudah menerapkan hal tersebut dalam pengelolaan destinasi Kapalo
Banda yang merupakan wisata air yang juga memungkinkan wisatawan selain naik rakik
(rakit dari bambu) ada juga yang ingin berenang untuk menikmati sejuknya air sungai
Batang Bungo.

Nagari Pilubang tempat terletaknya sebuah Resort yang menawarkan wisata alam
pegungan yang sejuk dengan air terjun ,tetapi pada saat ini tidak ada air lagi karena
musim kemarau panjang yang tidak lagi turun hujan semenjak bulan Mei, di resort ini
sudah membuat aturan sendiri bagi wisatawan yang akan menginap dan rekreasi di dalam
kawasan dengan mengeluarkan 33 hal yang diharamkan untuk di perbuat selama
menginap dan berkunjung di Pilubang Resort, yang antara lain melarang pengunjung
bukan suami istri yang sah untuk menginap di kamar resort dan juga dilarang membawa
minuman keras ,dilarang berjudi, dilarang menghidupkan musik keras karena pengunjung
yang datang terutama yang berasal dari kota Besar yang sudah jenuh dengan kebisingan
dan hiruk pikuk ,dengan ini resort menawarkan ketenangan alam pedesaan .Dengan
adanya peraturan 33 hal yang diharamkan di Pilubang Resort akan memberi kemudahan
bagi perangkat nagari untuk menuangkannya dalam bentuk Peraturan Nagari dalam
mewujudkan wisata halal nantinya.

Dari hasil penelitian di Nagari Lawang Kabupaten Agam, Pemerintahan Nagari Lawang
sudah mengeluarkan Peraturan Nagari no.4 Tahun 2010 Tentang Tata Tertib Objek
Wisata.Berdasarkan keterangan dari Wali Nagari Lawang dalam melahirkan peraturan
Nagari tersebut Wali Nagari bekerjasama dengan Kerapatan Adat Nagari dan melibatkan
tigo tunggu Sajarangan (Ninik Mamak,Alim ulama dan Cadiak Pandai).18 Peraturan
Nagari di rancang oleh ninik mamak cadiak pandai dan alim ulama yang ada dalam
Nagari yang kemudian baru mereka serahkan pada Wali Nagari untuk dibicarakan
bersama-sama dengan BAMUS sehingga melahirkan peraturan yang dapat diterima oleh
seluruh masyarakat di dalam nagari, Karena Wali Nagari memposisikan diri sebagai
urang sumando (semenda) yang akan mengatur dan melindungi anak kemenakan di
Nagari Lawang bukan sebagai Pemerintah secara Administratif.

Dalam Peraturan Nagari Lawang juga memuat sanksi bagi orang-orang yang melakukan
pelangaran kesusilaan di kawasan wisata akan dihukum secara adat dengan membayar
denda 2 kodi atap seng kepada Nagari.19

Dari hasil penelitan di Nagari Carocok yang terletak di Painan Selatan, dari hasil
wawancara dengan Wali Nagarinya20 ,mengatakan Nagari Carocok belum ada
mengeluarkan peraturan nagari untuk mengelola wisata Pantai carocok, karena dikelola
oleh Pemda Pesisir Selatan cq. Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan ,Hambatan
bagi Wali Nagari dalam penyusunan Rancangan Peraturan Nagari antara lain disebabkan
oleh kurangnya kerja sama dengan BAMUS dalam membuat Peraturan Nagari, karena
Bamus honornya di bayar oleh Pemda sehingga Bamus tak menganggap wali Nagari
sebagai Mitra dalam menyusun Rancangan Peraturan Nagari, sehingga hasil pemasukan
dari destinasi wisata pantai carocok tidak masuk ke dalam kas nagari, walaupun secara
administratifnya termasuk asset (kekayaan nagari Carocok).

Nagari Cerocok Anau Ampang Pulai, dari hasil wawancara dengan Wali Nagari, juga
belum ada Peraturan nagari yang mengatur tentang kawasan wisata yang ada, dalam hal
pengelolaan destinasi puncak mandeh yang di serahkan pengelolaannya pada anak nagari
setempat ,mereka sudah memakai konsep halal dalam pengelolaannya dengan
menerapkan aturan pada pengunjung yang bukan muhrim dilarang berduaan ditempat
yang sepi kecuali mereka duduk-duduk menikmati panorama laut yang indah di tempat
yang sudah di sediakan oleh pihak pengelola ,begitupun dengan destinasi wisata di Pulau

18
Wawancara dengan wali nagari Lawang, Tanggal 5 Oktober 2016

19
Ibid,tanggal 5 Oktober 2016

20
.wawancara dengan wali Nagari carocok, Tanggal 26 September 2016
Sultan ,Pemilik Pulau (Nurweli suku Caniago) juga mengatakan kalau pengunjung yang
mandi-mandi di pulau tetap memakai pakaian yang sopan dan menutup aurat bagi
perempuan dan batas waktu berkunjung di pulau hanya sampai waktu Magrib.Wali nagari
Cerocok Anau Ampang Pulai sudah bersedia untuk memfasilitasi rencana Pemerintah
Pusat yang akan mendirikan Pasar Nagari Moderen untuk menunjang wisata dengan
anggaran lebih kurang 18 M dari Pemerintah Pusat. Dan juga Kawasan Pemukiman yang
layak untuk masyarakat nelayan (rancangan dari ITB).21

Nagari Jinang Kampung Panshur Ampang Pulai ,merupakan Nagari yang berada di
gerbang masuk ke kawasan Mande dengan sendirinya mereka tidak terlibat langsung
dengan daerah destinasi kawasan pantai dan pulau-pulau, tetapi dari hasil wawancara
dengan Wali Nagari,mengatakan bahwa Anak Buah Kapal (ABK) kapal yang beroperasi
di wisata Pulau-Pulau Kawasan Mande berasal dari anak nagari Jinang Kampung Panshur
Ampang Pulai.22Wali Nagari di Kanagarian Jinang Kg.Panshur Ampang Pulai ini sudah
memberikan sosilisasi pada pendudduk di Nagari Jinang Kg.Panshur Ampang Pulai
dalam pembebasan tanah untuk pelebaran jalan masuk ke kawasan wisata Mande, dengan
biaya ganti rugi yang disesuaikan dengan harga pasar yang melibatkan lebih kurang 150
Kepala Keluarga. Wali Nagari juga berencana akan memfasilitasi dalam pengurusan hak
paten dari kuliner(makanan) krispi ikan teri dan kripik paku (pakis) dan juga kelapa muda
KW (air kelapa tua yang diproses) sehingga terasa seperti air kelapa muda dan ini sudah
dilakukan pelatihannya di Pariaman.23

3.Prospek wisata halal yang dapat dikembangkan dalam rangka melahirkan


kebijakan yang bersumber dan bermuara pada potensi nagari.

Melihat Tingkat kunjungan wisatawan yang tinggi membuat potensi pengembangan


wisata di Sumatera Barat cukup menjanjikan, dalam rangka meningkatkan dan
mengoptimalkan potensi wisata yang ada di nagari_nagari di daerah Sumatera Barat ,
yang setiap Nagari mempunyai potensi wisata untuk dikembangkan dengan berbagai
keunikan ,disini diharapkan kejelian dari perangkat nagari dan pemuda setempat untuk

21
Wawancara dengan wali nagari Cerocok Anau Ampang Pulai,Tanggal 7 Oktober 2016

22
Wawancara dengan wali nagari Jinang Kampung Panshur Ampang Pulai Tanggal 7 Oktober 2016

23
ibid
bisa mengolah dan mengembangkan potensi wisata yang ada di nagarinya, peran dari
perangkat nagari untuk menyokong pengembangan objek wisata yang ada didaerah
mereka seperti yang terdapat pada nagari Tarantang yang terdiri dari dua jorong, yakni
jorong Lubuk Limpato dan jorong Tarantang kecamatan Harau, Destinasi wisata lembah
harau yang dikelola oleh Dinas Pariwisata (Pemda Kab.Limapuluh Kota) pada awalnya
tidak ada manfaatnya pada nagari karena di kelola oleh pemda Kab.Lima Puluh kota
,karena uangnya di pungut oleh Pemda cq.dinas Pariwisata Kab.Lima Puluh Kota
walaupun sebagai tenaga pengelola di pakai anak nagari setempat mereka hanya
dipekerjakan sebagai tenaga harian, dari hasil wawancara dengan ibu Dona Pegawai
kantor Nagari Tarantang menyebutkan bahwa tiga tahun terakhir ini baru ada fee dari
destinasi harau pada kas nagari sebanyak 17 juta pertahunnya. Sesuai dengan hasil
kesepakatan wali nagari Tarantang dengan pihak pengelola maka nagari Tarantang
mendapat 20 Juta Rupiah (10 % dari pendapatan kawasan wisata harau) yang oleh
pemerintah nagari digunakan untuk perbaikan Masjid di nagari Tarantang ,karena sesuai
dengan adat di daerah sumatera Barat yang Basandi Sarak Sarak Basandi Kitabullah,
maka pembangunan, pemeliharaan rumah ibadah merupakan prioritas utama untuk
menunjang kegiatan beragama penduduk di nagari.24

Untuk peningkatan pelayanan bagi wisatawan dari anak nagari, pemerintah nagari
membuat kebijakan dan berupaya untuk meningkatkan pengetahuan pemuda setempat.
Pada Tahun 2015 pemerintahan Nagari dengan cara mengirim anak nagari (pemuda dan
pemudi) untuk pelatihan seni dan budaya seperti pelatihan Randai dan tari-tarian
tradisional lainnya dengan menggunakan APBN Nagari sebanyak 5 juta rupiah.Untuk
tahun ini (2016) direncanakan oleh pemerintahan nagari untuk mengirim lebih kurang 30
orang pemuda setempat untuk pelatihan Bahasa Inggris dengan biaya dana desa untuk
tahun ini dianggarkan sebanyak 19 juta rupiah.sayangnya dalam pemanfaatan potensi
Nagari ini pemerintahan nagari belum ada pengaturannya dalam bentuk PERNA
(Peraturan Nagari ) sebagai acuan dalam mengelola dan pemanfaat potensi Nagari.25

Diantara anak nagari Lubuak Limpato terdapat seorang pemuda yang bernama adek
baru satu tahun ini ,membuka usaha gelangang berkuda untuk penyewaan kuda tunggang
24
Wawancara tanggal 19 September 2016

25
Wawancara tanggal 19 September 2016
bagi wisatawan dengan pembayaran Rp.10.000 satu kali putaran.Menurut Adek sebagai
pihak pengelola usaha gelanggang berkuda ,dia bisa memberi kerja sambilan bagi anak-
anak disekitar daerah lokasi gelangngang selepas mereka pulang sekolah,ini sebagai
wujud dari usaha ekonomi kreatif bagi anak muda di sekitar objek wisata yang bisa
meningkatkan pendapatan atau meningkatkan perekonomian anak nagari disekitar lokasi .

Hasil usaha sampingan ini dapat meningkatkan pendidikan anak nagari disekitar
yang dahulunya sebelum tahun 80an hanya berpendidikan sampai tingkat SLTP setelah
tahun 80an pendidikan anak nagari sekitar daerah wisata rata-rata SMA dan bahkan sudah
ada yang masuk Perguruan tinggi. Karena gelanggang baru di buka agak siang menjelang
sore hari hal ini tidak mengganggu kegiatan belajar mereka karena mereka bekerja
setelah pulang sekolah dan adek sebagai pemilik dan pengelola gelanggang berkuda juga
mempunyai pekerjaan yang lain yaitu sebagai pedagang.

Selain itu juga ada usaha rumah tangga yang dikelola oleh seorang perempuan yang
membuat rakik kacang, rakik maco (Krupuk kacang dan krupuk ikan),yang menjualkan
hasil usahanya pada pemilik warung disekitar destinasi Harau dan juga pada pedagang
asongan yang menawarkan dagangannya pada wisatawan di dalam lokasi wisata. Dengan
usaha yang sudah ditekuninya selama 7 tahun dia bisa menyekolahkan anaknya sampai
ketingkat SMA.Untuk berjualan didalam dikawasan destinasi Harau untuk anak nagari
setempat tidak dipungut bayaran ,sedangkan untuk pedagang yang berasal dari luar nagari
dipungut uang sebesar Rp.5000, sebagai uang kebersihan.Dari hasil wawancara dengan
pengusaha krupuk tersebut, ternyata dia tidak mendapatkan bantuan untuk modal usaha
dari Nagari.

Di Nagari Sarasah juga terdapat kawasan yang dikembangkan oleh anak nagari
Payakumbuh, bersuku Guci dengan membeli tanah dari suku Kutianyia yang membuat
kawasan seluas 16 Ha dijadikan pondok Pesantren dan juga kawasan wisata air yang
dibentuk seperti kanal ,dapat dilayari dengan perahu yang didayung sendiri dengan harga
sewa 15 ribu rupiah .Dan juga memberi kesempatan kepada salah seorang masyarakat
nagari untuk mendirikan kedai minuman dan makanan ringan untuk pengunjung, pemilik
kedai diberikan kewajiban untuk membayar uang sewa kepada pemilik resort 500 ribu
sebulan.Dari wisatawan yang berkunjung ke daerah destinasi telah dapat meningkatkan
pendapatan (ekonomi) dari masyarakat sekitar dengan penyediaan jasa foto grafer bagi
wisatawan yang ingin mengabadikan daerah wisata yang mereka kunjungi sebagai
kenang-kenangan untuk diperlihatkan kepada teman dan sanak saudara mereka di daerah
asal mereka dan ini merupakan sarana promosi destinasi wisata kita secara tidak
langsung.Dari hasil wawancara yang dilakukan pada pihak pengelola ditanyakan apa
yang menjadi kontribusi dari pihak pengelola pada nagari,menurut pengelola dari hasil
pembelian tiket masuk di pintu gerbang sudah merupakan pemasukan bagi pemerintah
dan juga dengan adanya wisatawan yang berbelanja di warung akan meningkatkan
pendapatan keluarga dan juga dengan adanya kelompok-kelompok yang menyediakan
jasa foto grafer menyebabkan terbukanya peluang kerja bagi anak nagari di sekitarnya
yang menyebabkan berkurangnya angka pengangguran. Dengan adanya kelompok
kelompok ekonomi kreatif, di kawasan sarasah tersebut pihak pengelola juga ada
menyediakan Mushola,alat perlengkapan untuk sholat untuk wisatawan muslim yang
ingin melakukan kegiatan ibadah mereka selama berada dalam kawasan wisata.
Diharapkan Pemerintah Nagari kedepan dapat membuat Peraturan Nagari dalam
pengembangan wisata dengan konsep wisata halal sesuai dengan falsafah yang ada dalam
masyarakat adat di nagari yang terkenal dengan Adat Basandi Sarak Sarak Basandi
Kitabullah dengan membentuk kebijakan untuk mengatur potensi wisata yang ada di
nagari, sehingga menambah pendapatan dan pemasukan dari Pendapatan Asli Nagari
(PAN) atau PAD.

Kecamatan Luak terdapat Nagari Sungai Kemunyang yang memiliki 9 jorong, guna
memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi Nagari Sungai Kamunyang, maka tempat
Permandian Alam Batang Tabik sebagai salah satu asset Nagari Sungai Kamunyang perlu
dikelola dengan baik dan juga untuk pembinaan generasi muda Nagari Sungai
Kamunyang, dipandang perlu pengelolaan tempat tempat permandian Alam Batang Tabik
diserahkan kepada pemuda yang ada di jorong-jorong dalam wilayah Nagari Sungai
Kamunyang secara bergilir, destinasi ini pada awalnya di kelola oleh KAN karena
terletak pada tanah hak ulayat Nagari, Setelah Tahun 2001 seluruh asset nagari dikelola
oleh Nagari.Untuk itu Wali nagari dalam pengelolaan lokasi wisata permandian Batang
Tabik tersebut memberikan hak pengelolaannya pada pemuda nagari dengan cara
bergiliran diantara 9 jorong yang ada dengan cara pencabutan undian, dilakukan setiap
tahunnya dengan bergiliran sehingga ke 9 jorong yang ada mendapat kesempatan untuk
mengelola tempat permandian Batang Tabik tersebut. Untuk tahun 2016 ini pemerintahan
nagari menetapkan uang retribusi untuk nagari sebesar Rp.45.000.000, dengan ketentuan
cara pembayaran dibagi dalam 3 tarmen, dituangkan dalam bentuk perjanjian sebagai
berikut

Tarmen 1. Yaitu 2 bulan pertama harus membayar Rp.15.000.000,-

Tarmen 2. Yaitu Bulan ketiga membayar Rp.7.500.000,-

Tarmen 3. Yaitu bulan kelima membayar Rp.7.500.000,-

Jika ketentuan yang sudah disepakati antara pemerintah (Nagari) tidak dapat
dilaksanakan oleh anak nagari yang telah ditunjuk sebagai pengelola, maka pemerintah
(Nagari) akan mencabut izin usaha dari anak nagari yang sedang mengelola. Perjanjian
yang yang dilakukan oleh pemerintah Nagari dengan pemuda jorong yang telah ditunjuk
pada tahun ini dimulai tangal 25 Juli Tahun bersangkutan sampai dengan 24 Juli Tahun
berikutnya (Pasal 5) PERNA No.3 Tahun 2015. Pengelola tempat Pemandian Alam
Batang Tabik pada tanggal 25 juli tahun bersangkutan sampai dengan 24 Juli tahun
berikutnya wajib membayar kontrak pengelolaan kepada pemerintah nagari yang nilainya
ditetapkan.

Pengawasan dan pemeliharaan lokasi wisata dilakukan oleh perangkat Nagari ,Izin
pengelolaan dikeluarkan oleh Pemerintah Nagari yang menerapkan aturan pada pihak
pengelolola melarang atau tidak dibenarkan menyediakan minuman keras, mabuk-
mabukan dan perjudian.Pengelola wajib menjamin keamanan pengunjung dan
membentuk tim penyelamat.

Untuk pemeliharaan tempat wisata dengan menggunakan uang retribusi yang


dibayar oleh pihak pengelola (anak nagari), pemerintah Nagari membangun sarana dan
prasarana dilokasi seperti perbaikan tempat parkir dan juga tempat (lokasi) pedagang
dengan membuatkan semacam foodcort dari uang retribusi yang di setor oleh pihak
pengelola.

Pihak pengelola berhak mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari biaya masuk
ke komplek pemandian Alam Batang Tabik, dan juga berhak mengambil sewa atas kamar
ganti pakaian atau kamar tempat menyimpan pakaian pengunjung, selain itu pihak
pengelola tempat pemandian mempunyai tugas memungut biaya masuk ke komplek
tempat pemandian, memelihara kebersihan, ketertiban dan keamanan serta mengawasi
penggunaan kolam renang.

Dari hasil wawancara dengan pihak pengelola yang juga menyediakan tempat
beribadah bagi wisatawan muslim berupa Mushola dan perlengkapan untuk
sholat.26Pemerintah Nagari Sungai Kamunyang kedepannya juga bisa mengeluarkan
kebijakan dalam pengelolaan tempat wisata berdasarkan aturan yang sudah ada dan hidup
berkembang di dalam masyarakat yang dikenal dengan Adat Basandi Sarak Sarak
Basandi Kitabullah yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk Peraturan Nagari
Tentang Wisata Halal.

Di Nagari Sungai Kamunyang terdapat berbagai objek wisata yang sangat potensial
untuk dikembangkan karena didukung oleh sumber air, keindahan alam dan udara yang
sejuk. Berbagai objek wisata yang dapat dikembangkan antara lain;

1.Wisata Pemandian Alam di jorong Batang Tabik

2.Wisata gunung

3.Agrowisata

4.Wisata Olah Raga Motto Cross di Sirkuit Baliang yang sedang di


kembangkan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota No.10 Tahun 2007,bahwa
untuk menjalankan roda pemerintahan nagari dibentuk struktur organisasi dan tata kerja
Perangkat Nagari.susunan Struktur organisasi dan tata kerja perangkat Nagari dimaksud
terdiri dari Wali Nagari yang dibantu oleh Sekretaris Nagari dan kepala urusan serta
kepala Jorong.

Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas, terlihat bahwa potensi Nagari Sungai
Kamunyang sangat besar dalam pembangunan Nagari dimasa yang akan datang dalam
mewujudkan visi nagari, yaitu dengan semangat gotong royong dilandasi Adat basandi
26
Wawancara dengan pihak pengelola Tanggal 4 Oktober 2016
syara’, syara’ basandi kitabullah untuk mewujudkan Sungai Kamunyang yang sejahtera
mandiri, dan untuk itu Nagari Sungai Kamunyang telah mengelurkan Peraturan Nagari
Sungai Kamunyang No.152 Tahun 2014 yang telah dirobah dan ditambah dengan
mengeluarkan PERNA No.3 Tahun 2015 tentang Pengelolalan Tempat Pemandian Alam
Batang Tabik.

Di Nagari Taram, yang juga banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan, selain dari
wisata air Kapalo Banda yang pada saat ini dikelola oleh anak nagari Jorong Tanjuang
juga akan mengembangkan wisata kuliner yang mereka sebut dengan makan lomak
(makan enak) di Pasar taram, mereka menyediakan makanan tradisional anak nagari
selain itu juga ada kawasan wisata Bukuk Bulek, Surau Tuo (wisata ziarah keagamaan).
Pemerintah nagari Taram berencana akan membentuk Rancangan Peraturan Nagari
(Ran.Perna),untuk pendataan tempat wisata, identifikasi pemilik.Dengan terbukanya
peluang usaha Pariwisata yang dikelola oleh anak nagari diharapkan adanya pemasukan
pada kas nagari ,sehingga bisa menjadi nagari yang otonom dalam mengelola potensi-
potensi alam yang ada di nagari untuk dikembangkan sebagai objek wisata, dengan
seperangkat aturan yang kedepannya terdapat konsep halal sehingga bisa membuat
ketengan jiwa dari wisatawan muslim yang akan berkunjung ke daerah ini nantinya.

Di Kabupaten Agam,juga terkenal dengan potensi wisata alam Danau Maninjau yang
indah,sehingga wisatawan berkeinginan untuk menikmati panorama alam tersebut dari
puncak yang dikenal oleh penduduk setempat dengan sebutan puncak lawang. Hal ini
telah di manfaatkan oleh pemerintahan Nagari Lawang Kecamatan Matur (Matua)
dengan menyerahkan pengelolaannya pada salah seorang anak nagari untuk mendirikan
resort Lawang Park. Kawasan lawang Park adalah tanah milik masyarakat hukum adat di
Kanagarian Lawang dengan pola kerjasama

Kabupaten Pesisir Selatan juga mempunyai banyak daerah yang mempunyai potensi
wisata pantai dan pulau-pulau juga potensi wisata alam pegunungan yang belum terkelola
dengan baik ,untuk itu Bupati Pesisir Selatan yang mempunyai pertimbangan bahwa
kepariwisataan merupakan sektor usaha potensial yang dapat dimanfaatkan guna
meningkatkan penerimaan daerah demi kesejahteraan rakyat yang mana pengelolaannya
diselenggarakan melalui penghormatan terhadap nilai-nilai agama dan budaya
masyarakat lokal, dan untuk melaksanakan usaha-usaha kepariwisataan ,pemerintah
Kabupaten Pesisir Selatan perlu membentuk sebuah Badan Usaha Milik Daerah sebagai
perusahaan yang handal, bersih ,transparan dan menjunjung prinsip tata kelola
perusahaan yang baik, menciptakan lapangan kerja, serta sebagai pendorong
pembangunan di Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 331 ayat (2) UUNo.32 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, pembentukan Badan Usaha Milik Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daeran,
untuk hal tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan (Bupati Pesisir Selatan)
telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 5 Tahun 2016
tentang Pendirian Perseroan Terbatas Pesona Pesisir Selatan.

Dalam Pasal 1 (angka 5) PERDA No.5 Tahun 2016 menyebutkan ,Badan Usaha Milik
Daerah yang selanjudnya disingkat BUMD, adalah Badan Usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah melalui penyertaan secara langsung dan
berasal dari kekayaan daerah yang di pisahkan.

Dalam Pasal 1 (angka 6) PERDA No.5 Tahun 2016 menyebutkan ,Perusahaan Daerah
adalah BUMD yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham
yang seluruhnya atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) saham dimiliki
Daerah.selanjutnya Pada Pasal 1 (angka 8) menyebutkan,Perseroan Terbatas (PT) Pesona
Pesisir Selatan selanjutnya disingkat Perseroan adalah BUMD yang berbentuk
Perusahaan Perseroan Daerah dimana tujuan pendiriannya adalah untuk melakukan
kegiatan usaha secara menguntungkan dibidang kepariwisataan baik yang diusahakan
sendiri maupun bekerjasama dengan BUMN,BUMD ataupun dengan pihak swasta
nasional/asing sebagai basis pendapatan daerah (PAD).

Rekomendasi

Dari hasil pengumpulan informasi dan data yang dilakukan oleh tim peneliti, perlu
sosialisasi pada Pemerintah Kota ,Kabupaten dan Nagari-Nagari yang mempunyai
potensi wisata untuk dikembangkan dan dikelola dengan membentuk kebijakan-kebijakan
yang bersumber pada potensi Nagari. Untuk mengatur pengelolaan potensi nagari yang
nantinya akan bisa bermanfaat untuk sumber Pendapatan Nagari yang akan dikelola
oleh Pemerintahan Nagari untuk kesejahteraan masyarakat di dalam nagari yang
nantinya akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi anak nagari untuk menekan
angka kemiskinan pada penduduk nagari.

Untuk hal yang demikian dana desa selain dapat digunakan untuk mengembangkan infra
struktur di nagari, termasuk pengembangan pariwisata dengan mendirikan Badan Usaha
Milik Nagari (BUMNAG) yang dalam pengelolaan selanjutnya dapat dikelola oleh anak
nagari sehingga meningkatkan pendapatan asli nagari dengan berbagai kegiatan ekonomi
yang memanfaatkan potensi potensi yang ada di nagari, sehingga kedepannya bisa
menjadi Nagari yang mandiri punya otonomi sendiri dalam mengatur kekayaan (potensi)
yang ada didalam nagari sehingga nantinya tidak lagi tergantung pada Pemerintahan
pusat.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1.Anggaran Biaya

Penelitian ini diperkirakan memerlukan anggaran yang cukup besar. Anggaran biaya
sebanyak 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah). Perincian anggaran biaya menurut jenis
pengeluaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1
Anggaran Biaya Penelitian

Biaya yang Diusulkan (RP)


No Jenis Pengeluaran

1 Honorarium 15.200.000

2 Bahan habis pakai 2.100.000

3 Biaya Perjalanan 26.050.000

4. Pengolahan data dan biaya lainnya 6.650.000

Jumlah 50.000.000

4.2. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama 16 minggu atau selama 4 bulan untuk Jadwal
penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3

Jadwal Penelitian Tahun Pertama (2016)

No. Jenis Kegiataan Bulan

1 2 3 4

1 Persiapan
penelitian

2 Pengumpulan
data

3 Pengolahan data

4 Penulisan draf
laporan

5 Perbaikan
laporan

6 Laporan akhir

7 Publikasi dan
seminar

G. Personalia Peneliti

1. Nama : Dian Amelia,SH.MH

NIP : 195904241986032003

Jenis Kelamin : Perempuan

Pangkat/ golongan : IV a/Lektor Kepala

Bidang keahlian : Hukum Perdata


Tugas : Ketua Peneliti

Pendidikan Terakhir : S2 (Pasca Sarjana)

Alokasi waktu : 4 bulan

2.Nama : Prof. Dr.Yaswirman,MA

NIP : 195708011986031001

Jenis Kelamin :Laki-laki

Pangkat /golongan :Pembina utama madya /IVd

Bidang keahlian :Hukum Islam

Tugas :Anggota peneliti

Pendidikan terakhir :S3 (Doktor)

Alokasi waktu : 4 bulan

3. Hj.Ulfanora,SH.MH

NIP :196111161986032002

Jenis Kelamin :Perempuan

Pangkat/Golongan :Pembina/IV b

Bidang Keahlian :Hukum Perdata

Tugas : Anggota Peneliti

Pendidikan terakhir : S2 (Pasca Sarjana)

Alokasi waktu : 4 bulan

4.Syahrial Razak

NIP :195609121986031001

Jenis kelamin :Laki-laki

Pangkat/golongan :Lektor Kepala/IVa

Bidang keahlian :Hukum Perdata


Tugas :Anggota Peneliti

Pendidikan Terakhir : S2 (Pasca Sarjana)

Alokasi waktu : 4 bulan

5.Shafira Hijria

NIP :198908162015042003

Jenis Kelamin :Perempuan

Pangkat/golongan :Penata muda tk.I/IIIb

Bidang keahlian :Hukum Perdata

Tugas :Anggota Peneliti

Pendidikan Terakhir : S2 (Pasca Sarjana)

Alokasi waktu :4 bulan


Daftar Kepustakaan

A. Literatur

Ali, Zainudin.2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika

Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fiqih
Muamallah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ascarya. 2011. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ashofa, Burhan. 2010. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta

Agus Syarip Hidayat.2015,Persiapan Sektor Pariwisata Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat


Ekonomi ASEAN 2015, Jakarta:LIPI Press.

Dasuki, HA. Hafizh. 1997, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hove

Gamal Suwantoro,1997,Dasar-Dasar Pariwisata,Yogyakarta:Penerbit Andi Yogyakarta.

Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Salemba Humanika

Kadir, A. 2010. Hukum Bisnis Syariah Dalam Alquran, Jakarta: Amzah

Nasution, Mustafa Edwin, dkk. 2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup

Pasaribu, Chairuman dan Suhrawadi K, Lubis. 2004. Hukum Perjajian Dalam Islam. Jakarta; Raja
Grafindo Persada.

Rohmah, Siti. 2014. Penerapan Nilai-Nilai Etika Bisnis Islam Di Hotel Madani Syariah Yogjakarta.
Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Sofyan, Rianto. 2011. Bisnis Syariah Kenapa Tidak? Pengalaman Penerapan Pada Bisnis Hotel,
Jakarta; Gramedia.

Suprayitno, Eko. 2005. Ekonomi Islam Penerapan Ekonomi Makro Islam.

Wardiyanta,2010,Metode Penelitian Pariwisata,Yogyakarta:Penerbit Andi Yogyakarta.

Undang Undang
Undang Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif No.2 Tahun 2014

Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat No.51 Tahun 2015 Tentang Wisata Halal

Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat N0.2 Tahun 2007 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Nagari

LAMPIRAN I

I. Justifikasi Anggaran Penelitian Tahun 2016


Harga/

Elemen Biaya Satuan Volume satuan Sub Jumlah

Honorarium

- Ketua peneliti Jam 400 8.000 3200.000

- Anggota 1 Jam 400 75.000 3.000.000

- Anggota 2 400 75.000 3.000.000

- Anggota 3 Jam 400 75.000 3.000.000

- Anggota 4 400 75.000 3.000.000

Biaya Pembuatan Proposal 1.000.000 1.000.000

Biaya Sekretariat 1 bulan 5 bulan 200.000 1000.000

Biaya Pengolahan Data 1.000.000 1.000.000

Bahan habis pakai dan peralatan

- Kertas rim 10 30.000 300.000

- Pena bh 20 10.000 200.000

- Buku tulis untuk survey bh 10 20.000 200.000

- Tas untuk ke lapangan bh 5 200.000 1000.000

- Photo copy set 500 10.000 5.000.000


Biaya perjalanan pengumpulan
data

- Padang-P.Kumbuh(50 Kota) PP , 3 orang 250.000


org 750.000

- Tanspor dalam kota 3 org, 4 hari orang, hari 3orang, 600.000


4 hari 2400.000

- Konsumsi 3 X 3 org/hari , 4 hari orang, hari 3 450.000 1350.000


orang,4
hari

- Penginapan 3 orang, 3 hari orang, hari 3orang, 600.000


3hari 1800.000

Padang-Bukittinggi PP 3 Orang Orang 3 200.000 600.000

Trasportasi dalam kota 3orang,4 Orang,hari 3 600.000


hari 2400.000

Konsumsi 3x3 orang/hari,4 hari Orang,hari 3 450.000

Penginapan3 orang/3hari Orang,hari 3 1350.000

Padang- Sawahlunto PP 3 orang,4 Orang 3 150.000


hari 450.000

Trasportasi dalam kota3 orang/4 Orang,hari 3 600.000


hari 2400.000
Orang,hari 3 600.000
Penginapan 3 orang 3 hari 1800.000

Konsumsi 3x3 orang/hari,4 hari Orang,hari 3 450.000 1350.000


Padang-Pesisir Selatan 3 orang orang 3 150.000 450.000

Trasportasi dalam Kota 3 orang/4 Orang,hari 3 600.000


hari 2400.000

Penginapan 3 orang,3 hari Orang,hari 3 600.000 1800.000

Konsumsi 3x3 orang 4 hari Orang,hari 3 450.000 1350.000

Pengolahan Data dan Biaya Lain-


lain

- Teks book bh 10 100.000 1.000.000

- Konsumsi rapat kali 10 150.000 1500.000


- Penggandaan laporan
pendahuluan set 15 50.000 750.000

- Penggandaan laporan akhir set 10 60.000 600.000

- Seminar lokal kali 1 6020.000 6020.000

- Publikasi kali 1 750.000 750.000

- Pengiriman laporan kali 6 150.000 900.000

Jumlah 50.000.000

LAMPIRAN 2

Dukungan sarana dan prasarana yang diberikan oleh perguruan tinggi dalam melakukan
penelitian tidak ada. Peneliti akan mengatasinya dengan memaksimalkan penyediaan sarana dan
prasarana penelitian melalui dana peneliti sendiri, karena peneliti menyadari resiko konsekuensi
dalam menghasilkan penelitian yang berkualitas dan dijamin keilmiahannya memang
memerlukan biaya yang tidak sedikit dan harus ditunjang sarana prasarana yang memadai
seperti kendaraan, tape recorder, laptop dan internet.

LEMBARAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN
1.Judul : Pengembangan Pariwisata Berbasis Nagari Di Sumatera Barat
Tinjauan Pelaksanaan Undang Undang No 10 Tahun 2009 Tentang
Pariwisata.
2.Bidang Ilmu : Ilmu Hukum

3.Ketua Pelaksana :

a.Nama lengkap : Dian Amelia,SH.MH

b.Gol/Pangkat :IV a/Lektor Kepala

c.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d.Jabatan Struktural :-

e.Fakultas/bagian :Hukum/Perdata

4.Anggota Peneliti :4 (empat) orang

5.Lokasi Penelitian : Kabupaten 50 Kota,Kabupaten Agam,,Kabupaten Pesisir Selatan

6.Lama Penelitian : 4 bulan

7.Biaya Penelitian : Rp.50.000.000,-

8.Sumber biaya : Dana Dipa BLU Unand Anggaran 2016

Padang,,17 Juni 2016

Mengetahui :

Ketua Bagian Hukum Perdata Ketua Peneliti

(Prof.Dr.Yaswirman,MA) (Dian Amelia,SH.MH)

NIP.195708011986031001 NIP.195904241986032003

Menyetujui

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Andalas

(Dr.Zainul Daulay,SH.MH)

NIP.19591122986031002

KUESIONER UNTUK PENELITIAN

JUDUL:

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS NAGARI MENUJU WISATA HALAL DI SUMATERA BARAT


TINJAUAN PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NO.10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN
Identitas Responden

1. Nama :

2. Nomor Responden :

3. Propinsi :

4. Kota :

5. Nagari :

6. Umur :

7. Daerah asal :

8. Pendidikan :

9. Agama :

10. Pekerjaan :

11. Daerah penelitian :

12. Pewawancara (utk wisatawan) :

1.Apakah B/I sudah pernah datang berwisata ke daerah ini ?

Sudah 1( )

Belum 2( )

..............

2.Kalau sudah Berapa kali B/I datang

Pertama kali ( )

.................. ( )

3.Apa alasan B/I datang ke daerah ini

.............. 1( )

............. 2( )
4.Dari siapakah B/I dapat informasi tentang destinasi daerah ini

Dari teman 1( )

Dari Brosur travel agent 2( )

3. Apakah alasan B/I untuk datang berwisata ke daerah ini

................... 1( )

................... 2( )

4.Bagaimana pendapat B/I tentang pengelolaan tempat wisata disini

Cukup baik 1( )

................. 2( )

5.Apakah menurut B/I fasilitas yang disediakann oleh pengelola cukup memuaskan

Cukup 1( )

Baik 2( )

buruk 3( )

5.Bagaimana pendapat B/I tentang masyarakat sekitar daerah wisata

Cukup ramah 1( )

Ramah 2( )

Tidak baik 3( )

6.Bagaimana pendapat B/I fasilitas tempat untuk beribadah

Cukup Baik 1( )

Baik 2( )

Buruk 3( )

7. Menurut B/I apa cendera mata yang paling disukai oleh wisatawan

1. ( )

2. ( )

8. Bagaimana menurut B/I tentang pengelolaan Parkir


Cukup Baik 1.( )

Baik 2( )

Buruk 3.( )

9.Bagaimaana menurut B/I tentang kebersihan lingkungan daerah wisata disini

Bersih 1( )

Kurang bersih 2( )

Kotor 3( )

10.Apakah B/I puas dengan pelayanan Pihak pengelola

Puas 1( )

Kurang puas 2( )

..................... 3( )

11 Jika Kurang puas bagaimana sebaiknya menurut B/I

12.setelah mengunjungi daerah wisata ini apakah B/I ingin datang kembali kesini

Ya 1( )

Tidak 2( )

13. Kalau ya apa alasannya

14.kalau tidak apa alasannya

15.Sekembalinya B/I dari daerah wisata ini apakah ada keinginan untuk merekomendasikannya
pada temanatau saudara

Ya 1( )

Tidak 2( )
16.Kalau ya apa alasannya

17. Kalau tidak apa alasannya

KUISIONER UNTUK PENELITIAN

JUDUL:

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS NAGARI MENUJU WISATA HALAL DI SUMATERA BARAT


TINJAUAN PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NO.10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN
identitas Responden

1.Nama :

2.Nomor Responden :

3.Propinsi :

4.Kota :

5.Nagari :

6.Umur :

7.Pendidikan :

8.Agama :

9.Pekerjaan :

10.Daerah penelitian :

11.Pewawancara (utk dinas Pariwisata) :

1.menurut B/I apa potensi didaerah ini yang dapat di kembangkan untuk mengundang
wisatawan

2.Apakah Bapak sudah dapat informasi bahwa sumbar termasuk salah satu daerah wisata halal
di Indonesia selain NTB dan Aceh Darussalam

3.Menurut Bapak apa yang harus disediakan oleh Pemda (nagari) untuk kesiapan daerah ini
menerima wisatawan yang berbasis syariah ( halal)

4.Menurut B/I jika sumbar sebagai Daerah yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai daerah wisata
halal apa yang harus dipersiapkan oleh pemda

5.Menurut B/Icukup tersedia di Kantor ini informasi menyangkut masyarakat di daerah ini
Ada ( )

Tidak ada ( )

Kurang ( )

5.Menurut B/I apa peran anak nagari dalam mewujudkan wisata halal di daerah ini

6.Menurut B/I apa yang harus diberikan oleh dinas Pariwisata atau pemda pada anak nagari agar
mereka siap menerima wisatawan dengan moto sapa,senyum

7.menurut B/I apakah perlu sosialisasi pada masyarakat sekitar daerah wisata ,sehingga mereka
bisa menerima kedatangan wisatawan dengan ramah, sesuai dengan abssbk

