RHINITIS VASOMOTOR
Pembimbing:
dr. Dewi Puspitasari, Sp. THT-KL
Oleh:
FAIZAH ATTAMIMI NUHA (20360184)
IRA CANDRA WIJAYA (20360252)
RIZKI ARVIANANTA (20360259)
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
baik berupa petunjuk, bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada dr.
dari ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
2.2 Fisiologi......................................................................................................
2.3 Definisi.......................................................................................................
2.4 Epidemiologi...............................................................................................
2.6 Patogenesis.................................................................................................
2.8 Diagnosa.....................................................................................................
2.10 Penatalaksanaan........................................................................................
2.11 Komplikasi................................................................................................
2.12 Prognosis...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 ANATOMI
2.11 Anatomi Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernapasan dan indera penciuman. Septum nasi membagi hidung menjadi
sisi kiri dan sisi sisi kanan rongga nasal. Terdapat lubang hidung sebagai
tempat masuk udara yaitu nares anterior (lubang hidung depan) dan nares
posterior (lubang hidung belakang).4
Sementara kulit luar dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
bertanduk bersama dengan kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.
Nasal di bagian eksternal berbentuk piramid dan tersusun dari
rangka hidung serta cuping hidung. Cuping hidung tersusun dari
jaringan ikat sedangkan rangka hidung terbagi lagi menjadi bagian
yang terdiri dari tulang keras dan bagian yang terdiri dari tulang
rawan.4
1. Bagian yang terdiri dari tulang keras yaitu:
a. os nasale,
b. processus frontalis os maxillaris
c. bagian nasal os frontalis
2. Bagian yang terdiri dari tulang rawan yaitu:
a. cartilago septal nasi yang memisahkan nares nasi dextra dan
sinistra,
b. cartilago nasi lateralis
c. cartilago ala nasi mayor dan minor
2.2 FISIOLOGI
Fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah:1
a. Fungsi respirasi
Untuk mengatur kondisi udara, penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan
mekanisme imunologik lokal.
Udara inspirasi masuk ke hidung menuju sistem respirasi
melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media
dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring. Udara yang
dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir.
Suhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar
37 derajat Celcius. Fungsi pengatur suhu dimungkinkan oleh
banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya
permukaan konka dan septum yang luas. Partikel debu, virus,
bakteri, dan jamur yang terhirup bersama udara akan disaring di
hidung oleh: rambut pada vestibulum nasi silia, palut lendir.
Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan
partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks
bersin.
b. Fungsi penghidu
Membran mukosa olfaktorius mengandung sel-sel yang
berasal dari serabut saraf olfaktorius yang dilapisi neuroepitelium.
Bagian basal sel ini tipis dan berjalan ke atas untuk membentuk
pleksus, serabut saraf tidak bermielin yang mangandung lebih
kurang 20 serabut saraf. Serabut saraf ini menembus lamina
kribiformis dan menuju ke bulbus olfaktorius pada setiap sisi
simpel galli. Stimulus penghidu akan diterima oleh mukosa
olfaktorius dan reservoir udara.
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dan
pengecap dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga
hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.
Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi
dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat. Fungsi
hidung untuk membantu indra pengecap adalah untuk
membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam
bahan.
c. Fungsi fonetik
Untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan
mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika
berbicara dan menyanyi. Hidung membantu proses
pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir, dan
palatum mole.
d. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala,
proteksi terhadap trauma dan pelindung panas.
e. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang
berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan
pernapasan. Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan
refleks
bersin dan napas berhenti. Rangsang bau tertentu akan
menyebabkan sekresi kelenjar air liur, lambung dan pankreas.
f. Proses Bicara
Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk
oleh lidah, bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal
(m, n, ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum molle
turun untuk aliran udara
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA