Anda di halaman 1dari 95

GANGGUAN

NON-PSIKOSIS

Kelompok:
Danu Caraka
Ahmad Rifqi Yusuf
Intan pertiwi

Pembimbing: dr. Happy Indah H, Sp.KJ (K)

SMF/Laboratorium Psikiatri FKUB-RSSA Malang


DEFINISI

 GANGGUAN NON PSIKOSA / NEUROTIK


• Gangguan mental yang ditandai dengan kecemasan dan tidak
mempunyai dasar organik.
• Pasien cukup mempunyai insight, daya nilai realitas tidak
terganggu.
• Perilakunya dapat sangat terganggu, namun biasanya masih
dalam batas–batas norma sosial dan kepribadian tetap utuh
FAKTOR NEUROSIS PSIKOSIS
• Dekompensasi kepribadian
ringan • Dekompensasi kepribadian berat
Perilaku Umum • Kontak dengan kenyataan tidak • Kontak dengan kenyataan terganggu
terganggu • Pasien tidak memiliki fungsi sosial.
• Fungsi sosial terganggu.

• Gejala psikologik & somatik • Gejala bervariasi luas


Gejala umum • Waham (-) • Waham (+)
• Halusinasi (-) • Halusinasi (+)

Insight Pasien sadar dirinya terganggu Pasien tidak sadar dirinya terganggu.

Orientasi Jarang kehilangan orientasi Terganggu

Efek Sosial Perilaku jarang membahayakan Perilaku sering membahayakan

Pengobatan Jarang butuh rawat inap Biasanya butuh rawat inap


The Power of PowerPoint
Faktor Penyebab
Tekanan sosial dan kultural yang sangat kuat dan
menyebabkan ketakutan.

Konflik emosional dan internal yang


menyebabkan individu frustasi.

Pertahanan diri secara fisik dan mental lemah.

Pribadi sangat labil dan kemauan lemah.


The Power of PowerPoint
F40. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

 Anxietas dicetuskan situasi atau objek yang jelas (dari luar


individu) yang sebenarnya pada kondisi lain tidak
membahayakan.
 Gejala yang menonjol adalah gejala ketakutan  menetap &
tak rasional terhadap suatu obyek, aktivitas/ situasi spesifik
yang menimbulkan keinginan untuk menghindarinya.
 Rasa takut diketahui individu sebagai sesuatu yang
berlebihan & tak masuk akal.
MACAM GANGGUAN

Fobia Khas
Agorafobia Fobia Sosial
(Terisolasi)

Gangguan Gangguan
Anxietas Fobik Anxietas Fobik
Lainnya Ytt
F41. Gangguan Anxietas Lain

 Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan


tidak terbatas pada situasi lingkungan tertentu saja.
 Dapat disertai gejala depresif dan obsesif, bahkan
juga beberapa unsur dari anxietas fobik, asal jelas
bersifat sekunder atau ringan.
MACAM GANGGUAN

Gangguan
Gangguan
Gangguan Cemas
Campuran
Panik Anxietas Dan
Menyeluruh
Depresi

Gangguan
Gangguan
Anxietas Gangguan
Anxietas
Campuran Anxietas Ytt
Lainnya Ydt
Lainnya
F42. GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF

• Gejala obsesif - tindakan kompulsif hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut
• Merupakan distress / mengganggu aktivitas penderita
• Gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut :
a.Disadari sebagai pikirannya
b.Satu pikiran atau tindakan tidak dapat dilawan
c.Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan untuk memberi kepuasan / kesenangan
d.Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan
• Ada kaitan erat antara gejala obsesif , terutama pikiran obsesif dengan depresi
• Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette atau gangguan
mental organik
MACAM GANGGUAN

• PREDOMINAN PIKIRAN OBSESIF ATAU


PENGULANGAN
• PREDOMINAN TINDAKAN KOMPULSIF
(OBSESSIONAL RITUAL)
• CAMPURAN PIKIRAN DAN TINDAKAN OBSESIF
• GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF LAINNYA
• GANGGUAN OBSESI-KOMPULSIF YTT
F43. Reaksi Terhadap Stres Berat & Gangguan
Penyesuaian
Suatu perubahan penting  Suatu stres kehidupan Gangguan
dalam kehidupan, yang yang luar biasa  penyesuaian :
menimbulkan situasi tidak menyebabkan reaksi reaksi
nyaman yang stress akut, atau penyesuaian
berkelanjutan  gangguan sementara
penyesuaian
MACAM-MACAM GANGGUAN

1. REAKSI STRES AKUT


2. GANGGUAN STRES PASCA-TRAUMA
3. GANGGUAN PENYESUAIAN
4. REAKSI STRES BERAT LAINNYA
5. REAKSI STRES BERAT YTT
F44. GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI)
• Kehilangan (sebagian/seluruh) integrasi normal (kendali bawah sadar) antara:
 - Ingatan masa lalu
 - Identitas & penginderaan segera
 - Kontrol terhadap gerakan tubuh

• Gangguan pada kemampuan kendali di bawah kesadaran dan kendali selektif yang mencapai taraf yang
dapat berlangsung dari hari ke hari atau bahkan jam ke jam.

• Kriteria diagnosis:

1. Gambaran klinis seperti diatas

2. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik

3. Bukti ada penyebab gangguan psikologis dalam bentuk hubungan waktu yang jelas dengan problem
kejadian yang “Stressfull” atau hubungan interpersonal meskipun disangkal
MACAM GANGGUAN

1. AMNESIA DISOSIATIF
2. FUGUE DISOSIATIVE
3. STUPOR DISISIATIVE
4. GANGGUAN MOTORIK DISOSIATIF
5. KONVULSI DISOSIATIF
6. ANASTESIA DAN KEHILANGAN SENSORIK DISOSIATIF
7. GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) CAMPURAN
8. GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) LAINNYA
9. GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) YTT
F45. GANGGUAN SOMATOFORM
• Adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang-ulang disertai dengan permintaan
pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali
terbukti hasilnya negatif.
• Penderita menyangkal dan menolak membahas
kemungkinan kaitan keluhan fisiknya dengan
problem atau konflik dalam kehidupannya.
MACAM GANGGUAN

• GANGGUAN SOMATISASI
• GANGGUAN HIPOKONDRIK
• GANGGUAN DISMORFIK TUBUH
• GANGGUAN NYERI SOMATOFORM
• GANGGUAN SOMATOFORM YTT
GANGGUAN PSIKOSOMATIK
Kriteria diagnostik DSM-IV untuk Faktor-faktor tersebut telah
faktor psikologis yang mempengaruhi mempengaruhi perjalanan kondisi
kondisi medis (Gangguan medis umum seperti yang
psikosomatik) menyatakan : faktor ditunjukkan oleh hubungan
psikologis secara merugikan temporal erat antara faktor
mempengaruhi kondisi medis psikologis dan perkembangan atau
pasien dalam salah satu dari eksaserbasi dari, atau pemulihan
bermacam-macam cara. yang lambat dari, kondisi umum.
KRITERIA DIAGNOSTIK
Terdapat suatu kondisi medis umum ( ditulis pada Aksis III)
Faktor psikologis secara merugikan mempengaruhi kondisi medis umum dalam salah satu cara
berikut: 1. Faktor psikologis telah mempengaruhi perjalanan kondisi medis
umum seperti yang ditunjukkan oleh hubungan temporal yang erat
antara faktor psikologis dan perkembangan atau eksaserbasi dari,
atau keterlambatan penyembuhan dari, kondisi medis umum
2. Faktor mempengaruhi terapi kondisi medis umum
3. Faktor menyumbang risiko kesehatan tambahan bagi individu
4. Respon psikologis yang berhubungan dengan stress mencetuskan
atau mengeksaserbasi gejala kondisi medis umum
 Pilih nama berdasarkan sifat faktor psikologis (jika terdapat lebih dari satu
faktor, nyatakan yang paling menonjol)
 Gangguan mental mempengaruhi kondisi medis
 Gejala psikologis mempengaruhi kondisi medis
 Sifat kepribadian atau gaya menghadapi masalah mempengaruhi kondisi
medis
 Perilaku kesehatan maladaptive mempengaruhi kondisi medis
 Respon fisiologis yang berhubungan dengan stress mempengaruhi kondisi
medis umum
 Faktor psikologis lain yang tidak ditentukan mempengaruhi kondisi medis
KRITERIA DIAGNOSTIK (PPDGJ III)

• Ada gx bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat,


tremor, muka panas/flushing, yang menetap dan mengganggu.
• Gx subjektif tambahan mengacu pada system organ tertentu
( gejala tidak khas).
• Tak terbukti ada gangguan cukup berarti pada struktur/fungsi
dari organ yang dimaksud.
• Preokupasi dengan penderitaan mengenai kemungkinan
adanya gangguan yang serius dari organ tertentu.
ETIOLOGI

 Suatu stress kehidupan yang luar biasa yang


menyebabkan reaksi stress akut atau
 Suatu perubahan penting dalam kehidupan yang
menimbulkan situasi yang tak nyaman yang
berkelanjutan dengan akibat terjadi gangguan
penyesuaian.
GANGGUAN PENYESUAIAN

• Reaksi maladaptif terhadapa stressor psikososial yang timbul


biasanya dalam 1 bulan sesudah stressor.
• Maladaptif
• Hendaya dalam fungsi sosial & pekerjaan
• Manifestasi gangguan meliputi afek depresif, anxietas,
campuran anxietas/depresif & gangguan tingkah laku. Gx
hilang bila stressor hilang atau tercapai adaptasi baru.
SLID
E 32 TERAPI

Secara tradisional, psikoanalisis dan psikoterapi telah


digunakan untuk mengobati gangguan psikosomatik.
Teknik modifikasi perilaku seperti terapi relaksasi otot,
biofeedback, hypnosis, pernafasan terkendali, yoga, dan
pijat.
Tujuan terapi perilaku adalah untuk memperbaiki
keseimbangan psikosomatik.

The Power of PowerPoint


NAPZA
Narkotika Alkohol

NAPZA

Psikotropika Zat Adiktif


 Narkotika:
 Zat : Heroin(Putauw)
Ganja(Cimeng)
Kokain
 Obat : Morfin, Kodein

 Alkohol:
 Zat : Bir, Vodka, Johnny Walker

 Psikotropika:
 Zat: Sabu(amfetamin), Ineks(amfetamin)
 Obat : Sedatif/ Hipnotik: Pil koplo (Valium, Nipam, Lexo, Mogadon, Double L)

 Zat adiktif:
Tembakau, kafein, dan lain-lain
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yg ditimbulkan,
NAPZA dapat digolongkan menjadi

Depresan/Downer Stimulan/Upper Halusinogen

Berfungsi mengurangi Dapat merangsang fungsi Menimbulkan efek halusinasi yg


aktifitas fungsional tubuh tubuh dan meningkatkan bersifat mengubah perasaan &
kegairahan kerja pikiran, seringkali menciptakan daya
tenang, pendiam bahkan pandang berbeda sehingga seluruh
tertidur dan tidak sadarkan aktif, segar dan perasaan dapat terganggu.
diri. bersemangat.
Golongan ini tidak digunakan dalam
Contoh: Contoh: terapi medis.
• Opioid • Amfetamin (shabu, Contoh:
(morfin,heroin/putauw, ekstasi) • Kanabis (ganja)
kodein) • Kafein • LSD
• Sedatif (penenang) • Kokain • Mescalin
• Hipnotik (obat tidur)
• Tranquilizer (anti cemas)
dan lain-lain
Tingkat Pemakaian Zat NAPZA

 Coba-coba : Memenuhi rasa ingin tahu


 Rekreasi : Senang-senang
 Situasional : Pada keadaan tertentu
 Abuse : Penyalahgunaan
 Dependence : Ketergantungan
 Addiction : Kecanduan
Menurut DSM V,
terdapat 2 jenis gangguan yg terkait dng penyalahgunaan zat
(NAPZA), yaitu:

Gangguan
penggunaan zat Akibat
terinduksi zat

Intoksikasi Withdrawal
Akibat sudah Gangguan
Akibat reaksi zat
ketergangtungan tapi mental lainnya
terhadap tubuh
kemudian mendadak tidak yg terinduksi
pakai lagi obat atau zat
Gangguan Pengunaan Zat

Diagnosisnya didasarkan pada bentuk perilaku yg patologis


terkait dengan penggunaan zat.

Terbagi dalam kelompok berdasarkan kriteria:


• A. Ketidakmampuan mengendalikan diri
• B. Fungsi sosial terganggu
• C. Pemakaian berisiko
• D. Farmakologi
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Penyalahgunaan Zat

A. Suatu pola maladaptif penggunaan zat yang menimbulkan hendaya atau penderitaan yang secara klinis
signifikan, seperti dimanifestasikan oleh satu (atau lebih) hal berikut, yang terjadi dalam periode 12 bulan :
1) Penggunaan zat berulang mengakibatkan kegagalan memenuhi kewajiban peran utama dalam pekerjaan,
sekolah, atau rumah (contoj: absen berulang atau kinerja buruk dalam pekerjaan yang berhubungan dengan
penggunaan zat; absen, skors, atau dikeluarkan dari sekolah terkait zat; penelantaran anak atau rumah
tangga).
2) Penggunaan zat berulang pada situasi yang secara fisik berbahaya (contoh: mengendarai mobil atau
mengoperasikan mesin saat sedang mengalami hendaya akibat penggunaan zat).
3) Masalah hukum berulang terkait zat (contoh: penahanan karena perilaku kacau terkait zat).
4) Penggunaan zat berlanjut meski memiliki masalah sosial atau interpersonal yang persisten atau rekuren
yang disebabkan atau dieksaserbasi oleh efek zat (contoh: berselisih dengan pasangan tentang konsekuensi
intoksikasi, perkelahian fisik).
B. Gejala tidak memenuhi kriteria Ketergantungan Zat untuk kelas zat ini.

Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Zat

A. Berkembangnya sindrom spesifik zat yang reversibel akibat baru saja


mengkonsumsi (atau terpajan pada) suatu zat.
Catatan : Zat yang berbeda dapat menghasilkan sindrom serupa atau identik.
B. Terdapat perubahan perilaku atau psikologis maladaptif dan signifikan yang
disebabkan oleh efek zat tersebut pada sistem saraf pusat (contoh: agresif,
labilitas mood , hendaya kognitif, daya nilai terganggu, fungsi sosial atau
okupasional terganggu) dan timbul selama atau segera setelah penggunaan zat.
C. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

th
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4 ed, Text rev. Washington DC: American
Physiciatric Association; copyright 2000.
Withdrawal (Lepas zat)

 Bervariasi, tergantung jenis zat


 Tanda/gejala fisiologis yg mudah diketahui pd pemakaian alkohol,
opioid, sedativa, hipnotik dan anticemas
 Yang kurang tampak gejalanya: pada pengguna stimulan, oleh
karena ketergantungannya lebih ke arah ketergantungan mental
bukan fisik
 Gejala withdrawal (lepas zat), merupakan tanda dari suatu ketergantungan
 Ada 2 jenis ketergantungan terkait penggunaan zat:
 Ketergantungan mental
 Gejala: bingung, gelisah, rasa kehilangan sesuatu, craving.
 Craving: dorongan yg kuat untuk memakai zat lagi yg bisa terjadi pada
setiap saat tetapi lebih sering pd lingkungan dimana dia pakai sebelumnya.
 Ketergantungan Fisik
 Gejalanya: keringat dingin, keluar air mata, keluar lendir dari hidung, linu-
linu/nyeri yang hebat, kramp usus, diare, bisa terjadi delusinasi
Ciri/Tanda Dugaan Memakai Zat

 Pola tidur berubah


 Nafsu makan berkurang
 Manghindar, berlama-lama dalam kamar
 Sikap lebih kasar, lekas tersinggung atau marah, curiga mabuk.
 Bekas suntikan pada lengan dan/atau kaki
 Uang atau barang sering hilang
 Prestasi menurun
NARKOTIKA

Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.

-UU RI No.92/1997
Pembagian Narkotika (UU RI No. 35/2009)

 Golongan I
Untuk pengembangan Ilmu pengetahuan, bukan untuk terapi (heroin, kokain, ganja)

 Golongan II
Untuk pengetahuan, terapi, potensi tinggi ketergantungan (morphin, petidin)

 Golongan III:
Untuk ilmu pengetahuan, terapi, potensi rendah ketergantungan
(kodein)
Kanabis
Nama Lain
• Hemp
• Marijuana
• Chasra
• Grass
• Bhang Nama lain untuk
• Pot

• Ganja menggambarkan tipe
Weed
• Dagga Kanabis dalam berbagai
• The Mary Jane
• Sinsemilla
kekuatan
Diagnosis dan Gambaran Klinis
Efek fisik kanabis paling sering:
• Dilatasi pembuluh darah konjungtiva
• Takikardia ringan
Pada dosis tinggi  hipotensi ortostatik

Efek lazim intoksikasi kanabis Nafsu makan meningkat (The Munchies) dan
mulut kering

Penggunaan berat  penyakit respiratorik kronik dan kanker paru

Penggunaan jangka panjang  atrofi serebri, kerentanan terhadap kejang,


kerusakan kromosom, defek lahir, reaktivitas imun terganggu, perubahan
konsentrasi testosteron dan disregulasi siklus menstruasi.
Gangguan mental & perilaku akibat Kanabis

 Intoksikasi Kanabis
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Kanabis
A. Penggunaan kanabis baru-baru ini.
B. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yg secara klinis signifikan (cth.,
koordinasi motorik terganggu, euforia, ansietas, sensasi waktu melambat, daya nilai
terganggu, penarikan sosial) yg timbul selama atau segera setelah penggunaan kanabis.
C. Dua (atau lebih) tanda berikut timbul dalam waktu 2 jam setelah penggunaan kanabis:
(1) injeksi konjungtiva
(2) peningkatan nafsu makan
(3) mulut kering
(4) takikardia
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan
oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi

American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser: 4ed, Text rev: Wahington DC: American Psychiatric
Association, 2000
Gangguan mental & perilaku akibat Kanabis

TERAPI:
 Bila anxietas Khlordiazepoksid 10-50 mg peroral dpt
diulangi setelah 1 jam
 Tempatkan pasien pd ruangan tenang untuk mengurangi stimulasi
 Antipsikotik untuk jangka pendek
-Haloperidol 5 mg/hari dlm dosis terbagi atau
-CPZ 25-150 mg peroral
 Keadaan putus ganja pd umumnya ringan & segera menghilang
sendiri dlm waktu yg tidak terlalu lama.
Gangguan mental & perilaku akibat Kokain

 Kokain digunakan dg cara :


-mengendus melalui lubang hidung (snorting)
-Menyuntik
-Merokok
-Diabsorpsi melalui mukosa

Efek khas pengguna kokain:


Elasi, euforia, peningkatan harga diri dan peningkatan tugas
mental dan fisik.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Kokain
A. Penggunaan kokain yg belum lama
B. Perilaku maladaptif/perubahan psikologis yg bermakna secara klinis yg
berkembang selama atau segera setelah penggunaan halusinogen.
C. Dua (atau lebih) tanda berikut selama atau segera setelah penggunaan kokain:
(1) takikardia atau bradikardia
(2) dilatasi pupil
(3) peningkatan atau penurunan tekanan darah
(4) berkeringat atau mengigil
(5) mual atau muntah
(6) bukti adanya penurunan berat badan
(7) agitasi atau retardasi psikomotor
(8) kelemahan otot, depresi nafas, nyeri dada, atau aritmia jantung
(9) kebingungan, kejang, diskinesua, distonia, atau koma
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah : Dengan gangguan persepsi
American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser: 4ed, Text rev: Wahington DC: American Psychiatric
Association, 2000
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Keadaan Putus Kokain
A. Penghentian/penurunan pemakaian kokain yang telah lama & berat
B. Mood disforik dan 2 (atau lebih) perubahan fisiologis berikut,
timbul beberapa jam / hari setelah kriteria A:
(1) kelelahan
(2) mimpi yg tidak menyenangkan
(3) insomnia/hipersomnia
(4) peningkatan nafsu makan
(5) retardasi/agitasi psikomotor
C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau
fungsi lain.
D. Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser: 4ed, Text rev: Wahington DC:
American Psychiatric Association, 2000
 Gejala pasca intoksikasi akut/pemakaian kokain ringan-
sedang disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas,
kelelahan, hipersomnolensi dan kadang agitasi
(hilang dalam 18 jam)
 Pemakaian berat  gejala hingga 1 minggu
 Juga dapat disertai gagasan ingin bunuh diri
Terapi Gangguan mental & perilaku akibat Kokain

• Pisahkan pasien dari lingkungan sosial


dimana pasien sering mendapatkan kokain

• Tes urin berkala yang tidak teratur untuk


memonitoring kelanjutan abstinensi pasien

• Terapi individu, terapi kelompok dan terapi


keluarga.
Terapi Gangguan mental & perilaku akibat Kokain

Farmakologis
 Carbamazepine
detoksifikasi kokain serta efektif menurunkan kecanduan
 Dopamin agonis  menurunkan kecanduan dan menormalkan tidur
Amantadine 2x100mg
Bromocriptine 2x2.5mg
Opium  Opiat/Opioid  Berasal dari sari bunga Opium,
Papaversomniferum, mengandung sekitar
20 alkaloid opium

OPIOID Opioid Alamiah (Morfin, Opium, Codein)

Opioid Semisintetik (Heroin/Putaw,


Hidromorfin)

Opioid Sintetik (Methadone, Meperidine)


NEUROFARMAKOLOGI
Reseptor opioid-µ  analgesia, depresi
napas, konstipasi, dan ketergantungan obat

Reseptor-κ  analgesi, diuresis, sedasi

Reseptor-δ  analgesia

OPIOID
PUTUS OBAT OPIOID
A. Salah satu hal berikut
1. Penghentian penggunaan opioid yang telah lama
2. Antagonis opioid setelah penggunaan opioid
B. 3 atau lebih beberapa jam/hari setelah kriteria A:
1. Mood disforik
2. Mual muntah
3. Nyeri otot
4. Lakrimasi, rinorea
5. dilatasi popil, piloereksi, berkeringat
6. diare
7. menguap
8. demam
9. insomnia
C. Gejala kriteria B menyebabkan hendaya bermakna
D. Tidak ada penyebab lain
 Onset dan lamanya gejala putus
1. Zat dengan lama kerja singkat  sindrom putus zat yang singkat dan
kuat
2. Zat dengan lama kerja panjang  sindrom putus zat yang lama tapi
ringan

Morfin,Heroin Meperidin Metadon


• onset 6-8jam setelah dosis • onset cepat, puncak 8-12 • onset 1-3 hari, berakhir
terakhir, setelah 1-2minggu jam menetap 4-5 hari +10-14hari
pemakaian kontinyu
• Puncak sindrom di hari ke-
2,menetap +7-10 hari
sampai 6 bulan.
OVERDOSIS

Hilang
respon

Bradikardia Koma

OVERDOSE

Pernafasa
Hipotensi
n lambat

Hipotermi
REHABILITASI
A–B-C

Nalokson HCI (Narcan) IV dengan laju rendah


(0,8mg per 70mg per 70kg berat badan)

Observasi

Tidak ada respon  diulang setelah beberapa menit

Karena kerja naloxon berdurasi pendek, pemberian


ulang mungkin diperlukan untuk mencegah
rekurensi toksisitas opioid
REHABILITASI
• 20 – 80 mg/hari  • Levo- • Naloxone,
stabilisasi acetylmethadol naltrexone
• 1x sehari (LAMM) • Menghambat efek
• Bisa untuk • 30-80 mg/hr  3x euforia dan
maintenance seminggu gangguan
• Buprenorpine ketergantungan
Rumatan Substitusi opioid
Antagonis
Metadon Opioid Lain Opioid

• Psikoterapi individual, • Tempat tinggal yang • Edukasi bahaya


terapi perilaku, terapi semua anggotanya penyakit trans jarum
kognitif perilaku, ketergantungan zat
terapi keluarga, latihan
keterampilan sosial

Edukasi
Komunitas
Psikoterapi Penukaran
Teraupetik
Jarum
ALKOHOL

Minuman yg mengandung etanol


Bir berkadar alkohol 2-5%
Anggur berkadar alkohol 10-14%
Wiski, vodka, brendi berkadar alkohol 40-50%
Hubungan antara jumlah minuman keras (wiski) yg
diminum, kadar alkohol dalam darah & pengaruhnya

Jumlah wiski Kadar alkohol Pengaruhnya


yg diminum dlm darah
60-90 ml 0,05% Pengendalian diri &
kemampuan menilai sesuatu
100-175 ml 0,1% berkurang
Cadel, sempoyongan, kecekatan
tangan berkurang
235-355 ml 0,2%
Gerak motorik lamban
430-770 ml 0,45%
Kemampuan persepsi hilang,
koma
800-1240 ml 0,7%
Pernapasan & denyut jantung
berkurang
Kategori dan Definisi Pola Penggunaan
Alkohol
Kategori Definisi
Peminum Sedang Pria, ≤ 2 minuman/hari
Wanita, ≤ 1 minuman/hari
Orang > 65 tahun, ≤ 1 minuman/hari

Peminum beresiko Pria, > 14 minuman/minggu atau > 4 minuman per kesempatan
Wanita, > 7 minuman/minggu atau > 3 minuman per
kesempatan

Beresiko mengalami konsukuensi simpang alkohol


Peminum berbahaya
Alkohol menyebabkan kerugian fisik atau psikologis
Peminum merugikan
Kategori Definisi
Penyalahgunaan alkohol ≤ 1 peristiwa berikut dalam setahun: penggunaan berulang yang
mengakibatkan kegagalan memenuhi kewajiban peran utama,
penggunaan berulang dalam situasi yang berbahaya, masalah hukum
terkait alkohol berlang (contoh: ditangkap saat mengemudi dalam
pengaruh alkohol), penggunaan berlanjut meski mengalami masalah
sosial atau interpersonal yang disebabkan atau dieksaserbasi oleh
alkohol
Ketergantungan alkohol ≤ 3 peristiwa berikut dalam setahun: toleransi; peningkatan jumlah
untuk mencapai efek; penurunan efek dari jumlah yang sama; keadaan
putus zat; menghabisakn banyak waktu untuk memperoleh alkohol,
menggunakan, atau pulih dari efeknya; merelakan atau mengurang
aktivitas penting karena alkohol; minum lebih banyak atau lebih lama
dari yang diniatkan; hasrat persisten atau tidak berhasilnya upaya untuk
mengurangi atau menggendalikan penggunaan alkohol; tetpa
menggunakan meski mengetahui adanya masalah psikologis yang
disebabkan atau dieksaserbasi alkohol

Dari Fiellin DA, Reid C, O’Connor PG. Manajemen Rawat Jalan Pasien dengan Masalah Alkohol. Ann Intern Med. 2000; 133:815
Gangguan Penggunaan Alkohol
Ketergantungan alkohol
Penyalahgunaan alkohol
Gangguan Terinduksi Alkohol
Intoksikasi alkohol
Keadaan putus alkohol
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
Delirium pada intoksikasi alkohol
Delirium pada putus alkohol
Demensia persisten terinduksi alkohol
Gangguan amnesik persisten terinduksi alkohol
Gangguan psikotik terinduksi alkohol, dengan waham
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan psikotik terinduksi alkohol, dengan halusinasi
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan mood terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan ansietas terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Disfungsi seksual terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Gangguan tidur terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan alkohol yang tidak tergolongkan
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC:
American Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Alkohol

A. Baru-baru ini mengonsumsi alkohol.


B. Perubahan perilaku atau psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna (contoh:
perilaku agresif atau seksual yang tidak pada tempatnya, lanilitas mood, daya nilai
terganggu, fungsi sosial atau okupasional terganggu) yang timbul selama atau segera setelah
ingesti alkohol.
C. Satu (atau lebih) tanda berikut, timbul selama atau segera setelah penggunaan alkohol:
1) Pembicaraan meracau
2) Inkoordinasi
3) Gaya berjalan tidak stabil
4) Nistagmus
5) Hendaya atensi atau memori
6) Stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain.
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Keadaan Putus Alkohol

A. Penghentian (atau pengurangan) penggunaan alkohol yang sebelumnya berat dan berkepanjangan.
B. Dua (atau lebih) hal berikut, yang timbul dalam beberapa jam samapai beberapa hari setelah Kriteria A:
1) Hiperaktivitas otonom (contoh: berkeringat atau frekuensi denyut jantung lebih dari 100)
2) Peningkatan tremor tangan
3) Insomnia
4) Mual atau muntah
5) Halusinasi atau ilusi visual, taktil, atau auditorik sesaat
6) Agitas psikomotor
7) Ansietas
8) Kejang grand mal
C. Gejala pada kriteria B menyebabkan penderitaan atau hendaya yang secara klinis bermakna dalam fungsi
sosial, okupasional, atau area fungsi penting lain.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental
lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Gangguan Terkait
Penggunaan Alkohol yang Tak Tergolongkan

Kategori gangguan terkait alkohol yang tak tergolongkan


diperuntukkan bagi gangguan yang dihubungkan dengan penggunaan
alkohol yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai ketergantungan
alkohol, penyalahgunaan alkohol, intoksikasi alkohol, putus alkohol,
delirium pada intoksikasi alkohol, delirium pada putus alkohol,
demensia persiten terinduksi alkhol, gangguan amnesik persisten
terinduksi alkohol, gangguan psikotik terinduksi alkohol, gangguan
mood terinduksi alkohol, gangguan ansietas terinduksi alkohol,
disfungsi seksual terinduksi alkohol, atau gangguan tidur ternduksi
alkohol.
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric
Association; copyright 2000.
PENANGANAN DAN REHABILITASI
• Disebut konfrontasi  memutus rasa penyangkalan dan
Intervensi membantu pasien mengenali konsekuensi efek simpang bila
tidak diobati  proses bertujuan memaksimalkan motivasi
terapi dan abstinensi berkelanjutan.

Detoksifikasi • Pemeriksaan fisik menyeluruh, istirahat, nutrisi adekuat,


vitamin multipel terutama tiamin.

• Depresan otak (benzodiazepin, barbiturat, alkohol)


Keadaan putus zat secukupnya hari pertama, penyapihan dalam 5 hari
ringan atau sedang berikutnya.
Keadaan putus zat • Benzodiazepin dosis tinggi, obat psikotik
berat (Haldol) dalam 1-2 hari, disapih pada hari kelima.

• Upaya berkelanjutan meningkatkan dan


mempertahankan kadar motivasi abstinensi yang
Rehabilitasi tinggi
• Membantu pasien menyesuaikan kembali ke gaya
hidup bebas alkohol
• Pencegahan relaps

• Konseling
• Pengobatan
Lain-lain
• Kelompok Swa Bantu
PSIKOTROPIKA

Zat psikoaktif bukan narkotika yg menyebabkan


perubahan khas akitivitas mental & perilaku.

-UU No.5 th. 1997


Penggolongan Psikotropika
I. HALUSINOGENIKA

• Tidak untuk tujuan terapi, hanya untuk ilmu pengetahuan


• Potensi ketergantungan sangat kuat
• Contoh: LSD, ekstasi (MDMA)

II. STIMULANSIA

• Berkhasiat terapi
• Berpotensi menimbulkan ketergantungan tinggi
• Contoh: amphetamin, metilfenidat, sabu-sabu, ineks

III. HIPNOTIK-SEDATIF

• Berkhasiat terapi
• Potensi efek ketergantungan sedang
• Contoh: Amobarbital, pentazosine

IV. ANXIOLOTIKA

• Dipakai luas untuk terapi


• Potensi ketergantungan rendah
• Contoh: Diazepam, Alprazolam, Klonazepam
AMFETAMIN
 Amfetamin adl senyawa sintetik yg tergolong perangsang SSP
 Derivat amfetamin yg banyak disalahgunakan di Indonesia:
1. 3,4 metilen di-oksi met-amfetamin (MDMA) atau ekstasi  gol.desainer
2. Met-amfetamin(sabu)  gol.klasik

Tablet/ kapsul ~ 60-250 mg


(rata-rata 120 mg )MDMA
NEUROFARMAKOLOGI
 Amfetamin klasik   Amfetamin desainer 
pelepasan katekolamin, pelepasan katekolamin
terutama dopamin dari (dopamin dan
terminal prasinaptik  poten norepinefrin) serta
untuk neuron dopaminergik serotonin (nuerotransmiter
yg berjalan dari area ventrak sebagai jaras
ke korteks serebri dan area nuerokimiawi utama untuk
limbik (jaras sirkuit reward) halusinogen)  campuran
 mekanisme adiktif utama efek amfetamin klasik +
untuk amfetamin. halusinogen.
 Diabsorpsi cepat secara oral
 Mulai kerja yang cepat, biasanya dalam waktu 1 jam bila
dikonsumsi per oral.
 Dosis rendah sampai sedang: 5-50 mg secara oral
 Dosis tinggi : > 100 mg secara IV
 Dosis kecil Amfetamin
- Meningkatkan tekanan darah
- Denyut nadi> cepat
- Meningkatkan kewaspadaan
- Menimbulkan eforia
- Menghilangkan kantuk
- Menghilangkan rasa lelah & rasa lapar
- Meningkatkan aktivitas motorik
- Banyak bicara
 Dosis sedang amfetamin(20-50 mg)
-Menimbulkan tremor ringan
-Gelisah
-Insomnia
-Menekan nafsu makan

 Dosis tinggi dlm waktu lama


-Dapat menimbulkan perilaku stereotipikal
yaitu perbuatan yg diulang terus-menerus tanpa tujuan
-Tiba-tiba agresif
-Melakukan tindak kekerasan
-Waham curiga
-Anoreksia yg berat
Psikologis
 Kegelisahan, disforia, insomnia, iritabilitas,sikap bermusuhan,
kebingungan.
 Gejala gangguan ansietas : gangguan ansietas menyeluruh,
gangguan panik, ide rujukan, waham paranoid, halusinasi.
DIAGNOSIS Gangguan Terkait Amfetamin (atau Lir-Amfetamin) DSM-IV-
TR
Gangguan Penggunaan Amfetamin
Ketergantungan amfetamin
Penyalahgunaan amfetamin
Gangguan Terinduksi Amfetamin
Intoksikasi amfetamin
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
Keadaan putus amfetamin
Delirium pada intoksikasi amfetamin
Gangguan psikotik terinduksi amfetamin, dengan halusinasi
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Gangguan psikotik terinduksi amfetamin, dengan waham
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Gangguan mood terinduksi amfetamin
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Awitan saat putus zat
Gangguan ansietas terinduksi amfetamin
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Disfungsi seksual terinduksi amfetamin
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Gangguan tidur terinduksi amfetamin
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Awitan saat putus zat
Gangguan terkait amfetamin yang tak terinci
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American
Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Amfetamin

A. Baru-baru ini mengonsumsi amfetamin atau zat terkait (contoh: metilfenidat).


B. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yang secara klinis signifikan (contoh: euforia atau penumpulan afek;
perubahan sosiabilitas; hipervigilans; sensitivitas interpersonal; ansietas, ketegangan, atau kemarahan; perilaku stereotipi;
daya nilai terganggu; atau fungsi sosial atau okupasional terganggu) yang timbul selama atau segera setelah penggunaan
amfetamin atau zat terkait.
C. Dua (atau lebih) hal berikut, timbul selama atau segera setelah penggunaan amfetamin atau zat terkait:
1) Takikardia atau bradikardia
2) Dilatasi pupil
3) Tekanan darah meningkat atau menurun
4) Berkeringat atau menggigil
5) Mual atau muntah
6) Bukti penurunan berat badan
7) Agitasi atau retardasi psikomotor
8) Kelemahan otot, depresi napas, nyeri dada, atau aritmia jantung
9) Kebingungan, kejang, diskinesia, distonia, atau koma
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric
Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Keadaan
Putus Amfetamin
A. Penghentian (atau pengurangan) konsumsi amfetamin (atau zat terkait) yang
telah berlangsung lama dan berat.
B. Mood disforik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis berikut, timbul
dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari setelah Kriteria A:
1) Kelelahan
2) Mimpi yang tidak menyenangkan dan sangat jelas
3) Insomnia atau hipersomnia
4) Peningkatan nafsu makan
5) Agitasi atau retardasi psikomotor
C. Gejala pada kriteria B dapat menyebabkan penderitaan atau hendaya fungsi
sosial, okupasional, atau area fungsi penting lain.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric
Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Gangguan Terkait
Amfetamin yang Tak Tergolongkan

Kategori gangguan terkait amfetamin yang tak tergolongkan


adalah untuk gangguan yang disebabkan oleh penggunaan
amfetamin (atau zat terkait) yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai ketergantungan amfetamin,
penyalahgunaan amfetamin, intoksikasi amfetamin,
keadaan putus amfetamin, delirium pada intoksikasi
amfetamin, gangguan psikotik terinduksi amfetamin,
gangguan mood terinduksi amfetamin, gangguan ansietas
terinduksi amfetamin, disfungsi seksual terinduksi
amfetamin, atau gangguan tidur terinduksi amfetamin.
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC:
American Physiciatric Association; copyright 2000.
SEDATIF-HIPNOTIK
 Sedatif-hipnotik adalah penekan SSP
 Dosis kecil: mengatasi ansietas
 Dosis besar: dpt menginduksi tidur
 Kelompok sedatif-hipnotik:
-benzodiazepin - kloralhidrat
-barbiturat - paraldehid
-bromida
-karbamat
SEDATIF-HIPNOTIK
 Benzodiazepin yg sering disalahgunakan:
-nitrazepam
-bromazepam
-flunitrazepam
-klonazepam
 Benzodiazepin & barbiturat bekerja pd reseptor GABA.
 GABA adl neurotransmiter yg mempunyai sifat menghambat
kerja SSP.
SEDATIF-HIPNOTIK
 Benzodiazepin mempunyai efek anti kejang & relaksasi otot
 Melalui pengaruhnya thd hipokampus & amigdala
benzodiazepin mempunyai efek anti ansietas
 Karena pengaruhnya pd formatio reticularis &medula spinalis
benzodiazepin berkhasiat menginduksi tidur & relaksasi otot
PENATALAKSANAAN
 Terapi intoksikasi sedatif-hipnotik:
-Terapi simtomatis: untuk mencegah penekanan pernafasan &
menjaga agar fungsi kardiovaskuler tetap baik  infus NS
-Kumbah lambung bila sedatif-hipnotik ditelan tidak > 6 jam
-Beri pernafasan buatan & O2
 Terapi keadaan putus sedatif-hipnotik
- Pada keadaan ketergantungan benzodiazepin
- Detoksifikasi dilakukan dg cara rawat jalan, dosis diturunkan
secara bertahap dalam waktu 4 minggu
Zat Adiktif Lain

 Tembakau
 Kaffein
 Inhalansia & solvent : lem, thiner, aceton, bensin
KAFEIN
Diagnosis
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Kafein
A. Riwayat baru saja mengonsumsi kafein, biasanya melebihi 250 mg (cth. Lebih dari 2-3 cangkir kopi seduh).
B. Lima (atau lebih) tanda berikut, timbul selama atau segera
setelah penggunaan kafein
1) Gelisah
2) Gugup
3) Kegembiraan
4) Insmonia
5) Muka kemerahan
6) Diuresis
7) Gangguan gastrointestinal
8) Kedutan otot
9) Jalan pikiran dan bicara melantur
10) Takikardi/ aritmia jantung
11) Periode tidak mudah lelah
12) Agitasi psikomotor
C. Gejala pada kriteria B dapat menyebabkan penderitaan atau hendaya fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi penting
lain yang signifikan secara klinis.
D. Gejala tidak disebabkan suau kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain (cth. Suatu gangguan ansietas.)
Gambaran Klinis

50-100mg
• Peningkatan kesiagaan
• Peningkatan kinerja verbal dan motorik
• Diuresis
• Stimulasi otot jantung
• Peningkatan peristaltik usus
• Peningkatan sekresi asam lambung
• Peningkatan tekanan
100mg
• Euforia ringan (pendorong positif)
300mg
Peningkatan kecemasan dan disforia ringan (tidak bekerja sebagai pendorong positif
>1 gr
• Pembicaraan yang melantur, konfusi, aritmia, kelelahan, agitasi, tinitus,
halusinasi visual ringan
>10 gr
• Kejang tonik klonik umum, gagal nafas
Kriteria Riset DSM-IV-TR untuk Keadaan Putus Kafein

A. Konsumsi harian kafein yang berkepanjangan


B. Penghentian mendadak konsumsi kafein atau pengurangan
Jumlah kafein yang dikonsumsi, yang segera diikuti sakit
kepala dan (satu lebih) gejala berikut:
1) Kelelahan atau rasa mengantuk yang nyata
2) Ansietas atau depresi yang nyata
3) Mual atau muntah
C. Gejala pada kriteria B dapat menyebabkan penderitaan atau
hendaya fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi penting
lain yang signifikan secara klinis.
D. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari
suatu kondisi medis umum (cth. Migren, penyakit virus) dan
tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain
Penanganan

Farmakologis:
• Analgesik, seperti aspirin, cukup untuk
mengendalikan sakit kepala dan nyeri otot akibat
kafein
• Jika kurang maka dapat digunakan benzodiasepin
dalam dosis kecil untuk waktu singkat, paling lama 7
sampai 10 hari.
• Menurunkan dosis kafein secara bertahap
• Menggunakan prosedur substitusi menggantikan
minuman berkafein dengan minuman lain
NIKOTIN

Nikotin adalah zat yang bersifat adiktif layaknya kokain dan


Heroin ( The Surgeon General’s Report 1988)
Neurofarmakologik

 25% dari nikotin yang diinhalasi saat menghidap rokok akan


mencapai darah, melalui mana nikotin mencapai otak dalam
waktu 15 detik.
 Waktu paruh 2 jam
 Nikotin dianggap mempunyai sifat mendorong positif dan adiktif
karena nikotin mengaktivasi jalur dopaminergik yang keluar dari
area tegmental ventral ke korteks serebral dan sistem limbik
Tanda & Gejala Klinis Intoksikasi nikotin

Ringan –sedang:
- mual
- nyeri abdomen
- muntah
- Diare
- Nyeri kepala
- Pusing
- denyut jantung menurun
 Berat:
 Pusing hebat
 Tekanan darah turun.
 Frekuensi pernafasan menurun
 Kejang
 Mati karena gagal nafas
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Putus Nikotin

A. Pemakaian nikotin setiap hari selama sekurangnya beberapa minggu


B. Penghentian pemakaian nikotin secara tiba-tiba atau pengurangan jumlah nikotin yang digunakan diikuti
oleh sekurangnya empat tanda berikut dalam 24 jam :
1. Mood diforik atau depresi
2. Insomnia
3. Iritabilitas, frustasi, rasa marah
4. Kecemasan
5. Sulit konsentrasi
6. Gelisah
7. Penurunan denyut jantung
8. Peningkatan nafsu makan dan penambahan BB
C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yg bermakna secara klinis
D. Gejala bukan karena kondisi medis umum
th
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4 ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric Association; copyright 2000.
Terapi
 Intoksikasi nikotin
- Terapi simtomatis
- Untuk membantu ekskresi nikotin dpt dilakukan
asidifikasi dg pemberian amonium khlorida 500 mg tiap
3-4 jam
 Keadaan putus nikotin
- Memerlukan dukungan lingkungan & konseling
- Bila perlu, berikan permen kunyah nikotin dg jml yg
makin menurun dlm wkt 3 minggu.
- Gabungan pengganti nikotin dengan behavior therapy
 lebih berhasil
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai