Anda di halaman 1dari 26

Latihan 2

MASALAH KESEHATAN JIWA

Disusun oleh :
Riska Ayu Fitriani
1914401072
D3 Tingkat 2 Reguler 2

Politeknik Kesehatan Tanjung Karang


Jurusan Keperawatan
DIII Keperawatan
Tahun Akademik 2020/2021

LOGBOOK 02.1

Diagnosis dan terapi Skizofrenia


Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian skizofrenia


Jawaban:
Sekelompok gangguan jiwa berat yang umumnya ditandai oleh distorsi proses pikir dan
persepsi yang mendasar, alam perasaan yang menjadi tumpul dan tidak serasi, tetapi
kesadarannya tetap jernih dan kemampuan intelektual biasanya dapat dipertahankan.
2. Menjelaskan tanda dan gejala Skizofrenia
Jawaban:
•Halusinasi
•Waham
•Kesulitan berpikir dan berkosentrasi
•Keluhan fisik yang aneh: merasa ada hewan/objek yang tidak lazim di tubuhnya •Problem
dengan antipsikotik
•Mencari pertolongan karena apatis; penarikan diri , kebersihan yang buruk atau perilaku
aneh
3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Skizofrenia
Jawaban :
PROBLEM KRONIK
•Penarikan diri secara sosial
•Minat/motivasi rendah, pengabaian diri
•Gg. Berpikir (Pembicaraan tidak terangkai/aneh)
EPISODE PERIODIK
•Agitasi/kegelisahan
•Perilaku aneh
•Halusinasi
•Delusi/waham
4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Skizofrenia
Jawaban:
PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGIS
1. Informasikan kepada keluarga : Perilaku aneh dan agitasi adalah gejala penyakit
jiwa Gejala dapat hilang timbul. Pentingnya minum obat secara teratur dan
memeriksakan ke sarana kesehatan.
2. Dorong pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan dan
kegiatan sehari-hari.
3. Kurangi stres pada pasien: Tidak berargumentasi terhadap pikirannya yang
psikotik Hindari konfrontasi atau mengkritik
4. Pada saat gejala berat sebaiknya istirahat dan menghindari stres.
5. Saran penatalaksanaan Agitasi ----rujuk ke Psikosis Akut (F23) .
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
1. Berikan antipsikotik (rendah --↑ bertahap): - Haloperidol 3 x 1,5-5 mg/hari atau
CPZ 3 x 100-200mg/hari
2. Berikan Antipsikotik depot --- Tidak patuh minum obat: - Haloperidol
dekanoat/Modecate 1 x /bulan secara IM
3. Penkes keluarga:
a. Kontinu minum obat: Harus dilanjutkan sekurangnya 3 bulan stl episode
pertama Lebih lama sesudah episode berikutnya beberapa pasien perlu
minum obat jangka panjang/seumur hidup
b. Kemungkinan efek samping
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien skizofrenia

Kriteria Diagnosis Schizophrenia

Diagnosis pada schizophrenia dapat dilakukan melalui wawancara klinis mengacu pada DSM-5.
Diagnosis schizophrenia ditegakkan bila tidak terdapat gangguan organik yang mendasari, salah
satu kriteria A-C terpenuhi, serta kriteria pengecualian tidak terpenuhi.

Kriteria Simtomatik (Kriteria A)

Kriteria A mensyaratkan munculnya gejala khas atau gejala lainnya dengan durasi minimal 1
bulan atau untuk waktu yang lebih sedikit jika pengobatan berhasil. Setidaknya harus ada 2
kriteria A dalam waktu minimal 1 bulan atau lebih. Kriteria tersebut adalah delusi/waham,
halusinasi, ucapan tidak terorganisir, perilaku katatonik dan gejala negatif. [8]

Kriteria Fungsi (Kriteria B)

Kriteria B membutuhkan kemunduran yang signifikan pada salah satu atau lebih pada area
fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau bisa tidaknya individu dalam
merawat dirinya sendiri. [8]

Kriteria Durasi (Kriteria C)

Kriteria C membutuhkan total durasi 6 bulan berturut-turut. Dalam periode 6 bulan ini harus ada
setidaknya 1 bulan gejala fase aktif (gejala psikotik yang nyata). Durasi yang lebih pendek dari
fase aktif hanya diperbolehkan masuk dalam kriteria jika pengobatan berhasil. Gejala lainnya
yang dapat ditemukan adalah gejala psikotik, gejala prodromal sebelum psikosis nyata, atau
gejala residu setelah resolusi gejala psikotik. Gejala residual ini didefinisikan sebagai
kepercayaan aneh, pemikiran magis, ide referensi, pengalaman persepsi yang aneh, ucapan tidak
jelas atau perilaku aneh. [8]

Kriteria Pengecualian (Kriteria D-F)

Individu dengan gangguan suasana hati (mood) atau gangguan schizoafektif tidak termasuk
dalam mendiagnosis schizophrenia. Pasien dengan schizophrenia seharusnya tidak mengalami
episode manik atau depresi selama gejala psikotik fase aktif atau jika ada episode perubahan
mood yang bersamaan dengan fase aktif. Selain itu, Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders V (DSM-5) menyebutkan bahwa gejala hasil dari efek fisiologis
penyalahgunaan zat dan obat atau adanya kelainan neurologis dan medis tidak termasuk kriteria
diagnosis schizophrenia. [8]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding schizophrenia atau lebih dikenal skizofrenia yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan diagnosis karena gangguan ini dapat pula berkaitan dengan penggunaan zat tertentu.
Gejala pada gangguan ini hampir sama dengan schizophrenia berupa delusi/waham dan
halusinasi auditorik namun yang membedakan adalah riwayat penggunaan obat atau zat tertentu
yang perlu dievaluasi durasi, frekuensi, dosis dan waktu sejak penggunaan terakhir zat/obat
tersebut. Obat yang paling sering dikaitkan dengan psikosis adalah ganja, metamfetamin, kokain
dan amfetamin, ketamin. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan urine untuk
mengidentifikasi obat penyebab. [12]
Psikosis Organik

Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan kejiwaan di antaranya epilepsi, tumor, cedera
otak traumatik, HIV, neurosifilis, pellagra, defisiensi B12, herpes ensefalitis dan penyakit
Wilson. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat dan cermat dapat membantu dalam
membedakan penyakit-penyakit di atas dengan schizophrenia. Pemeriksaan penunjang seperti
tes HIV, tes Herpes Simplex Virus (HSV) dalam cairan serebrospinal, kadar tembaga dalam
urin, ceruloplasmin dalam darah dan kadar vitamin B12. [12]
Demensia dengan Psikosis

Demensia dengan psikosis memiliki gejala klinis yang sama dengan schizophrenia seperti
delusi/waham namun pada pasien dengan demensia ini ditemukan pada usia yang lebih lanjut,
riwayat keluarga dengan demensia dan penurunan kognitif yang bertahap. Pemeriksaan
radiologis berupa CT-Scan atau MRI dapat dilakukan untuk melihat tanda-tanda khas perubahan
otak pada demensia. [12]

Gangguan Schizoafektif

Gangguan schizoafektif merupakan suatu gangguan kejiwaan yang merupakan kombinasi dari
dua gejala gangguan jiwa lainnya, yakni schizophrenia dan gangguan mood. Pasien dengan
gangguan schizoafektif dapat mengalami gejala psikosis (delusi dan halusinasi) yang bersamaan
dengan perubahan mood dari mania menjadi depresi secara bersamaan. [12]

Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang dapat terjadi pada seseorang yang ditandai
dengan perubahan suasana hati (mood) yang sangat ekstrem berupa episode manik dan episode
depresi. Suasana hati pasien ini dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat berlawanan dan
berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti. [12]

Depresi dengan Episode Psikotik

Depresi dengan gejala psikotik merupakan gabungan antara episode depresi utama yang disertai
dengan episode psikotik yang dapat berupa halusinasi (auditorik, visual, olfaktori) serta delusi.
Orang dengan depresi psikotik ini mengalami depresi yang terkait dengan delusi atau halusinasi
yang mereka alami. [12]

Hipertiroid

Gangguan tiroid seperti hipertiroid dapat disertai dengan gejala psikosis. Pada hipertiroid, akan
ditemui tanda takikardia, gondok, penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas, palpitasi,
tremor, kelemahan otot atau tonjolan mata. Pada hasil laboratorium, didapatkan peningkatan
serum T3 dan T4 dengan kadar hormon perangsang tiroid yang rendah. [12]
LOGBOOK 02.2

Diagnosis dan terapi Psikotik Akut

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian Psikotik akut


Jawab :
Gangguan jiwa yang ditandai adanya gangguan daya nilai realitas yang muncul secara tiba-
tiba dan durasinya singkat (dalam masa 2 minggu atau kurang).
2. Menjelaskan tanda dan gejala Psikotik akut
Jawab :
•Halusinasi
•Waham
•Kebingungan
•Was - Was
•Problem dengan antipsikotik
•Mencari pertolongan karena perubahan perilaku, perilaku aneh/menakutkan (menark diri,
curiga/mengancam)
3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Psikotik akut
Jawab :
AWITAN/ONSET baru:
1. Halusinasi
2. Waham
3. Agitasi/perilaku aneh (Bizarre)
4. Pembicaraan Disorganisasi (Aneh/kacau)
5. Emosi labil atau ekstrim
6. Gejala timbul mendadak kurang dari 1 bulan
4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Psikotik akut
Jawab:
PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGIS
1. Informasikan:
- Gejala penyakit –agitasi & perilaku aneh
- Episode akut prognosis baik
- Pengobatan berkesinambungan beberapa bulan setelah gejala hilang
2. Upaya keamana pasien & Pelaku rawat:
- Dampingi pasien
- Penuhi kebutuhan dasar
- Hati-hati agar pasien tidak cedera
3. Kurangi Stres dan stimulusi:
- Jangan beragumentasi dengan pikiran psikotiknya—membantah bahwa pasien salah
- Hindari konfrontasi/kritik kecuali perlu
4. Agitasi ----hospitalisasi/pengawasan ketat
5. Motivasi ADL setelah gejala membaik

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
1. Berikan terapi antipsikotik secepatnya sesudah penilaian
2. Berikan terapi IM bila tidak mungkin oral, hindari pemberian depo/jangka panjang
untuk mengontrol gejala
3. Resepkan monoterapi
4. Berikan antipsikotik start low, go slow (lihat tabel medikasi antipsikotik)
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien psikoik
akut
LOGBOOK 02.3

Diagnosis dan terapi Depresi

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian Depesi


Jawab;
Gangguan depresi: Gangguan jiwa yang ditandai dengan suasana hati (alam perasaan) yang
menurun, proses pikir melambat dan perilaku lamban (trias depresi).
2. Menjelaskan tanda dan gejala Depesi
Jawab
•Mengemukakan 1 atau lebih gejala fisik (kelelahan atau nyeri )
•Kehilangan minat akan hal-hal yang menjadi kebiasaan
•Iritabilitas (cepat marah dan tersinggung)
•Ggn perilaku pada anak dan remaja , menarik diri atau ―acting out‖
Kelompok risiko tinggi: baru melahirkan, stroke, Parkinson atau sklerosis mutipel
3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Depesi
Jawab
1. Perasaan sedih
2. Kehilangan minat/gairah
3. Adanya gejala penyerta: Ggn Tidur, rasa bersalah, tidak percaya diri, kelelahan. Libido
menurun, gerak atau pembicaraan agitasi atau melambat , pikiran bunuh diri, sulit
kosentrasi, ansietas
4. Jika ada halusinasi dan waham----Ggn Depresi berat dengan ciri psikotik---rujuk Ggn
Psikotik
5. Jika penggunaan Zat/alkohol yg berat ----- ggn penggunaan zat atau alkohol
6. Medikasi yang menimbulkan gejala Depresi : Betabloker, antihipertensi, H2 bloker,
kontrasepsi oral dan kortikosteroid 3
4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Depesi
Jawab
NON FARMAKOLOGIS
Informasi: Depresi adalah penyakit yang lazim dan tersedia terapi yang efektif. Depresi
bukan merupakan kelemahan atau kemalasan, Pasien berupaya keras untuk mengatasi,
tapi tidak berdaya 2. Kaji risiko bunuh diri--- tinggi –hospitalisasi dan pengawasan ketat
3. Rencana kegiatan jangka pendek yang menyenangkan pasien/ meningkatkan Harga diri
4. Dorong berpikir positif 5. Bila ada gejala Fisik: jelaskan hubungan gejala fisik dengan
suasana perasaan 6. Sudah ada perbaikan--- rencanakan bersama ps tuindakan yang harus
dimabil bila terjadi kekambuhan
FARMAKOLOGIS
Informasi: Depresi adalah penyakit yang lazim dan tersedia terapi yang efektif. Depresi
bukan merupakan kelemahan atau kemalasan, Pasien berupaya keras untuk mengatasi,
tapi tidak berdaya 2. Kaji risiko bunuh diri--- tinggi –hospitalisasi dan pengawasan ketat
3. Rencana kegiatan jangka pendek yang menyenangkan pasien/ meningkatkan Harga diri
4. Dorong berpikir positif 5. Bila ada gejala Fisik: jelaskan hubungan gejala fisik dengan
suasana perasaan 6. Sudah ada perbaikan--- rencanakan bersama ps tuindakan yang harus
dimabil bila terjadi kekambuhan
5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Depesi
TUGAS 1

Kasus
Seorang perempuan, 32 th tinggal di Panjang bersama suami dan 2 orang anaknya. Sudah 1
minggu ini pasien memperlihatkan perilaku yang membingungkan. Kadang- kadang bicara
atau tertawa-tawa sendiri di kamarnya. Bila diingatkan suaminya ia marah Menurut suaminya
sejak orang tuanya menjadi korban kecelakaan pesawat dan jenazahnya tidak ditemukan 1
tahun yang lalu pasieni mulai sering melamun dan menangis. Selama itu perilaku pasien
belum banyak berubah. Tetapi di minggu terakhir ini ia tidak mengurusi anak, suami bahkan
dirinya sendiri. Sering tidur larut malam

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada Klien sesuai klasifikasi medis dalam modul ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia

N0 Nama Tanda & Gejala Diagnos Terapi/obat Diagnosis


is Keperawat
Medik an
1. Ny. P - Tampak Depresi Non Kehilanganatau
perilaku farmakologis: berduka
yang Rencana
membing kegiatan jangka
ungkan penddk yang
- Kadang menyenangkan
kadang pasien
berbicara meningkatkan
atau harga diri
tertawa Dorong berpikir
tawa positif
sendiri Bila ada gejala
dikamarn fisik jelaskan
ya hubungan
- Sering gejala fisik
melamun dengan suasana
dan perasaan
menangis Jika sudah ada
- Tidak perbaikan
menguru rencanakan
si anak bersama pasien
suami tindakan yang
bahkandi harus diambil
rinya bila terjadi
sndiri kekambuhan
- Sering
tidur
larut
malam
Farmakolog is
Berikan
antispikotik
rendah
bertahap halo
peridol 3x 1,55
mg/hari atau
CPZ 3x 100-
200mg/hari
TUGAS 2

Kasus
Seorang laki-laki, 38 th tinggal di Kedaton dengan 1 orang anaknya. pasien di bawa
tetangganya ke puskesmas karena gelisah, berteriak-teriak, menyerang orang lain, bicara
tertawa sendiri, curiga dengan orang lain. Perilaku ini mulai tampak sejak ia bercerai dengan
istrinya 1 bulan yang lalu.

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi medis dalam modul ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia

N0 Nama Tanda & Gejala Diagnos Terapi/obat Diagnosis


is Keperawat
Medik an
Tn.A 1. Pasien Farmakologis : Resiko perilaku
nampak kekerasan
gelisah
2. Pasien sering
berteriak
teriak
3. Pasien
menyerang
orang lain
4. Pasien sering
bicara dan
tertawa sendiri
5. Pasien sering
curiga dengan
orang lain

Non
Farmakolog is
:
1. Sapa klien
dengan
ramah
baik
verbal
maupun
nonverbal
2. Perkenalk
an
nama,nam
a
panggilan
dan tujuan
perawat
3. Memotiva
si klien
mencerita
kan
kondisi
emosinaln
ya saat
terjadi
perilaku
kekerasan
4. Memotiva
si klien
mencerita
kan
perasaan
setelah
tindakan
tersebut.
TUGAS 3

Kasus
Seorang perempuan, 22 th, belum menikah, tinggal di Gedung meneng bersama pamannya,
kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Satu bulan yang lalu ia di putus pacarnya. Sejak
seminggu ini pasien tanpak banyak diam, malas melakukan kegiatan yang biasa
dilakukannya, tidak merawat diri, murung dan sering menangis. Tiga hari yang lalu minum
racun serangga namun tertolong

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi medis dalam modul ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia

N0 Nama Tanda & Gejala Diagnos Terapi/obat Diagnosis


is Keperawat
Medik an
Ny.B 1. Terlihat Resiko bunuh
banyak diam diri
malas
melakukan
kegiatan
apapun
2. Tidak
merawat diri
dan murung
3. Klien sering
menangis
4. Klien pernah
minum racun
namun
tertolong
Non
Farmakolog is
Diagnosis dan Terapi
Skizofrenia (F20)
Materi 03.1

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan.
Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya
kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa
tindakan keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai
profesi kesehatan lainnya; salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan


diagnosis dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa
terbanyak yang diteukn di unit psikiatri adalah skizofrenia.

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan jiwa berat yang umumnya


ditandai oleh distorsi proses pikir dan persepsi yang mendasar, alam
perasaan yang menjadi tumpul dan tidak serasi, kesadaran
umumnya tetap jernih dan kemampuan intelektual biasanya dapat
dipertahankan

Mengetahui penyebab skizoprenia perlu dikaji secara mendalam


dari aspek bio-psiko-sosial-spirritual dan kultural klien. Diagnosis
yang tepat akan berpengaruh terhadap terapi yan tepat pula bagi
klien. Hal ini tentu saja mempengruhi keberhasilan klien untuk
memperoleh kualitas hidup yang tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan skizofrenia tidak hanya


dapat dilakukan di pelayanan spesialis seperti rumah sakit jiwa.
Semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
jiwa disemua tatanan, diharapkan pelayanan kesehatan jiwa
termasuk klien gangguan jiwa dapat diberikan di pelayanan dasar
seperti puskesmas. Obat psikiatri atau psikofarmaka Yang banyak
digunanakan adalah antipsikotik generasi satu. Tanpa Antipsikotik,
perilaku klien khususnya pada konDIsi kronis sulit dikontrol. Hal
ini tentu saja berbahaya baik bagi lien, orang lain maupun
lingkungan. Terlepas dari pemberian terapi biologis, terapi
psikologis
(psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi pendukung yang
diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
Tujuan
ditekankan pada klien dan keluarga adalah waktu pengobatan yang
pembelajar
relatif lama dan dukungan keluarga untuk mempertahankan
an umum
kemampuan fungsional klien merupakan faktor yang berperan
Tujuan mencegah kambuh.
pembelajar
Perawatan skizofrenia harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan
an khusus
mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang
cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan
dan pengobatan dijalankan. Medikasi antipsikotik dimulai dengan
dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap. (misalnya
Haloperidol 3 x 1,5-5 mg sehari atau Chlorpromazine 3 x 100-200
Strategi mg sehari). Dosis harus serendah mungkin untuk menghilangkan
pembelajar gejala, walaupun beberapa pasien membutuhkan dosis yang lebih
an tinggi.

Setelah mempelajari diagnosis dan terapi skizofreni diharapkan


peserta didik mampu memahami prinsip diagnosis dan
Waktu penatalaksanaan pada klien skizofenia berdasarkan proses
keperawatan.

Setelah mempelajari askep Skizofrenia diharapkan peserta didik mampu:

1. Melakukan pengkajian klien Skizofrenia


2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien Skizofrenia
3. Menyusun rencana keperawatan klien Skizofrenia
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien Skizofrenia
1. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan Skizofrenia
2. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien Skizofrenia
5. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien Skizofrenia

1. Kuliah/penyampaian materi askep Skizofrenia


2. Akses informasi askep Skizofrenia
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum

Fasilitator Tim

Evaluasi Cognitif : logbook, test


pembelajar tulis Afektif
an Performance assessment : SOP

Referensi Stuart GW, (2013), Principles and practice of Psychiatric Nursing,


Lippicot:
Mosby
Maslim, R. (2005), Peedoman Pengolongan Gaanggan Jiwa,
Jakarta: EGC Maramis, A. (2010), Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Diagnosis dan Terapi
Psikotik Akut (F23)
Modul 03.2

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan.
Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya
kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa
tindakan keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai
profesi kesehatan lainnya; salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan


diagnosis dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa
terbanyak yang diteukn di unit psikiatri adalah skizofrenia.

Gangguan psikotik akut adalah gangguan jiwa yang ditandai adanya


gangguan daya nilai realitas yang muncul secara tiba-tiba dan
durasinya singkat (dalam masa 2 minggu atau kurang).

