Anda di halaman 1dari 67

Modul inflamasi telinga

tengah
Radang telinga tengah

• Disebut dengan otitis media


• Inflamasi/ peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah
• Otitis media supuratif dan otitis media non supuratif
• Berdasarkan waktu, Otitis media akut dan kronis
• OMA (Oklusi, Hiperemis, Supuratif, perforasi, dan resolusi
• Bisa berlanjut menjadi OME atau OMSK
• OMSK terbagi menjadi OMSK tanpa koleteatom (mukosa/jinak/aman) dan
OMSK dengan Kolesteatom (Tulang/Bahaya)
• Kompikasi OMSK Intra temporal : mastoiditis, petrositis, labirinitis, paresis
fasialis, fistula labirin
• Komplikasi OMSK intra kranial : abses ekstradural, thrombophlebitis sinus
sigmoid, abses otak, hidrosefalus otikus, meningitis, dan abses subdural
• Landmark mastoidektomi superficialis : Linea temporalis, Spine of henle dan dinding posterior
CAE
• Landmark Timpanotomi posterior : Nervus fasialis pars mastoidea, Chorda timpani dan incus
buttress
• Mekanisme Proteksi telinga tengah : tuba eustachius dan m. Stapedius
OMSK
OTITIS MEDIA KRONIK
• Peradangan mukosa telinga tengah disertai
keluar cairan dari telinga tengah melalui
perforasi membran timpani
• Cairan mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah
• Cairan keluar dapat terus-menerus atau hilang
timbul
• Congek=kopok=toher=curek
DIAGNOSIS OMK
• Riwayat otore kronis lebih dari 2 bulan
• Otore bisa terus menerus atau hilang timbul
(intermittent)
• Otoskopi: perforasi membran timpani
• Audiometri nada murni:
– Tuli konduktif
– Tuli campur
– Tuli saraf
DIAGNOSIS OMK
• Pemeriksaan rontgen mastoid posisi Schuller
bukan pemeriksaan rutin, kalau dilakukan akan
dapat menilai tingkat perkembangan
pneumatisasi mastoid dan dapat
menggambarkan perluasan penyakit
• CT scan high resolution
• Pemeriksaan mikrobiologi sekret telinga, apabila
dapat dilakukan akan sangat membantu
menentukan antibiotik yang sesuai, tetapi
pengobatan dengan antibiotik lini pertama tidak
harus menunggu hasil pemeriksaan ini
JENIS OMK

• OMK TANPA KOLESTEATOME (TIPE


JINAK/MUKOSA)

• OMK DENGAN KOLESTATOME (TIPE


BAHAYA/TULANG)
Tanpa kolesteatome Dengan kolesteatome
OMK dengan Kolesteatome
• Perforasi di atik atau marginal
• Bau sekret khas
• Destruksi tulang
• Komplikasi:
– Intratemporal:
• Mastoiditis, petrositis, labirinitis, paresis fasialis, fistula
labirin
– Intrakranial
• Abses ekstradural, thrombophlebitis sinus sigmoid,
abses otak, hidrosefalus otikus, meningitis, abses
subdural
PENGOBATAN
• OMK tanpa Kolesteatome
– Konservatif
– operatif
• OMK dengan Kolesteatome
– Operatif

Tujuan pengobatan:
Mengeradikasi infeksi
Mencegah komplikasi
Memperbaiki pendengaran
Secara Umum
• Pengobatan OMK tetap harus melihat keadaan
kasus per-kasus
• Harus diusahakan drainase sekret secara
optimal
• Penampilan sekret yang keluar:
– Berwarna hijau kebiruan  Pseudomonas
– Kuning pekat  Staphylococcus
– Berbau busuk sering kali mengandung golongan
anaerob
► Operasi

► Tujuan:

 Eradikasi infeksi  telinga kering


 Mencegah komplikasi
 Dengan/ tanpa rekonstruksi pendengaran

Yang mempengaruhi rekurensi:


Sifat kolesteatoma (anak, dewasa)
Operasi  hasil operasi
Teknik, operator, fasilitas
KOMPLIKASI OMK
• Ketulian
• Kelumpuhan saraf wajah
• Infeksi otak  7.5%
– Meningitis
– Ensefalitis
– Hidrosefalus
– Trombosis sinus lateralis
• Kematian (akibat OMK dengan Kolesteatome)
Otore kronis

Otoskopi

MT utuh MT perforasi

OMSK

Onset, progresifitas,
predisposisi, penyakit
sistemik, fokus infeksi,
riwayat pengobatan

Komplikasi - Komplikasi +
kolesteatom - kolesteatom
(OMSK benigna) +
(OMSK bahaya)
OE difus
Otomikosis
Dermatitis eksim Lihat Lihat
OE maligna Lihat
algoritma 1 algoritma 2 algoritma 3
Miringitis granulomatosa
Algoritma kolesteatom -
(OMSK benigna)
1

OMSK OMSK aktif


Stimulasi tenang Cuci telinga, Antib. Topikal,
epitelialisasi Antibiotik sist.
tepi perforasi
Otore menetap
Perforasi Perforasi
menutup > 1 minggu Antib.
menetap Berdasarkan
PemeriksaanMO
Ro. Mastoid
Tuli (Schuller x-ray)
konduk Tuli Menetap > 3 bulan
Audiogram
tif - konduktif +