8.Bagaimanaa pendapat B/I tentang informasi yang ada di kantor ini dalam membantu
wisatawan untuk memilih daerah destinasi

9.Menurut B/I siapa sebaiknya yang di tunjuk untuk melakukan pengawasan terhadap
masyarakat sebagai pelayan wisatawan

9Menurut B/I jika ada laporan dari pihak wisatawan tentang kurangnyamannya mereka dengan
tukang parkir yang memalak wisatawan tindakan apa yang akan diberikan oleh dinas pariwisata

10.Menurut B/I siapa sebaiknya yang akan mengelola suatu objek wisata di suatu nagari
sehingga bisa meningkatkan pendapatan nagari sekaligus meningkatkan pendapat anak nagari
KUISIONER UNTUK PENELITIAN

JUDUL:

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS NAGARI MENUJU WISATA HALAL DI SUMATERA BARAT


TINJAUAN PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NO.10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN

identitas Responden
1.Nama :

2.Nomor Responden :

3.Propinsi :

4.Kota :

5.Nagari :

6.Umur :

7.Pendidikan :

8.Agama :

9.Pekerjaan :

10.Daerah penelitian :

11.Pewawancara (utk pengelola Pariwisata) :

1. Menurut B/I fasitas apa yang harus dipersiapkan oleh pengelola untuk menerima wisatawan
muslim baik dari dalam negeri maupun dari luar negara

2Bagaimana cara B/I menyediakan fasilitas tersebut

3.sudah berapa lama B/I menjadi pengelola di daerah wisata ini

4.Apakah ada hambatan dalam melakukan pengelolaan didaerah wisata ini

5. Kalau ada bagaimana cara B/I mengatasi hambata tersebut


6.Apakah ada bantuan dari pemerintah untuk mengatasi hambatan tersebut

7.Apakah B/I ada kerjasama dengan anak nagari disekitar daerah wisata

8.kalau ada bagaiman bentuk kerjasamanya

9.apakah ada hambatan dari anak nagari selama B/I mengelola daerah wisata disini

10.Apakah ada kerja sama dengan perangkat nagari

11.kalau ada bagaimana bentuk kerjasamanya

12bagaimana cara B/I memperkenalkan daerah ini sebagai tujuan wisata pada wisatawan asing
maupun wisatawan dalam negeri.

13.Jika daerah wisata yang B/I kelola ini di tunjuk sebagai tempat kunjungan wisatawan muslim
Fasitas apa yang harus disediakan untuk mereka

14.Pakah makanan yang disediakan untuk wisatawan ada dafar harganya, sehingga wisatawan
merasa nyaman berbelanja dan makan di restoran yg disediakan

15.Apakah pihak pengelola ada memperhatikan kebersihan toilet, sehingga memberi


kenyamanan bagi wisatawan muslim untuk bersuci dari najis
16. Apakah pihak pengelola ada menyediakan fasilitas tempat beribadah utk wisatawan muslim

17.Akah ada disediakan sajadah yang suci dari najis dan juga alat-alat untuk sholat baik untuk
laki-laki maupun untuk Perempuan

18.Bila dilakukan pencucian alat-alat perlengkapan sholat,untuk wisatawan sehingga terjamin


kesuciannya

Satu kali dalam sebulan ( )

Satu kali dua minggu ( )

............

19.Apakah B/I ada pergi studi banding ke daerah tujuan wisata halal, seperti NTB atau Aceh

20.Kalau belum bagaimana cara B/I memperoleh informasi utk mengelola tempat wisata yang
berbasis syariah jika dikaitkan dengan adat basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah(ABSSBK)

21.Apakah ada sosialisasi dari dinas Pariwisata atau dinas terkait lainnya

KUISIONER UNTUK PENELITIAN

JUDUL:

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS NAGARI MENUJU WISATA HALAL DI SUMATERA BARAT


TINJAUAN PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NO.10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN

identitas Responden
1.Nama :

2.Nomor Responden :

3.Propinsi :

4.Kota :

5.Nagari :

6.Umur :

7.Pendidikan :

8.Agama :

9.Pekerjaan :

10.Daerah penelitian :

11.Nama Pewawancara

(utk masyarakat sekitar daerah wisata) :

1.Apakah B/I tinggal disekitar objek wisata ini

Ya............... 1( )

Tidak 2( )

2.Kalau tidak dari mana asal B/I

nagari.............. 1( )

Nagari terdekat (tulis nama desa/nagari) 2( )

3.Apa yang B/I jual atau tawarkan kepada wisatawan

Makanan 1( )

Cendera mata 2.( )

4.Siapa yang membuat makanan/ cendera mata itu

Saya sendiri 1( )

Diambil dari orang lain 2( )


5.Apakah B/I merasa dengan adanya tempat wisata didaerah ini dapat meningkatkan
penghasilan dari masyarakat sekitar

Ada 1( )

Tidak ada 2( )

..................

6.apakah B/I berjualan diluar atau didalam lokasi wisata

Di dalam 1( )

Di luar 2( )

7. Kalau di luar apa penyebabnya

Tidak boleh masuk oleh pihak pengelola 1( )

Harus membayar 2( )

8.dalam seminggu berapa hari B/I berjualan di daerah wisata

Tiap hari 1( )

Tiap hari minggu 2( )

Setiap hari libur 3( )

9. Apakah B/I ada punya anak

Ada 1( )

Tidak ada 2( )

10.JIka ada ada berapa orang anak B/I

1 orang 1( )

2 orang 2.( )

Lebih 3 orang 3( )

11.Apakah anak B/I masih ada yang bersekolah

Ada

Tidak ada
12. Kalau tidak ada apa penyebabnya

Sudah besar dan sudah bekerja 1( )

Putus sekolah karena tidak ada biaya 2( )

13.Apakah anak B/I ada ikut membantu jualan di daerah wisata ini

Ada

Tidak ada

Anda mungkin juga menyukai