NON-PSIKOSIS
Kelompok:
Danu Caraka
Ahmad Rifqi Yusuf
Intan pertiwi
Insight Pasien sadar dirinya terganggu Pasien tidak sadar dirinya terganggu.
Fobia Khas
Agorafobia Fobia Sosial
(Terisolasi)
Gangguan Gangguan
Anxietas Fobik Anxietas Fobik
Lainnya Ytt
F41. Gangguan Anxietas Lain
Gangguan
Gangguan
Gangguan Cemas
Campuran
Panik Anxietas Dan
Menyeluruh
Depresi
Gangguan
Gangguan
Anxietas Gangguan
Anxietas
Campuran Anxietas Ytt
Lainnya Ydt
Lainnya
F42. GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
• Gejala obsesif - tindakan kompulsif hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut
• Merupakan distress / mengganggu aktivitas penderita
• Gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut :
a.Disadari sebagai pikirannya
b.Satu pikiran atau tindakan tidak dapat dilawan
c.Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan untuk memberi kepuasan / kesenangan
d.Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan
• Ada kaitan erat antara gejala obsesif , terutama pikiran obsesif dengan depresi
• Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette atau gangguan
mental organik
MACAM GANGGUAN
• Gangguan pada kemampuan kendali di bawah kesadaran dan kendali selektif yang mencapai taraf yang
dapat berlangsung dari hari ke hari atau bahkan jam ke jam.
• Kriteria diagnosis:
3. Bukti ada penyebab gangguan psikologis dalam bentuk hubungan waktu yang jelas dengan problem
kejadian yang “Stressfull” atau hubungan interpersonal meskipun disangkal
MACAM GANGGUAN
1. AMNESIA DISOSIATIF
2. FUGUE DISOSIATIVE
3. STUPOR DISISIATIVE
4. GANGGUAN MOTORIK DISOSIATIF
5. KONVULSI DISOSIATIF
6. ANASTESIA DAN KEHILANGAN SENSORIK DISOSIATIF
7. GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) CAMPURAN
8. GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) LAINNYA
9. GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) YTT
F45. GANGGUAN SOMATOFORM
• Adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang-ulang disertai dengan permintaan
pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali
terbukti hasilnya negatif.
• Penderita menyangkal dan menolak membahas
kemungkinan kaitan keluhan fisiknya dengan
problem atau konflik dalam kehidupannya.
MACAM GANGGUAN
• GANGGUAN SOMATISASI
• GANGGUAN HIPOKONDRIK
• GANGGUAN DISMORFIK TUBUH
• GANGGUAN NYERI SOMATOFORM
• GANGGUAN SOMATOFORM YTT
GANGGUAN PSIKOSOMATIK
Kriteria diagnostik DSM-IV untuk Faktor-faktor tersebut telah
faktor psikologis yang mempengaruhi mempengaruhi perjalanan kondisi
kondisi medis (Gangguan medis umum seperti yang
psikosomatik) menyatakan : faktor ditunjukkan oleh hubungan
psikologis secara merugikan temporal erat antara faktor
mempengaruhi kondisi medis psikologis dan perkembangan atau
pasien dalam salah satu dari eksaserbasi dari, atau pemulihan
bermacam-macam cara. yang lambat dari, kondisi umum.
