Anda di halaman 1dari 74

Diagnosis dan Penatalaksanaan

Gangguan Psikotik

Pelatihan mhGAP Intervention Guide


Tujuan
1. Tujuan : Mampu melakukan tata laksana
Pembelajaran Gangguan Psikotik
Umum
2. Tujuan : 1. Mampu mengidentifikasi
Pembelajaran kemungkinan gangguan psikotik
Khusus 2. Mampu mendiagnosis
gangguan psikotik
3. Mampu memberikan intervensi
psikososial dan/atau asuhan
keperawatan untuk gangguan
psikotik
4. Mampu memberikan intervensi
farmakologik untuk gangguan
psikotik
Program
Jam Topik
09.00 – 09.30 Pendahuluan: Kuis pra materi dan ice-breaker
09.30 – 10.00 Teori gangguan psikotik
10.00 – 10.30 Role play
10.30 – 10.45 Rehat
10.45 – 11.15 Identifikasi dan diagnosis gangguan psikotik
11.15 – 11.45 Diskusi kasus kertas
11.45 – 12.45 Ishoma
12.45 – 13.30 Intervensi farmakologik untuk gangguan psikotik
13.30 – 14.00 Diskusi kasus kertas
14.00 – 14.30 Intervensi non-farmakologik untuk gangguan psikotik
14.30 – 14.45 Rehat
14.45 – 15.45 Asuhan keperawatan untuk gangguan psikotik
15.45 – 16.00 Kuis pasca materi dan umpan balik
16.00 – 16.30 Pembahasan kuis dan Penutup
Ringkasan

DIAGNOSIS DIAGNOSIS
PENDAHULUAN GANGGUAN GANGGUAN
PSIKOTIK PSIKOTIK

INTERVENSI INTERVENSI ASUHAN


FARMAKOLOGIK PSIKOSOSIAL KEPERAWATAN
Komitmen bersama
• Tentang waktu…….

• Tentang handphone……

• Tentang cara berdiskusi dan


berkomunikasi….

• Lain-lain…..
Ice-breaker (1)
1. Tujuan : Mengenal gejala Gangguan Psikotik

2. Perlengkapan : 1. Post-it (dua kali jumlah peserta)


2. Spidol
3. Karton manila (2 buah, diberi
judul Gejala Positif dan Gejala
Negatif)
Ice-breaker (2)
3. Pelaksanaan : 1. Peserta diminta menuliskan 2
gejala psikosis yang diketahui;
satu gejala pada satu post-it
2. Peserta diminta menempelkan
post-it di karton manila sesuai
dengan kelompok gejalanya
3. Fasilitator membahas

Catatan: Pada saat pembahasan gejala-gejala psikosis, fasilitator merujuk


pada hasil permainan ini
Pendahuluan
Psikosis
Psikosis ditandai oleh:
• Distorsi pikiran dan persepsi
• Emosi yang tidak patut atau rentangnya
sempit
• Pembicaraan yang inkoheren atau irelevan
• Halusinasi
• Waham/delusi
• Kecurigaan berlebihan dan tak berdasar
Psikosis
• Dapat terlihat abnormalitas perilaku yang
berat, seperti perilaku disorganisasi, agitasi,
eksitasi, dan inaktivitas/overaktivitas.

• Dapat juga terlihat gangguan emosi, seperti


apati atau diskoneksitas antara emosi yang
utarakan dengan afek yang diobservasi
(seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh)
Mengapa Psikosis relevan bagi
pekerja Puskesmas?
• Prevalensi – Riskesdas 2007, DKI Jkt >>
• Dampak yang dramatis pada individu,
keluarga, dan masyarakat
• Sering diabaikan
• Dapat dilakukan tatalaksana yang efektif
di layanan primer
Penyebab Psikosis

Faktor Biologik Faktor Psikologik

Faktor Sosial
Awitan (Onset)
• Dapat mendadak atau perlahan-lahan
• Sering awitan antara usia 15 - 25 tahun
(normalnya beberapa tahun lebih dulu
pada lai-laki)
• Sering kali awitannya mempunyai fase
pre-psikotik dengan meningkatnya gejala
negatif yang diikuti oleh fase psikotik yang
jelas dengan gejala positif (lihat dua slide
berikut)
Gejala Negatif
• Emosi yang mendatar
• Tidak adanya motivasi dan energi
• Kehilangan minat dan kesenangan dalam
aktivitas
• Interaksi sosial berkurang

Sering kali gejala negatif menjadi lebih menonjol pada


fase yang lebih lanjut (kronis)
Gejala Positif

Distorsi persepsi Halusinasi

Distorsi pikiran Waham

Kesulitan dalam
Pembicaraan mempertahankan percakapan
dan/atau tetap fokus pada
terdisorganisasi suatu topik

Perilaku yang tidak biasa dan


Perilaku aneh serta kesulitan dalam
terdisorganisasi merencanakan dan
menyelesaikan aktivitas
Respons terhadap obat

• Gejala positif biasanya berespons baik


terhadap pengobatan dengan antipsikotik.
• Gejala negatif kurang responsif terhadap
obat antipsikotik
Perjalanan Penyakit

• Sebagian individu memiliki perjalanan


penyakit yang relatif stabil, sementara
sebagian yang lain memperlihatkan
perburukan progresif yang berhubungan
dengan disabilitas yang cukup berat.
Identifikasi Gangguan Psikotik

• Perilaku abnormal atau disorganisasi


– contoh: pembicaraan inkoheren atau tidak relevan, penampilan
yang tidak lazim, tidak rapi, perawatan diri buruk
• Delusi/waham
– kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
• Halusinasi
– Mendengar suara atau melihat sesuatu yang tidak nyata
• Mengabaikan tanggung jawab yang biasa dikerjakan
terkait dengan pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan
aktivitas sosial
• Gejala manik
– Beberapa hari merasakan kebahagiaan yang abnormal, terlalu
bersemangat, banyak bicara, sangat mudah tersinggung, tidak
tidur, perilaku tidak bertanggung jawab
Diagnosis Gangguan Psikotik
Diagnosis Gangguan Psikotik
1. Apakah orang ini mengalami psikosis
akut?
2. Apakah orang ini mengalami psikosis
kronis?
3. Apakah orang ini mengalami episode
manik akut?
4. Cari kondisi penyerta

Bergeraklah melalui semua titik keputusan untuk mengembangkan rencana


tatalaksana komprehensif
1. Apakah orang ini mengalami
psikosis akut? [1]
• Inkoherensi atau pembicaraan Tanyakan pada orang itu
yang tidak relevan
• Delusi
atau pelaku rawat:
• Halusinasi • Kapan episode ini dimulai
• Perilaku menarik diri, agitasi, • Adakah episode
atau kacau sebelumnya
• Keyakinan bahwa ada pikiran • Detil tatalaksana
yang disisipkan atau tersiar
sebelumnya atau saat ini
• Penarikan diri dari lingkungan
sosial dan penelantaran
tanggung jawab pekerjaan,
sekolah, rumah tangga, atau
aktivitas sehari-hari
1. Apakah orang ini mengalami
psikosis akut? [2]
• Jika ada gejala-gejala multipel, •kemungkinan
Singkirkan psikosis
gejala
• Jika episode ini: psikotik akibat:
– episode pertama ATAU – Intoksikasi atau putus
– kekambuhan ATAU zat alkohol atau zat
psikoaktif lain (Merujuk
– perburukan gejala-gejala psikotik
pada modul alkohol/zat
psikoaktif » ALK dan »
DRU)
– Delirium akibat kondisi
• Episode psikotik akut
medik akut seperti
malaria serebral, infeksi
sistemik/sepsis, trauma
kepala
2. Apakah orang ini mengalami
psikosis kronis?

• Jika gejala-gejala berlangsung lebih dari 3


bulan

ya
Kemungkinan Lihat Kotak Penatalaksanaan di
Psikosis Kronis mhGAP IG
3. Apakah orang ini mengalami
episode manik akut?
Cari:
• Gejala-gejala yang berlangsung beberapa hari:
 Mood yang meningkat bermakna atau iritabel
 Energi atau aktivitas yang berlebihan
 Berbicara berlebihan
 Kurang berhati-hati
• Riwayat:
 Mood depresi
 Energi dan aktivitas yang menurun

ya
Kemungkinan Lihat Modul Gangguan Bipolar
(Dianjurkan untuk dirujuk apabila Modul
Gangguan Bipolar
Gangguan Bipolar tidak diajarkan)
Catatan:
• Orang yang mengalami episode manik
saja (tanpa depresi) juga diklasifikasikan
sebagai menderita gangguan bipolar

• Remisi sempurna di antara episode


sangat sering terjadi pada gangguan
bipolar
4. Cari kondisi penyerta
• Gangguan penggunaan alkohol atau obat/zat
• Bunuh diri/mencederai diri
• Demensia
• Penyakit fisik yang bersamaan: pertimbangkan
khususnya tanda/gejala yang mencurigakan
stroke, diabetes, hipertensi, HIV/AIDS, malaria
serebral atau obat-obatan (misalnya steroid)

ya
Jika YA, maka Tangani keduanya, baik psikosis
maupun kondisi yang menyertai itu
Penatalaksanaan Gangguan
Psikotik
Rencana Penatalaksanaan
• Terdiri dari 2 komponen utama:
1. Intervensi psikososial
2. Intervensi farmakologik
Intervensi Farmakologik
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik

1. Memulai medikasi antipsikotik


2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik
3. Menghentikan medikasi antipsikotik
1. Memulai medikasi antipsikotik

• Untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara tepat,


sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya
sesudah penilaian.

• Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika terapi oral


tidak mungkin dilaksanakan. Jangan meresepkan injeksi
depo/jangka panjang untuk mengontrol gejala-gejala
psikotik akut secara tepat.

• Resepkan satu antipsikotik dalam 1 waktu (monoterapi).


• “Start low, go slow”: Mulai dengan dosis rendah yang
ada dalam kisaran terapeutik (lihat tabel medikasi
antipsikotik untuk detilnya) dan naikkan dosis secara
perlahan hingga mencapai dosis efektif terendah, untuk
tujuan menurunkan risiko efek samping.

• Coba melakukan terapi pada dosis optimum sedikitnya


4 – 6 minggu sebelum mempertimbangkan bahwa obat
tersebut tidak efektif.

• Haloperidol atau Klorpromazin oral sebaiknya ditawarkan


secara rutin pada orang dengan gangguan psikotik.
Tabel medikasi antipsikotik
Medikasi Haloperidol Klorpromazin Flufenazin depo/kerja
panjang
Dosis Awal 1,5 – 3 mg 50 – 75 mg 12,5 mg
Dosis Efektif 3 – 20 mg/hari 75 – 300 mg/hari* 12,5 – 100 mg, setiap 2 –
Tipikal (mg) 5 minggu
Cara Pemberian Oral/intramuskular (untuk Oral Injeksi intramuskular
psikosis akut) dalam di area gluteal
Efek samping
bermakna
Sedasi + +++ +
Kencing tersendat + ++ +
Hipotensi ortostatik + +++ +
Efek samping +++ + +++
ekstrapiramidal**
Sindrom Neuroleptik Jarang Jarang Jarang
Maligna***
Tardive dyskinesia**** + + +

Perubahan EKG + + +
Kontraindikasi Kesadaran menurun, Kesadaran menurun, Anak-anak, kesadaran
depresi sumsum tulang, depresi sumsum tulang, menurun, parkinsonisme,
faeokromositoma, porfiria, faeokromositoma aterosklerosis serebral
gangguan di basal ganglia yang nyata
* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tics, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
2. Monitoring seseorang dalam
terapi antipsikotik
Jika respons tidak adekuat pada lebih dari satu antipsikotik, menggunakan
satu jenis medikasi pada durasi waktu dan dosis yang adekuat:
• Kaji ulang diagnosis (dan kemungkinan diagnosis komorbid).
• Singkirkan psikotik yang diakibatkan oleh alkohol atau penyalahgunaan zat
psikoaktif (meskipun sudah disingkirkan sejak awal).
• Pastikan kesetiaan pengobatan; pertimbangkan injeksi antipsikotik depo/kerja
panjang untuk memperbaiki kesetiaan.
• Pertimbangkan untuk menaikkan medikasi saat ini atau menggantinya dengan
medikasi lain.
• Pertimbangkan antipsikotik generasi kedua (dengan pengecualian pada
clozapine), jika harga dan ketersediaannya tidak terbatas, sebagai alternatif
untuk haloperidol atau klorpromazin.
• Pertimbangkan clozapine bagi mereka yang tidak berespons pada antipsikotik
lain meskipun dalam durasi waktu dan dosis yang adekuat. Clozapine mungkin
dipertimbangkan oleh penyedia layanan kesehatan non-spesialistik di bawah
supervisi profesional kesehatan jiwa. Hal ini sebaiknya dipertimbangkan bila
monitoring laboratorium rutin tersedia, karena adanya risiko agranulositosis
yang mengancam nyawa
2. Monitoring seseorang dalam
terapi antipsikotik
Jika efek samping ekstrapiramidal (seperti
parkinsonism atau distonia) terjadi:
• Turunkan dosis antipsikotik, dan
• Pertimbangkan untuk mengganti ke antipsikotik
lain (contoh mengganti dari haloperidol ke
klorpromazine).
• Pertimbangkan pemberian antikolinergik untuk
penggunaan jangka pendek jika strategi tersebut
gagal atau efek samping ekstrapiramidal akut,
hebat, atau mengakibatkan disabilitas.
2. Monitoring seseorang dalam
terapi antipsikotik
Medikasi Antikolinergik:
• Triheksifenidil (Benzhexol) digunakan
dengan dosis 4 – 12 mg per hari. Efek
samping meliputi sedasi,
kebingungan/konfusi, dan gangguan
memori, terutama pada usia lanjut. Efek
samping yang jarang meliputi glaucoma
sudut tertutup, miasthenia gravis,
obstruksi gastrointestinal.
3. Menghentikan medikasi
antipsikotik
• Untuk psikosis akut, lanjutkan terapi
antipsikotik hingga 12 bulan setelah remisi total.
• Untuk orang dengan psikosis kronik,
pertimbangkan penghentian tatalaksana jika
orang tersebut stabil untuk beberapa tahun,
titikberatkan pada risiko kekambuhan setelah
penghentian di samping kemungkinan efek
samping medikasi, pertimbangkan pilihan pasien
melalui konsultasi dengan keluarga.
• Jika memungkinkan, KONSUL KE SPESIALIS
terkait keputusan penghentian medikasi
antipsikotik.
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
1. Psikoedukasi
2. Fasilitasi rehabilitasi di komunitas
3. Follow-up
1. Psikoedukasi:
Pesan untuk Orang dengan Psikosis
• Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;
• Penting: melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya,
pendidikan, dan pekerjaan  sejauh memungkinkan;
• Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan
pengobatan;
• Penting: minum obat secara teratur;
• Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan
yang diambil berkaitan dengan pengobatannya;
• Penting: menjaga kesehatan dengan diet sehat,
melakukan aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan
perawatan diri.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (1)
• Orang dengan psikosis mungkin mendengar suara-suara
atau menyakini secara jelas sesuatu yang salah.
• Orang dengan psikosis sering tidak menyadari bila
dirinya sakit dan kadang menjadi bersikap kasar..
• Harus ditekankan: Pentingnya pengenalan akan
kambuhnya/memburuknya gejala-gejala dan perlunya
penilaian ulang.
• Perlu ditekankan: pentingnya melibatkan orang dengan
psikosis dalam aktivitas keluarga dan sosial lainnya.
• Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan
kritik yang terus menerus atau keras atau bersikap kasar
terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan
psikosis.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (2)
• Orang dengan psikosis sering didiskriminasi meskipun
seharusnya mereka menikmati hak asasi manusia yang
sama dengan semua orang
• Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
– untuk pulih, atau
– untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja
yang penuh stres.
• Secara umum, lebih baik seseorang tinggal bersama
keluarga atau anggota masyarakat di lingkungan yang
mendukung di luar lingkup rumah sakit.
– Perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama sebaiknya
dihindari.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (1)
• Koordinasikan intervensi dengan:
– staf kesehatan
– sejawat yang bekerja di layanan sosial
– organisasi yang bergerak di bidang disabilitas.
• Fasilitasi hubungan dengan sumber-sumber di
bidang kesehatan dan sosial demi terpenuhinya
kebutuhan keluarga secara fisik, mental dan
kebutuhan di bidang kesehatan jiwa.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (2)
• Dorong secara aktif orang dengan psikosis untuk
mencoba kembali aktivitas sosial, edukasional, dan
okupasional yang sesuai dan disarankan oleh anggota
keluarga.
– Fasilitasi keterlibatan kembali dalam aktivitas ekonomi dan
sosial, termasuk dukungan pekerjaan yang sesuai dengan
konteks sosial dan budaya.
– Orang dengan psikosis seringkali didiskriminasi, oleh karenanya
penting untuk mengatasi pandangan negatif baik internal
maupun eksternal dan bekerja untuk mencapai kemungkinan
kualitas hidup terbaik.
– Bekerjasama dengan agen-agen lokal untuk menggali
kemungkinan-kemungkinan kerja dan pendidikan, berdasarkan
kebutuhan dan tingkat keterampilan orang tersebut.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (3)
• Jika diperlukan dan tersedia, pikirkan
kemungkinan adanya dukungan
perumahan/bantuan hidup.
– Pertimbangkan secara matang kapasitas fungsional
dan kebutuhan akan dukungan dalam rangka
memberikan petunjuk dan memfasilitasi pengurusan
perumahan yang optimal, pertimbangkan hak asasi
orang tersebut.
3. Follow-up (1)
• Orang dengan psikosis diminta untuk datang
kontrol secara teratur.
• Follow-up awal sebaiknya sesering mungkin,
bahkan setiap hari, sampai gejala akutnya mulai
berespons dengan pengobatan.
– Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol
satu kali sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat
direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan klinis,
faktor-faktor yang mungkin laksana seperti
ketersediaan staf, jarak dari klinik, dll.
3. Follow-up (2)
• Pelihara harapan dan optimisme yang realistis
selama terapi.
• Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala,
efek samping obat dan kesetiaan terhadap
pengobatan.
– Ketidaksetiaan terhadap pengobatan umum terjadi
dan pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam
periode tersebut.
• Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
• Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di
setiap kunjungan follow-up.
Tindakan Keperawatan pada
Pasien dengan Perilaku
Kekerasan
Algoritma Tindakan
Keperawatan:
Perilaku Kekerasan
Algoritma Tindakan Keperawatan: Perilaku Kekerasan
PENGKAJIAN
Klien marah-marah Tindakan Keperawatan Tindakan Keperawatan
tidak terkontrol RISIKO PERILAKU GSP: HALUSINASI
KEKERASAN
PASIEN PASIEN
Kesal karena 1. Diskusikan tanda-tanda marah 1. Latih cara mengontrol
Tanyakan:
kebutuhan tidak 2. Diskusikan cara marah yang halusinasi dengan cara:
Penyebab marah a Menghardik
terpenuhi sehat
3. Latih cara mengontrol marah b Bercakap-cakap dengan
TIDAK dengan cara: orang lain
YA a Cara fisik: tehnik c Melakukan kegiatan
relaksasi, pukul bantal terjadual
b Cara verbal: cara d Patuh obat
Mendengar suara-suara/ Diskusikan: meminta, menolak, dan 2 Bantu klien memasukkan
melihat bayangan/ · Cara marah yang mengungkapkan kemampuan yang telah dilatih
merasa mencium, biasa dilakukan perasaan dengan cara ke dalam jadual kegiatan
meraba, mengecap · Akibat dari cara baik 3 Evaluasi jadual latihan dan
sesuatu. c Cara spiritual penerapan kemampuan yang
marah yang d Patuh obat telah dilatih dalam mengatasi
dilakukan 4 Bantu klien memasukkan masalah halusinasi
kemampuan yang telah dilatih
ke dalam jadual kegiatan KELUARGA
Diskusikan: 5 Evaluasi jadual latihan dan 1 Diskusikan masalah yang
· Isi penerapan kemampuan yang dirasakan dalam merawat
· Waktu telah dilatih dalam mengatasi anggotanya
PERILAKU masalah perilaku kekerasan 2 Diskusikan tentang halusinasi:
· Frekuensi KEKERASAN/ tanda dan gejala, akibat jika
· Situasi RISIKO PERILAKU KELUARGA tidak diatasi, cara merawat
· Respon KEKERASAN 1 Diskusikan masalah yang 3 Latih cara merawat
dirasakan dalam merawat 4 Diskusikan layanan kesehatan
anggotanya yang dapat dimanfaatkan
2 Diskusikan tentang PK: tanda keluarga
dan gejala, akibat jika tidak
diatasi, cara merawat
GSP: HALUSINASI 3 Latih cara merawat
DENGAR/ LIHAT/ 4 Diskusikan layanan kesehatan
RABA/ PENGHIDU/ yang dapat dimanfaatkan
keluarga
PENGECAP
Strategi Pelaksanaan:
Pasien
Strategi Pelaksanaan:
Melatih Cara Fisik
• Identifikasi penyebab PK
• Identifikasi tanda dan gejala PK
• Identifikasi PK yang dilakukan
• Identifikasi akibat PK
• Diskusikan cara mengontrol PK
• Latih pasien:
– Cara fisik I: Teknik relaksasi
– Cara fisik II: Pukul Bantal
• Masukkan cara mengontrol PK dengan cara fisik
ke dalam jadual kegiatan pasien
Strategi Pelaksanaan:
Cara Verbal
• Evaluasi kegiatan sebelumnya, yaitu cara
fisik I dan II
• Latih pasien mengontrol PK dengan cara
verbal (3 macam): meminta, menolak,
mengungkapkan perasaan dengan cara
baik
• Masukkan latihan cara verbal ke dalam
jadual kegiatan pasien
Strategi Pelaksanaan:
Cara Spiritual
• Evaluasi kegiatan sebelumnya, yaitu cara
fisik I dan II, serta cara verbal
• Latih pasien mengontrol PK dengan cara
spiritual
• Masukkan ke dalam jadual kegiatan
pasien
Strategi Pelaksanaan:
Patuh Obat
• Evaluasi kegiatan sebelumnya yaitu cara fisik I
dan II, cara verbal, dan cara spiritual
• Diskusikan tentang obat: jenis, dosis, frekuensi
minum obat, manfaat minum obat, akibat jika
putus obat)
• Jelaskan tentang prinsip minum obat (5 benar)
• Latih pasien minum obat
• Masukkan jadual minum obat ke dalam jadual
kegiatan pasien
Strategi Pelaksanaan:
Keluarga
Strategi Pelaksanaan:
Mengenal Masalah
• Diskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan masalah PK
• Jelaskan tentang PK: pengertian, tanda
dan gejala, serta proses terjadinya PK
• Diskusikan cara merawat anggota
keluarga dengan masalah PK
• Bermain peran cara merawat anggota
keluarga dengan masalah PK
Strategi Pelaksanaan:
Melatih Cara Merawat (1)
• Evaluasi kemampuan cara merawat
• Latih keluarga mempraktekkan cara
merawat anggota keluarga dengan
masalah PK
• Latih keluarga merawat langsung anggota
keluarga dengan masalah PK
Strategi Pelaksanaan:
Melatih Cara Merawat (2)
• Evaluasi kemampuan cara merawat
• Latih keluarga mempraktekkan cara
merawat anggota keluarga dengan
masalah PK
• Latih keluarga merawat langsung anggota
keluarga dengan masalah PK
Strategi Pelaksanaan:
Evaluasi Kemampuan Keluarga
• Evaluasi kemampuan keluarga merawat
• Bantu keluarga membuat jadual aktivitas
di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
• RTL keluarga: follow up dan rujukan
Role Play
• Melatih pasien mengontrol marah dengan
cara bicara yang baik
• Melatih keluarga bermain peran cara
merawat anggota keluarga yang
mengalami perilaku kekerasan
Asuhan Keperawatan
Gangguan Sensosi Persepsi:
Halusinasi
Role Play
• Peserta berpasangan (tiga orang)
• Satu orang sebagai “KLIEN” dan dua orang sebagai
suara halusinasi
• Dua orang memainkan peran “Halusinasi” berkata-
kata di telinga kanan dan kiri “KLIEN”
• Setelah itu, tanyakan perasaan “KLIEN” saat
mendengar “Halusinasi”

Tujuan: peserta merasakan bagaimana mengganggunya


halusinasi bagi seseorang yang mengalaminya.
Strategi Pelaksanaan:
Pasien
Strategi Pelaksanaan:
Mengenal Halusinasi dan Menghardik
• Identifikasi halusinasi:
– Isi
– Frekuensi
– Waktu terjadinya
– Situasi pencetus
– Perasaan saat terjadi halusinasi
• Latih mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
• Masukkan latihan menghardik ke dalam jadual
kegiatan pasien
Strategi Pelaksanaan:
Bercakap-cakap dengan Orang Lain
• Evaluasi kegiatan yang lalu (latihan dan
penerapan cara menghardik)
• Latih berbincang-bincang dengan orang
lain saat halusinasi muncul
• Masukkan latihan berbincang-bincang
untuk mengontrol halusinasi ke dalam
jadual kegiatan pasien
Strategi Pelaksanaan:
Melakukan Kegiatan Terjadual
• Evaluasi kegiatan yang lalu (menghardik
dan berbincang-bincang)
• Latih kegiatan agar halusinasi tidak
muncul
• Masukkan ke dalam jadual kegiatan
pasien
Strategi Pelaksanaan:
Patuh Obat
• Evaluasi kegiatan yang lalu (menghardik,
berbincang-bincang, dan kegiatan)
• Tanyakan pengobatan sebelumnya
• Diskusikan tentang obat: jenis, dosis, frekuensi
minum obat, manfaat minum obat, akibat jika
putus obat)
• Jelaskan tentang prinsip minum obat (5 benar)
• Latih pasien minum obat
• Masukkan jadual minum obat ke dalam jadual
kegiatan pasien
Strategi Pelaksanaan:
Keluarga
Strategi Pelaksanaan:
Mengenal Masalah
• Diskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
• Jelaskan tentang halusinasi: pengertian,
tanda dan gejala, serta proses terjadinya
• Diskusikan cara merawat pasien
• Bermain peran cara merawat pasien
Strategi Pelaksanaan:
Melatih Cara Merawat
• Evaluasi kemampuan cara merawat
• Latih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan halusinasi
• Latih keluarga merawat langsung pasien
halusinasi
Strategi Pelaksanaan
Kemampuan Keluarga
• Evaluasi kemampuan keluarga merawat
• Bantu keluarga membuat jadual aktivitas
di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
• RTL keluarga: follow up dan rujukan
Role Play
Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara mengajak berbincang-bincang
orang lain

Anda mungkin juga menyukai