Oleh:
Rindang Sukmadewa
1510070100046
Preseptor :
dr. Jenny Tri Yuspita Sari, Sp.THT-KL
Penulis menyadari bahwa referat ini masih belum sempurna dan banyak
terdapat kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang berguna, untuk
menambah ilmu pengetahuan dan lebih menyempurnakan referat ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.2. Definisi....................................................................................................8
2.4. Patogenesis............................................................................................10
2.6. Diagnosis...............................................................................................13
2.7. Penatalaksanaan.....................................................................................15
2.10 Prognosis..............................................................................................23
3.1 Kesimpulan.............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
Corpus alienum atau benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada. Dalam hal ini, nasal corpus alienum adalah benda asing / massa yang normal
tidak ada / tidak dijumpai di hidung. Ini merupakan salah satu masalah
kedaruratan dibidang THT.
Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak–
anak, baik disengaja memasukkan ke hidung atau karena kecelakaan. Pada anak-
anak dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan. Anak-anak cenderung
memasukkan benda kecil yang umumnya adalah benda mati. Berdasarkan asalnya
benda asing diklasifikasikan menjadi benda asing eksogen dan benda asing
endogen. Benda asing eksogen dapat berupa padat, cair, atau gas. Benda asing
eksogen padat terdiri atas zat organik (tumbuh-tumbuhan) dan zat anorganik,
sedangkan yang cair terdiri atas zat yang bersifat iritatif seperti zat kimia dan non
iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen berupa sekret kental,
darah, bekuan darah, nanah krusta, perkijuan, membran difteri, bronkolit cairan
amnion, mekonium dapat m,asuk ke dalam saluran nafas bayi pada saat
persalinan.
Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak
terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada
awalnya. Hasil pemeriksaan sinar-X dapat menunjang diagnosis. Dalam hal ini,
penanganan terhadap benda asing pada hidung merupakan salah satu kompetensi
yang harus dicapai oleh dokter umum. Namun, sangat penting untuk mengetahui
letak anatomi dan indikasi tertentu agar dapat dirujuk kepada spesialis. Indikasi
tersebut seperti tergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing,
bahan material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil
(lembut dan irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), keterampilan
dokter maupun kerja sama pasien itu sendiri. Sebagian besar benda asing pada
hidung dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang
minimal.
TINJAUAN PUSTAKA
Hidung terdiri dari hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke bawah :
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari :
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise).
Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial,
lateral, inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian
tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi
oleh mukosa hidung.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
lebih kecil lagi ialah konka superior.
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung. Terdapat meatus yaitu
meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara
(ostium) duktus nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal,
sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara
sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.
Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional
dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat
pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak
berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel – sel goblet.
Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang –
kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal
mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir
(mucous blanket) pada permukaannya.
Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.Silia yang
terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan
silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah
nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan
dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam
rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret
terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat.Mukosa penghidu terdapat
pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas
septum.Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia
(pseudostratified columnar non ciliated epithelium).Epitelnya dibentuk oleh tiga
macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah
mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan
Vaskularisasi
Innervasi
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior yang merupakan cabang n. nasosiliaris yang bersal dari n.
oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik
dari nervus maksilla melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion ini menerima
serabut sensoris dari n. maksilaris, serabut parasimpatis dari n. petrosus
superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus.
Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di ujung posterior konka
media.
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui
lamina kribrosa dari pemukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.
Fisiologi Hidung:
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi
fisiologis hidung dan sinus paranasalis adalah:
2.2 DEFINISI
Secara umum benda asing dalam suatu organ adalah benda asing yang
berasal baik dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing eksogen)
tubuh yang dalam normal tidak ada. Benda asing di hidung merupakan salah satu
kedaruratan di bidang telinga hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada
anak-anak.
2. Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda
asing hidup.
a) Benda asing hidup
Benda asing hidup yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan
cacing.
Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung
manusia dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies
Chryssomya bezziana.Chrysomya bezziana adalah serangga yang
termasuk dalam famili Calliphoridae, ordo diptera, subordo
Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang berwarna
biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm. Lalat dewasa
meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang
hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang
pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.
Lintah
Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas
hirudinae. Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang
belakang yang termasuk dalam filumannelida. Tempat hidup hewan ini
ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan
hewan pengisap darah. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat
penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah
sehingga darah inangnya tidak akan membeku. Setelah kenyang
mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air.
Bentuk tubuh lintah ini pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan,
dan bersifat hemaprodit. Lintah menghisap darah pasien sehingga akan
memperbesar ukurannya, itu akan menyebabakan lintah sulit diambil.
Gambar 5. Lintah hidup di hidung
3. Berdasarkan konsistensi
Berdasarkan konsistensinya nya benda asing dapat juga digolongkan
menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, lintah, larva dan benda
asing yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.
2.4 PATOGENESIS
Benda asing hidung dapat ditemukan disetiap bagian rongga hidung,
sebagian besar ditemukan di dasar hidung, tepat dibawah konka inferior atau
dibagian atas fossa nasal anterior hingga kebagian depan konka media. Benda-
benda kecil yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah
dikeluarkan dari hidung.
Gejala sering tidak ada sehingga luput dan bertahan untuk waktu yang lama.
Dapat timbul rhinolith disekitar benda asing. Gejala yang paling sering adalah:
1. Hidung tersumbat
2. Rinore unilateral dengan cairan yang kental dan berbau
3. Nyeri
4. Demam
5. Epistaksis
6. Bersin
Benda asing seperti karet busa sangat cepat menimbulkan sekret yang
berbau busuk. Hal ini dikarena kan proses dari peradangan-peradangan yang
terjadi di sekeliling benda asing sehingga berakumulasinya jaringan epitel yang
mati, sel-sel leukosit dan mediator-mediator inflamasi. Tak jarang pula akibat
benda asing yang tidak segera dikeluarkan, akan menimbulkan infeksi sekunder.
2.6 DIAGNOSIS
Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan pemeriksaan
penunjang. Jika fasilitas memadai, maka diagnosis pasti benda asing di saluran
napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik
dan terapi.
Gambar 8. Rhinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi
2.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan benda asing yang tidak hidup
1) Benda asing pada hidung yang harus diperlakukan sebagai kasus gawat
sehingga harus dikeluarkan secepatnya antara lain adalah baterai. Cara
mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait (hook) yang
dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi
sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan
ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa keluar.
Dapat juga menggunakan Suction (teknik tekanan negatif) biasanya
digunakan apabila ekstraksi dengan forsep atau hook tidak berhasil dan
juga digunakan pada benda asing berbentuk bulat. Suction dapat dengan
mudah ditemukan pada bagian emergensi dan kemudian diatur pada
tekanan 100 dan 140 mmHg sebelum digunakan.
2) Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung lainnya seperti
spons dan potongan kertas dapat diekstraksi dengan menggunakan forsep.
3) Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-kacangan dapat
diekstraksi dengan menggunakan pengait tumpul.
4) Sebelum tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberikan fenilefrin 0,5%
untuk mengurangi edema mukosa dan lidokain topikal atau spray sebagai
analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring
karena akan menyebabkan masuknya benda asing tersebut ke dalam laring
sehingga menyebabkan sumbatan saluran nafas.
3. Polip
Polip hidung adalah lesi abnormal yang berasal dari bagian manapun
dari mukosa hidung atau sinus paranasal. Polip merupakan hasil akhir dari
berbagai proses penyakit pada rongga hidung. Polip yang paling sering
dibahas adalah lesi jinak semitransparan hidung yang timbul dari mukosa
rongga hidung atau dari satu atau lebih sinus paranasal, sering pada saluran
keluar sinus.
Manifestasi Klinis :
a. Mudah merasakan sakit kepala
b. Hidung tersumbat yang menetap dan selalu terasa akan adanya
lendir pada sinus hidung
c. Sering mengeluarkan lender dari hidung seperti gejala influenza
d. Daya penciuman menurun
e. Rongga hidung sering terasa gatal dan sering bersin
f. Mata berair sebab alergi
4. Neoplasma maligna
Gejala yang menyolok adalah nasal obstruction yang bersifat
unilateral dan nasal bleeding. Kadang-kadang ulserasi awal dan nasal
bleeding terlihat lebih dulu sebelum nasal obstruction, terutama pada
tumor kavum nasi yang anaplastik. Diagnosis ditegakkan dengan biopsi
yang diambil dari bagian yang tidak nekrotis. Perlu diagnosis sedini
mungkin, maka bila ada kecurigaan kearah malignansi, biopsi perlu segera
dilakukan.
2.9 KOMPLIKASI
2.10 PROGNOSIS
Jika dilakukan tindakan dengan segera maka pada umumnya prognosis dari corpus
alienum cavum nasal ini adalah baik, dan mencegah adanya infeksi sekunder.
BAB III
KESIMPULAN
1. Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.
2. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen
(dari luar tubuh) dan benda asing endogen(daridalam tubuh). Bend aasing
eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.
3. Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama1-4
tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang
berlubang termasuk hidung.
4. Penatalaksanaannya yaitu dengan cara ekstraksi, suction ataupun dengan
pembedahan.
5. Komplikasi dapat muncul antara lain abrasi, perdarahan, infeksi pada
struktur sekitar, aspirasi, dan perforasi, serta pembentukan dan
perkembangan rhinolit
DAFTAR PUSTAKA