Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT

I. PENDAHULUAN
Diagnostic and statistical manual of Mental Disorders (DSM-IV) mengomindasikan dua
konsep diagnostik menjadi diagnosis gangguan psikosis singkat / gangguan psikotik
akut / brief psychotic disorder. Pertama gangguan berlangsung singkat, didefinisikan di
dalam DSM-IV sebagai kurang dari satu bulan tetapi sekurangnya satu hari, gejala
mungkin memenuhi atau tidak memenuhi criteria doagnosis untuk skizofrenia. Kedua,
gangguan mungkin berkembang sebagai respon terhadap stressor psikososial yang parah
atau kumpulan stressor.

II. ETIOLOGI

Pasien dengan gangguan psikotik singkat yang pernah memiliki gangguan


kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah perkembangan
gejala psikotik.
Secara psikodinamika terdapat mekanisme menghadapi (coping mechanism) yang tidak
adekuat dan kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik.
Teori psikodinamika yang lainnya adalah bahwa gejala psikotik adaalh suatu pertahanan
terhadap fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak tercapai, atau suatu
pelepasan dari situasi psikosial tertentu.

III. PEDOMAN DIAGNOSTIK :

A. Menurut PPDGJ – III . F23

Ciri khas : terdapat gejala psikotik yang timbul akut (awitan berlangsung kurang dari 2
minggu dari keadaan premorbid yang normal)
Gejala Psikotik itu sembuh sempurna dalam waktu kurang dari 3 bulan. A.
Adanya sindrom yang khas
B. Sering (tidak selalu) ada stress akut yang terkait.

klasifikasi : gangguan psikotik Polimorf akut (dengan atau tanpa gejala skizofernia) ,
Gangguan psikotik lir-skizofernia akut , gangguan Psikotik akut lainnya dengan
predominan waham.

Informasi klinis yang sistematis yang menyediakan pedoman yang pasti tentang
klasifikasi gangguan-gangguan psikotik akut belum ada, sedangkan data yang terbatas
serta tradisi klinis yang karena terpaksa harus digunakan tidak menghasilkan
konsepkonsep yang dapat secara jelas member definisi dan memisahkan saru gangguan
dari yang lainnya. Dengan tidak tersedianya system multiaksial yang sudah duji-coba,
maka metode yang digunakan disini untuk menghindari kekacauan diagnostic, adalah
dengan menyusun suatu urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan untuk cirri-ciri kunci terpilih dari gangguan itu. Adapun urutan prioritas yang
dipakai ialah:
(a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu) sebagai cirri khas yang menentukan
seluruh kelompok;
(b) Adanya sindrom yang khas;
(c) Adanya stres akut yang terkait.

Klasifikasi tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mereka tidak menyetujui


urutan prioritas itu tetap dapat mengidentifikasi gangguan psikotik akut berdasarkan
masing-masing ciri khas itu.

Dianjurkan agar sejauh mungkin digunakan subdivisi lebih lanjut tentang onset,
bila dapat, untuk semua gangguan dalam kelompok ini. Onset akut didefinisikan sebagai
suatu perubahan dari keadaan tanpa gejala psikotik ke keadaan psikosis yang jelas
abnormal yang terjadi dalam periode 2 minggu atau kurang. Ada bukti-bukti bahwa onset
yang akut disertai oleh prognosis yang baik, dan mungkin bahwa onset yang lebih

2
mendadak mempunyai prognosis yang lebih baik. Karena itu, bilamana mungkin, agar
onset yang mendadak (dalam 48 jam atau kurang) senantiasa ditentukan.

Sindrom yang khas yang telah dipilih pertama, keadaan yang beraneka ragam dan
berubah cepat, yang disini dinamakan “polimorfik”, yang telah ditonjolkan dalam
keadaan-keadaan psikotik akut di beberapa Negara, dan kedua, adanya gejala-gejala
skizofrenik yang khas.

Stres akut yang terkait dengan gangguan ini juga dapat ditentukan, dengan
karakter kelima bila diinginkan, yang secara lazim berhubungan dengan terjadinya
psikosis akut. Bukti-bukti terbatas yang tersedia, bagaimana pun juga, menunjukkan
bahwa suatu bagian yang cukup besar dari gangguan psikotik akut itu timbul tanpa
adanya stres, dan karenanya telah disediakan sarana untuk pencatatan tentang ada atau
tidaknya stres itu. Stres akut terkait tersebut berarti bahwa gejala psikotik yang pertama
terjadi dalam waktu kira-kira 2 minggu sesudah satu kejadian atau lebih yang dianggap
menekan bagi kebanyakan orang dalam situasi yang sama dan dalam lingkungan budaya
yang sama pula. Kejadian-kejadian yang khas adalah kesedihan, kehilangan mitra atau
pekerjaan secara tidak terduga, perceraian, atau trauma psikologis karena peperangan,
terorisme dan penyiksaan. Kesulitan-kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak
boleh dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini.

Uraian klinis dan pedoman diagnostic ini disusun berdasarkan anggapan bahwa
hal-hal ini akan digunakan oleh para klinisi yang mungkin perlu untuk membuat
diagnosis pada saat harus membuat penilaian dan mengobati pasien dalam beberapa hari
atau beberapa minggu sesudah onset gangguan ini, tanpa mengetahui untuk berapa lama
gangguan ini akan berlangsung. Karenanya sejumlah hal yang mengingatkan tentang
batas waktu dan trasisi dari satu gangguan ke gangguan yang lainnya telah dimasukkan,
dengan maksud agar para pencatat diagnosis mewaspadai untuk perlunya menjaga agar
data tetap “up to date”.

3
Nomenklatur (penggolongan) gangguan-gangguan akut ini sama tidak pasti
seperti status nosologisnya, tetapi telah diupayakan untuk memakai istilah-istilah yang
sederhana dan sudah luas diketahui umum. “Gangguan psikotik” digunakan sebagai suatu
istilah yang mudah dipahami oleh semua anggota kelompok ini (psikotik didefinisikan
dalam pendahuluan umum) dengan istilah tambahan yang menjelaskan ciri utama yang
menentukan dari setiap jenis terpisah sebagaimana muncul dalam urutan tersebut diatas.

Pedoman Diagnostik
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria baik untuk
episode manic (F30.-) maupun depresif (F32.-), walaupun perubahan emosional dan
gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.

Gangguan-gangguan ini juga dipastikan oleh tiadanya penyebab organic, seperti


trauma kapitis, delirium, atau demensia. Sering kali terdapat kebingungan, preokupasi
dan tiada perhatian terhadap wawancara, tetapi kalau semua hal itu demikian mencolok
atau menetap sehingga mencurigakan adanya derilium atau demensia karena sebab
organic, maka diagnosis harus ditunda sampai hasil-hasil pemeriksaan atau observasi
lebih lanjut telah dapat member kejelasan mengenai hal ini. Demikian pula gangguan
dalam F23.- tidak boleh didiagnosis apabila terdapat intoksikasi yang jelas karena
obtaobatan atau alcohol. Namun demikian, adanya suatu peningkatan ringan dalam
penggunaaan alcohol atau marihuana yang terjadi akhir-akhir ini tanpa adanya bukti
intosikasi atau disorientasi yang berat, tidak menghapuskan kemungkinan diagnosis salah
satu gangguan psikotik akut ini.

Adalah penting untuk dicatat bahwa kriteria 48 jam dan 2 minggu tidak dianjukan
sebagai jangka waktu terjadinya keparahan dan gangguan yang maksimal, tetapi sebagai
jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa
aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Puncak gangguan kedua hal itu mungkin baru
dicapai kemudian; gejala-gejala dan gangguan hanya harus sudah jelas pada saat yang
dinyatakan, dalam arti kata bahwa pasien harus sudah mencari pertolongan ke suatu

4
instansi penolong atau medis. Periode prodromal berupa anxietas, depresi, penarikan diri
secara sosial atau perilaku abnormal yang ringan, tidak memenuhi untuk dimasukkan ke
dalam kurun waktu ini.

B. Menurut DSM-IV 298.8


 Ada satu (atau lebih) gejala berikut : o Waham
o Halusinasi o Bicara terdisorganisasi (misal; sering menyimpang atau
inkoherensi). o Prilaku terdisorganisasi jelas atau kaktatonik.
Catatan : jangan memasukan gejala jika merupakan pola respons yang diterima
secar kultural.
 Lama suatu epiode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan,
akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbit.
 Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguanmood dengan ciri
psikotik, gangguan skizoafektif atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau
kondisi medis umum.

Sebutkan jika :
Dengan stresor nyata (psikosis reaktif singkat) : jika gejala terjadi segera setelah
dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendiri atau bersama-sama, akan
menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang
sama dalam kultur orang tersebut

Tanpa stresor nyata : jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau
tampaknya bukan sebagai respon terhadap kejadian yang sendirinya atau
bersamasama akan menimbulkan streas yang cukup besar bagi hampir setiap orang
dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.

Dengan onset pascapersalinan : jika onset dalam waktu 4 minggu setelah


persalinan.

5
IV. KLASIFIKASI MENURUT PPDGJ-III

A. Tanpa penyerta stress akut. (F23.x0)

B. Dengan Penyerta stress akut. (F23.x1)

C. Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala Skizofrenia. (F23.0)

Suatu gangguan psikotik akut dimana jelas terdapat halusinasi, waham dan
gangguan persepsi, tetapi bersifat sangat bervariasi dan berubah-ubah dari hari ke hari
atau bahkan dari jam ke jam. Kekalutan emosional, dengan berbagai perasaan senang dan
ekstase atau anxietas serta iritabilitas, juga sering ada. Gambaran klinis yang polimorfik
dan tidak stabil serta selalu berubah-ubah itu merupakan hal yang bersifat khas, dan
walaupun kadang-kadang gejala afektif atau psikotik juga terdapat, kriteria episode manik
(F30.-), episode depresif (F32.=), atau skizofrenia (F20.-) tidak dipenuhi. Penyakit ini
terutama cenderung mempunyai onset yang mendadak (dalam 48 jam) dan
gejalagejalanya cepat mereda; pada sebagian besar kasus tidak terdapat stres pencetus
yang jelas. Apabila gejala-gejala tersebut menetap untuk jangka waktu yang lebih dari 3
bulan, maka diagnosis harus diubah. Gangguan waham menetap (F22,-) atau gangguan
psikotik non-organik lainnya (F28) mungkin merupakan diagnosis yang paling cocok.

Pedoman diagnosis :
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang
jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang.
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis &
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya.

6
d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada
secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F20.-) atau episode
manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-).

D. Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia (F23.1)

suatu gangguan psikotik akut yang memenuhi criteria deskriptif untuk gangguan
psikotik polimorfik akut,tetapi yang selalu disertai gejala sizofrenik yang khas.

Pedoman diagnosis :
- Memenuhi kriteria a, b, c diatas yang khas untuk psikotik polimorfik akut (F23.0)
- Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia (F20.-) yang
harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis
psikotik itu secara jelas
- Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka
diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia (F20.-).

E. Gangguan psikotik Lir- Skizofrenia (schizophrenia-like) akut

Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala yang stabil dan memenuhi criteria
skizofrenia, tetapi hanya berlangsung kurang dari satu bulan lamanya.

 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :


a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan
nonpsikotik menjadi keadaan yang psikotik)
b. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah
ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang
jelas psikotik.
c. Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi.

7
 Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan
lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia (F20.-).

F . Gangguan psikotik akut lainnya dengan Predominan Waham (F23.3)

Gambaran klinis berupa waham dan halusinasi yang cukup stbail, tetapi tidak
memenuhi skizofrenia. Sering berupa waham kejaran dan waham rujukan dan halusinasi
pendengaran.

 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :


a. Onset dari gejala harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan nonpsikotik
sampai jelas psikotik)
b. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak
berkembangnya keadaan psikotik yang jelas
c. Baik kriteria skizofrenia (F20.0) maupun untuk gangguan psikotik polimorfik
akut (F23.-) tidak terpenuhi.
 Kalau waham-waham menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya, maka diagnosis
harus diubah menjadi Gangguan Waham Menetap (F22.-). Apabila hanya halusinasi
yang menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya, maka diagnosis harus diubah
menjadi Gangguan Psikotik Nonorganik Lainnya (F28)

G. Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya. (F23.8)

Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam katagori
manapun(seperti keadaan psikotik akut dengan waham dan halusinasi jelas ada, tetapi
menetap hanya untuk sebgaian kecil waktu

8
V. TERAPI

 Perawatan di Rumah Sakit


Untuk pasien psikotik akut, perawatan singkat di rumah sakit mungkin diperlukan
untuk pemeriksaan dan perlindungan pasien. Pemeriksaan pasien membutuhkan
monitoring ketat terhadap gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap
dirinya sendiri dan orang lain. Di samping itu, lingkugan rumah sakit yang tenang dan
terstruktur dapat membantu pasien memproleh kembali rasa realitasnya. Sambil
klinisi menunggu lingkungan dan obat menunjukan efek, pengurangan, pengikatan
fisik, atau monitoring berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan.

 Farmakoterapi

A. Penggolongan obat anti-psikosis :

I. Obat anti-psikosis typical :

1. Phenothiazine

- rantai aliphatic : Chlorpromazine (largactil

- rantai piperzine : Perphenazine, Trifluoperazine , Fuphenazine (anatensol)

-rantai piperidine : Thioridazine

2. Butyrophenone : Haloperidol

3. Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide

II. Obat anti-psikosis atypical :

1. Benzamine : Supride

2. Dibenzodiazepin : Clozapine, Olanzapine, Quetapine, Zotepine

3. Benzosoxazole : Risperidon, Aripirazole

B. Mekanisme Penggunaan :

9
Obat-obat psikosis tipikal bekerja dengan memblok dopamin pada reseptor pasca-sinaptik
di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor
antagonists), sehingga obat ini efektif untuk gejala positif.
Obat antipsikosis atipikal di samping berafinitas terhadap “Dopamine D2 receptor”, juga

terhadap “Serotonin 5 Ht2 receptors” (Serotonin-dopamin antagonists), sehingga efektif

juga untuk gejala negatif. C. Efek Samping Obat :

Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :

1. Sedasi dan inhibisi psikomotor –> rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,


kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
2. Gangguan otonomik –> hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering,
kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung.
3. Gangguan ekstrapiramidal (EPS) –> distonia akut, akathisia, sindrom parkinson
(tremor, bradikardi, rigiditas).
4. Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynecomastia), gangguan metabolik (jaundice),
gangguan hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka lama.

Efek samping yang irreversible adalah tardive dyskinesia, yaitu gerakan berulang
involunter pada lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur
gejala ini menghilang. Biasanya gejala ini timbul pada pemakaian jangka panjang dan
pada usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-psikotik (non
dose related).Bila terjadi gejala-gejala tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan
dihentikan.

 Psikoterapi o Psikoterapi individual, keluarga dan kelompok


diindikasikan untuk memberikan terapi dari integrasi psikologis
pengalaman.

10
VI. PROGNOSIS

Kesembuhan yang sempurna biasanya terjadi dalam 2-3 bulan, sering kali dalam
beberapa minggu atau bahkan beberapa hari dan hanya sebagian kecil dari pasien dengan
gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap dan berhendaya. Disesalkan
bahwa pengetahuan dewasa ini tidak mengizinkan prediksi dini dari sebagian kecil pasien
yang tidak akan sembuh dengan cepat itu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Psikiatri FKUI. Buku Ajar Psikiatri.Fakultas Kedokteran Indonesi.


Jakarta: 2010.
Kaplan & Sadock. Synopsis of Psychiatry. 8th edition. Lippincott.
Williams&Wiilkins. Philadelphia:1998.
Maslim, Rasdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan ringkas dari
PPDGJ-III. Cetakan pertama.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th Edition. American

Psychiatric Association. Washington DC.

12

Anda mungkin juga menyukai