Ideal: timpanoplasti dengan atau


tanpa mastoidektomi Ideal: mastoidektomi+ timpanoplasti
Algoritma 2
kolesteatoma +
(OMSK bahaya)

•OMSK tipe bahaya bersifat progresif,


Pilihan
• kolesteatom yang semakin luas akan
mendestruksi tulang yang dilewatinya. •Atikotomi anterior
•Timpanoplasti dinding utuh (Canal wall up
•Infeksi sekunder akan menyebabkan tympanoplasty)
keadaan septik lokal dan •Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall
down tympanoplasty)
•nekrosis septik di jaringan lunak yang
dilalui kolesteatom dan di jaringan •Atticoantroplasti
sekitarnya juga menyebabkan destruksi •Dan sebagainya
jaringan lunak yang mengancam akan
terjadinya komplikasi-komplikasi.
•Satu-satunya cara pengobatan adalah
bedah
Algoritma 3
OMSK +KOMPLIKASI

INTRA INTRA
KRANIAL TEMPORAL

•Abses ekstra dura


•Abses subperiosteal
•Abses subdura
•Paresis fasial
•Tromboflebitis sinus lateral
•Labirinitis
•Meningitis
•Petrositis
•Abses otak
•Meningitis otikus
Lihat algoritma 5
Lihat algoritma 4
PROTOKOL PENATALAKSANAAN PASIEN OMSK DENGAN
Algoritma KECURIGAAN KOMPLIKASI INTRA KRANIAL 16
Rawat inap
4 Periksa sekret telinga
Antibiotik dosis tinggi intravena 7-15 hari, obat ajuvan
Konsul spesialis saraf/saraf anak
CT scan+kontras

CT scan tidak dapat dilakukan


Abses intrakranial
Hidrosefalus otitik - Abses intrakranial
Hidrosefalus otitik
+ Pengobatan medikamentosa bersama
spesialis Bedah Saraf

Keadaan Keadaan Konsul


Umum Umum Bedah Saraf KU Mastoidekto- KU Mastoidekto-
baik buruk baik mi dalam buruk mi dalam
bius umum bius lokal
Mastoidekto- Pertimbangkan
mi dalam mastoidektomi Bedah Saraf tidak operasi
bius umum dalam bius
lokal
Medikamentosa 1-2 bln, monitor
Bedah Saraf: operasi perkembangan komplikasi
dengan CT scan tiap 1 – 2 minggu

KU baik KU buruk
Mastoidektomi Mastoidekto- Pertimbangkan
bersama bedah Mastoidektomi mi dalam mastoidektomi
saraf kemudian bius umum dalam bius
lokal
Pengobatan OMSK dengan sangkaan
komplikasi intrakranial

• Ampicillin I.V. 200-400 mg. / Kg. /hari


• Chloramphenicol I.V. 4x 1-1.5 g / hari (dewasa)
• Metronidazol 3x 500 mg. /hari (prn)
• Gentamycin 3-5 mg / kg BB / hari dalam 3
dosisi bila kuman penyebabnya P. aeruginosa.
• Kortikosteroid, diamox, mannitol, antituberkulosis bila
dianjurkan oleh bagian Kesehatan Anak atau Bagian
Penyakit Dalam.
• Sulfametoxazole + trimetoprim menggantikan ampicillin
pada kasus alergi penisilin.
• Sefalosporin generasi ke 3 menggantikan ampisilin dan
chloramphenikol bila demam menetap.
Komplikasi Intra Temporal

N. VII Labirinitis Petrositis Tromboflebitis


Abses sinus lateral
subperiosteal Fistel labirin

Antibiotik dosis Antibiotik dosis CT scan CT scan


tinggi + tinggi +
mastoidektomi + mastoidektomi
Dekompresi saraf
Antibiotik dosis Antibiotik dosis
tinggi + tinggi +
Antibiotik dosis mastoidektomi + mastoidektomi
tinggi + Petrosektomi
mastoidektomi

Pemilihan antibiotik idealnya


berdasarkan pemeriksaan mikrobiologik
dan tes sensitifitas kuman
Timpanomastoidektomi
• Definisi
• Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy) adalah
tindakan membuka korteks mastoid dari arah permukaan
luarnya, membuang jaringan patologis seperti tulang yang
nekrotik atau jaringan lunak serta jaringan granulasi.
• Ruang Lingkup
• Terdapat OMSK yaitu radang kronis telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari
telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau
hilang timbul. Juga dapat dilakukan pada eksplorasi kasus
mastoiditis koalesen yang tidak memberikan respons baik
dengan terapi konservatif.
Indikasi Operasi
• OMSK tipe aman, dengan perforasi menetap lebih dari 3 bulan
dengan keadaan keluar cairan berulang dan gangguan pendengaran
• Mastoiditis koalesen
• Abses subperiosteal retroaurikular
• Kontra Indikasi Operasi
• Pada only hearing ear
• Pada telinga yang secara signifikan lebih baik sedang
pendengaran kontralateral tidak dapat ditolong dengan alat
bantu dengar.
• Pasien dengan risiko apabila dilakukan pembedahan
• Keadaan yang tidak memungkinkan dilakukan perawatan
pascaoperasi dengan baik
• Otitis eksterna maligna
• Tumor telinga
Pemeriksaan Penunjang
• Audiometri nada murni, dapat disertai audiometri tutur
• Foto mastoid (Schuller)
• CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
• Kultur dan tes sensitivitas sekret telinga
Teknik Operasi
• Digunakan anestesi umum. Dapat dilakukan dengan anestesi lokal jika
anestesi umum dikontraindikasikan.
• Dapat dilakukan insisi endaural. Insisi retroaurikular memberikan
pemaparan yang lebih baik.
• Mastoidektomi superfisialis:
Bor korteks mastoid dengan landmark segitiga Mc Ewen, dengan
mengidentifikasi dinding posterior liang telinga, linea temporalis dan
spina Henle. Identifikasi tegmen timpani, tegmen mastoid, sinus
sigmoid dan kanalis semisirkulatis lateralis
Mastoidektomi dalam
• Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid angle dan
N. Fasialis pars vertikal. Bila ada jaringan patologis/
jaringan granulasi dibersihkan
• Identifikasi inkus, inkudimaleolar join dan maleus serta
periksa mobilitas osikel dan patensi aditus ad antrum. Bila
perlu dilakukan timpanotomi posterior.
• Pasang tandur yang sudah disiapkan dengan salah satu
teknik pemasangan graft (inlay, underlay, overlay, inlay-
underlay), sesuai dengan tipe timpanoplasti yang
dilakukan
• Diletakkan tampon liang telinga yang sudah dilapisi oleh
salep antibiotik, yang terdiri atas tampon dalam dan
tampon luar.
• Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
• Bila perlu dipasang pipa salir di daerah insisi
Komplikasi
• Paralisis fasial
• Cedera sinus (sinus sigmoid, sinus petrosal superior
dan bulbus jugularis)
• Cedera dura
• Subluksasi inkus
• Ekstraksi inkus
• Tuli nada tinggi traumatik
• Anakusis
• Stenosis meatal
• Fiksasi tulang maleus dan inkus
Perawatan Poscaoperasi
• Verban mastoid diganti setiap hari
• Drain dilepas apabila sudah tidak ada darah
• Pemberian antibiotik sesuai kultur dan tes resistensi
hingga
• Pasien meninggalkan rumah sakit segera setelah drain
dilepas.
• Jahitan dibuka pada hari ke 6-7 atau setelah luka
operasi kering
• Tampon dalam dikeluarkan setelah 1-2 minggu
TIMPANOPLASTI
• Istilah timpanoplasti pertama kali digunakan oleh Wullstein pada
tahun 1953 untuk tindakan operasi rekonstruksi pendengaran telinga
tengah yang mengalami kerusakan akibat infeksi telinga kronis.
• Timpanoplasti adalah prosedur operasi memperbaiki sistem konduksi
suara dengan atau tanpa penaduran mrmbran timpani.
Timpanoplasti dibagi menjadi 5 yaitu:
• Timpanoplasti tipe 1 adalah memperbaiki membran
timpani dengan kondisi tulang pendengaran normal.
Disebut juga dengan miringoplasti
• Timpanoplasti tipe 2 adalah rekonstruksi membran
timpani pada keadaan tanpa handle maleus, graft
diletakkan pada sisa maleus dan long process of the
incus
• Timpanoplasti tipe 3 adalah rekonstruksi membran
timpani keadaan maleus dan inkus tidak ada, graft
diletakkan pada stapes yang intak dan mobile
• Timpanoplasti tipe 4 adalah graft diletakkan diatas
stapes footplate
• Timpanoplasti tipe 5 dilakukan fenestra canalis
semisirkularis lateral karena stapes terfiksasi
Mastoidektomi Modifikasi
• Definisi
• Modifikasi dari mastoidektomi radikal dengan mempertahankan
pendengaran yang masih tersisa

• Indikasi
• Kolesteatoma dengan otore yang kronis atau berulang dimana
fungsi koklea yang tersisa adalah hal yang dipertimbangkan dari
timpanoplasti masa depan dan ketika exteriorisasi kolesteatoma
diinginkan. Pada kasus-kasus dengan kolesteatoma pada atik,
antrum atau prosesus mastoid.

• Anestesi
• Biasanya dilakukan dengan anestesi umum. Anestesi lokal bisa
dilakukan pada kasus-kasus yang tidak memungkinkan pasien
dibius.
Teknik operasi
• Insisi postaural atau endaural
• Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid. Daerah mastoid mulai dari
pangkal posterior tulang zigoma sampai ke belakang sudut suprameatal dan diatas
linea temporalis sampai ke bagian bawah tip mastoid dibuka dengan cara
mengelevasi periosteum dan meretraksi luka insisi.
• Mengangkat tulang dan membuka atik dan antrum. Dengan bantuan bor tulang
diangkat dari daerah sudut supra meatal, spine of henle, pangkal tulang zigoma
sampai ke bagian atas dinding anterior meatus, bagian atas dinding superior meatus
juga diruntuhkan. Tindakan ini akan memaparkan daerah antrum dan atik.
Kemudian dilakukan identifikasi daerah tegmen mastoid dan kanalis semi sirkularis.
• Angkat jaringan patologis. Kolesteatoma, granulasi dan mukosa yang tidak sehat
diangkat. Inkus dan kepala dari maleus perlu untuk diangkat apabila kolesteatoma
meluas ke arah medial, tetapi sedapat mungkin dipertahankan.
• Facial ridge direndahkan
• Kavum mastoid dihaluskan dengan bor pemoles, kemudian irigasi dengan normal
saline.
• Rekonstruksi mekanisme pendengaran. Pars tensa dari membran timpani dan telinga
tengah apabila sehat, dibiarkan/tidak diganggu. Bila penyakit meluas ke telinga
tengah, hanya jaringan ireversibel yang dibuang. Rekonstruksi dari membran timpani
atau rantai osikel, apabila rusak dapat dilakukan (mastoidektomi dengan
timpanoplasti)
• Meatoplasti dan penutupan luka operasi sama pada mastoidektomi radikal.
• Komplikasi operasi
• Cedera nervus fasialis.
• Perikondritis daun telinga.
• Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
• Labirintitis
• Trauma telinga dalam
• Pemeriksaan penunjang
• Kultur dan tes resistensi
• Rontgen Mastoid
• CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
• Audiometri nada murni, dapat disertai audiometri tutur
Perawatan pascabedah
• Perban mastoid (perban melingkari kepala) dibuka keesokan harinya,
diganti dengan perban biasa yang menutup luka operasi dan liang
telinga. Perban tersebut dibuka pada hari ke 7 sekaligus buka jahitan
kulit. Tampon liang telinga bagian luar sebaiknya diangkat sekalian,
tampon liang telinga dalam diangkat pada minggu ke 2.
• Setelah itu, bila dianggap perlu pasien diinstruksikan meneteskan
obat tetes telinga pada malam hari. Pemberian antibiotik oral pasca
operasi tergantung tanda-tanda infeksi yang ditemukan waktu operasi
dan lamanya operasi serta keyakinan operator terhadap bersihnya
lingkungan tempat operasi dilakukan
Follow-up
• Evaluasi operasi dipantau secara periodik 1mingu pascaoperasi, 2
minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Selanjutnya
setiap 6 bulan-tahun sekali untuk mencegah terjadinya debris dan
infeksi. Audiometri nada murni dilakukan setelah 2 – 3 bulan
pascaoperasi.
Mastoidektomi Radikal
• Definisi
• Tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga
mastoid, meruntuhkan seluruh dinding belakang liang
telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai
drainase ke kavum timpani yaitu membersihkan total sel-
sel mastoid disudut sinodural, didaerah segitiga Trautmann,
disekitar kanalis facialis, disekitar liang telinga yaitu di
prosesus zigomatikus, juga di prosesus mastoideus sampai
ke ujung mastoid. Kemudian membuang inkus dan maleus,
hanya stapes atau sisa yang dipertahankan, sehigga
terbentuk kavitas operasi yang merupakan gabungan
rongga mastoid, kavum timpani dan liang telinga.
• Indikasi
• OMSK dengan kolesteatoma
• Tumor telinga

• Kontraindikasi
• Otitis media kronik tanpa kolesteatom.
• Otitis media akut dengan mastoiditis.
• Otitis media tuberculosis.
• Otitis media sekretori persistent atau otitis media alergi kronik.

• Pemeriksaan penunjang
• Kultur dan tes resistensi
• Rontgen Mastoid (Schuller)
• CT scan temporal (jika perlu dan memungkinkan)
• Audiometri nada murni, audiometri tutur
Teknik operasi

• Dilakukan insisi postaural atau endaural


• Retraksi jaringan lunak dan memaparkan daerah mastoid. Daerah mastoid mulai dari pangkal posterior
tulang zigoma sampai ke belakang sudut suprameatal dan diatas linea temporalis sampai ke bagian
bawah tip mastoid dibuka dengan cara mengelevasi perios
• Mastoidektomi superfisialis:
• Identifikasi tegmen timpani dan tegmen mastoid
• Identifikasi sinus sigmoid
• Identifikasi kanalis semisirkularis

• Mastoidektomi dalam:
• Identifikasi aditus ad antrum
• Identifikasi fossa inkudis dan osikel
• Identifikasi kanalis fasialis
• Mengangkat jaringan patologis berupa jaringan granulasi dan kolesteatoma
• Meruntuhkan bridge
• Merendahkan dinding posterior

• Meatoplasti. Suatu flap dasar lateralnya pada konka yang berasal dari posterior dan superior dinding
meatus dan masuk ke dalam kavum mastoid melapisi daerah fasial ridge.Tindakan ini membantu
epitelisasi kavum mastoid. Kartilago konka dapat dilepaskan untuk memperlebar meatus dan
mempermudah melihat dan melakukan tindakan pada kavum timpani.
• Jika kavum mastoid sangat besar dan kolesteatoma bersih, maka dilakukan obliterasi dengan muskulus
temporal atau jaringan lunak, hati-hati pada sisa penyakit (kolesteatoma) yang tertinggal di bawah.
• Menutup luka operasi. Kavum timpani ditutup dengan kain kasa, yang diberi antibiotik atau antiseptik,
dan luka operasi dijahit satu persatu.
• Komplikasi operasi
• Paralisis nervus facialis.
• Perikondritis daun telinga.
• Kebocoran dura atau sinus sigmoid.
• Labirintitis.
• Kista coklat atau mukus.
• Kolesteatome berulang.
• Terbentuknya jaringan granulasi.
• Perawatan pascabedah
• Perban mastoid (perban melingkari kepala) dibuka keesokan harinya, diganti dengan perban
biasa yang menutup luka operasi dan liang telinga. Perban tersebut dibuka pada hari
kalierikutnya jahitan dibuka pada hari ke 7. Tampon dalam dikeluarkan pada hari ke 10-14,
kecuali terjadi infeksi dapat diganti sebelum hari ke 10.
• Setelah itu, bila dianggap perlu pasien di instruksikan meneteskan obat tetes telinga.
Pemberian antibiotik oral pascaoperasi tergantung tanda-tanda infeksi yang ditemukan waktu
operasi dan lamanya operasi serta keyakinan operator terhadap bersihnya lingkungan tempat
operasi dilakukan.
• Follow-up
• Evaluasi operasi dipantau secara periodik 1mingu pascaoperasi, 2 minggu, 4 minggu, 6
minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Selanjutnya setiap 6 bulan-tahun sekali untuk mencegah
terjadinya debris dan infeksi. Audiometri nada murni dilakukan setelah 2 – 3 bulan
pascaoperasi.
KANALOPLASTI
• Definisi
• Prosedur tindakan untuk memperlebar liang telinga luar yang sempit. Kondisi
liang telinga luar yang sempit tersebut dapat diakibatkan oleh : pertumbuhan
tulang yang tidak normal (anterior overhang atau exostosis) atau jaringan
lunak (jaringan scar), serta untuk mempermudah pemasangan lateral graft
pada proses timpanoplasti.

• Indikasi
• Exostosis
• Osteoma
• Prosedur Timpanoplasti
• Stenosis Liang telinga akibat proses infeksi
• Kontra Indikasi
• Kondisi Liang telinga yang terinfeksi pada saat operasi
• Exostosis dan osteoma yang kecil dan tidak menimbulkan keluhan
• Pemeriksaan Penunjang
• Audiometri Nada Murni
• CT scan Liang telinga luar
• Teknik Operasi
• Insisi dibuat di daerah insisura terminalis (endaural)
• Memasang Retraktor endaural supaya liang telinga luar terdilatasi
• Kulit diinsisi disebelah lateral dari exostosis dan dielevasi ke medial
sampai tampak tonjolan tulang exostosis
• Aluminium shield atau bola kapas diletakkan diantara flap kulit dan
tulang exostosis untuk melindungi kulit pada saat dilakukan
pengeboran
• Setelah exostosis hilang, maka permukaan tulang dihaluskan dengan
bor poles (diamond boor)
• Flap kulit dikembalikan dan difiksasi dengan spongestan, gelfoam
atau tampon pita antibiotika
• Komplikasi
• Cedera saraf Fasialis (VII)
• Kulit Liang telinga luar robek
• Perforasi Membrana telinga
• Perawatan Psaca Operasi
• Perban dan tampon pita dilepas setelah hari ke 7 – 10 pasca operasi
• Berikan antibiotika tetes telinga beberapa hari sampai liang telinga
luar kering
• Tidak boleh berenang selama 2 bulan
MEATOPLASTI
Setelah operasi mastoidektomi dinding runtuh, meatus dan
mastoid menjadi suatu rongga yang lebih besar yang merupakan
area yang dalam, dan sulit untuk dijangkau dimana pembersihan
alami (self cleansing) atau bahkan pembersihan terhadap telinga
pasien di rawat jalan menjadi lebih sulit dibandingkan
sebelumnya. Akumulasi debris epitelial dapat menyebabkan
inflamasi berulang dan bahkan pembentukan kolesteatoma. Pada
suatu penelitian, stenosis meatal pasca operasi mastoidektomi
ditemukan pada 60% rongga mastoid yang bermasalah. Untuk
menghindari hal ini dilakukan meatoplasti dengan memperlebar
meatus sehingga didapat rongga mastoid yang relatif kecil,
dangkal dan mudah diakses. Prosedur ini juga menutup rongga
dengan kulit yang mempercepat penyembuhan. Meatoplasti yang
adekuat diperlukan untuk mendapatkan hasil operasi yang baik.
Definisi : Meatoplasti adalah tindakan untuk memperlebar
meatus sehingga didapat rongga mastoid yang relatif kecil,
dangkal dan mudah diakses
Tahapan Operasi
• Meatoplasti dilakukan setelah mastoidektomi selesai untuk
menyesuaikan ukuran meatus terhadap rongga mastoid
• Rongga mastoid diisi tampon untuk mencegah darah masuk ke rongga
ini
• Menggunakan speculum, konka distabilisasi. Insisi konka dilakukan
pada permukaan anterior dari aurikula. Kulit, kartilago konka dan
jaringan lunak diinsisi dari pertengahan dinding meatus posterior ke
antehelix, parallel terhadap crus helix. Panjang insisi yang diperlukan
tergantung pada ukuran rongga mastoid, semakin besar rongga,
semakin panjang insisi yang diperlukan. Sebagai patokan, telunjuk
harus dapat dilewatkan dengan mudah melalui meatus setelah
kartilago kanka diangkat. Insisi tidak pernah sampai sejauh antehelix.
• Kulit dipegang dengan forsep dan dlakukan diseksi antara kulit dengan
kartilago dibawahnya menggunakan gunting tajam, demikian pula
diseksi dilakukan antara kartilago dengan jaringan dibawahnya.
Setelah cukup luas kartilago yang terekspos, dilakukan pengangkatan
kartilago berbentuk triangular. Luas kartilago yang diangkat tergantung
dari ukuran dan kontur rongga mastoid. Sangat penting
mempreservasi kartilago pada crus helix untuk mempertahankan
bentuk aurikula.
• Bila kartilago yang diangkat belum cukup luas, tambahan kartilago dapat
diambil melalui luka retroaurikula. Aurikula ditekuk keanterior dan
dipegang oleh scrub nurse. Karatilago kemudiang dipotong lagi berbentuk
bulan sabit. Pengangatan kartilago sudah cukup apabila kulit dapat dilipat
kearah medial yang tidak hanya akan mengurangi area dengan
permukaan kasar tapi juga mencegah perikondritis yang disebabkan
terpaparnya ujung kartilago yang direseksi. Untuk dapat lebih jauh
memfasilitasi lipatan medial, jabir kulit dapat ditipiskan dengan
mengangkat sebagian jaringan lunak subkutan.
• Dari luka retoaurikular, jabir kulit meatal dilipat kearah posterior,
kemudian diperkirakan posisi ideal dari rongga mastoid. Jabir ini
kemudia dijahit kearahposterior dan superior ke lapisan
muskuloperiosteal dengan vicryl 3/0. Pastikan bahwa permukaan yang
kasar dari ujung kartilago seluruhnya ditutupi oleh kulit konkal atau
jaringan lunak.
• Setelah menjahit jabir kulit meatal, bagian tengah dari kartilago konkal
akan tertarik posterosuperior dan posteroinferior menyebabkan rotasi
anterior dari seluruh aurikula sehingga aurikula tampak lebih prominen
pasca operasi. Teknik yang dapat dilakukan untuk menghindari maslah
kosmetik ini adalah dengan membuat dua jahitan di bagian yang lebih
lateral dari meatus dan menarik aurikula kea rah posterior.
• Rongga mastoid diisi dengan gelfoam + NaCl fisiologis, biasanya tidak
diperlukan salep. antibiotika. Insisi retroaurikular dijahit dua lapis atau
satu lapis. Umumnya epitelisasi dari rongga mastoid terjadi dalam 8
minggu pasca operasi.
PROSEDUR MIRINGOTOMI
1. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama, Diagnosis, Informed Choice & Informed Consent, Rencana Tindakan, Persiapan
Sebelum Tindakan
2. PROSEDUR MIRINGOTOMI
• Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
• Dapat melihat membran timpani dengan baik dan sebaiknya menggunakan mikroskop
• Tindakan pembersihan liang telinga dengan kapas aplikator dan alkohol 70 %
• Insisi membran timpani yang dapat dilihat dengan baik, kecuali daerah postero-superior,
menggunakan miringotom atau jarum steril
• Hisap sekret yang keluar dari telinga tengah melalui luka insisi dan kultur secret
3. PASCA MIRINGOTOMI
• pemberian antibiotik oral dan topikal
• pemberian analgetik/antinflamasi
• rencana evaluasi 7 hari pasca-miringotomi
PROSEDUR INSISI & DRAINASE ABSES
SUBPERIOSTEAL
1. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama, Diagnosis, Informed Choice & Informed Consent, Rencana Tindakan, Persiapan
Sebelum Tindakan
2. PROSEDUR INSISI ABSES SUBPERIOSTEAL
• Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
• Aseptik dan antiseptik daerah yang akan diinsisi
• Anestesi lokal dengan chlor ethyl spray
• Insisi dengan scalpel no.15 di bagian yang paling fluktuatif sampai daerah subperiosteal
(tegak lurus sampai mencapai bagian tulang)
• Kantong abses dibuka dengan klem hemostat
• Cuci dengan betadine, perhidrol, Na Cl, antibiotikPasang drain hanscoon
• Medikasi setiap hari sampai pus kering
3. POST INSISI ABSES SUBPERIOSTEAL
• pemberian antibiotik intravena, pemberian analgetik/antinflamasi dan evaluasi setiap hari
sampai pus (-)
PROSEDUR TIMPANOMASTOIDEKTOMI
1. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama, Diagnosis, Informed Choice & Informed Consent, Rencana Tindakan, Persiapan
Sebelum Tindakan

2. PERSIAPAN PROSEDUR TIMPANOMASTOIDEKTOMI


• Pemberian antibiotika preoperatif, secara injeksi
• Menyiapkan mikroskop dan alat-alat yang akan digunakan
• Cuci tangan, memakai baju operasi dan handscoon
• tindakan a dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya dengan menggunakan
povidon iodine atau antiseptik lainnya
• pasang kain penutup operasi steril pada pasien, kecuali di area operasi
• Posisi pasien: terlentang, kepala miring ke arah berlawanan dengan sisi telinga yang
dioperasi
PROSEDUR TIMPANOMASTOIDEKTOMI
3. PROSEDUR OPERASI
• Operasi dilakukan dalam narcosis
• Pada daerah operasi yang akan diinsisi dilakukan suntikan dengan larutan
Xylocaine 1% dengan epinefrin 1 : 100.000., untuk memisahkan periosteum
• Dilakukan insisi retroaurikular 3-5 mm dari sulkus atau pada batas kulit rambut
daerah retroaurikular, mulai dari kulit, subkutis, hingga periosteum, mulai dari
setinggi linea temporalis sampai mendekati ujung mastoid
• Dilakukan pengambilan tandur fasia muskulus temporalis atau perikondrium
tragus
• Mastoidektomi superfisialis:
• Bor korteks mastoid dengan landmark segitiga Mc Ewen, dengan mengidentifikasi dinding
posterior liang telinga, linea temporalis dan spina Henle. Identifikasi tegmen timpani,
tegmen mastoid, sinus sigmoid dan kanalis semisirkulatis lateralis.
PROSEDUR TIMPANOMASTOIDEKTOMI
3. PROSEDUR OPERASI
• Mastoidektomi dalam
• Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid angle dan N. Fasialis pars vertikal. Bila ada
jaringan patologis/ jaringan granulasi dibersihkan
• Identifikasi inkus, inkudimaleolar join dan maleus serta periksa mobilitas osikel dan patensi
aditus ad antrum. Bila perlu dilakukan timpanotomi posteriorPasang tandur yang sudah
disiapkan dengan salah satu teknik pemasangan graft (inlay, underlay, overlay, inlay-
underlay), sesuai dengan tipe timpanoplasti
• Diletakkan tampon liang telinga yang sudah dilapisi oleh salep antibiotic
• Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
• Bila perlu dipasang pipa salir di daerah insisi

PascaOperasi : pemberian antibiotika , pemberian analgetik/atiinflamasi, evaluasi pascaoperasi berupa


adanya: perdarahan, paresis N.fasialis dan gangguan pendengaran sensorineurineural, rencana pasien
dipulangkan 2 hari pascaoperasi, tampon luar dikeluarkan 1 minggu pascaoperasi dan tampon dalam 2
minggu pascaoperasi
PROSEDUR MASTOIDEKTOMI RADIKAL
1. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama, Diagnosis, Informed Choice & Informed Consent, Rencana Tindakan, Persiapan
Sebelum Tindakan

2. PERSIAPAN PROSEDUR TIMPANOMASTOIDEKTOMI


• Pemberian antibiotika preoperatif, secara injeksi
• Menyiapkan mikroskop dan alat-alat yang akan digunakan
• Cuci tangan, memakai baju operasi dan handscoon
• tindakan a dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya dengan menggunakan
povidon iodine atau antiseptik lainnya
• pasang kain penutup operasi steril pada pasien, kecuali di area operasi
• Posisi pasien: terlentang, kepala miring ke arah berlawanan dengan sisi telinga yang
dioperasi
PROSEDUR MASTOIDEKTOMI RADIKAL
3. PROSEDUR OPERASI MASTOIDEKTOMI RADIKAL
Pada daerah operasi yang akan diinsisi dilakukan suntikan dengan larutan
Xylocaine 1% dengan epinefrin 1 : 100.000., untuk memisahkan periosteum
dengan korteks mastoid.
Dilakukan insisi retroaurikular 5-10 mm dari sulkus atau pada batas kulit rambut
daerah retroaurikular, mulai dari kulit, subkutis, hingga periosteum.
• Dilakukan pengambilan tandur fasia muskulus temporalis atau perikondrium
tragus
• Mastoidektomi superfisialis:
• Bor korteks mastoid dengan landmark segitiga Mc Ewen, dengan mengidentifikasi dinding
posterior liang telinga, linea temporalis dan spina Henle. Identifikasi tegmen timpani,
tegmen mastoid, sinus sigmoid dan kanalis semisirkulatis lateralis.
PROSEDUR MASTOIDEKTOMI RADIKAL
3. PROSEDUR OPERASI
• Mastoidektomi dalam
• Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid angle dan N. Fasialis pars vertikal. Bila ada jaringan
patologis/ jaringan granulasi dibersihkan
• Identifikasi osikel (jika masih ada)
• Bridge diruntuhkan dan dinding posterior direndahkan hingga setinggi fasial ridge
• Kavitas operasi dibersihkan
• Dilakukan meatoplasti
• Jaringan kolesteatoma dibersihkan sebersih mungkin dan apabila kavitas bersih dari jaringan
patologis (kolesteatoma), dipasang tandur fasia temporalis menutupi kavitas operasi
• Diletakkan tampon yang sudah dilapisi dengan salep antibiotik untuk menutup kavitas operasi.
• Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
PascaOperasi : pemberian antibiotika , pemberian analgetik/atiinflamasi, evaluasi pascaoperasi berupa adanya:
perdarahan, paresis N.fasialis dan gangguan pendengaran sensorineurineural, rencana pasien dipulangkan 2 hari
pascaoperasi, tampon luar dikeluarkan 1 minggu pascaoperasi dan tampon dalam 2 minggu pascaoperasi
PROSEDUR MEATOPLASTI
• setelah mastoidektomi selesai, isi mastoid dengan tampon untuk mencegah darah masuk ke rongga
ini
• Menggunakan speculum, konka distabilisasi
• Insisi konka dilakukan pada permukaan anterior dari aurikula.Kulit, kartilago konka dan jaringan lunak
diinsisi dari pertengahan dinding meatus posterior ke antehelix, parallel terhadap crus helix. Panjang
insisi sesuai dengan ukuran rongga mastoid
• Kulit dibagian superior insisi dipegang dengan forsep dan dlakukan diseksi antara kulit dengan
kartilago dibawahnya menggunakan gunting tajam, demikian pula diseksi dilakukan antara kartilago
dengan jaringan dibawahnya. Hal yang sama dilakukan dikulit bagian inferior ari insisi. Setelah cukup
luas kartilago yang terekspos, dilakukan pengangkatan kartilago berbentuk triangular pada kedua sisi.
• Bila kartilago yang diangkat belum cukup luas, tambahan kartilago dapat diambil melalui luka
retroaurikula. Karatilago kemudiang dipotong lagi berbentuk bulan sabit. Pengangatan kartilago sudah
cukup apabila kulit dapat dilipat kearah medial
• Dari luka retoaurikular, jabir kulit meatal dilipat kearah posterior, kemudian diperkirakan posisi ideal
dari rongga mastoid. Jabir ini kemudia dijahit kearah inferior dan superior ke lapisan
muskuloperiosteal dengan vicryl 3/0. Pastikan bahwa permukaan yang kasar dari ujung kartilago
seluruhnya ditutupi oleh kulit konkal atau jaringan lunak.
• Tampon diangkat, rongga mastoid diisi dengan gelfoam + NaCl fisiologis,
• Insisi retroaurikular dijahit dua lapis atau satu lapis.
PROSEDUR FAT PLUG TIMPANOPLASTI
1. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama, Diagnosis, Informed Choice & Informed Consent, Rencana Tindakan, Persiapan Sebelum
Tindakan
2. PERSIAPAN PROSEDUR FAT PLUG TIMPANOPLASTY
• Prinsip operasi : Menutup perforasi pada membran timpani menggunakan lemak yang diambil dari
lobulus telinga. (untuk perforasi kecil)
3. PROSEDUR OPERASI
• Pasien diberi suntikan antibiotik profilaksis 1 hari sebelum operasi
• Tindakan dilakukan di bawah anestesi umum
• Infiltrasi pada ke empat kuadran liang telinga dan posterior tragus dengan epinephrine 1: 100.000
• Lakukan insisi kulit dilakukan di bagian medial dari lobul telinga bagian posterior untuk mengambil
lemak
• Ambil lemak dengan ukuran 2x dari ukuran perforasi
• Hati-hati agar tidak menembus lobulus sampai bagian anterior
• Luka post insisi dijahit menggunakan benang prolene 5.0
PROSEDUR FAT PLUG TIMPANOPLASTI
3. PROSEDUR OPERASI
• Graft lemak dimasukkan di dalam cairan antibiotik
• Tepi perforasi membran timpani dilukai dengan pick
• Lakukan insisi sirkuler pada kulit liang telinga sekitar 3-5 m dari membran timpani
• Masukkan spongostan kecil ke dalam telinga tengah melalui perforasi yang sudah ada
• Fat plug graft dimasukkan ke dalam perforasi dengan cara champagne cork
• Fat plug graft ditutup dengan spongostan yang sebelumnya telah dioles salep antibiotik
gentamisin
• Pasang tampon softratul
4. Pasca Operasi
• Pemberian antibiotik per oral, Pemberian analgetik , Pemberian dekongestan,
Kontrol 1 minggu lagi
PROSEDUR TIMPANOPLASTI TIPE I
1. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama, Diagnosis, Informed Choice & Informed Consent, Rencana Tindakan, Persiapan Sebelum
Tindakan
2. PERSIAPAN PROSEDUR TIMPANOPLASTY I
Prinsip operasi : Menutup perforasi pada membran timpani menggunakan fascia
profunda m. Temporalis

3. PROSEDUR OPERASI
• Pasien diberi injeksi antibiotik profilaksis 1 hari sebelum operasi
• Tindakan dilakukan di dalam anestesi umum
• Infiltrasi pada ke empat kuadran liang telinga dan retroauricular dengan epinephrine 1: 100.000
• Lakukan insisi retroauricular sampai ditemukan fascia profunda m. temporalis
• Luka insisi dijahit
• Tepi perforasi membran timpani dilukai dengan pick
• Lakukan insisi sirkuler pada kulit liang telinga sekitar 3-5 m dari membran timpani
PROSEDUR TIMPANOPLASTI TIPE I
3. PROSEDUR OPERASI
• Lakukan elevasi annulus timpanikus bagian posterior
• Kavum timpani ditutup dengan spongostan
• Tandur fascia m. temporalis dipasang secara underlay
• Annulus timpani dikembalikan seperti semula
• Tutup dengan spongostan
• Pasang tampon softratul

Pasca Operasi : Pemberian antibiotik intravena, Pemberian analgetik, Pemberian


dekongestan, Rencana pulang 3 hari pasca tindakan

Anda mungkin juga menyukai