KRITERIA DIAGNOSTIK
Terdapat suatu kondisi medis umum ( ditulis pada Aksis III)
Faktor psikologis secara merugikan mempengaruhi kondisi medis umum dalam salah satu cara
berikut: 1. Faktor psikologis telah mempengaruhi perjalanan kondisi medis
umum seperti yang ditunjukkan oleh hubungan temporal yang erat
antara faktor psikologis dan perkembangan atau eksaserbasi dari,
atau keterlambatan penyembuhan dari, kondisi medis umum
2. Faktor mempengaruhi terapi kondisi medis umum
3. Faktor menyumbang risiko kesehatan tambahan bagi individu
4. Respon psikologis yang berhubungan dengan stress mencetuskan
atau mengeksaserbasi gejala kondisi medis umum
Pilih nama berdasarkan sifat faktor psikologis (jika terdapat lebih dari satu
faktor, nyatakan yang paling menonjol)
Gangguan mental mempengaruhi kondisi medis
Gejala psikologis mempengaruhi kondisi medis
Sifat kepribadian atau gaya menghadapi masalah mempengaruhi kondisi
medis
Perilaku kesehatan maladaptive mempengaruhi kondisi medis
Respon fisiologis yang berhubungan dengan stress mempengaruhi kondisi
medis umum
Faktor psikologis lain yang tidak ditentukan mempengaruhi kondisi medis
KRITERIA DIAGNOSTIK (PPDGJ III)
NAPZA
Alkohol:
Zat : Bir, Vodka, Johnny Walker
Psikotropika:
Zat: Sabu(amfetamin), Ineks(amfetamin)
Obat : Sedatif/ Hipnotik: Pil koplo (Valium, Nipam, Lexo, Mogadon, Double L)
Zat adiktif:
Tembakau, kafein, dan lain-lain
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yg ditimbulkan,
NAPZA dapat digolongkan menjadi
Gangguan
penggunaan zat Akibat
terinduksi zat
Intoksikasi Withdrawal
Akibat sudah Gangguan
Akibat reaksi zat
ketergangtungan tapi mental lainnya
terhadap tubuh
kemudian mendadak tidak yg terinduksi
pakai lagi obat atau zat
Gangguan Pengunaan Zat
A. Suatu pola maladaptif penggunaan zat yang menimbulkan hendaya atau penderitaan yang secara klinis
signifikan, seperti dimanifestasikan oleh satu (atau lebih) hal berikut, yang terjadi dalam periode 12 bulan :
1) Penggunaan zat berulang mengakibatkan kegagalan memenuhi kewajiban peran utama dalam pekerjaan,
sekolah, atau rumah (contoj: absen berulang atau kinerja buruk dalam pekerjaan yang berhubungan dengan
penggunaan zat; absen, skors, atau dikeluarkan dari sekolah terkait zat; penelantaran anak atau rumah
tangga).
2) Penggunaan zat berulang pada situasi yang secara fisik berbahaya (contoh: mengendarai mobil atau
mengoperasikan mesin saat sedang mengalami hendaya akibat penggunaan zat).
3) Masalah hukum berulang terkait zat (contoh: penahanan karena perilaku kacau terkait zat).
4) Penggunaan zat berlanjut meski memiliki masalah sosial atau interpersonal yang persisten atau rekuren
yang disebabkan atau dieksaserbasi oleh efek zat (contoh: berselisih dengan pasangan tentang konsekuensi
intoksikasi, perkelahian fisik).
B. Gejala tidak memenuhi kriteria Ketergantungan Zat untuk kelas zat ini.
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Zat
th
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4 ed, Text rev. Washington DC: American
Physiciatric Association; copyright 2000.
Withdrawal (Lepas zat)
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
-UU RI No.92/1997
Pembagian Narkotika (UU RI No. 35/2009)
Golongan I
Untuk pengembangan Ilmu pengetahuan, bukan untuk terapi (heroin, kokain, ganja)
Golongan II
Untuk pengetahuan, terapi, potensi tinggi ketergantungan (morphin, petidin)
Golongan III:
Untuk ilmu pengetahuan, terapi, potensi rendah ketergantungan
(kodein)
Kanabis
Nama Lain
• Hemp
• Marijuana
• Chasra
• Grass
• Bhang Nama lain untuk
• Pot
•
• Ganja menggambarkan tipe
Weed
• Dagga Kanabis dalam berbagai
• The Mary Jane
• Sinsemilla
kekuatan
Diagnosis dan Gambaran Klinis
Efek fisik kanabis paling sering:
• Dilatasi pembuluh darah konjungtiva
• Takikardia ringan
Pada dosis tinggi hipotensi ortostatik
Efek lazim intoksikasi kanabis Nafsu makan meningkat (The Munchies) dan
mulut kering
Intoksikasi Kanabis
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Kanabis
A. Penggunaan kanabis baru-baru ini.
B. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yg secara klinis signifikan (cth.,
koordinasi motorik terganggu, euforia, ansietas, sensasi waktu melambat, daya nilai
terganggu, penarikan sosial) yg timbul selama atau segera setelah penggunaan kanabis.
C. Dua (atau lebih) tanda berikut timbul dalam waktu 2 jam setelah penggunaan kanabis:
(1) injeksi konjungtiva
(2) peningkatan nafsu makan
(3) mulut kering
(4) takikardia
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan
oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser: 4ed, Text rev: Wahington DC: American Psychiatric
Association, 2000
Gangguan mental & perilaku akibat Kanabis
TERAPI:
Bila anxietas Khlordiazepoksid 10-50 mg peroral dpt
diulangi setelah 1 jam
Tempatkan pasien pd ruangan tenang untuk mengurangi stimulasi
Antipsikotik untuk jangka pendek
-Haloperidol 5 mg/hari dlm dosis terbagi atau
-CPZ 25-150 mg peroral
Keadaan putus ganja pd umumnya ringan & segera menghilang
sendiri dlm waktu yg tidak terlalu lama.
Gangguan mental & perilaku akibat Kokain
American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser: 4ed, Text rev: Wahington DC:
American Psychiatric Association, 2000
Gejala pasca intoksikasi akut/pemakaian kokain ringan-
sedang disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas,
kelelahan, hipersomnolensi dan kadang agitasi
(hilang dalam 18 jam)
Pemakaian berat gejala hingga 1 minggu
Juga dapat disertai gagasan ingin bunuh diri
Terapi Gangguan mental & perilaku akibat Kokain
Farmakologis
Carbamazepine
detoksifikasi kokain serta efektif menurunkan kecanduan
Dopamin agonis menurunkan kecanduan dan menormalkan tidur
Amantadine 2x100mg
Bromocriptine 2x2.5mg
Opium Opiat/Opioid Berasal dari sari bunga Opium,
Papaversomniferum, mengandung sekitar
20 alkaloid opium
Reseptor-δ analgesia
OPIOID
PUTUS OBAT OPIOID
A. Salah satu hal berikut
1. Penghentian penggunaan opioid yang telah lama
2. Antagonis opioid setelah penggunaan opioid
B. 3 atau lebih beberapa jam/hari setelah kriteria A:
1. Mood disforik
2. Mual muntah
3. Nyeri otot
4. Lakrimasi, rinorea
5. dilatasi popil, piloereksi, berkeringat
6. diare
7. menguap
8. demam
9. insomnia
C. Gejala kriteria B menyebabkan hendaya bermakna
D. Tidak ada penyebab lain
Onset dan lamanya gejala putus
1. Zat dengan lama kerja singkat sindrom putus zat yang singkat dan
kuat
2. Zat dengan lama kerja panjang sindrom putus zat yang lama tapi
ringan
Hilang
respon
Bradikardia Koma
OVERDOSE
Pernafasa
Hipotensi
n lambat
Hipotermi
REHABILITASI
A–B-C
Observasi
Edukasi
Komunitas
Psikoterapi Penukaran
Teraupetik
Jarum
ALKOHOL
Peminum beresiko Pria, > 14 minuman/minggu atau > 4 minuman per kesempatan
Wanita, > 7 minuman/minggu atau > 3 minuman per
kesempatan
Dari Fiellin DA, Reid C, O’Connor PG. Manajemen Rawat Jalan Pasien dengan Masalah Alkohol. Ann Intern Med. 2000; 133:815
Gangguan Penggunaan Alkohol
Ketergantungan alkohol
Penyalahgunaan alkohol
Gangguan Terinduksi Alkohol
Intoksikasi alkohol
Keadaan putus alkohol
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
Delirium pada intoksikasi alkohol
Delirium pada putus alkohol
Demensia persisten terinduksi alkohol
Gangguan amnesik persisten terinduksi alkohol
Gangguan psikotik terinduksi alkohol, dengan waham
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan psikotik terinduksi alkohol, dengan halusinasi
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan mood terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan ansietas terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Disfungsi seksual terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Gangguan tidur terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan alkohol yang tidak tergolongkan
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC:
American Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Alkohol
A. Penghentian (atau pengurangan) penggunaan alkohol yang sebelumnya berat dan berkepanjangan.
B. Dua (atau lebih) hal berikut, yang timbul dalam beberapa jam samapai beberapa hari setelah Kriteria A:
1) Hiperaktivitas otonom (contoh: berkeringat atau frekuensi denyut jantung lebih dari 100)
2) Peningkatan tremor tangan
3) Insomnia
4) Mual atau muntah
5) Halusinasi atau ilusi visual, taktil, atau auditorik sesaat
6) Agitas psikomotor
7) Ansietas
8) Kejang grand mal
C. Gejala pada kriteria B menyebabkan penderitaan atau hendaya yang secara klinis bermakna dalam fungsi
sosial, okupasional, atau area fungsi penting lain.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental
lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Gangguan Terkait
Penggunaan Alkohol yang Tak Tergolongkan
• Konseling
• Pengobatan
Lain-lain
• Kelompok Swa Bantu
PSIKOTROPIKA
II. STIMULANSIA
• Berkhasiat terapi
• Berpotensi menimbulkan ketergantungan tinggi
• Contoh: amphetamin, metilfenidat, sabu-sabu, ineks
III. HIPNOTIK-SEDATIF
• Berkhasiat terapi
• Potensi efek ketergantungan sedang
• Contoh: Amobarbital, pentazosine
IV. ANXIOLOTIKA
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric
Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Gangguan Terkait
Amfetamin yang Tak Tergolongkan
Tembakau
Kaffein
Inhalansia & solvent : lem, thiner, aceton, bensin
KAFEIN
Diagnosis
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Kafein
A. Riwayat baru saja mengonsumsi kafein, biasanya melebihi 250 mg (cth. Lebih dari 2-3 cangkir kopi seduh).
B. Lima (atau lebih) tanda berikut, timbul selama atau segera
setelah penggunaan kafein
1) Gelisah
2) Gugup
3) Kegembiraan
4) Insmonia
5) Muka kemerahan
6) Diuresis
7) Gangguan gastrointestinal
8) Kedutan otot
9) Jalan pikiran dan bicara melantur
10) Takikardi/ aritmia jantung
11) Periode tidak mudah lelah
12) Agitasi psikomotor
C. Gejala pada kriteria B dapat menyebabkan penderitaan atau hendaya fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi penting
lain yang signifikan secara klinis.
D. Gejala tidak disebabkan suau kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain (cth. Suatu gangguan ansietas.)
Gambaran Klinis
50-100mg
• Peningkatan kesiagaan
• Peningkatan kinerja verbal dan motorik
• Diuresis
• Stimulasi otot jantung
• Peningkatan peristaltik usus
• Peningkatan sekresi asam lambung
• Peningkatan tekanan
100mg
• Euforia ringan (pendorong positif)
300mg
Peningkatan kecemasan dan disforia ringan (tidak bekerja sebagai pendorong positif
>1 gr
• Pembicaraan yang melantur, konfusi, aritmia, kelelahan, agitasi, tinitus,
halusinasi visual ringan
>10 gr
• Kejang tonik klonik umum, gagal nafas
Kriteria Riset DSM-IV-TR untuk Keadaan Putus Kafein
Farmakologis:
• Analgesik, seperti aspirin, cukup untuk
mengendalikan sakit kepala dan nyeri otot akibat
kafein
• Jika kurang maka dapat digunakan benzodiasepin
dalam dosis kecil untuk waktu singkat, paling lama 7
sampai 10 hari.
• Menurunkan dosis kafein secara bertahap
• Menggunakan prosedur substitusi menggantikan
minuman berkafein dengan minuman lain
NIKOTIN
Ringan –sedang:
- mual
- nyeri abdomen
- muntah
- Diare
- Nyeri kepala
- Pusing
- denyut jantung menurun
Berat:
Pusing hebat
Tekanan darah turun.
Frekuensi pernafasan menurun
Kejang
Mati karena gagal nafas
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Putus Nikotin