Beberapa diagnosis gangguan jiwa yang sering atau kerap kali muncul di masyarakat sesuai
dengan Buku PPDGJ II diantaranya yaitu :
A. DEMENSIA
Demensia merupakan suatu sindromakibat penyakit/gangguan otak yang biasanya
bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multiple (
multiple higher cortical function ), termasuk didalamnya: daya ingat daya pikir orientasi ,
daya tangkap (comprehension) ,berhitung kemampuan belajar , berbahasa, dan daya nilai
(judgment).
Umumnya disertai, dan ada kalinya diawali, dengan kemerosotan (deteriorantion)
dalam pengendalian emosi, perilaku social, atau motivasi hidup.
Pedoman Diagnostik
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti : mandi, berpakaian ,
makanan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
Tidak ada gangguan kesadaran
Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan
F30-F39
GANGGUAN SUASANA PERASAAN
(GANGGUAN AFEKTIF / “MOOD”)
F30 EPISODE MANIK
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya
untuk satu episode manic tunggl ( yang pertama), termasuk gangguan efektif bipolar, episode
manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresif, manic, atau hipomanik ) sebelumnya atau
sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar.
F30.0 Hipomania
Pedoman diagnostik
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau berubah
disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-
turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi
siklotima (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan
diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis
mania harus ditegakkan.
F 40- F48
GANGGUAN NEUROTI, GANGGUAN SOMATOFORM, DAN GANGGUAN
TERKAIT STRES
F 50- F 59
SINDROM PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN
FISIOLOGIS dan FAKTOR FISIK
F50.0 Anoreksia Nervosa
Pedoman diagnostik
1. Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau
dipertahankan oleh penderita
2. Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a. Berat badan tetap dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya
b. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan yang
mengandung lemak, denan cara:
i. Merangsang muntah oleh sendiri
ii. Menggunakan pencahar
iii. Olahraga berlebihan
iv. Memakai obat penekan nafsu makan
c. Terdapat distorsi “body – image” dalam bentuk psikopatologi yang spesifik dimana
ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang berlebihan terhadap
berat badan yang rendah
d. Adanya gangguan endokrin yang meluas yang melibatkan “hypothalamic – pictuitary –
gonadal axis “, dengan manifestasi pada wanita sebagai aminore dan pada pria sebagai
kehilangan minat dan potensi seksual
e. Jika onset terjadinya pada masapra – pubertas, perkembangan pubertas tertunda, atau dapat
juga tertahan.
F50.2 Bulimia Nervosa
Pedoman diagnostik
1. Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a. Terdapat preokupsi yang menetap untuk makan, dan ketagihan (craving) terhadap makanan
yang tidak berdaya terhadap datangnya episode makan berlebih
b. Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan cara:
i. Merangsang muntah oleh sendiri
ii. Menggunakan pencahar berlebihan
iii. Puasa berkala
iv. Memakai obat – obatan seperti penekan nafsu makan
c. Gejala psikopatologi – nya terdiri dari ketakutan yang luas biasa akan kegemukan dan
penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya
2. Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif, walaupun penderita bulimia sering
mengalami gejala – gejala depresi.
F.51.0 Insomnia Non – organik
Pedoman diagnostik
1. Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang
buruk
b. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan
c. Adanya preokupsi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d. Ketidak – puasan terhadap kuantitas atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
2. Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi
3. Kriteria “lama tidur “ (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan
F51.1 Hipersomnia Non-oganik
Pedoman diagnostik
1. Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a. Rasa kantuk yang berlebih pada siang hari dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai
bangun tidur sampai sadar sepenuhnya.
b. Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau brulang dengan waktu yang
lebih pendek, yag menyebabkan penderitaan yg berat dan mempengaruhi fungsi sosial dan
pekerjaannya.
c. Tidak ada gejala tambahan.
d. Tidak ada kondisi neurologi atau medis yang menunjukan gejala rasa kantuk pada siang hari.
2. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan keluhan
yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa.
F51.2 Gangguan Jadwal Tidu – jaga Non-organik
Pedoman diagnostik
1. Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a. Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama dengan pola tidur jaga yang normal bagi
masyarakat setempat.
b. Insomnia pada watu orang – orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang jaga,
yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu
yang lebih pendek.
c. Ketidakpuasan dalam kuantitas,kualitas, dan waktu tidur menyebabkan penderita an yang
cukup perat dan mempengaruhi fungsi dalam sosil dan pekerjaan.
2. Adanya gejala gangguan jiwa yang lain seperti anxietas, depresi, hipomania, tidak menutup
kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur – jaga non – organik, yang penting adanya
dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita.
F51.3 Somnabulisme (sleepwalking)
Pedoman diagnostik
1. Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur.
b. Selama 1 episode, individu menunjukan wajah bengong, relatif tidak memberikan rspon
terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk beromunikasi dengan
penderita, dan hanya dapat disadarkan dari tidurnya dengan susah payah.
c. Pada waktu sadar, individu tidak ingat apa yang terjadi.
d. Dalam kurun waktu bebearapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada
gangguan aktivitas mental, walaupun, dapat dimulai dengan sedikit bingung.
e. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
2. Somnabulisme harus dibedakan dari serangan epilepsi psikomotor dan fugue disosiatif.
F51.4 Teror Tidur (Night Terrors)
Pedoman diagnostik
1. Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a. Gejala utama adalah salah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan berteriak
karna panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar, dan hiperaktivitas otonomik
seperti jantung berdebar – debar nafas cepat.
b. Setiap episodelamanya 1 – 10 menit. Dan biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam.
c. Secara telatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mempengaruhi
keadaan teror tidurnya dalam beberapa menit setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan
gerakan – gerakan berulang.
d. Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada sangat minimal.
e. Tidak adanya bukti gangguan mental organik.
2. Teror tidur harus dibedakan dari mimpi buruk, yang biasanya terjadi setiap saat dalam tidur
mudah dibangunkan dan teringa dengan jelas kejadianya.
3. Teror tidur dan somnambulisme sangat berhubungan erat, keduanya mempunyai karakteristik
klinis dan patofisisologi yang sama.
F51.5 Mimpi buruk (nightmares)
Pedoman diagnostik
1. Untuk diagnostik pasti, dibutuhkan hal – hal seperti berikut:
a. Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang menakutkan yang
dapat diinga kembali dengan rinci dan jelas, yang khas terbangun pada paruh kedua masa
tidur.
b. Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar penuh dan mampu
mengenali lingkungannya.
c. Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu menyebabkan penderitaan cukup
berat bagi individu.
2. Sangat penting untuk membedakan mimpi buruk dari teror tidur dengan memperhatikan
gambaran klinis yang khas untuk masing – masing gangguan.
F52.5 Vaginismus Non – organik
1. Terjadi spasme otot- otot vagina, menyebabkan tertutupnya pembukaan vagina. Masuknya
penis menjadi tak mungkin atau nyeri
F52.6 Dispareunia Non – organik
1. Dispareunia adalah keadaan nyeri pada waktu hubungan seksual, dapat terjadi pada wanita
maupun pria
2. Diagnosa dibuat hanya bila tidak ada kelainan seksual primer lainnya (seperti vaginismus
atau keringnya vagina)
F60 - F69
GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU MASA DEWASA
F65.2 Ekshibionisme
Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin pada orang lain
( biasanya lawan jenis ) ditempat umum. Terbatas pada laki-laki heteroseksual. Apabila yang
menyaksikan itu terkejut atau takut atau terpesona maka gairah penderita meningkat.
F65.3 Voyeurisme
Kecenderungan yang berulang atau bahkan menetap untuk melihat orang sedang
berhubungan seksual atau berperilaku intim yang menjurus pada rangsangan seksual atau
masturbasi tanpa orang yang diintip sadar.
F65.4 Pedofilia
Preferensi seksual terhadap anak-anak sampai dewasa yang harus berulang dan menetap
contoh:
Laki-laki dewasa yang mempunyai partner seksual dewasa tapi karena frustasi yang kronis
maka partner seksual dewasa tersebut beralihnpada anak-anak.
F65.5 Sadomasokisme
Aktivitas seksual yang melibatkan pengikatan, menimbulkan rasa sakit atau penghinaan dan
sering kali penderita mendapatkan rangsangan seksual dari aktivitas tersebut.
F 80- F89