Disusun oleh :
Riska Ayu Fitriani
1914401072
D3 Tingkat 2 Reguler 2
LOGBOOK 02.1
Diagnosis pada schizophrenia dapat dilakukan melalui wawancara klinis mengacu pada DSM-5.
Diagnosis schizophrenia ditegakkan bila tidak terdapat gangguan organik yang mendasari, salah
satu kriteria A-C terpenuhi, serta kriteria pengecualian tidak terpenuhi.
Kriteria A mensyaratkan munculnya gejala khas atau gejala lainnya dengan durasi minimal 1
bulan atau untuk waktu yang lebih sedikit jika pengobatan berhasil. Setidaknya harus ada 2
kriteria A dalam waktu minimal 1 bulan atau lebih. Kriteria tersebut adalah delusi/waham,
halusinasi, ucapan tidak terorganisir, perilaku katatonik dan gejala negatif. [8]
Kriteria B membutuhkan kemunduran yang signifikan pada salah satu atau lebih pada area
fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau bisa tidaknya individu dalam
merawat dirinya sendiri. [8]
Kriteria C membutuhkan total durasi 6 bulan berturut-turut. Dalam periode 6 bulan ini harus ada
setidaknya 1 bulan gejala fase aktif (gejala psikotik yang nyata). Durasi yang lebih pendek dari
fase aktif hanya diperbolehkan masuk dalam kriteria jika pengobatan berhasil. Gejala lainnya
yang dapat ditemukan adalah gejala psikotik, gejala prodromal sebelum psikosis nyata, atau
gejala residu setelah resolusi gejala psikotik. Gejala residual ini didefinisikan sebagai
kepercayaan aneh, pemikiran magis, ide referensi, pengalaman persepsi yang aneh, ucapan tidak
jelas atau perilaku aneh. [8]
Individu dengan gangguan suasana hati (mood) atau gangguan schizoafektif tidak termasuk
dalam mendiagnosis schizophrenia. Pasien dengan schizophrenia seharusnya tidak mengalami
episode manik atau depresi selama gejala psikotik fase aktif atau jika ada episode perubahan
mood yang bersamaan dengan fase aktif. Selain itu, Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders V (DSM-5) menyebutkan bahwa gejala hasil dari efek fisiologis
penyalahgunaan zat dan obat atau adanya kelainan neurologis dan medis tidak termasuk kriteria
diagnosis schizophrenia. [8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding schizophrenia atau lebih dikenal skizofrenia yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan diagnosis karena gangguan ini dapat pula berkaitan dengan penggunaan zat tertentu.
Gejala pada gangguan ini hampir sama dengan schizophrenia berupa delusi/waham dan
halusinasi auditorik namun yang membedakan adalah riwayat penggunaan obat atau zat tertentu
yang perlu dievaluasi durasi, frekuensi, dosis dan waktu sejak penggunaan terakhir zat/obat
tersebut. Obat yang paling sering dikaitkan dengan psikosis adalah ganja, metamfetamin, kokain
dan amfetamin, ketamin. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan urine untuk
mengidentifikasi obat penyebab. [12]
Psikosis Organik
Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan kejiwaan di antaranya epilepsi, tumor, cedera
otak traumatik, HIV, neurosifilis, pellagra, defisiensi B12, herpes ensefalitis dan penyakit
Wilson. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat dan cermat dapat membantu dalam
membedakan penyakit-penyakit di atas dengan schizophrenia. Pemeriksaan penunjang seperti
tes HIV, tes Herpes Simplex Virus (HSV) dalam cairan serebrospinal, kadar tembaga dalam
urin, ceruloplasmin dalam darah dan kadar vitamin B12. [12]
Demensia dengan Psikosis
Demensia dengan psikosis memiliki gejala klinis yang sama dengan schizophrenia seperti
delusi/waham namun pada pasien dengan demensia ini ditemukan pada usia yang lebih lanjut,
riwayat keluarga dengan demensia dan penurunan kognitif yang bertahap. Pemeriksaan
radiologis berupa CT-Scan atau MRI dapat dilakukan untuk melihat tanda-tanda khas perubahan
otak pada demensia. [12]
Gangguan Schizoafektif
Gangguan schizoafektif merupakan suatu gangguan kejiwaan yang merupakan kombinasi dari
dua gejala gangguan jiwa lainnya, yakni schizophrenia dan gangguan mood. Pasien dengan
gangguan schizoafektif dapat mengalami gejala psikosis (delusi dan halusinasi) yang bersamaan
dengan perubahan mood dari mania menjadi depresi secara bersamaan. [12]
Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang dapat terjadi pada seseorang yang ditandai
dengan perubahan suasana hati (mood) yang sangat ekstrem berupa episode manik dan episode
depresi. Suasana hati pasien ini dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat berlawanan dan
berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti. [12]
Depresi dengan gejala psikotik merupakan gabungan antara episode depresi utama yang disertai
dengan episode psikotik yang dapat berupa halusinasi (auditorik, visual, olfaktori) serta delusi.
Orang dengan depresi psikotik ini mengalami depresi yang terkait dengan delusi atau halusinasi
yang mereka alami. [12]
Hipertiroid
Gangguan tiroid seperti hipertiroid dapat disertai dengan gejala psikosis. Pada hipertiroid, akan
ditemui tanda takikardia, gondok, penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas, palpitasi,
tremor, kelemahan otot atau tonjolan mata. Pada hasil laboratorium, didapatkan peningkatan
serum T3 dan T4 dengan kadar hormon perangsang tiroid yang rendah. [12]
LOGBOOK 02.2
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
1. Berikan terapi antipsikotik secepatnya sesudah penilaian
2. Berikan terapi IM bila tidak mungkin oral, hindari pemberian depo/jangka panjang
untuk mengontrol gejala
3. Resepkan monoterapi
4. Berikan antipsikotik start low, go slow (lihat tabel medikasi antipsikotik)
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien psikoik
akut
LOGBOOK 02.3
Kasus
Seorang perempuan, 32 th tinggal di Panjang bersama suami dan 2 orang anaknya. Sudah 1
minggu ini pasien memperlihatkan perilaku yang membingungkan. Kadang- kadang bicara
atau tertawa-tawa sendiri di kamarnya. Bila diingatkan suaminya ia marah Menurut suaminya
sejak orang tuanya menjadi korban kecelakaan pesawat dan jenazahnya tidak ditemukan 1
tahun yang lalu pasieni mulai sering melamun dan menangis. Selama itu perilaku pasien
belum banyak berubah. Tetapi di minggu terakhir ini ia tidak mengurusi anak, suami bahkan
dirinya sendiri. Sering tidur larut malam
Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok
Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada Klien sesuai klasifikasi medis dalam modul ini
Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
Kasus
Seorang laki-laki, 38 th tinggal di Kedaton dengan 1 orang anaknya. pasien di bawa
tetangganya ke puskesmas karena gelisah, berteriak-teriak, menyerang orang lain, bicara
tertawa sendiri, curiga dengan orang lain. Perilaku ini mulai tampak sejak ia bercerai dengan
istrinya 1 bulan yang lalu.
Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok
Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi medis dalam modul ini
Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
Non
Farmakolog is
:
1. Sapa klien
dengan
ramah
baik
verbal
maupun
nonverbal
2. Perkenalk
an
nama,nam
a
panggilan
dan tujuan
perawat
3. Memotiva
si klien
mencerita
kan
kondisi
emosinaln
ya saat
terjadi
perilaku
kekerasan
4. Memotiva
si klien
mencerita
kan
perasaan
setelah
tindakan
tersebut.
TUGAS 3
Kasus
Seorang perempuan, 22 th, belum menikah, tinggal di Gedung meneng bersama pamannya,
kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Satu bulan yang lalu ia di putus pacarnya. Sejak
seminggu ini pasien tanpak banyak diam, malas melakukan kegiatan yang biasa
dilakukannya, tidak merawat diri, murung dan sering menangis. Tiga hari yang lalu minum
racun serangga namun tertolong
Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok
Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi medis dalam modul ini
Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan.
Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya
kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa
tindakan keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai
profesi kesehatan lainnya; salah satunya adalah dokter.
Fasilitator Tim
Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan.
Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya
kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa
tindakan keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai
profesi kesehatan lainnya; salah satunya adalah dokter.
Fasilitator Tim
Depresi (F32)
Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan.
Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya
kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa
tindakan keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai
profesi kesehatan lainnya; salah satunya adalah dokter.
Fasilitator Tim
KASUS PEMICU
TUGAS
Seorang pasien laki-laki 21 tahun di ruang rawat psikiatri dengan riwayat sering mengurung
diri dikamar. Menurut keluarga klien gagal dalam kuliahnya (DO). Klien sebetulnya anak
yang pintar, tetapi klien sempat sakit dalam waktu yang cukup lama klien tidak naik tingkat
karena ketinggalan pelajaran. Sejak saat itu klien menolak kuliah dan menghindari
membiacarakan tentang kuliahnya. Saat pengkajian klien mengatakan malu dengan
teman-teman dan dosennya. Dia sudah gagal. Satu bulan terAkhir klien tidak mau bergaul,
saat diingarkan sering kesal dan marah, satu minggu ini terkadang klien senyum2 sendiri
Dkep:
1. HDR
2. Isos
3. RPK
4. Halusinasi
Halusinasi