Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN KASUS

Pada kasus tersebut dijumpai gejala berupa bicara sendiri, gangguan hendaya fungsi
pribadi, sosial, dan waktu luang. Gejala tersebut muncul setelah keguguran, dalam hal ini
bukan merupakan sebuah persalinan karena umur kehamilan di bawah 20 minggu. Gejala
yang muncul merupakah gejala khas gangguan psikotik. Selain itu, onset yang muncul yaitu 2
minggu menunjukkan bahwa gangguan tersebut merupakan gangguan psikotik akut dan
belum masuk ke dalam kriteria skizofrenia (minimal 1 bulan).
Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan hal yang mendukung adanya gangguan psikotik,
yaitu adanya kontak yang sulit didapatkan, halusinasi auditorik, bentuk pikir autistik, dan
arus pikir sirkumstansial. Sedangkan memori dan orientasi mengalami sedikit kesulitan untuk
dinilai karena pasien miskin bicara.
Keluarga pasien mengaku bahwa pasien tidak memiliki penyakit medis lain yang
mendasari kelainan yang dialaminya sekarang, hanya memiliki riwayat gangguan psikiatri
serupa sebelumnya setelah melahirkan anak pertama dan kedua. Dari faktor psikopatologi
keluarga, tidak didapatkan informasi lebih lanjut.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan diatas, pasien diberikan penatalaksanaan
berupa risperidon dan diazepam. Risperidon diberikan atas indikasi gejala negatif yang
muncul pada pasien tersebut. Selain itu, diazepam diberikan untuk mengurangi gejala
rigiditas yang mungkin timbul saat menggunakan obat antipsikotik seperti risperidon.
Menurut PPDGJ III, pasien dimasukkan ke dalam diagnosis gangguan psikotik lir
skizofrenia akut. Hal tersebut karena pasien memiliki gejala yang menyerupai skizofrenia
berupa bentuk pikir autistik, halusinasi auditorik, muncul hendaya, namun belum memenuhi
kriteria waktu yaitu karena hanya 2 minggu. Hal tersebut memunculkan diagnosis banding
berupa gangguan psikotik post partum. Pada gangguan psikotik post partum, psikotik muncul
setelah pasien melakukan persalinan, sedangkan pada pasien ini mengalami keguguran
sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam diagnosis tersebut. Selain itu, pasien dapat juga
diberikan diagnosis banding berupa depresi berat dengan gangguan psikotik. Hal tersebut

didasarkan pada onset yang sudah masuk kriteria depresi, yaitu 2 minggu, dan terdapat gejala
psikotik.
Kepada keluarga diberikan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien. Bahwa
gejala yang dialami pasien ini bisa mengalami perbaikan dan bisa melakukan aktifitas seharihari seperti biasanya. Keluarga harus berperan dalam mengingatkan, bahkan memberikan
obat kepada pasien supaya mengurangi resiko lupa minum obat. Obat yang tidak teratur
diminum akan memperberat gejala yang dialami pasien, dan bisa membuat pasien masuk ke
dalam diagnosis yang lebih berat, dalam hal ini skizofrenia.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1.

PENGERTIAN
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan
yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis.

2. EPIDEMIOLOGI
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia,
kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara
berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa
gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang
rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya (paling sering
adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang),
dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar (misalnya imigran).
3. ETIOLOGI
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis
reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam
DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama
dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan
diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada
pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau
psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat,
seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah,
kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis
reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik
singkat.
4. GAMBARAN KLINIS
Gambaran utama perilaku:

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :


1.
Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2.
Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3.
Kebingungan atau disorientasi
4.
Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu
gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu
memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa
klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan
perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada
gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah
perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam
membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa
gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan
jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin
negatif.
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang
mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak
teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri,
membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan, halusinasi, delusi, disorientasi,
perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin.
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat
diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala
psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu
gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum
lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis
mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya
stressor pencetus.
Contoh yang paling jelas dari stresor pencetus adalah peristiwa kehidupan yang
besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang.
Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan
yang berat. Beberapa klinisi berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus
dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan
tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus

dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode psikotik.


Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang
menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress
dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa
memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin.
5. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan melalui
Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III).
Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang
dipakai ialah:
a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejalagejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang
gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh
kelompok.
b) Adanya sindrom yang khas ( berupa polimorfik = beraneka ragam dan

berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala skizofrenik yang khas).


c) Adanya stres akut yang berkaitan ( tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi

dengan karakter tanpa penyerta stres akut, dengan penyerta stres akut).
Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai

sumber stres dalam konteks ini.


Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik
atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif

individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.


Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium dan demensia. Tidak
merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.

6. PENATALAKSANAAN
Pasien dengan serangan psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap singkat
untuk masalah evaluasi dan keselamatan. Jika seorang pasien menjadi agresif,
pengasingan singkat atau pembatasan mungkin diperlukan untuk menjamin keselamatan
pasien dan/atau orang lain. Disamping itu, lingkungan rumah sakit yang tenang dan
terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa realitasnya. Sambil klinisi
menunggu lingkungan dan obat menunjukkan efeknya, pengurungan, pengikatan fisik,
atau monitoring berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan. Penatalaksaan

gangguan psikotik singkat secara umum dapat dilakukan melalui psikoterapi dan pada
beberapa kasus diperlukan terapi obat (farmakoterapi) untuk mendukung psikoterapi
yang dilakukan. Setelah episode akut diselesaikan, individu, keluarga, dan terapi
kelompok dapat dianggap untuk membantu mengatasi stres, menyelesaikan konflik, dan
meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.
Farmakoterapi
Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk
mencegah komplikasi. Dua kelas utama obat yang perlu dipertimbangkan didalam
pengobatan gangguan psikotik adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan
benzodiazepine. Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi,
misalnya haloperidol biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada pada
resiko tinggi untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu obat antikolinergik
kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis
terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine dapat
digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine memiliki sedikit
kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang gangguan psikotik,
obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan dengan efek samping yang
lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodiazepine disertai
dengan peningkatan agitasi dan pada kasus yang lebih jarang lagi dengan kejang putus
obat yang hanya biasanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi terus menerus. Medikasi
hipnotik sering kali berguna selama satu sampai dua minggu pertama setelah resolusi
episode psikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan
gangguan ini.

Obat anti-psikosis typical :


1. Phenothiazine
-

rantai aliphatic : Chlorpromazine

rantai piperazine : Perphenazine, Trifluoperazine , Fuphenazine

rantai piperidine : Thioridazine

2. Butyrophenone : Haloperidol
3. Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide
Obat anti-psikosis atypical :
1. Benzamide : Sulpiride
2. Dibenzodiazepin : Clozapine, Olanzapine, Quetapine, Zotepine
3. Benzisoxazole : Risperidon, Aripirazole
Mekanisme Penggunaan :
Obat-obat psikosis tipikal bekerja dengan memblok dopamin pada reseptor pasca-sinaptik di
otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor
antagonists), sehingga obat ini efektif untuk gejala positif.
Obat antipsikosis atipikal di samping berafinitas terhadap Dopamine D2 receptor, juga
terhadap Serotonin 5 Ht2 receptors (Serotonin-dopamin antagonists), sehingga efektif juga
untuk gejala negatif.
Efek Samping Obat :
Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :
1.

Sedasi dan inhibisi psikomotor > rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).

2.

Gangguan otonomik > hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering,


kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung.

3.

Gangguan ekstrapiramidal (EPS) > distonia akut, akathisia, sindrom parkinson


(tremor, bradikardi, rigiditas).

4.

Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynecomastia), gangguan metabolik (jaundice),


gangguan hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka lama.

Efek samping yang irreversible adalah tardive dyskinesia, yaitu gerakan berulang
involunter pada lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur
gejala ini menghilang. Biasanya gejala ini timbul pada pemakaian jangka panjang dan pada
usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-psikotik (non dose
related).
Bila terjadi gejala-gejala tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan, bisa dicoba
pemberian obat Reserpine 2,5mg/h. Obat pengganti anti-psikosis yang paling baik
adalahClozapine 50-100mg/h.
Penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal. Ini dilakukan untuk
mendeteksi dini perubahan akibat efek samping obat. Obat anti-psikosis hampir tidak pernah
menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis atau untuk bunuh diri.
7. DIAGNOSIS BANDING
o Psikotik post partum
Psikosis post partum adalah masalah kejiwaan serius yang dialami ibu selesai
bersalin dan ditandai dengan agitasi yang hebat, pergantian perasaan yang cepat,
depresi dan delusi.
Psikosis pasca persalinan merupakan bentuk terburuk dari kelainan psikiatri
pasca persalinan. Onset terjadi pada 2-3 hari pasca persalinan. Gejala klinis psikosis
postpartum terdiri dari kebingungan, mood swing, delusi, halusinasi, paranoid,
perilaku tidak terorganisir, gangguan penilaian, dan gangguan fungsi. Psikosis pasca
persalinan pada umumnya merupakan gangguan bipolar namun bisa merupakan
perburukan dari gangguan depresi mayor.
o Depresi berat dengan gejala psikotik
Gejala utama depresi :
o Afek depresif
o Kehilangan minat dan kegembiraan
o Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
Gejala lainnya:
o Konsentrasi dan perhatian berkurang
o Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
o Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
o Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
o Tidur terganggu
o Nafsu makan berkurang

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,


akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.

8. PROGNOSIS
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah
kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna
tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan
persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan
psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia
dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat
memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50
sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadangkadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu
keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator
telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki
kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood.
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat

Penyesuaian premorbid yang baik

Sedikit trait schizoid pramorbid

Stressor pencetus yang berat

Onset gejala mendadak

Gejala afektif

Konfusi selama psikosis

Sedikit penumpulan afektif

Gejala singkat

Tidak ada saudara yang skizofrenik

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, H.I., Sadocks, B.J., Grebb, J.A. : Gangguan Psikotik Singkat, dalam Sinopsis, edisi
7, jilid 1, Jakarta.
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV-TR). 4th ed. WashingtonDC:. American Psychiatric Press;2000
Departemen Kesehatan republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai