TINJAUAN KASUS
Pada kasus tersebut dijumpai gejala berupa bicara sendiri, gangguan hendaya fungsi
pribadi, sosial, dan waktu luang. Gejala tersebut muncul setelah keguguran, dalam hal ini
bukan merupakan sebuah persalinan karena umur kehamilan di bawah 20 minggu. Gejala
yang muncul merupakah gejala khas gangguan psikotik. Selain itu, onset yang muncul yaitu 2
minggu menunjukkan bahwa gangguan tersebut merupakan gangguan psikotik akut dan
belum masuk ke dalam kriteria skizofrenia (minimal 1 bulan).
Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan hal yang mendukung adanya gangguan psikotik,
yaitu adanya kontak yang sulit didapatkan, halusinasi auditorik, bentuk pikir autistik, dan
arus pikir sirkumstansial. Sedangkan memori dan orientasi mengalami sedikit kesulitan untuk
dinilai karena pasien miskin bicara.
Keluarga pasien mengaku bahwa pasien tidak memiliki penyakit medis lain yang
mendasari kelainan yang dialaminya sekarang, hanya memiliki riwayat gangguan psikiatri
serupa sebelumnya setelah melahirkan anak pertama dan kedua. Dari faktor psikopatologi
keluarga, tidak didapatkan informasi lebih lanjut.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan diatas, pasien diberikan penatalaksanaan
berupa risperidon dan diazepam. Risperidon diberikan atas indikasi gejala negatif yang
muncul pada pasien tersebut. Selain itu, diazepam diberikan untuk mengurangi gejala
rigiditas yang mungkin timbul saat menggunakan obat antipsikotik seperti risperidon.
Menurut PPDGJ III, pasien dimasukkan ke dalam diagnosis gangguan psikotik lir
skizofrenia akut. Hal tersebut karena pasien memiliki gejala yang menyerupai skizofrenia
berupa bentuk pikir autistik, halusinasi auditorik, muncul hendaya, namun belum memenuhi
kriteria waktu yaitu karena hanya 2 minggu. Hal tersebut memunculkan diagnosis banding
berupa gangguan psikotik post partum. Pada gangguan psikotik post partum, psikotik muncul
setelah pasien melakukan persalinan, sedangkan pada pasien ini mengalami keguguran
sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam diagnosis tersebut. Selain itu, pasien dapat juga
diberikan diagnosis banding berupa depresi berat dengan gangguan psikotik. Hal tersebut
didasarkan pada onset yang sudah masuk kriteria depresi, yaitu 2 minggu, dan terdapat gejala
psikotik.
Kepada keluarga diberikan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien. Bahwa
gejala yang dialami pasien ini bisa mengalami perbaikan dan bisa melakukan aktifitas seharihari seperti biasanya. Keluarga harus berperan dalam mengingatkan, bahkan memberikan
obat kepada pasien supaya mengurangi resiko lupa minum obat. Obat yang tidak teratur
diminum akan memperberat gejala yang dialami pasien, dan bisa membuat pasien masuk ke
dalam diagnosis yang lebih berat, dalam hal ini skizofrenia.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1.
PENGERTIAN
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan
yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis.
2. EPIDEMIOLOGI
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia,
kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara
berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa
gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang
rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya (paling sering
adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang),
dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar (misalnya imigran).
3. ETIOLOGI
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis
reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam
DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama
dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan
diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada
pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau
psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat,
seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah,
kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis
reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik
singkat.
4. GAMBARAN KLINIS
Gambaran utama perilaku:
dengan karakter tanpa penyerta stres akut, dengan penyerta stres akut).
Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai
6. PENATALAKSANAAN
Pasien dengan serangan psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap singkat
untuk masalah evaluasi dan keselamatan. Jika seorang pasien menjadi agresif,
pengasingan singkat atau pembatasan mungkin diperlukan untuk menjamin keselamatan
pasien dan/atau orang lain. Disamping itu, lingkungan rumah sakit yang tenang dan
terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa realitasnya. Sambil klinisi
menunggu lingkungan dan obat menunjukkan efeknya, pengurungan, pengikatan fisik,
atau monitoring berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan. Penatalaksaan
gangguan psikotik singkat secara umum dapat dilakukan melalui psikoterapi dan pada
beberapa kasus diperlukan terapi obat (farmakoterapi) untuk mendukung psikoterapi
yang dilakukan. Setelah episode akut diselesaikan, individu, keluarga, dan terapi
kelompok dapat dianggap untuk membantu mengatasi stres, menyelesaikan konflik, dan
meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.
Farmakoterapi
Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk
mencegah komplikasi. Dua kelas utama obat yang perlu dipertimbangkan didalam
pengobatan gangguan psikotik adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan
benzodiazepine. Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi,
misalnya haloperidol biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada pada
resiko tinggi untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu obat antikolinergik
kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis
terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine dapat
digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine memiliki sedikit
kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang gangguan psikotik,
obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan dengan efek samping yang
lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodiazepine disertai
dengan peningkatan agitasi dan pada kasus yang lebih jarang lagi dengan kejang putus
obat yang hanya biasanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi terus menerus. Medikasi
hipnotik sering kali berguna selama satu sampai dua minggu pertama setelah resolusi
episode psikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan
gangguan ini.
2. Butyrophenone : Haloperidol
3. Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide
Obat anti-psikosis atypical :
1. Benzamide : Sulpiride
2. Dibenzodiazepin : Clozapine, Olanzapine, Quetapine, Zotepine
3. Benzisoxazole : Risperidon, Aripirazole
Mekanisme Penggunaan :
Obat-obat psikosis tipikal bekerja dengan memblok dopamin pada reseptor pasca-sinaptik di
otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor
antagonists), sehingga obat ini efektif untuk gejala positif.
Obat antipsikosis atipikal di samping berafinitas terhadap Dopamine D2 receptor, juga
terhadap Serotonin 5 Ht2 receptors (Serotonin-dopamin antagonists), sehingga efektif juga
untuk gejala negatif.
Efek Samping Obat :
Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :
1.
Sedasi dan inhibisi psikomotor > rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
2.
3.
4.
Efek samping yang irreversible adalah tardive dyskinesia, yaitu gerakan berulang
involunter pada lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur
gejala ini menghilang. Biasanya gejala ini timbul pada pemakaian jangka panjang dan pada
usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-psikotik (non dose
related).
Bila terjadi gejala-gejala tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan, bisa dicoba
pemberian obat Reserpine 2,5mg/h. Obat pengganti anti-psikosis yang paling baik
adalahClozapine 50-100mg/h.
Penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal. Ini dilakukan untuk
mendeteksi dini perubahan akibat efek samping obat. Obat anti-psikosis hampir tidak pernah
menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis atau untuk bunuh diri.
7. DIAGNOSIS BANDING
o Psikotik post partum
Psikosis post partum adalah masalah kejiwaan serius yang dialami ibu selesai
bersalin dan ditandai dengan agitasi yang hebat, pergantian perasaan yang cepat,
depresi dan delusi.
Psikosis pasca persalinan merupakan bentuk terburuk dari kelainan psikiatri
pasca persalinan. Onset terjadi pada 2-3 hari pasca persalinan. Gejala klinis psikosis
postpartum terdiri dari kebingungan, mood swing, delusi, halusinasi, paranoid,
perilaku tidak terorganisir, gangguan penilaian, dan gangguan fungsi. Psikosis pasca
persalinan pada umumnya merupakan gangguan bipolar namun bisa merupakan
perburukan dari gangguan depresi mayor.
o Depresi berat dengan gejala psikotik
Gejala utama depresi :
o Afek depresif
o Kehilangan minat dan kegembiraan
o Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
Gejala lainnya:
o Konsentrasi dan perhatian berkurang
o Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
o Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
o Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
o Tidur terganggu
o Nafsu makan berkurang
8. PROGNOSIS
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah
kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna
tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan
persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan
psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia
dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat
memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50
sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadangkadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu
keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator
telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki
kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood.
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat
Gejala afektif
Gejala singkat
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, H.I., Sadocks, B.J., Grebb, J.A. : Gangguan Psikotik Singkat, dalam Sinopsis, edisi
7, jilid 1, Jakarta.
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV-TR). 4th ed. WashingtonDC:. American Psychiatric Press;2000
Departemen Kesehatan republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia