Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI PENGLIHATAN

Oleh :

VINNEA ANGGUN MAHARANI

NIM. 1906019

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU

2022
1. Definisi/Pengertian

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya

rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra.

Halusinasi merupakam salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami

perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

pengecapan perbaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak

ada (Yusuf, dkk, 2015)

Halusinasi merupakan persepsi yang salah tentang suatu objek, gambaran dan

pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh rangsang dari luar yang terjadi pada

semua system pengindraan dan hanya dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat dibuktikan

dengan nyata dengan kata lain objek tersebut tidak ada secara nyata (Erlinafsiah, 2010)

Halusinasi penglihatan (Visual-seeing person or things) merupakan Stimulus

penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang, atau panorama yang luas dan

komplek, bisa yang menyenangkan atau menakutkan. Biasamya prilaku yang muncul

adalah tatapan mata pada tempay tertentu, menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada

objek yang dilihat (Trimelia, 2011).

2. Etilologi

Menurut AH.Yusuf, dkk (2015) faktor-faktor yang menyebabkan Halusinasi

Sebagai berikut :

a. Faktor predisposisi

1. Faktor Perkembangan

Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal yang dapat

meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Klien

mungkin menekan perasaannya sehingga permatangan fungsi intelektual dan emosi tidak

efektif.

2. Faktor Sosial Budaya


Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau

kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti halusinasi.

3. Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang

bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap

kenyataan, sehingga terjadi halusinasi

4. Faktor Biologis

Stuktur otak yang abnormal ditemukan pada klien gangguan orientasi realitas,

serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran, ventrikel, perubahan besar, serta bentuk

sel kortikal dan limbik.

5. Faktor Genetik

Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada klien

skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota

keluarganya mengalami skizifrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tuanya

skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi

1. Stesor sosial budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,

perpisahan dengan orang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan

halusinasi.

2. Faktor Biokimia

Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat

halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.

3. Faktor psikologis

Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya

kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi


realitas. Klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak

menyenangkan.

4. Faktor Prilaku

Prilaku yang perlu di kaji pada klien dengan orientasi realitas berkaitan dengan

perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.


3. Rentang Respon Neuobiologis Halusinasi

Rentang respon neurobiologis yang paling adaptif yaitu adanya pikiran logis,

persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan

terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Sedangkan,respon maladaptive yang

meliputi waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak teroganisasi,

dan isolasi sosial. Rentang respon neurobiologis halusinasi digambaran sebagai

berikut (Stuart, 2013)

Adaptif Pikiran logis Maladaptif


Persepsi akurat Pikiran kadang menyimpang Gangguan proses
Emosi konsisten Ilusi pikir : waham
Emosi tidak stabil
dengan Halusinasi
pengalaman Ketidakmampuan
Menarik diri
Perilaku sesuai untuk mengalami
Hubungan Sosial
emosi

Ketidakteraturan
Isolasi sosial
4. Jenis Halusinasi

Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis

dengan karakteristik tertentu, diantaranya

a. Halusinasi pendengaran (audotorik)

Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara

orang. Biasanya mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang

sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi pengelihatan (visual)

Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran

cahaya,gambaran geometric, gambar kartun, panorama yang luas dan bayangan

yang menakutkan.

c. Halusinasi penghidu (Olfaktori)

Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk,

amis, dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.

d. Halusinasi peraba (taktil)

Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak

tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari

tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap (gustatorik)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatuyang busuk, amis,

dan menjijikan

f. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti

darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentuan urine.

5. Tanda dan gejala halusinasi

Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat menetapkan

masalah halusinasi, antara lain:

a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri

b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

c. Berhenti berbicara sesaat ditengah - tengah kalimat untuk

mendengarkan sesuatu

d. Disorientasi

e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi

f. Cepat berubah pikiran

g. Alur pikiran kacau

h. Respon yang tidak sesuai

i. Menarik diri

j. Sering melamun

6. Fase Halusinasi

a. Fase I

Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, dan takut

serta mencoba untuk berfokus pada pkiran yang menyenangkan untuk meredakan

ansietas disini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata

cepat,dan asyik sendiri.


b. Fase II

Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali

dan mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan sehingga timbul

peningkatan tanda-tanda vital.

c. Fase III

Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada halusinasi.

Disini pasien sukar berhubungan dengan orang lain, tidak mampu mematuhi

perintah dari orang lain, dan kondisi sangat menegangkan terutama berhubungan

dengan orang lain.

d. Fase IV

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah

halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri dan tidak

mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon

lebih dari 1 orang.

7.Masalah Keperawatan

Dalam proses keperawatan tindakan selanjutnya yaitu menentukan diagnosa

keperawatan. Adapun masalah keperawatan yang muncul dan dampak yang

ditimbulkan. Menurut (Yosep, 2014) yaitu


effect
Resiko perilaku kekerasan

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Cor problem

Isolasi sosial : Menarik diri causa


Halusinasi Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan

gangguan halusinasi menurut (Yosep, 2014) yaitu:

a. Resiko Perilaku Kekerasan

b. Perubahan persepsi sensori halusinasi

c. Isolasi Sosial
8. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana Tindakan Halusinasi Penglihatan

Diagnosa Tujuan Rencana


keperawata
n Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pasien mampu: Setelah dilakukan 4 x SP 1 SP 1


- Bantu pasien mengenal
Persepsi pertemuan, pasien dapat
- Mengenali halusinasi (Isi, waktu
Sensori: menyebutkan :
halusinasi yang terjadinya,frekuensi, situasi
Halusinasi
dialaminya - Isi, waktu, frekuensi, pencetus, perasaan saat
Penglihatan
- Mengontrol situasi, pencetus, terjadi halusinasi)
halusinasinya perasaan - Latih mengontrol halusinasi
- Mengikuti - Mampu dengan cara menghardik
program memperagakan cara - Mintapasien memperagakan
pengobatan dalam mengontrol ulang
halusinasi - Pantau penerapan cara ini,
beri penguatan perilaku
pasien
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
Setelah dilakukan 4 x SP 2 SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu
pertemuan, pasien mampu :
(SP1)
- Latih berbicara/bercakap
- Menyebutkan dengan orang lain saat
kegiatan yang sudah halusinasi muncul
- Masukkan dalam jadwal
dilakukan kegiatan pasien
- Memperagakan cara
bercakap-cakap
dengan orang lain

Setelah dilakukan 4 x SP 3 SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu
pertemuan, pasien mampu:
(SP 1 dan 2)
- Latih kegiatan agar
- Menyebutkan halusinasi tidak muncul
kegiatan yang sudah - Jelaskan pentingnya
aktivitas yang teratur untuk
dilakukan dan mengatasi halusinasi
- Membuat jadwal - Diskusikan aktivitas yang
biasa dilakukan oleh pasien
kegiatan sehari-hari - Latih pasien melakukan
dan mampu aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
memperagakannya sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih
- Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku pasien
yang (+)
Setelah dilakukan 4x SP 4 SP 4
- Evaluasi kegiatan yang lalu
pertemuan, pasien mampu :
(SP 1,2, & 3)
- Tanyakan program
- Menyebutkan pengobatan
kegiatan yang sudah - Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
dilakukan gangguan jiwa
- Menyebutkan - Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai program
manfaat dari - Jelaskan akibat bila putus
program pengobatan obat
- Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat
- Jelaskan cara pengobatan
(5B)
- Latih pasien minum obat
- Masukkan dalam jadwal
harian pasien
DAFTAR PUSTAKA

Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Yosep, Iyus. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT Refika Aditama.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Hartanto, Dwi. 2014. Riskesdas prevalensi gangguan jiwa di Indonesia. Di akses

Pada tanggal 19 Desember 2015

http://eprints.ums.ac.id/30909/3/4_BAB_I.pdf

RISKESDAS 2013. Di askes pada tanggal 10 November 2015 dari


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
RSMM. 2015. Data Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi di Ruangan Rawat
Inap Utari.
UU Kesehatan JIwa Nomor 18 Tahun 2014. Di askes pada tanggal 3 Desember
2015 dari
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id/upload/regulasi/UU_No._18_Th_2014_tt
g_Kesehatan_Jiwa_.pdf

Anda mungkin juga menyukai