Anda di halaman 1dari 62

OTITIS MEDIA KRONIK

KOMPLIKASI INTRKRANIAL
DR. MARIANCE
Definisi OMK

 Peradangan mukosa telinga tengah


disertai keluar cairan dari telinga tengah
melalui perforasi membrane timpani
 Cairan
mungkin encer, kental, bening,
berupa nanah
 Cairan keluar dapat terus menerus atau
hilang timbul
DIAGNOSIS OMK
• Riwayat otore kronis lebih dari 2 bulan
• Otore bisa terus menerus atau hilang timbul
(intermittent)
• Otoskopi: perforasi membran timpani
• Audiometri nada murni:
– Tuli konduktif
– Tuli campur
– Tuli saraf
DIAGNOSIS OMK
• Pemeriksaan rontgen mastoid posisi Schuller
bukan pemeriksaan rutin, kalau dilakukan akan
dapat menilai tingkat perkembangan
pneumatisasi mastoid dan dapat
menggambarkan perluasan penyakit
• CT scan high resolution
• Pemeriksaan mikrobiologi sekret telinga, apabila
dapat dilakukan akan sangat membantu
menentukan antibiotik yang sesuai, tetapi
pengobatan dengan antibiotik lini pertama tidak
harus menunggu hasil pemeriksaan ini
Jenis OMK

 OMK tanpa
kolesteatome (Tipe
Jinak/Mukosa

 OMK dengan
kolesteatoma (Tipe
bahaya/tulang)
Tipe Kolesteatoma

 Kolesteatoma
kongenital
 Terbentuk pada masa
embrionik, ditemukan
pada telinga dengan MT
utuh, tanpa tanda infeksi.

 Kolaesteatoma Akuisita
 Terbentuk setelah lahir.
Kolesteatoma Akuisital

1. Kolesteatoma akuisital primer


Kolesteatoma terbentuk akibat proses invaginasi dari MT
pars flaksida karena tekanan negative telinga tengah
akibat gangguan tuba. (Teori invaginasi)
Kolesteatoma Akuisital

2. Kolesteatoma akuisital sekunder


Kolesteatoma terbentuk setelah ada perforasi MT.
- Masuknya epitel kulit dari liang telinga / pinggir
perforasi MT ke telinga tengah (Teori Migrasi)
- Metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi
infeksi yang berlangsung lama. (Teori Metaplasia)
- Implamtasi epitel kulit secara iatrogenic kedalam
telinga tengah sewaktu operasi. (Teori Implantasi)
PENGOBATAN

 OMK TIPE JINAK  TUJUAN


 konservatif PENGOBATAN
 operatif  Mengeradikasi infeksi
 Mencegah komplikasi
 OMK TIPE BAHAYA  Memperbaiki
pendengaran
 operatif
PENGOBATAN

 SECARA UMUM
 Harus melihat kasus perkasus
 Diusahakan drainase secara optimal
 Penampilan sekret yang keluar
 Hijau kebiruan  Pseudomonas
 Kuning pekat  Staphylococus
 Berbau
busuk sering kali megandung gogolnga
anaerob
PENGOBATAN

 OPERASI  Yang mempengaruhi


 TUJUAN rekurensi
 Sifat
kolesteatoma (anak,
 Eradikasi infeksi  telinga
kering dewasa)
 Operasi  hasil operasi
 Mencegah komplikasi
 Tekhnik, operator, fasilitas
 Dengan/ tanpa
rekonstruksi pendengaran
PENGOBATAN OMK
KOMPLIKASI OMK

 Ketulian
 Kelumpuhan saraf wajah
 Infeksi otak  7.5 %
 Meningitis

 Ensefalitis

 Hidrosefalus

 Trombosis sinus lateralis


 Kematian (akbat OMK tipe bahaya)
Komplikasi Intra Temporal

N. VII Labirinitis Petrositis Tromboflebitis


Abses sinus lateral
subperiosteal Fistel labirin

Antibiotik dosis Antibiotik dosis CT scan CT scan


tinggi + tinggi +
mastoidektomi + mastoidektomi
Dekompresi saraf
Antibiotik dosis Antibiotik dosis
tinggi + tinggi +
Antibiotik dosis mastoidektomi + mastoidektomi
tinggi + Petrosektomi
mastoidektomi

Pemilihan antibiotik idealnya


berdasarkan pemeriksaan mikrobiologik
dan tes sensitifitas kuman
Otore kronis

Otoskopi

MT utuh MT perforasi

OMSK

Onset, progresifitas,
predisposisi, penyakit
sistemik, fokus infeksi,
riwayat pengobatan

Komplikasi - Komplikasi +
kolesteatom - kolesteatom
(OMSK benigna) +
(OMSK bahaya)
OE difus
Otomikosis
Dermatitis eksim Lihat Lihat
OE maligna Lihat
algoritma 1 algoritma 2 algoritma 3
Miringitis granulomatosa
Algoritma kolesteatom -
(OMSK benigna)
1

OMSK OMSK aktif


Stimulasi tenang Cuci telinga, Antib. Topikal,
epitelialisasi Antibiotik sist.
tepi perforasi
Otore menetap
Perforasi Perforasi
menutup > 1 minggu Antib.
menetap Berdasarkan
PemeriksaanMO
Ro. Mastoid
Tuli (Schuller x-ray)
konduk Tuli Menetap > 3 bulan
Audiogram
tif - konduktif +

Ideal: timpanoplasti dengan atau


tanpa mastoidektomi Ideal: mastoidektomi+ timpanoplasti
Algoritma 2
kolesteatoma +
(OMSK bahaya)

•OMSK tipe bahaya bersifat progresif,


Pilihan
• kolesteatom yang semakin luas akan
mendestruksi tulang yang dilewatinya. •Atikotomi anterior
•Timpanoplasti dinding utuh (Canal wall up
•Infeksi sekunder akan menyebabkan tympanoplasty)
keadaan septik lokal dan •Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall
down tympanoplasty)
•nekrosis septik di jaringan lunak yang
dilalui kolesteatom dan di jaringan •Atticoantroplasti
sekitarnya juga menyebabkan destruksi •Dan sebagainya
jaringan lunak yang mengancam akan
terjadinya komplikasi-komplikasi.
•Satu-satunya cara pengobatan adalah
bedah
Algoritma 3
OMSK +KOMPLIKASI

INTRA INTRA
KRANIAL TEMPORAL

•Abses ekstra dura


•Abses subperiosteal
•Abses subdura
•Paresis fasial
•Tromboflebitis sinus lateral
•Labirinitis
•Meningitis
•Petrositis
•Abses otak
•Meningitis otikus
Lihat algoritma 5
Lihat algoritma 4
PROTOKOL PENATALAKSANAAN PASIEN OMSK DENGAN
Algoritma KECURIGAAN KOMPLIKASI INTRA KRANIAL 16
Rawat inap
4 Periksa sekret telinga
Antibiotik dosis tinggi intravena 7-15 hari, obat ajuvan
Konsul spesialis saraf/saraf anak
CT scan+kontras

CT scan tidak dapat dilakukan


Abses intrakranial
Hidrosefalus otitik - Abses intrakranial
Hidrosefalus otitik
+ Pengobatan medikamentosa bersama
spesialis Bedah Saraf

Keadaan Keadaan Konsul


Umum Umum Bedah Saraf KU Mastoidekto- KU Mastoidekto-
baik buruk baik mi dalam buruk mi dalam
bius umum bius lokal
Mastoidekto- Pertimbangkan
mi dalam mastoidektomi Bedah Saraf tidak operasi
bius umum dalam bius
lokal
Medikamentosa 1-2 bln, monitor
Bedah Saraf: operasi perkembangan komplikasi
dengan CT scan tiap 1 – 2 minggu

KU baik KU buruk
Mastoidektomi Mastoidekto- Pertimbangkan
bersama bedah Mastoidektomi mi dalam mastoidektomi
saraf kemudian bius umum dalam bius
lokal
Pengobatan OMSK dengan sangkaan
komplikasi intrakranial

• Ampicillin I.V. 200-400 mg. / Kg. /hari


• Chloramphenicol I.V. 4x 1-1.5 g / hari (dewasa)
• Metronidazol 3x 500 mg. /hari (prn)
• Gentamycin 3-5 mg / kg BB / hari dalam 3
dosisi bila kuman penyebabnya P. aeruginosa.
• Kortikosteroid, diamox, mannitol, antituberkulosis bila
dianjurkan oleh bagian Kesehatan Anak atau Bagian
Penyakit Dalam.
• Sulfametoxazole + trimetoprim menggantikan ampicillin
pada kasus alergi penisilin.
• Sefalosporin generasi ke 3 menggantikan ampisilin dan
chloramphenikol bila demam menetap.
SOAL UNAS JAKARTA 2017
1. Garis Sutura Petroskuamosa adalah :
A. membagi epitimpanum menjadi bagian arterior dan posterior
B. embagi selule mastoid menjadi bagian medial dan lateral
C. membagi apex petrosus menjadi bagian arterior den posterior
D. bifurkasi sakus endolimfatik
E. landmark panting untuk vascular strip dalam kanalis akustikus
1. Garis Sutura Petroskuamosa adalah :
A. membagi epitimpanum menjadi bagian arterior dan posterior
B. membagi selule mastoid menjadi bagian medial dan lateral
C. membagi apex petrosus menjadi bagian arterior den posterior
D. bifurkasi sakus endolimfatik
E. landmark panting untuk vascular strip dalam kanalis akustikus
2. Segitiga Trautmann merupakan penanda
A. Antrum Mastoid
B. Fossa Inkudis
C. Korda timpani
D. Fossa Kranialis Posterior
E. KSL
2. Segitiga Trautmann merupakan penanda
A. Antrum Mastoid
B. Fossa Inkudis
C. Korda timpani
D. Fossa Kranialis Posterior
E. KSL
3. Posisi Sinus lateral berada di :
A. Bagian cranial os oetrosus
B. Bagian kaudal os petrosus
C. Bagian posterior os petrosus
D. Daerah yang sulit diketahui
E. Lokasi yang selalu berbeda di os petrosus
3. Posisi Sinus lateral berada di :
A. Bagian cranial os oetrosus
B. Bagian kaudal os petrosus
C. Bagian posterior os petrosus
D. Daerah yang sulit diketahui
E. Lokasi yang selalu berbeda di os petrosus
4. Pada kolesteatoma akuisita primer yang terbatas pada daerah atik dan
mastoid tidak ada kelainan, pendekatan tindakan operasinya yang tepat
adalah : (ada 2 soal)
A. Atikotomi transmastoid
B. Atikotomi transmeatal
C. Timpanotomi posterior
D. Canal wall down tympanoplasty
E. Intact canal wall tympanoplasty
4. Pada kolesteatoma akuisita primer yang terbatas pada daerah atik dan
mastoid tidak ada kelainan, pendekatan tindakan operasinya yang tepat
adalah : (ada 2 soal)
A. Atikotomi transmastoid
B. Atikotomi transmeatal
C. Timpanotomi posterior
D. Canal wall down tympanoplasty
E. Intact canal wall tympanoplasty
5. Pada kolesteatoma akuisita primer yang terbatas pada daerah atik dan
mastoid tidak ada kelainan, pendekatan tindakan operasinya yang tepat
adalah : (ada 2 soal)
A. Atikotomi transmastoid
B. Atikotomi transmeatal
C. Timpanotomi posterior
D. Canal wall down tympanoplasty
E. Intact canal wall tympanoplasty
5. Pada kolesteatoma akuisita primer yang terbatas pada daerah atik dan
mastoid tidak ada kelainan, pendekatan tindakan operasinya yang tepat
adalah : (ada 2 soal)
A. Atikotomi transmastoid
B. Atikotomi transmeatal
C. Timpanotomi posterior
D. Canal wall down tympanoplasty
E. Intact canal wall tympanoplasty
6. Kelainan kongenital yang ditemukan pada sindooma mandibula diastosis
berupa:
A. macrotia
B. Gangguan tulang pendengaran
C. makrognatia
D. palatum kendor ke bawah
E. deformitas molar bawah
6. Kelainan kongenital yang ditemukan pada sindroma mandibula diastosis
berupa:
A. macrotia
B. Gangguan tulang pendengaran
C. makrognatia
D. palatum kendor ke bawah
E. deformitas molar bawah
7. Kelainan aurikula pada sindroma brancial-oto-renal adalah:
A. periauricular tags
B. celah periauricular
C. fistula periauricular
D. microtia
E. periauricular abscess
7. Kelainan aurikula pada sindroma brancial-oto-renal adalah:
A. periauricular tags
B. celah periauricular
C. fistula periauricular
D. microtia
E. periauricular abscess
8. Cochlear implantation in contraindicated in patient with :
A. Cochlear otosclerosis
B. Obliterative labynnthitis
C. Fractur of the cochlea
D. Cholesterol granuloma of the petrous apex
E. Michel malformation
8. Cochlear implantation in contraindicated in patient with :
A. Cochlear otosclerosis
B. Obliterative labynnthitis
C. Fractur of the cochlea
D. Cholesterol granuloma of the petrous apex
E. Michel malformation
9. Calon pasien ideal untuk dilakukan canal wall up mastoidektomi adalah :
A. Pasien dengan pneumatisasi mastoid yang baik dan kolesteatoma yang luas
B. Pasien dengan pneumatisasi mastoid dan kolesteatoma yang terbatas di posterior
mesotimpanum dan antrum
C. Pasien dengan kolesteatoma yang terbatas di posterior mesotimpanum
D. Pasien dengan kolesteatoma luas namun dapat dengan mudah dibersihkan oleh
masiodektomi
E. Pasien dengan kolesteatoma terbatas di posterior mesotimpanum dan antrum
danpneumatlsasl mastoid baik
9. Calon pasien ideal untuk dilakukan canal wall up
mastoidektomi adalah :
A. Pasien dengan pneumatisasi mastoid yang baik dan
kolesteatoma yang luas
B. Pasien dengan pneumatisasi mastoid dan
kolesteatoma yang terbatas di posterior
mesotimpanum dan antrum
C. Pasien dengan kolesteatoma yang terbatas di
posterior mesotimpanum
D. Pasien dengan kolesteatoma luas namun dapat
dengan mudah dibersihkan oleh masiodektomi
E. Pasien dengan kolesteatoma terbatas di posterior
mesotimpanum dan antrum danpneumatlsasl
mastoid baik
10. Pengeboran area posterior inferior dan tuliang liang yang baru harus dilakukan secara hati-
hati pada kasus atresia telinga karena berpotensial untuk:
A. Cedera saraf fasialis
B. Cedera kanalis semisirkularis posterior
C. Cedera saraf corti timpani
D. Tuli sensorineural akibat kontak dengan prosesus inkus
E. Pembukaan yang berlebihan hingga ke air cell mastoid
10. Pengeboran area posterior inferior dan tuliang
liang yang baru harus dilakukan secara hati-hati
pada kasus atresia telinga karena berpotensial
untuk:
A. Cedera saraf fasialis
B. Cedera kanalis semisirkularis posterior
C. Cedera saraf corti timpani
D. Tuli sensorineural akibat kontak dengan prosesus
inkus
E. Pembukaan yang berlebihan hingga ke air cell
mastoid
11. Seorang pasien datang ke unit gawat darurat dengan kejang fokal. Dari pemeriksaan fisik
tampak efusi seromucoid di telinga tengah. Diagnosis yang paling tepat adalah:
A. Meningitis
B. Abses subdural
C. Hidrosefalus otitis
D. Abses otak akibat otitis media supuratif akut
E. Abses otak akibat masked mastoiditis
11. Seorang pasien datang ke unit gawat darurat dengan kejang fokal. Dari pemeriksaan fisik
tampak efusi seromucoid di telinga tengah. Diagnosis yang paling tepat adalah:
A. Meningitis
B. Abses subdural
C. Hidrosefalus otitis
D. Abses otak akibat otitis media supuratif akut
E. Abses otak akibat masked mastoiditis
12. Pasien yang menjalani stapedektomi elektif 10 hari yang lalu, dengan perbaikan segera
pada pendengaran, sekarang mengeluh kehilangan pendengaran yang lebih berat, rasa
penuh pada telinga, dan vertigo. Gejala dan tanda tersebut menunjukkan manifestasi
dan ....
A. End lymphatic hydrops
B. Surgical injury pada sakula
C. Depresi fragmen footplate
D. Reparatif granuloma
E. Cupulolithiasis
12. Pasien yang menjalani stapedektomi elektif 10 hari
yang lalu, dengan perbaikan segera pada
pendengaran, sekarang mengeluh kehilangan
pendengaran yang lebih berat, rasa penuh pada
telinga, dan vertigo. Gejala dan tanda tersebut
menunjukkan manifestasi dan ....
A. End lymphatic hydrops
B. Surgical injury pada sakula
C.Depresi fragmen footplate
D. Reparatif granuloma
E. Cupulolithiasis
13. Salah satu gejala dari Costen Syndrome mandibular joint neuralgia, ocipital
pain,otalgia, glossodinia, pain nose and eye associated disturbed mandibular join/
A. Vertigo
B. Hearing loss
C. Diplopia
D. Second otalgia
E. Cervical Spondilosis
13. Salah satu gejala dari Costen Syndrome mandibular joint neuralgia, ocipital
pain,otalgia, glossodinia, pain nose and eye associated disturbed mandibular join/
A. Vertigo
B. Hearing loss
C. Diplopia
D. Second otalgia
E. Cervical Spondilosis
14. Tes pendengaran yg akurat untuk mengetahui adanya ototoksik secara awal adalah :
A. Audiometri nada murni frekuensi 1000-8000 Hz
B. Audiometri nada murni frekuensi 8000-16000 Hz
C. Pengukuran diskriminasi tutur
D. Pengukuran Tone decal
E. Pengukuran krugman
14. Tes pendengaran yg akurat untuk mengetahui adanya ototoksik secara awal adalah :
A. Audiometri nada murni frekuensi 1000-8000 Hz
B. Audiometri nada murni frekuensi 8000-16000 Hz
C. Pengukuran diskriminasi tutur
D. Pengukuran Tone decal
E. Pengukuran krugman
15. “Cauliflower ear” pada daun telinga dapat terbentuk setelah perikondritis akibat dari :
A. Kehilangan kerangka tulang rawan daun telinga
B. Pembentukan jaringan fibrosus
C. Pembentukan tulang rawan baru
D. Pembentukan jaringan parut yang berulang
E. Penumpukan darah di bawah perikondrium
15. “Cauliflower ear” pada daun telinga dapat terbentuk setelah perikondritis akibat dari :
A. Kehilangan kerangka tulang rawan daun telinga
B. Pembentukan jaringan fibrosus
C. Pembentukan tulang rawan baru
D. Pembentukan jaringan parut yang berulang
E. Penumpukan darah di bawah perikondrium
16. Laki-laki 30 tahun, otore sejak kecil bilateral, belakangan mengeluh nyeri kepala hebat VAS 8-9,
demam, nyeri dan edem pada mastoid. Rasa nyeri meluas sampai leher terutama saat
menoleh.Grafik demam naik turun. Pada pemeriksaan neuro lumpuh n. 9,10,11. Komplikasi yang
terjadi pada pasien :
A. meningitis
B. Tromboflebitis
C. Abses otak
D. hidrosefalus otikus
E. labirintitis
16. Laki-laki 30 tahun, otore sejak kecil bilateral, belakangan mengeluh nyeri kepala hebat VAS 8-9,
demam, nyeri dan edem pada mastoid. Rasa nyeri meluas sampai leher terutama saat
menoleh.Grafik demam naik turun. Pada pemeriksaan neuro lumpuh n. 9,10,11. Komplikasi yang
terjadi pada pasien :
A. meningitis
B. Tromboflebitis
C. Abses otak
D. hidrosefalus otikus
E. labirintitis
17. Nekrotik akibat frostbite sebagai akibat dari :
A. Vaskular injury
B. Direct cold injury to the condrocyte
C. Chondrotis
D. Direct cold injury
E. Inadequate medical treatment
17. Nekrotik akibat frostbite sebagai akibat dari :
A. Vaskular injury
B. Direct cold injury to the condrocyte
C. Chondrotis
D. Direct cold injury
E. Inadequate medical treatment
18. Timpanogram garis puncak sangat rendah, hal ini secara
menunjukkan :
A. Compliance rendah
B. Compliance tinggl
C. Tekanan udara telinga tengah rendah
D. Tekanan udara telinga tengah tinggi
E. Normal
18. Timpanogram garis puncak sangat rendah, hal ini secara
menunjukkan :
A. Compliance rendah
B. Compliance tinggl
C. Tekanan udara telinga tengah rendah
D. Tekanan udara telinga tengah tinggi
E. Normal
19. Timpanogram garis puncak berada disebelah kiri angka 0, hal ini secara menunjukkan :
A. Tekanan udara telinga tengah rendah
B. Compliance tinggi
C. Normal
D. Tekanan udara telinga tengah tinggi
E. Compliance rendah
19. Timpanogram garis puncak berada disebelah kiri angka 0, hal ini
secara menunjukkan :
A. Tekanan udara telinga tengah rendah
B. Compliance tinggi
C. Normal
D. Tekanan udara telinga tengah tinggi
E. Compliance rendah
20. Pada neuropati auditorik, terjadi kelainan pada :
A. Koklea
B. Area Wernicke
C. Telinga tengah
D. Batang otak
E. Nervus Koklearis
20. Pada neuropati auditorik, terjadi kelainan pada :
A. Koklea
B. Area Wernicke
C. Telinga tengah
D. Batang otak
E. Nervus Koklearis
 Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai