Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS PSIKOTIK AKUT


DI RUANG SEROJA
RUMAH SAKIT DR. H. KOESNADI BONDOWOSO

Oleh:
UNTUN IRFANDI
NIM. 2031800080

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN – UNIVERSITAS NURUL JADID
PAITON PROBOLINGGO 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PSIKOTIK AKUT

1. Definisi

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu

menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau

perilaku kacau/aneh.

Gangguan psikotik akut/singkat didefinisikan sebagai suatu gangguan

kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis,

dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid

2. Etiologi

Pasien dengan gangguan psikotik akut yang pernah memiliki gangguan

kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis kearah perkembangan

gejala psikotik. Walaupun pasien dengan perkembangan psikotik akut sebagai suatu

kelompok mungkin tidak memiliki peninggian insidensi skizofren didalam keluarganya,

beberapa data menyatakan bahwa adanya suatu peninggian insidensi gangguan mood.

Perumusan psikodinamika telah menyadari adanya mekanisme menghadapi (coping

mechanism) yang tidak adekuat dan kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien

dengan gejala psikotik. Teori psikodinamik tambahan menyatakan bahwa gejala psikotik

adalah suatu pertahanan terhadap fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak

tercapai, atau suatu pelepasan dari situasi psikososial tertentu (Kaplan&Sadock,2010).

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada

pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau

psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat,

seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah,

kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis
reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik

akut. Sebagian gangguan psikotik akut timbul tanpa stres. Sebagian lain disebabkan oleh

stres. Stres akut yang terjadi dikaitkan dengan satu kejadian atau lebih yang dianggap

menekan bagi kebanyakan orang dalam situasi dan lingkungan budaya yang sama.

3. Klasifikasi

1. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia (F23.0)

a. Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik

yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang)

b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam

jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama

c. Harus ada keadaan emosional yang beranekaragamnya

d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu

ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau

episode manik atau episode depresif.

2. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia (F23.1)

a. Memenuhi kriteria yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut.

b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia

yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak

munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas.

c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis

harus diubah menjadi skizofrenia.

3. Gangguan Psikotik Lir –Skizofrenia Akut (F23.2)

Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala yang stabil dan

memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi hanya berlangsung kurang dari satu bulan

lamanya.
Pedoman Diagnosis:

a. Onset psikotiknya akut (dua minggu atau kurang)

b. Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang 1 bulan.

c. Tidak memenuhi kriteria psikosis pilimorfik akut.

4. Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham (F23.3)

Gambaran klinis berupa waham dan halusinasi yang cukup stabil, tetapi

tidak memenuhi skizofrenia. Sering berupa waham kejaran dan waham rujukan, dan

halusinasi pendengaran.

4. Manifestasi Klinis

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh / tidak masuk akal

3. Kebingungan atau disorientasi

4. Perubahan perilaku ; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan

berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa

serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.

Gejala gangguan psikotik akut selalu termasuk sekurang - kurangnya satu gejala

psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan

keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah

mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin

lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik akut daripada gangguan psikotik kronis.

Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik akut adalah perubahan emosional, pakaian

atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat

untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada
gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan

organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negatif.

Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang

mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak

teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri,

membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian

terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin.

Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat

diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala

psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan

mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin

tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping itu, klinisi mungkin tidak

mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.

Contoh dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang dapat

menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut

adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa

klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan

dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin

memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak

berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin

merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal

yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang

disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang

hampir tidak mungkin.


5. Patofisiologi / Patologi / Patogenesis

Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah

kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna

tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan

persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan

psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia

dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat

memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai

80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.

Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. kadang-

kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu

keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pasca psikotik. Sejumlah indikator

telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki

kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood.

Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik akut:

1. Penyesuaian premorbid yang baik

2. Sedikit trait schizoid pramorbid

3. Stressor pencetus yang berat

4. Onset gejala mendadak

5. Gejala afektif

6. Konfusi selama psikosis

7. Sedikit penumpulan afektif

8. Gejala singkat

9. Tidak ada saudara yang skizofrenik


6. Kriteria Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :

1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar

suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya).

2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh

kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh

tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).

3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)

4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)

5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala

psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan yang tidak

disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu

gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik akut

kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang berlangsung

lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan

delusional (jika waham adalah gejala psikotik yang utama), gangguan skizofreniform (jika

gejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung

lebih dari 6 bulan).

Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik akut.

1. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :

a. Waham

b. Halusinasi

c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)

d. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik


Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima secara kultural.

2. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu

bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi pramorbid.

3. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood dengan ciri psikotik,

gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari

suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.

Sebutkan jika:

a. Dengan stresor nyata (psikosis akut reaktif); jika gejala terjadi segera setelah dan

tampak sebagai respon dari suatu kejadian yang sendirian atau bersama-sama akan

menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang

sama dalam kultur orang tersebut.

b. Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau terlihat

bukan sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi sendirian atau bersama sama

akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan

yang sama dalam kultur orang tersebut.

c. Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu setelah

persalinan.

Penegakan diagnosis gangguan psikotik akut di Indonesia ditegakkan melalui

Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III). Berikut

kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III. Dengan

menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk

ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah :

a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala

psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak

jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok.

b. Adanya sindrom yang khas ( berupa “polimorfik”= beraneka ragam dan berubah

cepat, atau “schizophrenia-like”= gejala skizofrenik yang khas).

c. Adanya stres akut yang berkaitan ( tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan

karakter tanpa penyerta stres akut, dengan penyerta stres akut). Kesulitan atau

problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stres dalam

konteks ini.

Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik

atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual

dapat menonjol dari waktu ke waktu. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis,

delirium dan demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau

obat-obatan.

7. Pathway / WOC

Koping keluarga tidak efektif, Harga diri Rendah kronis,


ketidakmampuan keluarga menarik diri
merawat klien di rumah,
berduka disfungsional
Koping individu tak
efektif,koping regresi
Ketegangan peran pemberi
perawatan
HPA Axis
Gangguan keseimbangan

Gangguan proses pikir Gangguan kemauan


Gangguan komunikasi verbal

Emosi labil Intoleransi aktivitas

Kerusakan interaksi sosial


Kekerasan resiko tinggi Syndrome defisit
terhadap orang lain perawatan diri
8. Pencegahan

Pada dasarnya, gangguan psikotik adalah kondisi yang cukup kompleks. Kamu

tidak disarankan untuk mendiagnosis diri sendiri atau orang lain dan melakukan

pengobatan atau mengira sendiri langkah pencegahan yang tepat. Namun, kamu bisa

mencatat gejala yang terjadi untuk menentukan kapan saatnya mencari bantuan dari

psikiater atau ahli kesehatan mental lainnya.

Jika kamu tengah mendukung teman atau anggota keluarga yang berjuang dengan

psikosis, penting untuk mempelajari coping mechanism sejak dini agar kamu bisa

membantu. Selain itu, merawat diri sendiri adalah yang terpenting, dan kamu juga perlu

meluangkan waktu untuk mengelola stres setiap hari.

Ada beberapa langkah yang bisa membantu, antara lain: 

 Mempelajari semua yang kamu bisa tentang kondisi orang yang alami psikosis.

 Memastikan orang yang kamu cintai meminum semua obatnya dan pergi ke terapi,

sesuai aturan.

 Mengurangi situasi pemicu yang dapat memperburuk gejala.

 Mendengarkan apa yang dialami orang yang kamu cintai, tanpa menghakimi.

 Menghindari situasi berbahaya, seperti minuman keras dan penggunaan obat-obatan

terlarang.

9. Penatalaksanaan Medis

Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat

dilakukan antara lain:

1. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien

2. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan

kebersihan)

3. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera


 Konseling pasien dan keluarga.

1. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik

antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan

pasien

2. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stressor

3. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik

 Farmakologi / Program pengobatan untuk psikotik akut :

1. Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik : Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3

kali sehari, atau Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari. Dosis harus

diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa

pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.

2. Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk

mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)

3. Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.

4. Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini,

lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya

a. Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan

benzodiazepine atau obat antiparkinson.

b. Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis

terapi atau pemberian beta-bloker.

c. Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat

antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)

5. Rujukan. Tindakan rujukan diperlukan bila terjadi kondisi-kondisi yang tidak dapat

diatasi melalui tindakan yang sudah dilakukan sebelumnya khususnya pada:

a. Kasus baru gangguan psikotik


b. Kasus dengan efek samping motorik yang berat atau timbulnya demam, kekakuan,

hipertensi, hentikan obat antipsikotik lalu rujuk.

 Psikoterapi

1. Psikoterapi individu, kelompok, dan keluarga

2. Mengatasi stressor dan episode psikotik

3. Mengembalikan harga diri dan kepercayaan

10. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas klien. Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit

dan alamat klien.

2. Keluhan utama. Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan

keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi

masalah, dan perkembangan yang dicapai.

3. Faktor predisposisi. Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami

gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,

seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal.

Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4. Aspek fisik/biologis. Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu,

Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5. Aspek psikososial

1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi

2) Konsep diri

3) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok,

yang diikuti dalam masyarakat

4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah


6. Status mental. Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik

klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat

kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7. Kebutuhan persiapan pulang

1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta

membersihkan dan merapikan pakaian.

3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8. Mekanisme koping. Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik

dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan

tanggung jawab kepada orang lain.

9. Masalah psikososial dan lingkungan. Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan

kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10. Pengetahuan didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11. Aspek medik. Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,

psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

12. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan penyakit Psikotik

akut adalah ;

1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,

mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada

bendanya).
2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh

kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh

tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).

13. Rencana Keperawatan

1. Rencana tindakan untuk klien halusinasi

Rencana keperawatan berdasarkan (Fitria,2009) adalah sebagai berikut:

Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:

a. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya.

b. Klien dapat mengontrol halusinasinya.

c. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.

Tindakan keperawatan :

a. Membantu klien mengenali halusinasi.

Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu klien

mengenali halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi dengan klien terkait isi halusinasi

(apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya

halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabakan halusinasi

muncul, dan perasaan klien saat halusinasi muncul (komunikasinya sama dengan yang

diatas).

b. Melatih klien mengontrol halusinasi.

Perawat dapat melatih empat cara dalam mengendalikan halusinasi pada klien.

Keempat cara tersebut sudah terbukti mampu mengontrol halusinasi seseorang.

Keempat cara tersebut adalah menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang

lain, melakukan aktivitas yang terjadwal, dan patuh minum obat dengan enam benar

secara teratur.
2. Rencana Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien

Tujuan tindakan untuk keluarga:

a. Mengenal tentang halusinasi

b. Mengambil keputusan untuk merawat halusinasi

c. Merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi

d. Memodifikasi lingkungan yang mendukung pasien mengatasi halusinasi

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan untuk anggota keluarga yang mengalami halusinasi.

Tindakan keperawatan:

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien

b. Menjelaskan tentang halusinasi: pengertian, tanda dan gejala, penyebab

terjadinya halusinasi, dan akibat jika halusinasi tidak diatasi.

c. Membantu keluarga mengambil keputusan merawat pasien

d. Melatih keluarga cara merawat halusinasi

e. Membimbing keluarga merawat halusinasi

f. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang

mendukung pasien mengatasi halusinasi

g. Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera

ke fasilitas pelayanan kesehatan

h. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

i. Evaluasi

3. Evaluasi keperawatan

a. Klien mampu menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:

1) Menghardik halusinasi

2) Mematuhi program pengobatan


3) Mengajak orang lain bercakap-cakap dengan bila timbul halusinasi.

4) Menyusun jadwal kegiatan harian untuk mengurangi waktu luang dan

melaksanakan jadwal kegiatan tersebut secara mandiri.

5) Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan

halusinasi.

b. Evaluasi keperawatan untuk keluarga:

Keluarga dapat:

1) Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien

2) Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi

3) Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi

4) Memodifikasi lingkungan untuk membantu pasien mengatasi masalahnya

5) Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi

masalah halusinasi.
Daftar Pustaka

Ali, Z. 2010, Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI.kmk-no-908-2010-ttg-pelayanan-keperawatan

keluarga. Jakarta: DEPKES RI; 2010.

Damayanti, M., & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung : Refika

Aditama

Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori,

dan Praktek. Jakarta : EGC.P

Fitria,Nita.2009. Perinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan

Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

Kusumawati, F &Hartono, 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta :

Salemba Medika

Mamnu‟ah. 2010. Stres dan StrategiKopingKeluargaMerawat Anggota

Keluarga yang Mengalami Halusinasi.Jurnal Kebidanan dan

Keperawatan.Yogyakarta: Stikes „Aisyiyah Yogyakart

Anda mungkin juga menyukai