Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV)
mengombinasikan dua konsep diagnostik menjadi diagnosis gangguan psikotik akut (brief
psychotic disorder). Pertama, gangguan berlangsung singkat, didefinisikan di dalam DSM-IV
sebagai kurang dari satu bulan tetapi sekurangnya satu hari; gejala mungkin memenuhi
atau tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia. Kedua, gangguan mungkin
berkembang sebagai respons terhadap stressor psikososial yang parah atau kelompok
stressor. Pengelompokan bersama kedua konsep tersebut di dalam DSM-IV sebagai
gangguan psikotik akut adalah dengan mengingat kesulitan praktis dalam membedakan
konsep-konsep tersebut di dalam praktik klinis (Sasmanto, 2010).
Pada umumnya, gangguan psikotik akut belum dipelajari dengan baik di psikiatri Amerika.
Sekurangnya sebagian masalah di Amerika Serikat adalah seringnya perubahan kriteria
diagnostic yang terjadi selama lebih dari 15 tahun terakhir. Diagnosis telah diterima lebih
baik dan dipelajari lebih lengkap di Skandinavia dan masyarakat Eropa Barat lainnya
daripada di Amerika Serikat. Pasien dengan gangguan yang mirip dengan gangguan psikotik
akut sebelumnya telah diklasifikasikan sebagai menderita psikosis reaktif, histerikal, stress,
dan psikogenik (Sasmanto, 2010).
Psikosis reaktif sering kali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia berprognosis baik;
diagnosis DSM-IV gangguan psikotik akut tidak berarti menyatakan hubungan dengan
skizofrenia. Di tahun 1913 karl Jasper menggambarkan sejumlah ciri penting untuk
diagnosis psikosis reaktif, termasuk adanya stressor traumatis berat yang dapat
diidentifikasi, hubungan temporal yang erat antara stresor dan perkembangan psikosis dan
perjalanan episode psikotik yang ringan. Di samping itu, isi psikosis sering kali
mencerminkan sifat pengalaman traumatis, dan perkembangan psikosis dihipotesiskan
sebagai memuaskan tujuan pasien, sering kali suatu tipe pelepasan diri dari suatu kondisi
traumatis(Sadock & Sadock, 2007).

A. Epidemiologi
Beberapa penelitian telah dilakukan tentang epidemiologi diagnosis psikosis reaktif singkat
DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R), dan belum ada yang dilakukan dengan
menggunakan kriteria DSM-IV. Dengan demikian, perkiraan yang dapat dipercaya tentang
insidensi, prevalensi, rasio, jenis kelamin, dan usia onset rata-rata untuk gangguan yang
tidak terdapat. Pada umumnya gangguan ini dianggap jarang, seperti yang dinyatakan oleh
satu penelitian tentang perekrutan militer dimana insidensi psikosis reaktif singkat DSM-IIIR diperkirakan adalah 1,4 per 100.000 yang direkrut. Dengan memasukkan episode psikotik

akut yang tidak disertai dengan faktor pencetus yang jelas di dalam DSM-IV mungkin lebih
tinggi daripada angka tersebut. Hal lain yang menimbulkan kesan pada klinisi adalah bahwa
gangguan adalah lebih sering pada pasien muda daripada pasien lanjut usia, walaupun
beberapa kasus melaporkan adanya riwayat kasus yang memang mengenai orang lanjut
usia (Sasmanto, 2010).
Beberapa klinisi menyatakan bahwa gangguan mungkin paling sering ditemukan pada
pasien dari kelas sosioekonomi rendah dan pada pasien dengan gangguan kepribadian yang
telah ada sebelumya (paling sering adalah gangguan kepribadian histrionic, narsistik,
paranoid, skizotipal, dan ambang). Orang yang pernah mengalami bencana yang berat atau
yang mengalami perubahan cultural yang besar (sebagai contoh, imigran) mungkin juga
berada dalam risiko untuk menderita gangguan setelah stressor psikososial selanjutnya.
Tetapi, kesan klinis tersebut belum dibuktikan benar di dalam penelitian klinis yang
terkontrol baik (Sasmanto, 2010).
B. Etiologi
Di dalam DSM-III-R faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif
singkat, tetapi criteria tersebut telah dihilangkan dari DSM-IV. Perubahan dalam DSM-IV
menempatkan diagnosis gangguan psikotik akut di dalam kategori yang sama dengan
banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis
kemungkinan termasuk kelompok gangguan yang heterogen.
Pasien dengan gangguan psikotik akut yang pernah memiliki gangguan kepribadian
mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis kearah perkembangan gejala psikotik.
Walaupun pasien dengan gangguan psikotik akut sebagai suatu kelompok mungkin tidak
memiliki peninggian insidensi skizofrenia di dalam keluarganya, beberapa data menyatakan
bahwa adanya suatu peninggian insidensi gangguan mood. Perumusan psikodinamika telah
menyadari adanya mekanisme menghadapi (coping mechanism) yang tidak adekuat dan
kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik. Seperti pada
teori biologis tentang gangguan, teori psikologis belum disahkan oleh penelitian klinis yang
terkontrol cermat. Teori psikodinamika tambahan menyatakan bahwa gejala psikotik adalah
suatu pertahanan terhadap fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak tercapai,
atau suatu pelepasan dari situasi psikososial tertentu (Panksepp, 2004).
C. Diagnosis
DSM-IV memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik, didasarkan terutama atas
lama gejala. Untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang
dari satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan
berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum,
diagnosis gangguan psikotik akut kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk

gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari diagnosis sesuai yang harus
dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham merupakan gejala psikotik
utama), gangguan skizofreniform (jika gejala berlangsung kurang dari enam bulan), dan
skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari enam bulan).
Jadi gangguan psikotik akut diklasifikasikan di dalam DSM-IV sebagai suatu gangguan
psikotik dengan durasi singkat. Kriteria diagnostik menentukan adanya sekurangnya satu
gejala yang jelas psikotik yang berlangsung selama satu hari sampai satu bulan. DSM-IV
memungkinkan lebih lanjut penentuan dua ciri: (1) adanya atau tidak adanya satu atau
lebih stressor yang jelas dan (2) suatu onset pascapersalinan (postpartum)(American
Psychiatric Association, 2000).
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis
mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin
jelas, informasi tentang gejala prodormal, episode suatu gangguan mood sebelumnya,dan
riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari
wawancara klinis saja. Di samping itu, klinisi mungkin tidak mampu memperoleh informasi
yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus. Informasi tersebut paling baik
dan paling akurat didapatkan dari seorang sanak saudara atau seorang teman. Kriteria
Diagnostik untuk Gangguan Psikotik akut (American Psychiatric Association, 2000)
- Adanya satu(atau lebih) gejala berikut:
waham
halusinasi
bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoherensi)
perilaku terdisorganisasi jelas atau
- Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan,
akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbid.
- Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguan mood dengan ciri psikotik,
gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu
zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau kondisi medis umum.
Sebutkan jika:
- Dengan stressor nyata (psikosis reaktif singkat): jika gejala terjadi segera setelah dan
tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendirian atau bersama-sama, akan
menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama
dalam kultur orang tersebut.
- Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau tampaknya
bukan sebagai respons terhadap kejadian yang sendirian atau bersama-sama, akan
menimbulkan stress yang besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam
kultur orang tersebut.
- Dengan onset pascapersalinan: jika onset dalam waktu 4 minggu setelah persalinan.

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ke III
1993 (PPDGJ-III), pedoman diagnostic untuk gangguan psikotik akut yaitu (Maslim, 2003)
- Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk
cirri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai adalah:
Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala
psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodormal yang gejalanya sering tidak jelas)
sebagai cirri khas yang menentukan seluruh kelompok;
Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik= beraneka ragam dan berubah cepat,
atau schizophrenia-like= gejala skizofrenik yang khas);
Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan
karakter ke 5; .x0=Tanpa penyerta stress akut; .x1=Dengan penyerta stress akut).
Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber
stress dalam konteks ini;
Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung;
- Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria episode manic atau
episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat
menonjol dari waktu ke waktu.
- Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia. Tidak
merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.
D. Gambaran Klinis
Gejala gangguan psikotik akut selalu termasuk sekurangnya satu gejala psikosis utama,
biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola
gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala
afektif, konfulsi, dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada
gangguan psikotik akut daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk
gangguan psikotik akut adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh,
berteriak-teriak atau diam membisu, dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum
lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan
diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organic yang lengkap, walaupun
hasilnya mungkin negative (Sadock & Sadock, 2007).
Literatur Skandinavia dan Eropa membedakan beberapa pola gejala karakteristik yang
terlihat pada gangguan psikotik akut, walaupun pola gejala tidak berlaku tepat untuk tepi
Samudra Atlantik tersebut. Pola gejala adalah reaksi paranoid akut, konfusi reaktif, eksitasi
reaktif, dan depresi reaktif. Beberapa data menyatakan bahwa, di Amerika Serikat, paranoia
sering merupakan gejala yang menonjol dalam gangguan ini. Pada psikiatri Prancis, bouffee
delirante adalah sama dengan gangguan psikotik akut (Sadock & Sadock, 2007).

E. Stresor Pencetus
Contoh yang paling jelas dari stressor pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang
dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa
tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat.
Beberapa klinisi berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan di dalam
hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut adalah beralasan,
tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang
tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor
mungkin merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa
tunggal yang menimbulkan stress dengan jelas. Tetapi, penjumlahan derajat stress yang
disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang
hampir tidak mungkin (Sadock & Sadock, 2007).
Seorang pelajar perempuan berusia 17 tahun dibawa ke ruang gawat darurat oleh ibunya
yang merasa cemas, yang tidak mengerti perilaku anak perempuannya. Dua hari
sebelumnya ayah pasien telah dimakamkan. Ayahnya meninggal tiba-tiba akibat infark
miokardium pada awal minggu. Pasien telah menjadi sangat teragitasi di pemakaman,
berteriak-teriak tanpa terkendali dan perlu dipegangi oleh sanak saudaranya. Ia tidak dapat
dihibur di rumah, duduk membatu di sudut rumah, dan berbicara tentang hantu yang
datang untuk mengambil nyawanya. Sebelum kematian ayahnya, ia merupakan remaja
yang tipikal, popular, dan pelajar yang sangat baik tetapi agak rentan terhadap reaksi yang
berlebihan (overreacting). Tidak terdapat riwayat psikiatrik sebelumnya (Sasmanto, 2010).
Diskusi. Duka cita merupakan reaksi yang diharapkan terhadap hilangnya seseorang yang
dicintai. Tetapi, reaksi anak perempuan tersebut bukan hanya lebih parah dari yang
diharapkan (sangat teragitasi, berteriak-teriak tak terkendali) tetapi juga memiliki gejala
psikotik (keyakinan bahwa hantu telah datang untuk mengambil nyawanya). Onset tiba-tiba
episode psikotik yang jelas segera setelah stressor psikososial yang nyata, tanpa adanya
tanda prodormal skizofrenia atau gangguan kepribadian skizotipal yang mendahului onset
gangguan, menyatakan diagnosis Aksis I adalah gangguan psikotik akut, dengan stressor
yang berat. Biasanya, gejala psikotik berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari
satu bulan. Diagnosis dapat dibuat sebelum periode waktu satu bulan- yaitu lama maksimal
gejala yang sesuai dengan diagnosis-selesai, tetapi harus diterima sebagai sementara.
Dalam kasus ini diharapkan bahwa gejala akan menghilang dan pasien akan kembali ke
tingkat fungsi biasanya yang baik. Jika gejala menetap lebih dari satu bulan, diagnosis
berubah menjadi gangguan psikotik lainnya, seperti gangguan skizofreniform (Sasmanto,
2010).
F. Diagnosis Banding

Klinisi tidak boleh menganggap bahwa diagnosis yang tepat untuk pasien yang psikotik akut
adalah gangguan psikotik akut, bahkan jika faktor psikososial pencetus yang jelas
ditemukan. Faktor tersebut dapat semata-mata terjadi bersama-sama. Diagnosis lain yang
dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan buatan (factitious disorder)
dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura (malingering), gangguan
psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan psikotik akibat zat. Seorang pasien
mungkin tidak mau mengakui penggunaan zat gelap, dengan demikian membuat
pemeriksaan intoksikasi zat atau putus zat sulit tanpa menggunakan tes laboratorium.
Pasien dengan epilepsi atau delirium dapat juga datang dengan gejala psikotik yang dengan
ditemukan pada gangguan psikotik akut. Gangguan psikiatrik tambahan yang harus
dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan identitas disosiatif dan
episode psikotik yang disertai dengan gangguan kepribadian ambang dan skizotipal
(Panksepp, 2004; Sadock & Sadock, 2007)
.
G. Perjalananan Penyakit dan Prognosis
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik akut adalah kurang dari satu
bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat
menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi
yang tidak diketahui pertama kali diklasifikasikan menderita gangguan psikotik akut
selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis seperti skizofrenia dan gangguan
mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik akut memiliki prognosis
yang baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari
semua pasien tidak memiliki masalah psikiatrik berat lebih lanjut (Sadock & Sadock, 2007).
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala
depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase
psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan
prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut kecil kemungkinannya untuk menderita
episode selanjutnya dan kecil kemungkinannya kemudian akan menderita skizofrenia atau
suatu gangguan mood.
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik akut (Sadock & Sadock, 2007):
- Penyesuaian pramorbid yang baik
- Sedikit trait schizoid pramorbid
- Stresor pencetus yang berat
- Onset gejala mendadak
- Gejala afektif
- Konfusi selama psikosis
- Sedikit penumpulan afektif
- Gejala singkat

- Tidak ada saudara yang skizofrenik


H. Terapi
- Perawatan di Rumah Sakit
Jika seorang pasien psikotik secara akut, perawatan singkat di rumah sakit mungkin
diperlukan untuk pemeriksaan dan perlindungan pasien. Pemeriksaan pasien membutuhkan
monitoring ketat terhadap gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya
sendiri dan orang lain. Di samping itu, lingkungan rumah sakit yang tenang dan terstruktur
dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa realitasnya. Sambil klinisi menunggu
lingkungan dan obat menunjukkan efeknya, pengurungan, pengikatan fisik, atau monitoring
berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan (Sadock & Sadock, 2007).
- Farmakoterapi
Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam pengobatan gangguan psikotik
akut adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan benzodiazepin. Jika dipilih
suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi, sebagai contoh haloperidol (Haldol),
biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada dalam resiko tinggi untuk
mengalami efek samping ekstrapiramidal (sebagai contoh, orang muda), suatu obat
antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai
profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine
memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang
gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan efek
samping yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodizepin
disertai dengan peningkatan agitasi, dan pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan kejang
putus obat (withdrawl seizure), yang biasanya hanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi
yang terus-menerus. Penggunaan obat lain dalam terapi gangguan psikotik akut, walaupun
dilaporkan di dalam laporan kasus, belum didukung oleh penelitian skala besar. Tetapi,
medikasi hipnotik sering kali berguna selama satu sampai dua minggu pertama setelah
resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam
pengobatan gangguan ini. Jika medikasi pemeliharaan diperlukan, klinisi harus
mempertimbangkan ulang diagnosis (Sadock & Sadock, 2007).
- Psikoterapi
Walaupun perawatan di rumah sakit dan farmakoterapi merupakan kemungkinan untuk
mengendalikan situasi jangka pendek, bagian yang sulit dari terapi adalah integrasi
psikologis pengalaman (dan kemungkinan trauma pencetus, jika ada) ke dalam kehidupan
pasien dan keluarganya. Psikoterapi individual, keluarga dan kelompok mungkin
diindikasikan. Diskusi tentang stressor, episode psikotik, dan perkembangan strategi untuk
mengatasinya adalah topik utama bagi terapi tersebut. Masalah yang berhubungan adalah
membantu pasien mengatasi kehilangan harga diri dan kepercayaan (Sadock & Sadock,

2007).

BAB III
PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara, tidak ditemukan kelainan fisik yang berhubungan dengan gejalagejala psikiatrik yang dialami pasien, seperti riwayat trauma atau gangguan otak, namun
pada pasien didapatkan adanya riwayat DBD grade II 10 hari yang lalu, pasien sempat
dirawat selama 3 hari. Dengan demikian, diagnosis banding gangguan mental organik (F0)
dapat dipertimbangkan, diagnosis banding pada pasien ini F06.0 Halusinasi Organik.
Tidak ditemukan riwayat konsumsi alkohol,merokok dan penggunaan zat psikoaktif. Dengan
demikian, diagnosis banding gangguan mental akibat penggunaan zat (F1) dapat
disingkirkan.
Melalui hasil wawancara, ditemukan adanya gangguan psikotik yang muncul pertama kali 1
minggu yang lalu, keluhan ini telah menyebabkan pasien tidak dapat melanjutkan
pekerjaan, terdapat stress akut berupa tekanan untuk menjadi pembicara nasional dan
masalah dengan pasangannya. Gejala psikotik yang muncul berupa adanya thought
broadcasting, waham agama, waham kebesaran, halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan

halusinasi taktil, maka dari itu diagnosis F 23.2 gangguan psikotik lir-skizofrenia akut dapat
ditegakkan.
Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan farmakoterapi dan
nonfarmakoterapi. Farmakoterapi yang diberikan pada penderita ini adalah olanzapin tablet
yaitu antipsikotik atipikal yang aman dan efektif untuk gejala skizofrenia baik gejala positif
maupun negatif dengan profil efek samping yang aman. Dapat diberikan dalam dosis
tunggal dimulai dari 10 mg. Profil efek samping meliputi peningkatan berat badan,
somnolence, hipotensi ortostatik, dan konstipasi.kemungkinan terjadinya efek samping
ekstrapiramidal dan kejang sangat kecil. Sejauh ini belum ada efek hematologik yang
muncul.. Penatalaksanaan nonfarmakoterapi dengan psikoterapi yang tujuan utamanya
adalah untuk mengendalikan situasi jangka pendek yang merupakan bagian sulit dari terapi
adalah integrasi psikologis pengalaman, dalam hal ini adalah konflik antara penderita
dengan majikan dan rekan-rekan kerjanya. Penderita diajak dalam diskusi mengenai
stressor, episode psikotik, dan perkembangan strategi untuk mengatasinya adalah topik
utama bagi terapi tersebut.
Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam. Hal ini disandarkan pada terjadinya sedikit
penumpulan afektif, onset gejala mendadak, tidak ada saudara yang skizofrenik, dan
adanya stresor pencetus yang berat.

DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (4th ed.). New York: American Psychiatric Association.
Maslim, R. (2003). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III .
Jakarta: Bagian Ilmu Kedoteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Panksepp, J. (2004). Textbook of Biological Psychiatry (1st ed.). New York: Wiley-Liss.
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry (10th ed.). New York: Lippincott Williams & Wilkins.
Sasmanto, S. (2010). Gangguan Psikotik Singkat. Pontianak.
Luqman Hadi
1.

Posts : 8
Reputation : 0
Join date : 2016-02-20

Anda mungkin juga menyukai