Anda di halaman 1dari 63

Diagnosis dan Penatalaksanaan

Gangguan Psikotik

Pelatihan mhGAP Intervention Guide


Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu melakukan
penegakan diagnosis, intervensi psikososial dan
farmakologis, serta rujukan gangguan psikotik.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu :
1.Memahami definisi, masalah, penyebab, macam dan
dampak dari gangguan psikotik
2.Melakukan pengenalan gejala, identifikasi kasus, dan
diagnosis gangguan psikotik
3.Melakukan intervensi psikososial dan intervensi
farmakologis
4.Melakukan rujukan kasus
Pokok Bahasan
Pokok bahasan A: Pokok bahasan B:
Definisi, masalah, Pengenalan gejala,
penyebab, macam dan identifikasi kasus, dan
dampak dari gangguan diagnosis gangguan
psikotik psikotik

Pokok bahasan C:
Pokok bahasan D:
Intervensi psikososial
Rujukan kasus
dan intervensi
gangguan psikotik
farmakologis
Psikosis
Psikosis ditandai oleh:
• Terganggunya realitas atau kemampuan menilai
kenyataan  Distorsi pikiran dan persepsi:
– Halusinasi
– Waham/delusi
• Emosi yang tidak patut atau rentangnya sempit
• Pembicaraan yang inkoheren atau irelevan
• Kecurigaan berlebihan dan tak berdasar
Psikosis
• Dapat terlihat abnormalitas perilaku yang
berat, seperti perilaku disorganisasi, agitasi,
eksitasi, dan inaktivitas/overaktivitas.

• Dapat juga terlihat gangguan emosi, seperti


apati atau diskoneksitas antara emosi yang
utarakan dengan afek yang diobservasi
(seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh)
Kondisi yang Menimbulkan Psikosis
• Gangguan psikiatri:
– Skizofrenia dan gangguan terkait,
• Gangguan medik
– Trauma fisik, epilepsi lobus temporalis,
demensia, penyakit neurologik dan endokrin,
kelainan metabolik
• Gangguan penyalahgunaan zat
– Terutama amfetamin dan halusinogen
Mengapa Psikosis relevan bagi
pekerja Puskesmas?
• Prevalensi – Riskesdas 2013
– Nasional = 1,7‰ (1,7 per seribu)
• Dampak yang dramatis pada individu,
keluarga, dan masyarakat
– Pelanggaran HAM
• Sering diabaikan
• Dapat dilakukan tatalaksana yang efektif
di layanan primer
Penyebab Psikosis

Faktor Biologik Faktor Psikologik

Faktor Sosial
Awitan (Onset)
• Dapat mendadak atau perlahan-lahan
• Sering awitan antara usia 15 - 25 tahun
(normalnya beberapa tahun lebih dulu
pada lai-laki)
• Sering kali awitannya mempunyai fase
pre-psikotik dengan meningkatnya gejala
negatif yang diikuti oleh fase psikotik yang
jelas dengan gejala positif (lihat dua slide
berikut)
Perjalanan Penyakit
• Sebagian individu memiliki perjalanan penyakit
yang relatif stabil, sementara sebagian yang lain
memperlihatkan perburukan progresif yang
berhubungan dengan disabilitas yang cukup
berat.
• Luaran klinis:
– orang tersebut pulih sepenuhnya atau pulih sebagian
dengan beberapa gejala tertinggal;
– orang tersebut pulih tetapi terdapat beberapa episode
berikutnya (relaps/kambuh); dan
– gejala berlanjut sampai 3 bulan atau lebih (psikosis
kronik)  dapat terjadi perburukan fungsi (deteriorasi)
Gejala Negatif
• Emosi yang mendatar
• Tidak adanya motivasi dan energi
• Kehilangan minat dan kesenangan dalam
aktivitas
• Interaksi sosial berkurang

Sering kali gejala negatif menjadi lebih menonjol pada


fase yang lebih lanjut (kronis)
Gejala Positif

Distorsi persepsi Halusinasi

Distorsi pikiran Waham

Kesulitan dalam
Pembicaraan mempertahankan percakapan
dan/atau tetap fokus pada
terdisorganisasi suatu topik

Perilaku yang tidak biasa dan


Perilaku aneh serta kesulitan dalam
terdisorganisasi merencanakan dan
menyelesaikan aktivitas
Respons terhadap obat

• Gejala positif biasanya berespon terhadap


pengobatan dengan antipsikotik.
• Gejala negatif kurang responsif terhadap
obat antipsikotik
Identifikasi Gangguan Psikotik

• Perilaku abnormal atau disorganisasi


– contoh: pembicaraan inkoheren atau tidak relevan, penampilan
yang tidak lazim, tidak rapi, perawatan diri buruk
• Delusi/waham
– kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
• Halusinasi
– Mendengar suara atau melihat sesuatu yang tidak nyata
• Mengabaikan tanggung jawab yang biasa dikerjakan
terkait dengan pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan
aktivitas sosial
• Gejala manik
– Beberapa hari merasakan kebahagiaan yang abnormal, terlalu
bersemangat, banyak bicara, sangat mudah tersinggung, tidak
tidur, perilaku tidak bertanggung jawab
Diagnosis Gangguan Psikotik
1. Apakah orang ini mengalami psikosis
akut?
2. Apakah orang ini mengalami psikosis
kronis?
3. Apakah orang ini mengalami episode
manik akut?
4. Cari kondisi penyerta

Bergeraklah melalui semua titik keputusan untuk mengembangkan rencana


tatalaksana komprehensif
1. Apakah orang ini mengalami
psikosis akut? [1]
• Inkoherensi atau pembicaraan Tanyakan pada orang itu
yang tidak relevan
atau pelaku rawat:
• Delusi
• Halusinasi • Kapan episode ini dimulai
• Perilaku menarik diri, agitasi, • Adakah episode
atau kacau sebelumnya
• Keyakinan bahwa ada pikiran • Detil tatalaksana
yang disisipkan atau tersiar
sebelumnya atau saat ini
• Penarikan diri dari lingkungan
sosial dan penelantaran
tanggung jawab pekerjaan,
sekolah, rumah tangga, atau
aktivitas sehari-hari
1. Apakah orang ini mengalami
psikosis akut? [2]
• Jika ada gejala-gejala • Singkirkan gejala
multipel, kemungkinan psikotik akibat:
psikosis – Intoksikasi atau putus
• Jika episode ini: zat alkohol atau zat
psikoaktif lain (Merujuk
– episode pertama ATAU pada modul alkohol/zat
– kekambuhan ATAU psikoaktif » ALK dan »
– perburukan gejala-gejala DRU)
psikotik – Delirium akibat kondisi
medik akut seperti
malaria serebral, infeksi
sistemik/sepsis, trauma
• Episode psikotik akut kepala
2. Apakah orang ini mengalami
psikosis kronis?

• Jika gejala-gejala berlangsung lebih dari 3


bulan

ya
Kemungkinan Lihat Kotak Penatalaksanaan di
Psikosis Kronis mhGAP IG
3. Apakah orang ini mengalami
episode manik akut?
Cari:
• Gejala-gejala yang berlangsung beberapa hari:
 Mood yang meningkat bermakna atau iritabel
 Energi atau aktivitas yang berlebihan
 Berbicara berlebihan
 Kurang berhati-hati
• Riwayat:
 Mood depresi
 Energi dan aktivitas yang menurun

ya
Kemungkinan Lihat Modul Gangguan Bipolar
(Dianjurkan untuk dirujuk apabila Modul
Gangguan Bipolar
Gangguan Bipolar tidak diajarkan)
Catatan:
• Orang yang mengalami episode manik
saja (tanpa depresi) juga diklasifikasikan
sebagai menderita gangguan bipolar

• Remisi sempurna di antara episode


sangat sering terjadi pada gangguan
bipolar
4. Cari kondisi penyerta
• Gangguan penggunaan alkohol atau obat/zat
• Bunuh diri/mencederai diri
• Demensia
• Penyakit fisik yang bersamaan: pertimbangkan
khususnya tanda/gejala yang mencurigakan
stroke, diabetes, hipertensi, HIV/AIDS, malaria
serebral atau obat-obatan (misalnya steroid)

ya
Jika YA, maka Tangani keduanya, baik psikosis
maupun kondisi yang menyertai itu
Penatalaksanaan Gangguan
Psikotik
Rencana Penatalaksanaan
• Terdiri dari 2 komponen utama:
1. Intervensi psikososial
2. Intervensi farmakologik
Intervensi Farmakologik
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik

1. Memulai medikasi antipsikotik


2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik
3. Menghentikan medikasi antipsikotik
1. Memulai medikasi antipsikotik

• Untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara


tepat, sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya
sesudah penilaian.

• Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika terapi oral


tidak mungkin dilaksanakan. Jangan meresepkan injeksi
depo/jangka panjang untuk mengontrol gejala-gejala
psikotik akut secara tepat.

• Resepkan satu antipsikotik dalam 1 waktu (monoterapi).


• “Start low, go slow”: Mulai dengan dosis rendah yang
ada dalam kisaran terapeutik (lihat tabel medikasi
antipsikotik untuk detilnya) dan naikkan dosis secara
perlahan hingga mencapai dosis efektif terendah, untuk
tujuan menurunkan risiko efek samping.

• Coba melakukan terapi pada dosis optimum sedikitnya


4 – 6 minggu sebelum mempertimbangkan bahwa obat
tersebut tidak efektif.

• Haloperidol atau Klorpromazin oral sebaiknya


ditawarkan secara rutin pada orang dengan gangguan
psikotik.
23.4 Antipsikosis
DOEN 2013
flufenazin --- cairan inj i.m. 25 mg/mL (dekanoat)
haloperidol tab 0,5 mg ---
tab 1,5 mg tab 1,5 mg
tab 2 mg tab 2 mg
tab 5 mg tab 5 mg
tts 2 mg/mL tts 2 mg/mL
inj i.m. 5 mg/mL cairan inj i.m.5 mg/mL (HCl)
inj 50 mg/ml cairan inj 50 mg/mL (dekanoat)
klorpromazin tab salut 25 mg tab salut 25 mg
tab salut 100 mg tab salut 100 mg
inj i.m.5 mg/mL inj i.m.5 mg/mL
risperidon --- tab 2 mg
Obat Antipsikotik di Layanan Primer
Medikasi Haloperidol Klorpromazin Risperidon

Dosis Awal 1,5 – 3 mg 50 – 75 mg 1 – 3 mg


Dosis Efektif Tipikal (mg) 3 – 20 mg/hari 75 – 300 mg/hari* 2 – 8 mg

Cara Pemberian Oral; Intramuskular (HCl Oral Oral, Intramuskular


untuk psikosis akut;
dekanoat untuk rumatan)

Efek samping bermakna

Sedasi + +++ +
Kencing tersendat + ++ +
Hipotensi ortostatik + +++ +
Efek samping +++ + + (bergantung dosis)
ekstrapiramidal**
Sindrom Neuroleptik Jarang Jarang Jarang
Maligna***
Tardive dyskinesia**** + + +
Perubahan EKG + + +
Kontraindikasi Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas, Hipersensitivitas
menurun, penyakit kesadaran menurun, terhadap risperidon
Parkinson penyakit Parkinson
* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tik, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
Obat Antipsikotik Injeksi
Medikasi Haloperidol HCl Haloperidol Dekanoat Flufenazin Dekanoat

Cara Pemberian Injeksi intramuskular, Injeksi intramuskular Injeksi intramuskular


injeksi intravena
Sifat Aksi pendek (short acting) Aksi panjang (Long Aksi panjang (Long
acting)/Depot acting)/Depot
Indikasi Untuk mendapatkan efek Untuk terapi rumatan Untuk terapi rumatan
yang cepat dalam (maintenance) pada (maintenance) pada
mengendalikan gejala kasus yang sulit untuk kasus yang sulit untuk
psikotik obat oral obat oral
Tidak boleh Terapi rumatan Kondisi kedaruratan Kondisi kedaruratan
digunakan untuk
Tempat Injeksi Deltoid, gluteal, vena Gluteal Gluteal

Dosis percobaan -- 25 mg 12,5 mg

Rentang Dosis 2,5 – 10 mg 12,5 – 75 mg 6,25 – 50 mg

Interval Pemberian 1 jam (kedaruratan) 4 minggu 2 – 5 minggu

Sediaan 5 mg/ml 50 mg/ml 25 mg/ml


Kesetaraan Dosis
Dosis Ekuivalen Rentang Dosis
OBAT
(Konsensus) (Literatur)

Klorpromazin 100 mg/hari

Haloperidol 3 mg/hari 1,5 – 5 mg/hari

Risperidon

Haloperidol HCl injeksi

Haloperidol dekanoat injeksi 15 mg/minggu 5 – 25 mg/minggu

Flufenzin dekanoat injeksi 5 mg/minggu 1 – 12,5 mg/minggu


2. Monitoring seseorang dalam
terapi antipsikotik
Jika respons tidak adekuat pada lebih dari satu antipsikotik, menggunakan
satu jenis medikasi pada durasi waktu dan dosis yang adekuat:
• Kaji ulang diagnosis (dan kemungkinan diagnosis komorbid).
• Singkirkan psikotik yang diakibatkan oleh alkohol atau penyalahgunaan zat
psikoaktif (meskipun sudah disingkirkan sejak awal).
• Pastikan kesetiaan pengobatan; pertimbangkan injeksi antipsikotik depo/kerja
panjang untuk memperbaiki kesetiaan.
• Pertimbangkan untuk menaikkan medikasi saat ini atau menggantinya dengan
medikasi lain.
• Pertimbangkan antipsikotik generasi kedua (dengan pengecualian pada
clozapine), jika harga dan ketersediaannya tidak terbatas, sebagai alternatif
untuk haloperidol atau klorpromazin.
• Pertimbangkan clozapine bagi mereka yang tidak berespons pada antipsikotik
lain meskipun dalam durasi waktu dan dosis yang adekuat. Clozapine
mungkin dipertimbangkan oleh penyedia layanan kesehatan non-spesialistik di
bawah supervisi profesional kesehatan jiwa. Hal ini sebaiknya
dipertimbangkan bila monitoring laboratorium rutin tersedia, karena adanya
risiko agranulositosis yang mengancam nyawa
2. Monitoring seseorang dalam
terapi antipsikotik
Jika efek samping ekstrapiramidal (seperti
parkinsonism atau distonia) terjadi:
• Turunkan dosis antipsikotik, dan
• Pertimbangkan untuk mengganti ke antipsikotik
lain (contoh mengganti dari haloperidol ke
klorpromazine).
• Pertimbangkan pemberian antikolinergik untuk
penggunaan jangka pendek jika strategi tersebut
gagal atau efek samping ekstrapiramidal akut,
hebat, atau mengakibatkan disabilitas.
2. Monitoring seseorang dalam
terapi antipsikotik
Medikasi Antikolinergik:
• Triheksifenidil (Benzhexol) digunakan
dengan dosis 4 – 12 mg per hari. Efek
samping meliputi sedasi,
kebingungan/konfusi, dan gangguan
memori, terutama pada usia lanjut. Efek
samping yang jarang meliputi glaucoma
sudut tertutup, miasthenia gravis,
obstruksi gastrointestinal.
3. Menghentikan medikasi
antipsikotik
• Untuk psikosis akut, lanjutkan terapi
antipsikotik hingga 12 bulan setelah remisi total.
• Untuk orang dengan psikosis kronik,
pertimbangkan penghentian tatalaksana jika
orang tersebut stabil untuk beberapa tahun,
titikberatkan pada risiko kekambuhan setelah
penghentian di samping kemungkinan efek
samping medikasi, pertimbangkan pilihan pasien
melalui konsultasi dengan keluarga.
• Jika memungkinkan, KONSUL KE SPESIALIS
terkait keputusan penghentian medikasi
antipsikotik.
Penatalaksanaan Efek Samping
Obat Antipsikotik
• Distonia
• Parkonsonisme
• Akatisia
• Diskinesia Tardiva
Distonia: Gejala
• Spasme otot pada bagian tubuh
– Mata terputar ke atas (krisis okulogirik)
– Kepala dan leher terputar ke satu arah
(tortikolis)
– Pasien mungkin tidak dapat menelan atau
berbicara dengan jelas
– Ekstrem: punggung melengkung atau rahang
terdislokasi
• Distonia akut sangat menakutkan dan
menyakitkan
Distonia: Awitan
• Distonia akut:
– Dalam beberapa jam setelah awal pemberian
antipsikotik
– Dalam beberapa menit jika im atau iv
• Distonia tardiva:
– Setelah beberapa bulan atau tahun
Distonia: Pengobatan
• Obat antikolinergik:
– Oral, im, atau iv  tergantung keparahan gejala
– Ingat, pasien mungkin tidak dapat menelan
• Respon:
– Iv  dalam 5 menit
– Im  sekitar 20 menit
• Mungkin perlu diganti dengan antipsikotik yang
rendah risiko EPSnya
• Tablet triheksifenidil 2 mg
• Injeksi Difenhidramin 25 mg/ml
Parkinsonisme: Gejala
• Tremor dan/atau digiditas
• Bradikinesia (ekspresi wajah berkurang,
datar, suara monoton, gerakan lamban,
tidak dapat memulai gerakan)
• Bradifrenia (berpikir lambat)
• Keluar banyak air liur
• Parkinsonisme dapat dikelirukan dengan
depresi atau gejala negatif skizofrenia
Parkinsonisme: Awitan
• Beberapa hari sampai minggu setelah
awal pemberian atau setelah peningkatan
dosis antipsikotik
Parkinsonisme: Pengobatan
• Beberapa pilihan (tergantung situasi):
– Mengurangi dosis antipsikotik
– Ganti ke obat antipsikotik atipikal (monoterapi)
– Pemberian antikolinergik

• Obat antikolinergik
– Triheksifenidil tab 2 mg
– Mayoritas pasien tidak memerlukan antikolinergik
jangka panjang  evaluasi setiap 3 bulan
– Jangan diberikan malam hari  gejala biasanya tidak
terjadi waktu tidur
Akatisia: Gejala
• Perasaan subektif yang tidak menyenangkan
mengenai kegelisahan dari dalam dirinya dan
dorongan kuat untuk bergerak
• Menghentakkan kaki waktu duduk
• Menggerakkan/menggoyangkan kaki,
menyilangkan dan meluruskan
• Bergantian memindahkan berat badan ke kaki
kiri dan kanan
• Mondar mandir
• Sering dikelirukan dengan agitasi psikotik
Akatisia: Awitan
• Akatisia akut
– Dalam beberapa jam sampai minggu setelah
dimulainya antipsikotik atau peningkatan
dosis
• Akatisia tardiva:
– Perlu waktu lebih lama
– Dapat persisten setelah antipsikotik
dihentikan
Akatisia: Pengobatan
• Mengurangi dosis antipsikotik
• Penggantian ke antipsikotik atipikal
• Obat yang dapat digunakan
– Propranolol 30 – 80 mg/hari (dosis terbagi)
– Klonazepam dosis rendah
– Difenhidramin
• Antikolinergik tidak memberi manfaat
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
1. Psikoedukasi
2. Fasilitasi rehabilitasi di komunitas
3. Follow-up
1. Psikoedukasi:
Pesan untuk Orang dengan Psikosis
• Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;
• Penting: melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya,
pendidikan, dan pekerjaan  sejauh memungkinkan;
• Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan
pengobatan;
• Penting: minum obat secara teratur;
• Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan
yang diambil berkaitan dengan pengobatannya;
• Penting: menjaga kesehatan dengan diet sehat,
melakukan aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan
perawatan diri.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (1)
• Orang dengan psikosis mungkin mendengar suara-suara
atau menyakini secara jelas sesuatu yang salah.
• Orang dengan psikosis sering tidak menyadari bila
dirinya sakit dan kadang menjadi bersikap kasar..
• Harus ditekankan: Pentingnya pengenalan akan
kambuhnya/memburuknya gejala-gejala dan perlunya
penilaian ulang.
• Perlu ditekankan: pentingnya melibatkan orang dengan
psikosis dalam aktivitas keluarga dan sosial lainnya.
• Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan
kritik yang terus menerus atau keras atau bersikap kasar
terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan
psikosis.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (2)
• Orang dengan psikosis sering didiskriminasi meskipun
seharusnya mereka menikmati hak asasi manusia yang
sama dengan semua orang
• Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
– untuk pulih, atau
– untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja
yang penuh stres.
• Secara umum, lebih baik seseorang tinggal bersama
keluarga atau anggota masyarakat di lingkungan yang
mendukung di luar lingkup rumah sakit.
– Perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama sebaiknya
dihindari.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (1)
• Koordinasikan intervensi dengan:
– staf kesehatan
– sejawat yang bekerja di layanan sosial
– organisasi yang bergerak di bidang disabilitas.
• Fasilitasi hubungan dengan sumber-sumber di
bidang kesehatan dan sosial demi terpenuhinya
kebutuhan keluarga secara fisik, mental dan
kebutuhan di bidang kesehatan jiwa.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (2)
• Dorong secara aktif orang dengan psikosis untuk
mencoba kembali aktivitas sosial, edukasional, dan
okupasional yang sesuai dan disarankan oleh anggota
keluarga.
– Fasilitasi keterlibatan kembali dalam aktivitas ekonomi dan
sosial, termasuk dukungan pekerjaan yang sesuai dengan
konteks sosial dan budaya.
– Orang dengan psikosis seringkali didiskriminasi, oleh karenanya
penting untuk mengatasi pandangan negatif baik internal
maupun eksternal dan bekerja untuk mencapai kemungkinan
kualitas hidup terbaik.
– Bekerjasama dengan agen-agen lokal untuk menggali
kemungkinan-kemungkinan kerja dan pendidikan, berdasarkan
kebutuhan dan tingkat keterampilan orang tersebut.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (3)
• Jika diperlukan dan tersedia, pikirkan
kemungkinan adanya dukungan
perumahan/bantuan hidup.
– Pertimbangkan secara matang kapasitas fungsional
dan kebutuhan akan dukungan dalam rangka
memberikan petunjuk dan memfasilitasi pengurusan
perumahan yang optimal, pertimbangkan hak asasi
orang tersebut.
3. Follow-up (1)
• Orang dengan psikosis diminta untuk datang
kontrol secara teratur.
• Follow-up awal sebaiknya sesering mungkin,
bahkan setiap hari, sampai gejala akutnya mulai
berespons dengan pengobatan.
– Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol
satu kali sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat
direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan klinis,
faktor-faktor yang mungkin laksana seperti
ketersediaan staf, jarak dari klinik, dll.
3. Follow-up (2)
• Pelihara harapan dan optimisme yang relistis
selama terapi.
• Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala,
efek samping obat dan kesetiaan terhadap
pengobatan.
– Ketidaksetiaan terhadap pengobatan umum terjadi
dan pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam
periode tersebut.
• Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
• Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di
setiap kunjungan follow-up.
POKOK BAHASAN D.
Rujukan Kasus Gangguan
Psikotik
• Rujukan bukan hanya berarti mengirimkan
pasien untuk mendapatkan
penatalaksanaan dari pihak lain (spesialis
ataupun non-spesialis), tetapi juga
termasuk konsultasi atau bertanya kepada
yang lebih ahli
Indikasi untuk merujuk kasus
1. Kegawatdaruratan: perilaku kekerasan
dan agitasi yang tidak teratasi, efek
samping yang berat
2. Resistensi pengobatan: tidak berespon
adekuat terhadap percobaan dua jenis
antipsikotik dalam dosis dan lama
pemberian yang tepat
Konsultasi spesialis, jika tersedia,
dianjurkan untuk kasus:
1. Penderita wanita yang hamil atau
menyusui
2. Penghentian pengobatan
3. Episode pertama
4. Jika terjadi keraguan dalam diagnosis
dan penatalaksanaan
Surat Rujukan
• Dalam surat rujukan hendaknya
disertakan informasi yang cukup lengkap
untuk menjamin kesinambungan layanan:
1. Riwayat singkat penyakit/kondisi sekarang
2. Hasil pemeriksaan dan diagnosis
3. Masalah yang dihadapi
4. Penatalaksanaan yang telah dilakukan
5. Tujuan rujukan
Albert Maramis
Email : almarams@indo.net.id
amaramis@indosat.net.id

HP : 08158959009
BB : 2A6FB7B2

Anda mungkin juga menyukai