Disusun Oleh :
RIZA BETTA ANISA
101001205
Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini, dengan judul Skizofrenia Katatonik
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF
Kesehatan Jiwa. Dr. Pirngadi Medan.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dokter Pembimbing
yaitu dr. Mawar Gloria Tarigan,SpKJ atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Kesehatan Jiwa RSU. Dr. Pirngadi Medan serta dalam
penyusunan paper ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa paper ini memiliki banyak kekurangan baik dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga paper ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN...
2.1. Defenisi..
2.2. Etiologi...
2.4. Klasifikasi.
2.8. Penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
10
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi
Skizofrenia Katatonik adalah satu tipe skizofrenia yang ditandai oleh ketegangan
(katatonia), negativisme, dan stupor atau gaduh.(1)
2.2. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui.(1,2,3,4,5) Berdasarkan penelitian biologik, genetik,
fenomenologik dinyatakan bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan atau penyakit.
(1,2)
Atau paling sedikit memiliki 2 gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus.
2. Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan, yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologime.
3. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau
fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, atau stupor.
4. Gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatjan penarikan
diri dari pergaulan sosial serta menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptik.
Untuk diagnosis skizofrenia katatonik satu atau lebih perilaku berikut ini harus
mendominasi gambaran klinisnya.(1,3,5)
1. Stupor (amat berkurangnya reaktivitasterhadap lingkungan dan dalam gerakan serta
aktivitas spontan) atau mutisme
2. Kegelisahan (aktivitas motor yang tampak tak bertujuan yang tidak dipengaruhi oleh
stimuli eksternal)
3. Berpose (secara sukarela mengambil dan mempertahankan sikap tubuh tertentu yang
tidak wajar)
4. Negativisme ( perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap semua instruksi atau
upaya untuk digerakan atau bergerak kearah yang berlawanan)
5. Rigiditas ( Rigidity: mempertahankan sikap tubuh yang kaku melawan upaya untuk
menggerakannya)
6. Gejala lain seperti otomatisme terhadap perintah (command automatism: ketaatan
secara otomatis terhadap perintah), dan perseverasi kata-kata serta kalimat.
2.4. Klasifikasi
Ada beberapa subtype skizofrenia yang diidentifikasikan berdasarkan variabel klinik(1,2,5):
1. F 20.0. Skizofrenia Paranoid
Ini adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai dinegara manapun. Gambaran
klinisnya didominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil, sering kali bersifat
paranoid, biasanya disertai halusinasi-halusinasi pendengaran.
2. F 20.1. Skizofrenia Disorganisasi (Herbefrenik)
Suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas, dan secara
umum juga dijumpai waham dan halusinasi ang bersifat mengambang serta terputusputus (fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,
serta umumnya mennerisme.
3. F 20.2. Skizofrenia Katatonik
4. F 20.3. Skizofrenia tak terinci
5. F.20.4. Depresi pasca skizofrenia
Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah suatu
serangan penyakit skizofrenia.
6. F 20.5. Kizofrenia Residual
Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenik dimana telah
terjadi progresi yang jelas dari stadium awal.
7. F 20.6. Skizofrenia simpleks
Suatu kelainan yang tidak lazim dimana ada perkembangan yang bersifat perlahan tapi
progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan
masyarakat dan penurunan kinerja secara menyeluruh.
Standar emas baru adalah APG-II. Meskipun harganya mahal tetapi manfaatnya sangat
besar. Pilihlah APG-II yang efektif dan efek samping yang lebih ringan dan dapat digunakan
secara aman tanpa memerlukan pemantauan jumlah sel darah putih setiap minggu. Gunakanlah
APG-II yang sama yang anda tidak harus memantaunya secara ketat. (2)
Terapi darurat terdiri dari antipsikotika seperti fluefenazin (prolixin, anantesol) 2-5 mg
IM, haloperidol (haldol) 2-5 mg IM, tiotiksen (navane) 5 mg IM, semua diberikan setiap 30
menit seperlunya. Lorazepam (ativan) 1-2 mg IM tiap 4-6 jam bermanfaat untuk katatonia.(2)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Skizofrenia tidak diduga sebagai suatu penyakit tunggal tetapi sebagai suatu kelompok
penyakit dengan cirri-ciri klinik umum. Banyak teori penting telah iajukan mengenai etiologi dan
ekspresi gangguan ini.
Skizofrenia Katatonik adalah suatu tipe skizofrenia yang ditandai oleh ketegangan
(katatonia), negativisme, dan stupor atau gaduh.
Untuk diagnosis skizofrenia katatonik satu atau lebih dari perilaku Stupor Katatonik,
Negativisme Katatonik, Kekuatan Katatonik, Gaduh Katatonik, dan Postur Katatonik.
Terapi darurat terdiri dari antipsikotik seperti fluefenazin (prolixin, anantesol) 2-5 mg IM,
haloperidol (haldol) 2-5 mg IM, tiotiksen (navane) 5 mg IM, atau trifluoperazin (stelazin) 5 mg
IM, semua diberikan tiap 30 menit seperlunya. Lorazepam (ativan) 1-2 mg IM tiap 4-6 jam
bermanfaat untuk katatonia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Saddock BJ. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika. 1997.
2. Elvira, Sylvia D, Hadikusuma Gitayanti. Buku Ajar Pskiatri. Jakarta : EGC. 1997.
3. Residen Bagian Psikiatri UCLA. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC. 1997.
4. Mansjoer, rif dkk. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Media Aesculapius :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2001.
5. muslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta.2001.