tengah
Radang telinga tengah
Tujuan pengobatan:
Mengeradikasi infeksi
Mencegah komplikasi
Memperbaiki pendengaran
Secara Umum
• Pengobatan OMK tetap harus melihat keadaan
kasus per-kasus
• Harus diusahakan drainase sekret secara
optimal
• Penampilan sekret yang keluar:
– Berwarna hijau kebiruan Pseudomonas
– Kuning pekat Staphylococcus
– Berbau busuk sering kali mengandung golongan
anaerob
► Operasi
► Tujuan:
Otoskopi
MT utuh MT perforasi
OMSK
Onset, progresifitas,
predisposisi, penyakit
sistemik, fokus infeksi,
riwayat pengobatan
Komplikasi - Komplikasi +
kolesteatom - kolesteatom
(OMSK benigna) +
(OMSK bahaya)
OE difus
Otomikosis
Dermatitis eksim Lihat Lihat
OE maligna Lihat
algoritma 1 algoritma 2 algoritma 3
Miringitis granulomatosa
Algoritma kolesteatom -
(OMSK benigna)
1
INTRA INTRA
KRANIAL TEMPORAL
KU baik KU buruk
Mastoidektomi Mastoidekto- Pertimbangkan
bersama bedah Mastoidektomi mi dalam mastoidektomi
saraf kemudian bius umum dalam bius
lokal
Pengobatan OMSK dengan sangkaan
komplikasi intrakranial
• Indikasi
• Kolesteatoma dengan otore yang kronis atau berulang dimana
fungsi koklea yang tersisa adalah hal yang dipertimbangkan dari
timpanoplasti masa depan dan ketika exteriorisasi kolesteatoma
diinginkan. Pada kasus-kasus dengan kolesteatoma pada atik,
antrum atau prosesus mastoid.
• Anestesi
• Biasanya dilakukan dengan anestesi umum. Anestesi lokal bisa
dilakukan pada kasus-kasus yang tidak memungkinkan pasien
dibius.
Teknik operasi
• Insisi postaural atau endaural
• Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid. Daerah mastoid mulai dari
pangkal posterior tulang zigoma sampai ke belakang sudut suprameatal dan diatas
linea temporalis sampai ke bagian bawah tip mastoid dibuka dengan cara
mengelevasi periosteum dan meretraksi luka insisi.
• Mengangkat tulang dan membuka atik dan antrum. Dengan bantuan bor tulang
diangkat dari daerah sudut supra meatal, spine of henle, pangkal tulang zigoma
sampai ke bagian atas dinding anterior meatus, bagian atas dinding superior meatus
juga diruntuhkan. Tindakan ini akan memaparkan daerah antrum dan atik.
Kemudian dilakukan identifikasi daerah tegmen mastoid dan kanalis semi sirkularis.
• Angkat jaringan patologis. Kolesteatoma, granulasi dan mukosa yang tidak sehat
diangkat. Inkus dan kepala dari maleus perlu untuk diangkat apabila kolesteatoma
meluas ke arah medial, tetapi sedapat mungkin dipertahankan.
• Facial ridge direndahkan
• Kavum mastoid dihaluskan dengan bor pemoles, kemudian irigasi dengan normal
saline.
• Rekonstruksi mekanisme pendengaran. Pars tensa dari membran timpani dan telinga
tengah apabila sehat, dibiarkan/tidak diganggu. Bila penyakit meluas ke telinga
tengah, hanya jaringan ireversibel yang dibuang. Rekonstruksi dari membran timpani
atau rantai osikel, apabila rusak dapat dilakukan (mastoidektomi dengan
timpanoplasti)
• Meatoplasti dan penutupan luka operasi sama pada mastoidektomi radikal.
• Komplikasi operasi
• Cedera nervus fasialis.
• Perikondritis daun telinga.
• Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
• Labirintitis
• Trauma telinga dalam
• Pemeriksaan penunjang
• Kultur dan tes resistensi
• Rontgen Mastoid
• CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
• Audiometri nada murni, dapat disertai audiometri tutur
Perawatan pascabedah
• Perban mastoid (perban melingkari kepala) dibuka keesokan harinya,
diganti dengan perban biasa yang menutup luka operasi dan liang
telinga. Perban tersebut dibuka pada hari ke 7 sekaligus buka jahitan
kulit. Tampon liang telinga bagian luar sebaiknya diangkat sekalian,
tampon liang telinga dalam diangkat pada minggu ke 2.
• Setelah itu, bila dianggap perlu pasien diinstruksikan meneteskan
obat tetes telinga pada malam hari. Pemberian antibiotik oral pasca
operasi tergantung tanda-tanda infeksi yang ditemukan waktu operasi
dan lamanya operasi serta keyakinan operator terhadap bersihnya
lingkungan tempat operasi dilakukan
Follow-up
• Evaluasi operasi dipantau secara periodik 1mingu pascaoperasi, 2
minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Selanjutnya
setiap 6 bulan-tahun sekali untuk mencegah terjadinya debris dan
infeksi. Audiometri nada murni dilakukan setelah 2 – 3 bulan
pascaoperasi.
Mastoidektomi Radikal
• Definisi
• Tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga
mastoid, meruntuhkan seluruh dinding belakang liang
telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai
drainase ke kavum timpani yaitu membersihkan total sel-
sel mastoid disudut sinodural, didaerah segitiga Trautmann,
disekitar kanalis facialis, disekitar liang telinga yaitu di
prosesus zigomatikus, juga di prosesus mastoideus sampai
ke ujung mastoid. Kemudian membuang inkus dan maleus,
hanya stapes atau sisa yang dipertahankan, sehigga
terbentuk kavitas operasi yang merupakan gabungan
rongga mastoid, kavum timpani dan liang telinga.
• Indikasi
• OMSK dengan kolesteatoma
• Tumor telinga
• Kontraindikasi
• Otitis media kronik tanpa kolesteatom.
• Otitis media akut dengan mastoiditis.
• Otitis media tuberculosis.
• Otitis media sekretori persistent atau otitis media alergi kronik.
• Pemeriksaan penunjang
• Kultur dan tes resistensi
• Rontgen Mastoid (Schuller)
• CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
• Audiometri nada murni, audiometri tutur
Teknik operasi
• Mastoidektomi dalam:
• Identifikasi aditus ad antrum
• Identifikasi fossa inkudis dan osikel
• Identifikasi kanalis fasialis
• Mengangkat jaringan patologis berupa jaringan granulasi dan kolesteatoma
• Meruntuhkan bridge
• Merendahkan dinding posterior
• Meatoplasti. Suatu flap dasar lateralnya pada konka yang berasal dari posterior dan superior dinding
meatus dan masuk ke dalam kavum mastoid melapisi daerah fasial ridge.Tindakan ini membantu
epitelisasi kavum mastoid. Kartilago konka dapat dilepaskan untuk memperlebar meatus dan
mempermudah melihat dan melakukan tindakan pada kavum timpani.
• Jika kavum mastoid sangat besar dan kolesteatoma bersih, maka dilakukan obliterasi dengan muskulus
temporal atau jaringan lunak, hati-hati pada sisa penyakit (kolesteatoma) yang tertinggal di bawah.
• Menutup luka operasi. Kavum timpani ditutup dengan kain kasa, yang diberi antibiotik atau antiseptik,
dan luka operasi dijahit satu persatu.
• Komplikasi operasi
• Paralisis nervus facialis.
• Perikondritis daun telinga.
• Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
• Labirintitis.
• Kista coklat atau mukus.
• Kolesteatome berulang.
• Terbentuknya jaringan granulasi.
• Perawatan pascabedah
• Perban mastoid (perban melingkari kepala) dibuka keesokan harinya, diganti dengan perban
biasa yang menutup luka operasi dan liang telinga. Perban tersebut dibuka pada hari
kalierikutnya jahitan dibuka pada hari ke 7. Tampon dalam dikeluarkan pada hari ke 10-14,
kecuali terjadi infeksi dapat diganti sebelum hari ke 10.
• Setelah itu, bila dianggap perlu pasien di instruksikan meneteskan obat tetes telinga.
Pemberian antibiotik oral pascaoperasi tergantung tanda-tanda infeksi yang ditemukan waktu
operasi dan lamanya operasi serta keyakinan operator terhadap bersihnya lingkungan tempat
operasi dilakukan.
• Follow-up
• Evaluasi operasi dipantau secara periodik 1mingu pascaoperasi, 2 minggu, 4 minggu, 6
minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Selanjutnya setiap 6 bulan-tahun sekali untuk mencegah
terjadinya debris dan infeksi. Audiometri nada murni dilakukan setelah 2 – 3 bulan
pascaoperasi.
KANALOPLASTI
• Definisi
• Prosedur tindakan untuk memperlebar liang telinga luar yang sempit. Kondisi
liang telinga luar yang sempit tersebut dapat diakibatkan oleh : pertumbuhan
tulang yang tidak normal (anterior overhang atau exostosis) atau jaringan
lunak (jaringan scar), serta untuk mempermudah pemasangan lateral graft
pada proses timpanoplasti.
• Indikasi
• Exostosis
• Osteoma
• Prosedur Timpanoplasti
• Stenosis Liang telinga akibat proses infeksi
• Kontra Indikasi
• Kondisi Liang telinga yang terinfeksi pada saat operasi
• Exostosis dan osteoma yang kecil dan tidak menimbulkan keluhan
• Pemeriksaan Penunjang
• Audiometri Nada Murni
• CT scan Liang telinga luar
• Teknik Operasi
• Insisi dibuat di daerah insisura terminalis (endaural)
• Memasang Retraktor endaural supaya liang telinga luar terdilatasi
• Kulit diinsisi disebelah lateral dari exostosis dan dielevasi ke medial
sampai tampak tonjolan tulang exostosis
• Aluminium shield atau bola kapas diletakkan diantara flap kulit dan
tulang exostosis untuk melindungi kulit pada saat dilakukan
pengeboran
• Setelah exostosis hilang, maka permukaan tulang dihaluskan dengan
bor poles (diamond boor)
• Flap kulit dikembalikan dan difiksasi dengan spongestan, gelfoam
atau tampon pita antibiotika
• Komplikasi
• Cedera saraf Fasialis (VII)
• Kulit Liang telinga luar robek
• Perforasi Membrana telinga
• Perawatan Psaca Operasi
• Perban dan tampon pita dilepas setelah hari ke 7 – 10 pasca operasi
• Berikan antibiotika tetes telinga beberapa hari sampai liang telinga
luar kering
• Tidak boleh berenang selama 2 bulan
MEATOPLASTI
Setelah operasi mastoidektomi dinding runtuh, meatus dan
mastoid menjadi suatu rongga yang lebih besar yang merupakan
area yang dalam, dan sulit untuk dijangkau dimana pembersihan
alami (self cleansing) atau bahkan pembersihan terhadap telinga
pasien di rawat jalan menjadi lebih sulit dibandingkan
sebelumnya. Akumulasi debris epitelial dapat menyebabkan
inflamasi berulang dan bahkan pembentukan kolesteatoma. Pada
suatu penelitian, stenosis meatal pasca operasi mastoidektomi
ditemukan pada 60% rongga mastoid yang bermasalah. Untuk
menghindari hal ini dilakukan meatoplasti dengan memperlebar
meatus sehingga didapat rongga mastoid yang relatif kecil,
dangkal dan mudah diakses. Prosedur ini juga menutup rongga
dengan kulit yang mempercepat penyembuhan. Meatoplasti yang
adekuat diperlukan untuk mendapatkan hasil operasi yang baik.
Definisi : Meatoplasti adalah tindakan untuk memperlebar
meatus sehingga didapat rongga mastoid yang relatif kecil,
dangkal dan mudah diakses
Tahapan Operasi
• Meatoplasti dilakukan setelah mastoidektomi selesai untuk
menyesuaikan ukuran meatus terhadap rongga mastoid
• Rongga mastoid diisi tampon untuk mencegah darah masuk ke rongga
ini
• Menggunakan speculum, konka distabilisasi. Insisi konka dilakukan
pada permukaan anterior dari aurikula. Kulit, kartilago konka dan
jaringan lunak diinsisi dari pertengahan dinding meatus posterior ke
antehelix, parallel terhadap crus helix. Panjang insisi yang diperlukan
tergantung pada ukuran rongga mastoid, semakin besar rongga,
semakin panjang insisi yang diperlukan. Sebagai patokan, telunjuk
harus dapat dilewatkan dengan mudah melalui meatus setelah
kartilago kanka diangkat. Insisi tidak pernah sampai sejauh antehelix.
• Kulit dipegang dengan forsep dan dlakukan diseksi antara kulit dengan
kartilago dibawahnya menggunakan gunting tajam, demikian pula
diseksi dilakukan antara kartilago dengan jaringan dibawahnya.
Setelah cukup luas kartilago yang terekspos, dilakukan pengangkatan
kartilago berbentuk triangular. Luas kartilago yang diangkat tergantung
dari ukuran dan kontur rongga mastoid. Sangat penting
mempreservasi kartilago pada crus helix untuk mempertahankan
bentuk aurikula.
• Bila kartilago yang diangkat belum cukup luas, tambahan kartilago dapat
diambil melalui luka retroaurikula. Aurikula ditekuk keanterior dan
dipegang oleh scrub nurse. Karatilago kemudiang dipotong lagi berbentuk
bulan sabit. Pengangatan kartilago sudah cukup apabila kulit dapat dilipat
kearah medial yang tidak hanya akan mengurangi area dengan
permukaan kasar tapi juga mencegah perikondritis yang disebabkan
terpaparnya ujung kartilago yang direseksi. Untuk dapat lebih jauh
memfasilitasi lipatan medial, jabir kulit dapat ditipiskan dengan
mengangkat sebagian jaringan lunak subkutan.
• Dari luka retoaurikular, jabir kulit meatal dilipat kearah posterior,
kemudian diperkirakan posisi ideal dari rongga mastoid. Jabir ini
kemudia dijahit kearahposterior dan superior ke lapisan
muskuloperiosteal dengan vicryl 3/0. Pastikan bahwa permukaan yang
kasar dari ujung kartilago seluruhnya ditutupi oleh kulit konkal atau
jaringan lunak.
• Setelah menjahit jabir kulit meatal, bagian tengah dari kartilago konkal
akan tertarik posterosuperior dan posteroinferior menyebabkan rotasi
anterior dari seluruh aurikula sehingga aurikula tampak lebih prominen
pasca operasi. Teknik yang dapat dilakukan untuk menghindari maslah
kosmetik ini adalah dengan membuat dua jahitan di bagian yang lebih
lateral dari meatus dan menarik aurikula kea rah posterior.
• Rongga mastoid diisi dengan gelfoam + NaCl fisiologis, biasanya tidak
diperlukan salep. antibiotika. Insisi retroaurikular dijahit dua lapis atau
satu lapis. Umumnya epitelisasi dari rongga mastoid terjadi dalam 8
minggu pasca operasi.
PROSEDUR MIRINGOTOMI
1. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama, Diagnosis, Informed Choice & Informed Consent, Rencana Tindakan, Persiapan
Sebelum Tindakan
2. PROSEDUR MIRINGOTOMI
• Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
• Dapat melihat membran timpani dengan baik dan sebaiknya menggunakan mikroskop
• Tindakan pembersihan liang telinga dengan kapas aplikator dan alkohol 70 %
• Insisi membran timpani yang dapat dilihat dengan baik, kecuali daerah postero-superior,
menggunakan miringotom atau jarum steril
• Hisap sekret yang keluar dari telinga tengah melalui luka insisi dan kultur secret
3. PASCA MIRINGOTOMI
• pemberian antibiotik oral dan topikal
• pemberian analgetik/antinflamasi
• rencana evaluasi 7 hari pasca-miringotomi
PROSEDUR INSISI & DRAINASE ABSES
SUBPERIOSTEAL
1. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama, Diagnosis, Informed Choice & Informed Consent, Rencana Tindakan, Persiapan
Sebelum Tindakan
2. PROSEDUR INSISI ABSES SUBPERIOSTEAL
• Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
• Aseptik dan antiseptik daerah yang akan diinsisi
• Anestesi lokal dengan chlor ethyl spray
• Insisi dengan scalpel no.15 di bagian yang paling fluktuatif sampai daerah subperiosteal
(tegak lurus sampai mencapai bagian tulang)
• Kantong abses dibuka dengan klem hemostat
• Cuci dengan betadine, perhidrol, Na Cl, antibiotikPasang drain hanscoon
• Medikasi setiap hari sampai pus kering
3. POST INSISI ABSES SUBPERIOSTEAL
• pemberian antibiotik intravena, pemberian analgetik/antinflamasi dan evaluasi setiap hari
sampai pus (-)
PROSEDUR TIMPANOMASTOIDEKTOMI
1. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama, Diagnosis, Informed Choice & Informed Consent, Rencana Tindakan, Persiapan
Sebelum Tindakan
3. PROSEDUR OPERASI
• Pasien diberi injeksi antibiotik profilaksis 1 hari sebelum operasi
• Tindakan dilakukan di dalam anestesi umum
• Infiltrasi pada ke empat kuadran liang telinga dan retroauricular dengan epinephrine 1: 100.000
• Lakukan insisi retroauricular sampai ditemukan fascia profunda m. temporalis
• Luka insisi dijahit
• Tepi perforasi membran timpani dilukai dengan pick
• Lakukan insisi sirkuler pada kulit liang telinga sekitar 3-5 m dari membran timpani
PROSEDUR TIMPANOPLASTI TIPE I
3. PROSEDUR OPERASI
• Lakukan elevasi annulus timpanikus bagian posterior
• Kavum timpani ditutup dengan spongostan
• Tandur fascia m. temporalis dipasang secara underlay
• Annulus timpani dikembalikan seperti semula
• Tutup dengan spongostan
• Pasang tampon softratul