Anda di halaman 1dari 25

Referat

Benda Asing Hidung

Oleh:
Rindang Sukmadewa
1510070100046

Preseptor :
dr. Jenny Tri Yuspita Sari, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOHAMMAD NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, referat tentang


Corpus alienum nasal ( Benda Asing Hidung) ini telah dapat diselesaikan
dengan baik dan telah dievaluasi oleh pembimbing sebagai tugas stase THT

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yaitu dr.


Jenny Tri Yuspita Sari, Sp.THT-KL yang telah membimbing dan mengarahkan
hingga dapat menyusun referat ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih belum sempurna dan banyak
terdapat kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang berguna, untuk
menambah ilmu pengetahuan dan lebih menyempurnakan referat ini.

Penulis mengharapkan semoga referat tentang Corpus alieum nasal ini


memberikan pengetahuan ilmiah kepadapara pembaca .

Solok, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan fisiologi hidung……..…………………………………….2

2.2. Definisi....................................................................................................8

2.3. Etiologi dan klasifikasi benda asing........................................................8

2.4. Patogenesis............................................................................................10

2.5. Manifestasi klinis...................................................................................12

2.6. Diagnosis...............................................................................................13

2.7. Penatalaksanaan.....................................................................................15

2.8. Diagnosis banding.................................................................................21

2.9. Komplikasi ............................................................................................22

2.10 Prognosis..............................................................................................23

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corpus alienum atau benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada. Dalam hal ini, nasal corpus alienum adalah benda asing / massa yang normal
tidak ada / tidak dijumpai di hidung. Ini merupakan salah satu masalah
kedaruratan dibidang THT.
Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak–
anak, baik disengaja memasukkan ke hidung atau karena kecelakaan. Pada anak-
anak dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan. Anak-anak cenderung
memasukkan benda kecil yang umumnya adalah benda mati. Berdasarkan asalnya
benda asing diklasifikasikan menjadi benda asing eksogen dan benda asing
endogen. Benda asing eksogen dapat berupa padat, cair, atau gas. Benda asing
eksogen padat terdiri atas zat organik (tumbuh-tumbuhan) dan zat anorganik,
sedangkan yang cair terdiri atas zat yang bersifat iritatif seperti zat kimia dan non
iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen berupa sekret kental,
darah, bekuan darah, nanah krusta, perkijuan, membran difteri, bronkolit cairan
amnion, mekonium dapat m,asuk ke dalam saluran nafas bayi pada saat
persalinan.
Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak
terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada
awalnya. Hasil pemeriksaan sinar-X dapat menunjang diagnosis. Dalam hal ini,
penanganan terhadap benda asing pada hidung merupakan salah satu kompetensi
yang harus dicapai oleh dokter umum. Namun, sangat penting untuk mengetahui
letak anatomi dan indikasi tertentu agar dapat dirujuk kepada spesialis. Indikasi
tersebut seperti tergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing,
bahan material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil
(lembut dan irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), keterampilan
dokter maupun kerja sama pasien itu sendiri. Sebagian besar benda asing pada
hidung dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang
minimal.

1.2 Tujuan Umum

Refarat ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior di


bagian Ilmu Penyakit THT-KL RSUD M.Natsir Solok dan diharapkan agar dapat
menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca.

1.3 Tujuan Khusus


Tujuan penulisan dari Refarat ini adalah untuk mengetahui defenisi, etiologi,
patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan mengenai benda asing pada
hidung

1.4 Metode Penulisan


Referat ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Hidung terdiri dari hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke bawah :

1. Pangkal hidung (bridge).


2. Batang hidung (dorsum nasi).
3. Puncak hidung (tip).
4. Ala nasi.
5. Kolumela.
6. Lubang hidung (nares anterior).

Gambar 1. Anatomi hidung eksternal

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari :

1. Tulang hidung (os nasal)


2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontal.
sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
terletak di bagian bawah hidung, yaitu :

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior.


2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago ala mayor.
3. Tepi anterior kartilago septum.

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke


belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan
lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi
dengan nasofaring.

Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise).

Gambar 2. Anatomi hidung tampak lateral dan medial

Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial,
lateral, inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian
tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi
oleh mukosa hidung.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
lebih kecil lagi ialah konka superior.
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung. Terdapat meatus yaitu
meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara
(ostium) duktus nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal,
sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara
sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

Batas Rongga Hidung

 Posterior : Berhubungan dengan nasofaring


 Superior : Os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus
sfenoidale dan sebagian os vomer
 Inferior : Bagian yang lunak, yang dipisahkan dengan kavum oris oleh
palatum durum.
 Medial : Septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan
(dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi
oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari
septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars
membranosa = kolumna = kolumela.
 Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os
etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sphenoid.

Mukosa Hidung

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional
dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat
pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak
berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel – sel goblet.
Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang –
kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal
mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir
(mucous blanket) pada permukaannya.

Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.Silia yang
terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan
silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah
nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan
dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam
rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret
terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat.Mukosa penghidu terdapat
pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas
septum.Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia
(pseudostratified columnar non ciliated epithelium).Epitelnya dibentuk oleh tiga
macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah
mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan

Vaskularisasi

Bagian atas rongga hidung divaskularisasi oleh arteri etmoidalis anterior


dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika dari arteri karotis
interna.Bagian bawah rongga hidung divaskularisasi oleh cabang arteri maksilaris
interna, diantaranya arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina. Arteri
sfenopalatina keluar dari foramen sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di
belakang ujung posterior konka media.
Bagian depan hidung divaskularisasi oleh cabang-cabang A. fasialis. Pada
bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang A. sfenopalatina,
A. etmoid anterior, A. labialis superior, dan A. palatina mayor, yang disebut
pleksus kiesselbach.
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arteri. Vena divestibulum dan struktur luar hidung
bermuara ke V.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena
di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk
mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.

Gambar 3. Vaskularisasi hidung

Innervasi
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior yang merupakan cabang n. nasosiliaris yang bersal dari n.
oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik
dari nervus maksilla melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion ini menerima
serabut sensoris dari n. maksilaris, serabut parasimpatis dari n. petrosus
superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus.
Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di ujung posterior konka
media.
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui
lamina kribrosa dari pemukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

Gambar 4. Innervasi hidung

Fisiologi Hidung:
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi
fisiologis hidung dan sinus paranasalis adalah:

1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),


penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan
dan mekanisme imunologik lokal,
2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius.
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,
4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi
terhadap trauma dan pelindung panas, dan
5. Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang
berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang
dapat menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau
tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

2.2 DEFINISI
Secara umum benda asing dalam suatu organ adalah benda asing yang
berasal baik dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing eksogen)
tubuh yang dalam normal tidak ada. Benda asing di hidung merupakan salah satu
kedaruratan di bidang telinga hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada
anak-anak.

2.3 ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI BENDA ASING


1. Berikut adalah jenis-jenis benda asing berdasarkan asalnya:

a. Benda asing eksogen,


Benda asing eksogen adalah benda yang berasal dari luar tubuh. Biasanya
masuk melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat
padat, cair. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti
kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang
berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum,
peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair
dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda
cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
b. Benda asing endogen
Benda asing endogen adalah benda yang berasal dari dalam tubuh. Benda
asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, perkejuan, dan membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat
masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.

2. Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda
asing hidup.
a) Benda asing hidup
Benda asing hidup yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan
cacing.
 Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung
manusia dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies
Chryssomya bezziana.Chrysomya bezziana adalah serangga yang
termasuk dalam famili Calliphoridae, ordo diptera, subordo
Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang berwarna
biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm. Lalat dewasa
meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang
hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang
pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.
 Lintah
Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas
hirudinae. Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang
belakang yang termasuk dalam filumannelida. Tempat hidup hewan ini
ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan
hewan pengisap darah. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat
penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah
sehingga darah inangnya tidak akan membeku. Setelah kenyang
mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air.
Bentuk tubuh lintah ini pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan,
dan bersifat hemaprodit. Lintah menghisap darah pasien sehingga akan
memperbesar ukurannya, itu akan menyebabakan lintah sulit diambil.
Gambar 5. Lintah hidup di hidung

b) Benda asing mati


Yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju. Kasus baterai
logam di hidung juga harus diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang
harus dikeluarkan segera, karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi
terhadap mukosa hidung.

Gambar 6. Manik-manik di bawah konka inferior

3. Berdasarkan konsistensi
Berdasarkan konsistensinya nya benda asing dapat juga digolongkan
menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, lintah, larva dan benda
asing yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.

2.4 PATOGENESIS
Benda asing hidung dapat ditemukan disetiap bagian rongga hidung,
sebagian besar ditemukan di dasar hidung, tepat dibawah konka inferior atau
dibagian atas fossa nasal anterior hingga kebagian depan konka media. Benda-
benda kecil yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah
dikeluarkan dari hidung.

Gambar 7. Lokasi tersering benda asing di hidung

Beberapa benda asing menetap di dalam rongga hidung tanpa


menimbulkan perubahan mukosa. Namun, kebanyakan objek yang berupa benda
mati menyebabkan kongesti dan edema pada mukosa hidung, dapat terjadi
ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi, erosi,dan dapat berlanjut menjadi
sinusitis. Sekret yang tertinggal, dekomposisi benda asing,dan ulserasi yang
menyertai dapat menghasilkan fetor yang berbau busuk.
Benda asing yang berupa benda hidup, menyebabkan reaksi inflamasi
dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan
dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau.
Larva, lintah dan cacing dihidung dapat menimbulkan iritasi dengan derajat
yang bervariasi karena gerakannya. Perubahan-perubahan ini apabila lebih
lanjut, maka akan memengaruhi benda asing karena dikelilingi oleh udema,
granulasi, dan kotoran.
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik,
mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada
mukosa .Kadang-kadang, reaksi inflamasi dapat menghasilkan toksik. Benda
asing anorganik, menimbulkan rekasi jaringan yang lebih ringan dan lebih
mudah didiagnosa dengan pemeriksaaan radiologis karena umumnya benda
asing anorganik bersifat radiopak.
Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan apabila tertanam dalam
jaringan granulasi yang terpapar oleh kalsium, magnesium, fosfat, karbonat, dan
kemudian akan menjadi rhinolith. Kadang-kadang, proses ini dapat terjadi di
sekitar area mukopus dan bekuan darah. Rhinolit biasanya terletak dekat bagian
basal hidung dan bersifat radiopak. Baterai cakram dapat menyebabkan destruksi
pada septum nasi karena tersusun atas beberapa logam berat, seperti merkuri,
zink, perak, nikel, cadmium, dan lithium.
Beberapa faktor dikatakan berperan dalam timbulnya komplikasi akibat
baterai cakram ini antara lain interval waktu saat baterai masuk hingga
dikeluarkan dan kontak antara permukaan mukosa hidung dan kutubn egatif
baterai (anode). Karenaitu, perforasi septum (90 jam setelah baterai masuk ke
hidung) umumnya terjadi ketika adanya kontak antara mukosa hidung dan kutub
negatif baterai.
Etiologi kerusakan jaringan diyakini terdiri atas 3 bagian, yaitu (1)
perembesan substansi baterai dengan sifat korosif langsung yang menyebabkan
kerusakan, (2) efek langsung ke mukosa, (3) nekrosis oleh tekanan. Dari hasil
reaksi ini, dapat menyebabkan perforasi septum (umumnya 7 jam setelah baterai
masuk ke hidung), sinekia, konstriksi, dan stenosiskavumnasi.
Benda asing mati (Inanimate foreign bodies) di hidung cenderung
menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi,
epitaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing
hidup (animate foreign bodies) menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat
bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang
hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Cacing
askaris di hidung dapat menimbulkan iritasi dengan derajat yang bervariasi karena
gerakannya.

2.5 MANIFESTASI KLINIK

Gejala sering tidak ada sehingga luput dan bertahan untuk waktu yang lama.
Dapat timbul rhinolith disekitar benda asing. Gejala yang paling sering adalah:
1. Hidung tersumbat
2. Rinore unilateral dengan cairan yang kental dan berbau
3. Nyeri
4. Demam
5. Epistaksis
6. Bersin
Benda asing seperti karet busa sangat cepat menimbulkan sekret yang
berbau busuk. Hal ini dikarena kan proses dari peradangan-peradangan yang
terjadi di sekeliling benda asing sehingga berakumulasinya jaringan epitel yang
mati, sel-sel leukosit dan mediator-mediator inflamasi. Tak jarang pula akibat
benda asing yang tidak segera dikeluarkan, akan menimbulkan infeksi sekunder.

2.6 DIAGNOSIS

Diagnosis klinis benda asing disaluran nafas ditegakkan berdasarkan


anamnesa, gejala klinis, tanda, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi
sebagai penunjang.Gejala paling sering muncul adalah hidung tersumbat, rinore
unilateral dengan cairan kental dan berbau.Gejala sumbatan benda asing didalam
saluran nafas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau
sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Diagnosis pasti benda asing di
saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan rinoskopi yaitu terlihat benda
asing di kavum nasi. Penggunaan nasoendoskopi atas indikasi diagnostik dan
terapi jika dengan rinoskopi anterior sulit dinilai lokasi benda asing tersebut.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, selain benda asing yang dapat dilihat
langsung, akan tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral, dan
dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup mukous sehingga disangka
sinusitis. Lintahbiasanya sulit dilihat dengan rinoskopi anterior, sehingga kadang
memerlukan pemeriksaan endoskopi. Bila terlihat, maka akan tampak benda asing
berwarna coklat tua dengan perabaan lunak dan melekat pada mukosa. Pada
miasis, hidung tampak bengkak, kemerahan di sekita mata dan sebagian muka
atas. Mukosa hidung nekrotik, kadang-kadang perforasi septum nasi, serta hidung
berbau busuk.
Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta
dibutuhkan kerjasama yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien. Pasien
harus dalam keadaan imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan, oleh karena itu
terkadang dibutuhkan obat-obat sedatif pada pasien pediatrik. Kadang-kadang,
bukti trauma lokal mungkin ada, dengan eritema, edema, perdarahan, atau
keduanya. Apabila benda asing sudah terlalu lama di dalam rongga hidung,
biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti adanya discharge hidung dan bau
busuk. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung
unilateral dan dapat terjadi ulserasi.

Gambar 7. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan hidung

Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan pemeriksaan
penunjang. Jika fasilitas memadai, maka diagnosis pasti benda asing di saluran
napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik
dan terapi.
Gambar 8. Rhinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi

Gambar 9. Benda asing/radiopak pada rongga hidung.

2.7 PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan benda asing yang tidak hidup
1) Benda asing pada hidung yang harus diperlakukan sebagai kasus gawat
sehingga harus dikeluarkan secepatnya antara lain adalah baterai. Cara
mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait (hook) yang
dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi
sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan
ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa keluar.
Dapat juga menggunakan Suction (teknik tekanan negatif) biasanya
digunakan apabila ekstraksi dengan forsep atau hook tidak berhasil dan
juga digunakan pada benda asing berbentuk bulat. Suction dapat dengan
mudah ditemukan pada bagian emergensi dan kemudian diatur pada
tekanan 100 dan 140 mmHg sebelum digunakan.
2) Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung lainnya seperti
spons dan potongan kertas dapat diekstraksi dengan menggunakan forsep.
3) Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-kacangan dapat
diekstraksi dengan menggunakan pengait tumpul.
4) Sebelum tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberikan fenilefrin 0,5%
untuk mengurangi edema mukosa dan lidokain topikal atau spray sebagai
analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring
karena akan menyebabkan masuknya benda asing tersebut ke dalam laring
sehingga menyebabkan sumbatan saluran nafas.

 Penatalaksanaan benda asing hidung yang hidup


1) Teknik berbeda diterapkan pada benda asing hidup. Pada kasus benda
asing hidup berupa cacing, larva,dan lintah, penggunaan kloroform 25%
yang dimasukkan kedalam hidung dapat membunuh benda asing hidup
tersebut. Hal ini mungkin harus kembali dilakukan 2-3 perminggu
selama 6 minggu hingga semua benda asing hidup mati.Setiap tindakan
yang selesai dilakukan, ekstraksi dapat dilanjutkan dengan suction,
irigasi,dan kuretase.
2) Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas yang
tinggi, dilakukan operasi debridement dan diberikan antibiotik
parenteral, serta Ivermectin (antiparasit) dapat dipertimbangkan. Setelah
proses ekstraksi selesai dilakukan, pemeriksaan yang teliti harus
dilakukan untuk mengeksklusi kehadiran benda asing lainnya.

2.8 DIAGNOSA BANDING


Diagnosa banding dari corpus alienum adalah :
1. Rinolit
Rinolit juga dianggap sebagai suatu benda asing tipe khusus yang biasanya
diamati pada orang dewasa. Garam-garam tak larut dalam sekret hidung
membentuk suatu masa berkapur sebesar benda asing yang tertahan lama
atau bekuan darah. Sekret sinus kronik dapat mengawali terbentuknya masa
seperti itu di dalam hidung.
2. Sinusitis
Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi
sinus. Biasanya, sinus diisi dengan udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan penuh
dengan cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat tumbuh dan menyebabkan
infeksi. Kondisi yang dapat menyebabkan penyumbatan sinus termasuk pilek,
alergi rhinitis (pembengkakan selaput hidung), polip hidung (pertumbuhan kecil di
lapisan hidung), atau septum menyimpang (pergeseran dalam rongga hidung).
Manifestasi Klinis :
a) Gejala Utama :
1. Nyeri wajah/tekanan
2. Hidung tersumbat
3. Batuk
4. Menurunnya penciuman
b) Gejala Tambahan
1. Demam
2. Bau mulut
3. Kelelahan
4. Sakit
5. gigi

3. Polip
Polip hidung adalah lesi abnormal yang berasal dari bagian manapun
dari mukosa hidung atau sinus paranasal. Polip merupakan hasil akhir dari
berbagai proses penyakit pada rongga hidung. Polip yang paling sering
dibahas adalah lesi jinak semitransparan hidung yang timbul dari mukosa
rongga hidung atau dari satu atau lebih sinus paranasal, sering pada saluran
keluar sinus.
Manifestasi Klinis :
a. Mudah merasakan sakit kepala
b. Hidung tersumbat yang menetap dan selalu terasa akan adanya
lendir pada sinus hidung
c. Sering mengeluarkan lender dari hidung seperti gejala influenza
d. Daya penciuman menurun
e. Rongga hidung sering terasa gatal dan sering bersin
f. Mata berair sebab alergi
4. Neoplasma maligna
Gejala yang menyolok adalah nasal obstruction yang bersifat
unilateral dan nasal bleeding. Kadang-kadang ulserasi awal dan nasal
bleeding terlihat lebih dulu sebelum nasal obstruction, terutama pada
tumor kavum nasi yang anaplastik. Diagnosis ditegakkan dengan biopsi
yang diambil dari bagian yang tidak nekrotis. Perlu diagnosis sedini
mungkin, maka bila ada kecurigaan kearah malignansi, biopsi perlu segera
dilakukan.

2.9 KOMPLIKASI

Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi,


meskipun hal ini hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon
sederhana. Selain itu benda asing pada hidung juga dapat menyebabkan
iritasi dan reaksi inflamasi hingga menyebabkan hidung mengeluarkan
sekret yang muko purulen dan mengalami obstruksi. Benda asing juga
dapat menyebabkan infeksi pada mukosa hidung. Tidak jarang pasien
datang dengan sudah adanya perforasi septum.
Pada pasien dengan benda asing yang tidak dikeluarkan, akan
mencetuskan terjadinya rhinolithh. Rhinolithh terjadi karena adanya benda
asing yang telah lama tinggal dalam hidung (misalnya sejak kecil),
kemudian terbungkus oleh endapan garam-garam kalsium atau magnesium
sebagai ikatan fosfat atau karbonat yang berasal dari lacrima. Kalsifikasi
benda asing di hidung dulunya dikenal dengan rhinolith palsu (false
rhinoliths) atau rhinolith benar (true rhinoliths). Rhinolith dapat terbentuk
dari bahan di luar tubuh manusia yang masuk ke dalam hidung dan yang
tersisa di dalam rongga hidung seperti batu berbentuk cherry, batu, nasal
swab yang tertinggal, atau benda semacam ini yang disebut eksogen.
Rhinolith endogen adalah bahan-bahan yang dikembangkan yang berasal
di sekitar tubuh sendiri misalnya, gigi ektopik di sinus maksilaris, disekap
tulang, bekuan darah yang mengering di rongga hidung, dan lendir
mengeras. Sekitar 20% dari rhinolith berasal dari materi endogen.

2.10 PROGNOSIS

Jika dilakukan tindakan dengan segera maka pada umumnya prognosis dari corpus
alienum cavum nasal ini adalah baik, dan mencegah adanya infeksi sekunder.

BAB III

KESIMPULAN

1. Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.
2. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen
(dari luar tubuh) dan benda asing endogen(daridalam tubuh). Bend aasing
eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.
3. Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama1-4
tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang
berlubang termasuk hidung.
4. Penatalaksanaannya yaitu dengan cara ekstraksi, suction ataupun dengan
pembedahan.
5. Komplikasi dapat muncul antara lain abrasi, perdarahan, infeksi pada
struktur sekitar, aspirasi, dan perforasi, serta pembentukan dan
perkembangan rhinolit
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. Hidung. Dalam Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed. FKUI. Jakarta:2007. 118-122
2. Effendi H, Santoso. Embriologi Anatomi dan Fisiologi hidung, Boies L, Higler
P.Boies Buku Ajar Penyakit THT. EGC.jakarta.1994, H : 27-38, 46-53.
3. Pasha. R, Mark. CS. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Rhinology and
Paranasal Sinuses. Thompson Learning. 1-22
4. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok.6th ed. FKUI.Jakarta:2007. 259-265.
5. A., Peter Higler. Penyakit Hidung. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC. 1997. Hal. 238-239.
6. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body. The Ear, Nose, and Throat. Virginia. Am
Fam Physician. 2007.76: Pg. 1185-9.
7. Utama, Hendra.Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan leher. Edisi 7. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Jakarta
8. ShresthaI,ShresthaBL,AmatyaRCM. Analysis of Ear, Noseand Throat Foreign
Bodiesin Dhulikhel Hospital.In :Kathmandu University Medical Journal. 2012;11:4-
8

Anda mungkin juga menyukai