Mengetahui penyebab Psikotik perlu dikaji secara mendalam dari


aspek bio-psiko-sosial-spirritual dan kultural klien. Diagnosis yang
tepat akan berpengaruh terhdap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal
ini tentu saja mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh
kualitas hidup yang tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan Psikotik tidak hanya dapat


dilakukan di pelayanan spesialis seperti rumah sakit jiwa. Semakin
tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa
disemua tatanan, diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk
klien gangguan jiwa dapat diberikan di pelayanan dasar seperti
puskesmas. Obat psikiatri atau psikofarmaka Yang banyak
digunanakan adalah antipsikotik generasi satu. Tanpa Antipsikotik,
perilaku klien khususnya pada kondIsi kronis sulit dikontrol. Hal ini
tentu saja berbahaya baik bagi lien, orang lain maupun lingkungan.
Terlepas dari pemberian terapi biologis, terapi psikologis
(psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi pendukung yang
diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah waktu pengobatan yang
relatif lama dan dukungan keluarga untuk mempertahankan
kemampuan fungsional klien merupakan faktor yang berperan
mencegah kambuh.

Perawatan psikotik akut harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan


mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang
cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan
dan
pengobatan dijalankan. Untuk mengontrol gejala-gejala psikotik
Tujuan akut secara tepat, sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya
pembelajar sesudah penilaian. Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika
an umum terapi oral tidak mungkin dilaksanakan. Jangan meresepkan injeksi
depo/jangka panjang untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut
Tujuan secara tepat. Resepkan satu antipsikotik dalam 1 waktu
pembelajar (monoterapi). “Start low, go slow” dan naikkan dosis secara
an khusus perlahan hingga mencapai dosis efektif.

Setelah mempelajari dignosis dan terapi psikotik diharapkan peserta


didik mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan
pada klien skizofenia berdasarkan proses keperawatan.

Strategi Setelah mempelajari askep Skizofrenia diharapkan peserta didik mampu:


pembelajar
an 1. Melakukan pengkajian klien psikotik
2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien psikotik
3. Menyusun rencana keperawatan klien psikotik
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien psikotik
5. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan psikotik
Waktu
6. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien psikotik
7. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien psikotik

1. Kuliah/penyampaian materi askep psikotik


2. Akses informasi askep psikotik
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum

Fasilitator Tim

Evaluasi Cognitif : logbook, test


pembelajar tulis Afektif
an Performance assessment : SOP

Referensi Keliat. B.A . dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas


CMHN
(basic Course). EGC: Jakarta
Maslim, R. (2005 Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2006). Buku Pedoman Pelayanan
Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa,
Kementerian Kesehatan RI.
Modul
Diagnosis dan Terapi 03.3

Depresi (F32)
Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan.
Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya
kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa
tindakan keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai
profesi kesehatan lainnya; salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan


diagnosis dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa
terbanyak yang ditemukan di pelayanan primer adalah depresi.

Gangguan depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan


suasana hati (alam perasaan) yang menurun, proses pikir melambat
dan perilaku lamban (trias depresi).

Mengetahui penyebab depresi perlu dikaji secara mendalam dari


aspek bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural klien. Diagnosis yang
tepat akan berpengaruh terhdap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal
ini tentu saja mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh
kualitas hidup yang tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan depresi banyak ditemukan di


pelayanan umum, bahkan di masyarakat. Untuk itu semakin
tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa
disemua tatanan, diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk
klien gangguan jiwa dapat diberikan di pelayanan dasar seperti
puskesmas. Tidak semua gejala fisik yang dikeluhkan pasien saat
berobat menginformasikan adanya gangguan pada fisik pasien. Jika
dikaji lebih dalam tidak mentup kemungkinan pasien mengalami
keluhan psikosomatik atau adanya masalah psikis yang
dimanifestasikaan dengan keluhan fisik. Untuk itu terapi psikologis
(psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi yang diperlukan
untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu ditekankan
pada klien dan keluarga adalah motivasi hidup klien dan dukungan
keluarga untuk mempertahankan kemampuan fungsional klien
merupakan faktor yang berperan meningkatkan harga diri pasien.
Perawatan tidak akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal
apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan
kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Pasien
berisiko melakukan perilaku bunuh diri.
Tujuan
Tanyakan tentang risiko bunuh diri. Apakah pasien sering berpikir
pembelajar
tentang kematian. Apakah pasien mempunyai rencana bunuh diri
an umum
yang khas. Apakah ia telah membuat rencana yang serius untuk
Tujuan percobaan bunuh diri di masa yang lalu. Apakah pasien bisa yakin
pembelajar untuk tidak bertindak atas ide bunuh diri. Mungkin diperlukan
an khusus pengawasan yang ketat oleh keluarga dan teman, atau hospitalisasi
(rawat inap). Tanyakan tentang risiko mencederai orang lain.
Dorong pasien untuk melawan pesimisme atau kritik diri yang
berlebihan, tidak bertindak atas dasar ide pesimistik (misalnya,
mengakhiri perkawinan, meninggalkan pekerjaan), dan tidak
memusatkan pada pikiran negatif atau bersalah.
Strategi
pembelajar Medikasi antidepresan sampai mencapai dosis efektif (misalnya
an Imipramin atau amitripilin), dimulai dengan dosis 25-50 mg setiap
malam dan dinaikkan sampai 100-150 mg dalam dosis terbagi. Pada
pasien usia lanjut atau sakit fisik, berikan dosis yang lebih rendah
atau menggunakan antidepresan lain dengan efek samping yang
minimal. Jelaskan kepada pasien bahwa obat harus diminum setiap
hari, bahwa perbaikan akan terjadi dalam 2-3 minggu sesudah
medikasi dimulai, dan mungkin timbul efek samping ringan, tapi
biasanya menghilang dalam 7-10 hari. Tekankan bahwa pasien
harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menghentikan obat.

Setelah mempelajari dignosis dan terapi depresi diharapkan peserta


didik mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan
pada klien depresi berdasarkan proses keperawatan.

Setelah mempelajari askep depresi diharapkan peserta didik mampu:

1. Melakukan pengkajian klien depresi


2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien depresi
3. Menyusun rencana keperawatan klien depresi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien depresi
5. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan depresi
6. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien depresi
7. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien depresi

1. Kuliah/penyampaian materi askep depresi


2. Akses informasi askep Skizofrenia
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum
Waktu

Fasilitator Tim

Evaluasi Cognitif : logbook, test


pembelajar tulis Afektif
an Performance assessment : SOP

Referensi Stuart dan Larian, (2010), Principles and practice of Psychiatric


Nursing,
Lippicot: Mosby
Maslim, R. (2005), Peedoman Pengolongan Gaanggan Jiwa,
Jakarta: EGC Maramis, A. (2010), Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Latihan 2

PROSES KEPERAWATAN JIWA

KASUS PEMICU

NO JENIS SITUASI KASUS


01 Kelompok 1 Seorang pasien wanita 30 tahun di ruang rawat
psikiatridengan riwayat sering mengurung diri dikamar.
Menurut keluarga klien gagal dalam kuliahnya (DO). Klien
sebetulnya anak yang pintar, tetapi klien sempat sakit dalam
waktu yang cukup lama klien tidak naik tingkat karena
ketinggalan pelajaran. Sejak saat itu klien menolak kuliah
dan menghindari membiacarakan tentang kuliahnya. Saat
pengkajian klien mengatakan malu dengan teman-teman dan
dosennya. Dia sudah gagal
02 Kelompok 2 Seorang laki-laki, 22 tahun, diantar keluarga masuk RS Jiwa
pada tanggal 4 Februari 2015 karena melakukan
penganiayaan terhadap ibu dan klien selama dirumah
menunjukkan perilaku yang tidak wajar yaitu sering marah
tanpa sebab yang jelas dan juga tiba-tiba sering memukul
anggota keluarganya, dan mengganggu lingkungan setempat.
Klien mengatakan ibunya pilih kasih dengan tidak
mengijinkan menikah dengan pujaan hatinya. Menurut
ibunya klien ditinggal pacarnya
03 Kelompok 3 Seorang pasien wanita 34 tahun di ruang rawat
psikiatridengan riwayat sering mengurung diri dikamar.
Hasil observasi klien banyak diam, tidak mau bicara,
menyendiri, tidak mau berinteraksi, tampak sedih, ekspresi
datar dan dangkal, kontak mata kurang. Keluarga
mengatakan 1 tahun yang lalu klien bercerai dengan suami,
orang anaknya dibawa oleh suami. Keluarga juga
mengatakan jika klien sering bengong/melamun
04 Kelompok 4 Seorang laki-laki,40 Tahun masuk RS jiwa Bandar Lampung
pada bulan Februari 2015 dengan riwayat klien sering
menyendiri mengurung diri dikamar, melamun, dari
pengakuannya ia disuruh oleh roh halus yang membisikinya
untuk mengusir orang yang akan medekatinya, terkadang
suara itu memintanya untuk melempari orang yang
medekatinya. Klien sudah pernah dibawa ke RS jiwa
sebelumnya pada tahun 2016. Dari hasil pengkajian klien
sering mendengar suara-suara saat sedang sendiri. Malam
lebih sering. Hasil observasi klien sering meyendiri, klien
tampak seperti mendengarkan sesuatu serta mulut komat-
kamit dan kadang tersenyum sendiri.

05 Kelompok 5 Seorang pasienlaki-laki24 tahun tinggal bersama ibu dan 2


adiknya. Saat kunjungan rumah keluarga mengatakan klien
banyak mengurung diri dikamarnya. Sudah satu minggu
klien tidak mandi dang anti baju. Saat diminta mengganti
baju klien hanya melapisi bajunya tanpa membuka baju yang
lama. Hasil observasi klien tampak tiduran. Klien
mengatakan malas mandi karena dingin. Rambut gondrong
dan kumis tebal. Klien membawa makan ke kamarnya.
6 Kelompok 6 Seorang perempuan, 32 th tinggal di Panjang bersama suami
dan 2 orang anaknya. Sudah 1 minggu ini pasien
memperlihatkan perilaku yang membingungkan. Kadang-
kadang bicara atau tertawa-tawa sendiri di kamarnya.
Bila diingatkan suaminya ia marah Menurut suaminya sejak
orang tuanya menjadi korban kecelakaan pesawat dan
jenazahnya tidak ditemukan 1 tahun yang lalu pasieni mulai
sering melamun dan menangis. Selama itu
perilaku pasien belum banyak berubah. Tetapi di minggu
terakhir ini ia tidak mengurusi anak, suami bahkan dirinya
sendiri. Sering tidur larut malam

7 Kelompok 7 Seorang laki-laki, 38 th tinggal di Kedaton dengan 1 orang


anaknya. pasien di bawa tetangganya ke puskesmas karena
gelisah, berteriak-teriak, menyerang orang lain, bicara
tertawa sendiri, curiga dengan orang lain. Perilaku ini
mulai tampak sejak ia bercerai dengan
istrinya 1 bulan yang lalu.

8 Kelompok 8 Seorang laki-laki, 45 th tinggal di Kemiling dengan ibunya.


pasien dibawa tetangganya ke puskesmas sering mengurung
diri dikamar, saring bicara dan tertawa sendiri, klien tampak
tidak merawat diri. Sudah pernah
dirawat di RSj 1 tahun lalu

TUGAS

BAGI KELAS MENJADI 8 KELOMPOK

1. DISKUSIKAN DALAM KELOMPOK

2. Susun satu SP yang disepakati dan sesuaikan dengan kasus

3. Role playkan dalam kelompok proses implementasinya

4. Buat pendokumentasian (implementasi dan evaluasi} dengan benar


Contoh Kasus

Seorang pasien laki-laki 21 tahun di ruang rawat psikiatri dengan riwayat sering mengurung
diri dikamar. Menurut keluarga klien gagal dalam kuliahnya (DO). Klien sebetulnya anak
yang pintar, tetapi klien sempat sakit dalam waktu yang cukup lama klien tidak naik tingkat
karena ketinggalan pelajaran. Sejak saat itu klien menolak kuliah dan menghindari
membiacarakan tentang kuliahnya. Saat pengkajian klien mengatakan malu dengan
teman-teman dan dosennya. Dia sudah gagal. Satu bulan terAkhir klien tidak mau bergaul,
saat diingarkan sering kesal dan marah, satu minggu ini terkadang klien senyum2 sendiri

Dkep:

1. HDR
2. Isos
3. RPK
4. Halusinasi

Halusinasi

Akibat Isolasi Sosial

Core Problem Harga diri rendah.  RPK

Penyebab Koping individu inefektif

Anda mungkin juga menyukai