Anda di halaman 1dari 11

THT KOMUNITAS : PREVENTIF DAN PROMOTIF

PEMERIKSAAN BERA

PERSIAPAN SESI
 Materi presentasi: : Pemeriksaan Bera
o LCD 1: Pengertian dan defenisi Auditory evoked potential
o LCD 2: Neural generator
o LCD 3 :Tujuan dan indikasi pemeriksaan BERA
o LCD 4 : Aplikasi klinik pemeriksaan BERA
o LCD 5 : Persiapan pemeriksaan BERA
o LCD 6 : Elektroda dan impedans
o LCD 7 : Transduser dan stimulus
o LCD 8 : Signal averager Filter
o LCD 9 : Respons gelombang BERA normal ( gelombang Jewett)
o LCD10 : Analisis gelombang BERA
o LCD11 : Pengertian dan jenis masa laten BERA
o LCD12 : Nilai normal masa laten gelombang BERA
o LCD13 : Kelainan gelombang BERA
o LCD14 : Perbedaan BERA bayi / anak dewasa
o LCD15 : Jenis jenis pemeriksaan BERA
o LCD16 : Pemeriksaan BERA pada skrining pendengaran bayi
o LCD17 : Pemeriksaan BERA dan Auditori neuropati (Dis-synchrony)
 Kasus : Pemeriksaan BERA pada dugaan gangguan pendengaran
 Sarana dan Alat Bantu Latih :
o Mesin BERA yang memiliki fasilitas stimulus click, tone burst
o Diagram jaras2 pendengaran perifer dan sentral
o Audiovisual tentang tehnik pemeriksaa BERA
o Penuntun belajar (learning guide) terlampir
o Tempat belajar (training setting): poliklinik THT

KOMPETENSI
Memahami manfaat, aplikasi klinis, prinsip kerja, indikasi pemeriksaan, prosedur pemeriksaan dan interpretasi,
BERA baik pada bayi, anak maupun dewasa.
Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Mampu menjelaskan prinsip dasar pengukuran auditory evoked potential (AEP)
2. Mampu menjelaskan persiapan pemeriksaan BERA ( lingkungan, alat, pasien)
3. Mampu menjelaskan/ melakukan pemeriksaan BERA ( minimal BERA click ) termasuk
pemasangan elektroda
4. Menjelaskan aplikasi klinis, indikasi dan manfaat lain pemeriksaan BERA
5. Menjelaskan perbedaan hasil BERA pada anak dengan dewasa
6. Mampu menjelaskan hasil pemeriksaan BERA berdasarkan
morfologi gelombang, amplitudo, masa laten
7. Menjelaskan perbedaan hasil BERA pada anak dengan dewasa

GAMBARAN UMUM
Pemeriksaan BERA adalah suatu pemeriksaan elektrofisiologik yang obyektif,non invasif untuk menilai respons
sistim auditorik – termasuk batang otak- terhadap bunyi yang kita dengar, sehingga kita dapat mengetahui
ambang pendengaran maupun letak lesi pada sistim auditork tsb. Awalnya pemeriksaan ini ditujukan pada kasus
kasus yang sulit diperiksa - misalnya pada bayi dan anak – karena pertimbangan belum dapat dinilai kemampuan
auditoriknya dengan tes tes behavioral. Pemeriksaan BERA sudah sedemikian luasnya saat ini karena juga
dimanfaatkan untuk skrining pendengaran pada bayi baru lahir . AmericanJoint Committee on Infant Hearing
(2000) telah menetapkan pemeriksaan BERA sebagai salah satu baku emas pemeriksaan Universal Newborn
Hearing Screening (UNHS), disamping pemeriksaan Oto Acoustic Emission (OAE).

0
Demikian luasnya aplikasi pemeriksaan BERA sehngga dipandang perlu untuk membedakan pemeriksaan BERA
pada bayi/ anak dengan dewasa karena faktor faktor maturitas maupun nilai normal yang berbeda dari kedua
kelompok usia tersebut.
Sebelum tahun 2003 di Indonesia hanya dikenal pemeriksaan BERA dengan stimulus click dengan segala
keterbatasannya. Namun untuk kepentingan diagnostik dan habilitasi yang lebih akurat diperlukan jenis
pemeriksaan BERA lainnya sehingga kita bisa memperoleh informasi ambang pendengaran yang bersifat
frekuensi spesifik ( diketahui ambang masing masing frekuensi) sehingga dapat). Sejak saat itu kita mulai
memanfaatkan pemeriksaan BERA dengan stimulus toneburst, bahkan belakangan ini kita juga mulai terbiasa
dengan pemeriksaan elektrofisiologik dengan stimulus mixed modulation pada pemeriksaan Auditory Steady
State Response (ASSR) sehingga kita bisa menghemat waktu pemeriksaan. Pada saat yang sama kita juga telah
mengenal pemeriksaan BERA hantaran tulang ( Bone Conduction ABR) sehingga kita dapat memeriksa fungsi
pendengaran kasus atresia liang telinga dengan lebih baik disamping informasi tentang hantaran tulang secara
lebih obyektif. Kegiatan skrining pendengaran pada bayi juga menjadi lebih mudah setelah kita mengenal
pemeriksaan BERA Otomatis (Automated ABR) yang interpretasinya sedemikian mudahnya.
Sampai dengan akhir tahun 2007, pemeriksaan BERA telah dapat dilakukan pada 16 kota di Indonesia.

CONTOH KASUS
Seorang anak laki – laki usia 2 tahun datang dengan keluhan belum dapat berbicara. Sebelumnya sudah
dilakukan pemeriksaan BERA di RS Swasta dan diperoleh hasil tidak ada respons sampai 90 dB pada kedua
telinga. Anamnesis tambahan yang diperoleh dari ibu pasien tersebut menyatakan bahwa anak masih memberi
respons bila mendengar suara motor yang lewat atau bila dipanggil walaupun tidak konsisten.
Must to know :
- Bagaimana perkembangan auditorik dan bicara anak usia 2 tahun
- Kemungkinan anak tidak dapat berbicara antara lain: adanya gangguan pendengaran,
ADHD,
- Pemeriksaan yang direncanakan adalah pemeriksaan BERA dengan stimulus tone
burst untuk mengetahui ambang dengar pada frekuensi spesifik. Hal ini juga akan
berguna untuk proses habilitasi selanjutnya.
Pemeriksaan tambahan lainnya yang dianjurkan adalah OAE.
Jawaban :

TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metode pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan ketrampilan yang diperlukan untuk mengetahui
pemeriksaan BERA, yaitu:
1. Menjelaskan prinsip dasar pemeriksaan BERA yang meliputi definisi, pengertian Auditory evoked
potential,neural generator, neural synchrony.
2. Menjelaskan tujuan dan indikasi pemeriksaan. BERA .
3. Menjelaskan prinsip dasar perekaman evoked potential gelombang BERA termasuk tes kondisi lingkungan
dan persiapan pasien sebelum pemeriksaan
4. Menjelaskan strategi analisis dan interpretasi hasil pemeriksaan BERA termasuk karakteristik gelombang
normal BERA dan mengenal nilai normal pada beberapa kondisi tertentu.
5. Menjelaskan makna frekuensi spesifik. pada pemeriksaan BERA.
6. Menjelaskan perbedaan jenis jenis pemeriksaan BERA
7. Menjelaskan perbedaan hasil BERA pada anak dengan dewasa
8. Menjelaskan/ melakukan pemeriksaan BERA ( minimal BERA click ) termasuk pemasangan elektroda

EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre test dalam bentuk tulisan sesuai dengan
tingkat masa pendidikan, bertujuan menilai kemampuan awal yang dimiliki peserta
didik serta mengidentifikasi kekurangan yang ada.
Materi pre test terdiri dari :
1. Prinsip dasar pemeriksaan BERA yang meliputi definisi, pengertian evoked potential,neural
generator, neural synchrony.
2. Indikasi pemeriksaan. BERA .
3. Prinsip dasar perekaman evoked potential gelombang BERA
4. Jenis jenis pemeriksaan BERA
2. Selanjutnya dilakukan “small group discussion” bersama dengan fasilitator untuk membahas

1
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun
belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian.

3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, mahasiswa diwajibkan untuk mengaplikasikan


langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk “role play” dan teman-
temannya (Peer Assisted Evaluation) atau kepada SP (Standardized Patient). Pada saat
tersebut, yang bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun
belajar yang dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi (Peer Assisted
Evaluation) setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta dididik mengaplikasikan penuntun belajar kepada model alat
bantu dengar dan ear mould dan setelah kompetensi tercapai peserta didik akan diberikan
kesempatan untuk melakukannya pada pasien sesungguhnya.
Pada saat pelaksanaan evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation), dan
mengisi formulir penilaian sebagai berikut :
Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan.
Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terdahulu
lama atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien.
Baik : pelaksanaan benar dan baik (efisien)
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan penjelasan
dari berbagai hal yang tidak memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan memberi
masukan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan penuntun belajar.
6. Pendidik/ fasilitas :
 Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form(terlampir)
 Penjelasan lisan dari peserta didik/ diskusi
 Kriteria penilaian keseluruhan : cakap/ tidak cakap/ lalai
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education)
8. Pencapaian pembelajaran :
 Ujian akhir stase, berupa ujian tulisan
 Ujian akhir kognitif / psikomotor
 Ujian akhir profesi, dilakukan pada akhir pendidikan berupa ujian tulisan

INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF


 Kuesioner Sebelum Pembelajaran
1. Pemeriksaan BERA dapat dilakukan pada semua usia B S
2. Evoked potensial yang dihasilkan pada pemeriksaan BERA
merupakan respons terhadap stimulus nada murni B S
Jawaban :
 Kuesioner Akhir Pembelajaran
1. Pada pemeriksaan BERA masa laten absolut pada bayi dibandingkan dewasa;
A. Lebih singkat
B. Lebih lama
C. Sama
D. Sama asalkan bayi lahir cukup bulan
2. Pada kasus neuropati auditorik dapat ditemukan keadaan sebagai berikut
A. BERA normal
B. BERA abnormal
C. OAE abnormal
D. Refleks akutik negatif
Jawaban :
 Essay/Ujian Lisan/Uji Sumatif
NAMA PESERTA :....................................... TANGGAL :.............................

KASUS
I. KAJI ULANG PEMERIKSAAN BERA 1 2 3 4 5
 Identitas

2
 Penjelasan kepada keluarga secara tertulis mengenai pemeriksaan yang akan
dijalani
 Informed consent
Penjelasan kepada keluarga pasien : tujuan pemeriksaan
yang akan dijalani serta resiko pemakaian obat sedatif yang
akan digunakan, disertai dengan tanda tangan
persetujuan keluarga
 Rencana Pemeriksaan
 Persiapan sebelum pemeriksaan
II. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
II.1. Persiapan ruangan
Ruangan tenang, tidak berisik, nyaman/tidak panas.Ruangan cukup jauh dari medan
magnet/listrik ( CT Scan , MRI, Genset dll). Pencahayaan tidak terlalu terang( lampu
redup).Tidak terlalu banyak orang/penunggu. Telepon genggan dimatikan
II.2. Persiapan alat
Alat BERA dalam keadaan baik, dikalibrasi rutin; kondisi dibumikan (arde
terpasang). Bila tempat tidur dari logam juga harus dibumikan. Bila tersedia,
dipasang perlak karet bebas elektrostatik (electrostatic free ) dibawah lapisan sprei.
Elektroda berikut kabelnya dalam keadaan baik
Insert probe untuk pemberian stimulus dalam keadaan bersih dan tidak tersumbat,
pilih probe tip yang sesuai liang telinga
I.3. Persiapan pasien
Sebelumnya pasien telah dipesankan untuk keramas di rumah. Pada bayi dan anak
agar tidak tidur selama perjalanan menunju tempat pemeriksaan
Pada pasien yang akan diberi sedatif ,tidak sedang batuk,pilek, demam
Liang telinga bersih (pemeriksaan otoskopi)
Pada pemeriksaan BERA tanpa sedatif: bayi/ anak diberi minum kemudian ditunggu
sampai tidur.
Untuk pasien yang menggunakan sedatif, diberikan chloral hidrat 50 – 75 mg/kgBB
maksimal pemberian 1.800 mg perkali (perhatikan indikasi dan kontra-indikasi bila
perlu dikonsultasikan ke Bagian IKA)
III. PROSEDUR PEMERIKSAAN BERA
III.1 Setelah anak tidur secara alami / pemberian obat sedatif,
dilakukan pembersihan kulit yang akan ditempel elektroda
dengan larutan dengan alkohol 70 %, kemudian dilanjutkan
dengan abrasive gel. Bila kotoran/daki cukup tebal dapat
digunakan abrasive pad.
III.2 Melakukan pemasangan elektroda dikedua mastoid,
dahi dan pipi
III.3 Memeriksa impedance terlebih dahulu untuk memperkecil
artefak ( baca panduan resmi produsen alat BERA yang
digunakan utk batas maksimun impedans) Bila impedance
masih tinggi maka harus dibersihkan kembali dan
penempatan elektroda diperbaiki.
III.4. Pemeriksaan BERA dimulai dengan mengisi identitas
pasien dan data lain yang diperlukan
III.5. Lakukan setting pemeriksaan dengan parameter sesuai
Protokol ( lihat buku manual resmi produsen alat BERA
yang digunakan)
III.6. Pemeriksaan BERA dimulai dengan pemberian stimulus
click dengan intensitas yang dikehendaki. Intensitas
dinaikkan / diturunkan 10 dB sampai diperoleh intensitas
terkecil yang memberikan respons gelombang BERA
III.7. Lakukan hal yang sama dengan (III.6) dengan stimulus tone
burst pada frekuensi 500 Hz dan 4 KHz.
IV. ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN BERA
IV. 1. Analisis gelombang BERA

3
IV.1.1. Tentukan gel. BERA ( I sampai V ) berdasarkan
- Morfologi gelombang
- Masa laten
- Amplitudo
IV.1.2. Tentukan apakah terjadi pemanjangan masa laten
IV.1.3. Pastikan apakah gelombang BERA normal / tidak
IV.2. Interpretasi hasil pemeriksaan BERA
IV.2.1. Berdasarkan hasil analis gelombang BERA tentukan
- adanya tidaknya kelainan neural jaras auditorik
- letak lesi
V. PENATALAKSANAAN
Penjelasan hasil pemeriksaan BERA kepada pihak keluarga/
orang tua pasien tentang hal-hal sbb:
- Apakah hasil sudah definitif
- Apakah perlu pemeriksaan ulang / evaluasi dan alasannya
- Perlu pemerksaan audiologik lainnya
- Perlu pemeriksaan penunjang lainnya
- Perlu konsultasi dengan dokter spesialis/ profesional terkait
- Diperlukan tindak lanjut, intervensi/ habilitasi

NAMA PESERTA :....................................... TANGGAL :............................

KEGIATAN NILAI
1. PERSIAPAN PEMERIKSAAN BERA
1. Kaji ulang persiapan ruangan, informed consent, pemeriksaan otoskopi
2. Memberikan sedatif ringan
3. Menyiapkan elektroda, transduser

2. PROSEDUR PEMERIKSAAN
2.1. Membersih kulit pada bagian yang akan dipasang elektroda
2.2. Memasang elektroda dan mengatur impedans
2.3. Mengatur parameter pem. BERA : jenis dan jumlah stimulus, polaritas,
filter, reproducibility, intensitas dll
2.4. Mencari intensitas terkecil yang menghasilkan respons evoked potential
2.5. Merubah stimulus
2.6. Mengubah polaritas untuk mencari kemungkinan cochlear microphonic

3. ANALISA GELOMBANG DAN INTERPRETASI HASIL PEM. BERA


3.1. Analisa gelombang BERA
3.1.1. Menghitung masa laten absolut/ antar gelombang/ antar telinga
serta menentukan ada/ tidaknya pemanjangan masa laten
3.1.2. Menentukan gelombang BERA ( I sampai V )
3.2. Interpretasi hasil
3.2.1. Menentukan ambang respons
3.2.2. Menentukan letak lesi pada jaras auditorik
3.2.3. Secara komprehensif beserta pemeriksaan audiologiknya
menentukan adanya gangguan pendengaran
4. KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

4.1. Apakah hasil pemeriksan sudah definitif


4.2. Apakah perlu pemeriksaan ulang / evaluasi dan alasannya
4.3. Apakah perlu pemerIksaan audiologik lainnya
4.4. Apakah perlu pemeriksaan penunjang lainnya
4.5. Apakah perlu konsultasi dengan dokter spesialis/ profesional terkait
4.6. Apakah perlu tindak lanjut, intervensi/ habilitasi

4
MATERI PRESENTASI

LCD1: Pengertian dan defenisi Auditory evoked potential

AUDITORY EVOKED POTENTIAL (EP)


AEP : respon listrik dari sistim saraf pendengaran sbg reaksi thd stimulus (akustik) dari
luar

AEP dicatat mel. 3 buah surface electrode ( kulit kepala ), kemudian ditampilkan pada
komputer

LCD2: Neural generator

DEFINISI :
BERA : aktifitas listrik yg dihasilkan n. VIII, pusat pusat neural dan traktus pd batang
otak ( brainstem ) sbg respon thd stimulus auditorik.
Stimulus : bunyi click, tone burst ( insert phone/ headphone

LCD 3 : Tujuan dan indikasi pemeriksaan BERA


LCD 4 : Aplikasi klinik pemeriksaan BERA
LCD 5 : Persiapan pemeriksaan BERA
LCD 6 : Elektroda dan impedan
LCD 7 : Transduser dan stimulus
LCD 8 : Signal averager Filter
LCD 9 : Respons gelombang BERA normal ( gelombang Jewett)
LCD10 : Analisis gelombang BERA
LCD11 : Pengertian dan jenis masa laten BERA
LCD12 : Nilai normal masa laten gelombang BERA
LCD13 : Kelainan gelombang BERA
LCD14 : Perbedaan BERA bayi / anak dewasa
LCD15 : Jenis jenis pemeriksaan BERA
LCD16 : Pemeriksaan BERA pada skrining pendengaran bayi
LCD17 : Pemeriksaan BERA dan Auditori neuropati (Dis-synchrony)

MATERI BAKU

Brainstem Evoked Response Audiometry ( Bera )

Istilah lain : Auditory Brainstem Response( ABR ), ERA (Evoked Response Audiometry)
BERA merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistim auditorik, bersifat obyektif,
tidak invasif. Dapat memeriksa bayi, anak, dewasa, penderita coma. .

Definisi:
BERA merupakan cara pengukuran evoked potential ( aktifitas listrik yang dihasilkan n.VIII, pusat neural dan
traktus di dalam batang otak ) sebagai respons terhadap stimulus
auditorik.

Auditory Evoked Potential (Aep) :


Respon listrik dari sistim saraf ( n VIII dan batang otak) sebagai reaksi terhadap stimulus (akustik) dari luar
Respons berupa potensial listrik diotak dapat direkam melalui elektroda permukaan yang terpasang pada kulit
kepala

5
Gambaran AEP berupa 5 gelombang defleksi positif ( gelombang Jewett) dengan karakteristik dan amplitudo
berbeda, yang terjadi sekitar 2 – 12 ms setelah stimulus diberikan.

Sinkroni Neural
Perekaman respons BERA terjadi bersamaan dengan aktifitas listrik dari bbrp generator/ unit saraf lain (
syncronous discharge) sehingga diperileh gelombang dengan amplitudo kecil. Untuk merekam beberapa
generator secara simultan ( synchronous neural discharge ) perlu stimulus electrical pulse yaitu click (stimulus
dgn onset tiba tiba dan cepat pada spektrum frekuensi yang cukup luas ). Pulsasi listrik tersebut ( akan
menstimulasi semua bagian koklea secara simultan sehingga diperoleh respon neuron saraf dalam jumlah besar
secara bersamaan yang disebut sebagai sinkroni neural. Dengan jumlah bangkitan (discharge) neuron dari
beberapa tempat secara sinkron akan dihasilkan gelombang BERA dengan amplitudo yang besar.
Jenis stimulus dgn onset cepat dan tiba tiba diperlukan pada pemeriksaan BERA. Stimulus yang lambat tidak
menghasilkan respon yang baik dari sejumlah besar neuron dalam waktu singkat.

Neural Generator
Dengan Timulus Onset Cepat ( click, tone burst), pada bagian tertentu jaras auditorik sampai dengan batang otak
akan terjadi bangkitan (evoked) potensial listrik . Lokasi spesifik tersebut dikenal sebagai neural generator
masing masing gelombang BERA; yang terdiri dari
 Gelombang I : bagian distal n. VIII (dekat koklea),
 Gelombang II : bagian proksimal n. VIII(dekat batang otak)
 Gelombang III : (neuron) nucleus cochlearis
 Gelombang IV : (neuron) komplek olivarius superior
 Gelombang V : bgn terminal lemniskus lateralis lateral di kolikulus inferior dan Kolikulus
inferior
Dengan penilaian dan analisis pola respons dan menghitung masa laten suatu gelombang BERA dapat
diperkirakan dari neural generator mana respons berasal.

Gambar : Skema neural generator masing masing gelombang BERA

Aplikasi Klinis
o Audiometri objektif
o Skrining pendengaran ( bayi)
o Menilai patologi retrokohlear
o Pasien yang tidak koperatif
o Monitoring intra operatif
o Evaluasi perkembangan batang otak
Persiapan Pemeriksaan Bera
Agar diperoleh gambaran gelombang BERA yang baik diperlukan persiapan dan pengetahuan yang baik tentang
hal hal yang akan mengganggu pemeriksaan. Persiapan yang kurang baik menyebakan kondisi perekaman yang
tidak optimal sehingga gelombang sulit dinilai karena besarnya artefak dan waktu pemeriksaan yang lebih lama.

6
Hal yang paling mengganggu proses perekaman adalah noise / bising, baik berupa bising internal maupun
eksternal
Noise internal terjadi akibat gerakan tubuh pasien, kerja organ jantyung dan pernapasan maupun kontraksi otot
otot wajah. Pemberian sedatif ringan onset cepat sanga membantu dalam mengurangi noise internal. Sedangkan
noise eksternal dipengaruhi oleh kondisi disekitar pasien.

Persiapan ruangan
Lakukan pemeriksaan BERA di ruang yang tenang, tidak dipengaruhi medan magnet( tidak berdekatan dengan
ruangan pemeriksaan CT Scan atau MRI). Ruangan jangan terlalu terang dan hindari pemakaian lampu TL/ neon
(fluorecent). Ruangan sebaiknya menggunakan AC ( agar pasien lebih tenang dan nyenyak). Tabung O 2 dan
pompa penghisap(suction) tersedia tidak jauh dari ruang pemeriksaan BERA

Persiapan pasien
Keluarga pasien telah diberikan penjelasan tentang segala hal yang berhubungan dengan pemeriksaan BERA dan
telah mengisi form informed consent. Sebelumnya dipesankan agar pasien keramas sebelum datang untuk
diperiksa, Pasien agar tidak tidur dalm perjalanan menunju tempat pemeriksaan. Untuk bayi berusia kurang dari 3
bulan dapat dilakukan pemeriksaan tanpa obat sedatif,sedangkan pada bayi diatas usia 3 bulan sebaiknya
diberikan sedatif. Pada pemberian sedatif ( golongan Chloralhydrat) penting untuk diperhatikan agar pasien tidak
dalam keadaan sedang batuk pilek .

Persiapan Alat.
Gunakan alat BERA yang secara rutin dikalibrasi. Pastikan Mesin BERA, komputer dan tempat tidur telah
dibumikan ( grounding) dengan baik. Periksa kabel penghubung elektroda dan transduser dalam keadaan
terhubung baik. Siapkan elektroda pad ( disposable) dengan daya rekat baik. Pilih probe tip untuk transduser
yang sesuai diameter liang telinga dan pastikan transduser dapat mengeluarkan stimulus bunyi ( tidak tersumbat).

Elektroda
Respon terhadap stimulus auditorik berupa auditory evoked potential yang sinkron direkam melalui elektroda
permukaaan (surface electrode) yang ditempel pada kulit kepala.
Respon AEP yang berhasil direkam kemudian diproses melalui program komputer dan ditampilkan sebagai 5
gelombang defleksi positif ( gelombang I sampai V) yang terjadi sekitar 2 – 12 ms setelah stimulus diberikan.

Kontak elektroda dengan kulit harus terjamin baik sehingga elektroda dapat merekam gelombang AEP dengan
optimal. Setiap mesin BERA dilengkapi dengan fasilitas impedance test untuk menilai kontak elektroda dengan
kulit. Kontak dinyatakan baik bila nilai impedans mencapai 3 - 5 kOhm. Lakukan pembersihan kulit bila nilai
impedans masih tinggi
Persiapan pemasangan elektroda
Lakukan pembersihan kulit yan akan dipasang elektroda dengan kapas alkohol, dilanjutkan dengan kapas yang
telah diberi atau conductive paste (Nuprep). Bila perlu kulit dapat dibersihkan dengan ampelas kulit khusus
(abrassive pad)
Posisi elektroda
Perekaman satu channel (ipsilateral) menggunakan 3 elektroda sedangkan 4 elektroda ( kontralateral) digunakan
pada perekaman 2 channel. Berdasarkan kesepakatan Internasional posisi elektroda adalah sebagai berikut:
1. Elektroda aktif (Cz= non inverting) dipasang pada vertex ( dahi bagian atas berdekatan
dengan Fz) atau prosesus mastoid ipsilateral
2. Elektroda ground (common) dipasang pada dahi bagian bawah atau diantara alis mata.
3. Elektroda negatif (inverting) pada prosesus mastoid atau lobulus daun telinga kontra lateral

1 1
2
2
3 3

7
Gambar : Posisi elektroda pada pem BERA
Transduser Dan Stimulus

Stimulus bunyi yang digunakan berupa bunyi click atau toneburst ,diberikan melalui transduser ( insert probe,
headphone, bone vibrator). Untuk memperoleh respons yang optimal, pemberian stimulus yang paling efisien
digunakan insert probe .Stimulus click merupakan impuls listrik dengan onset cepat dan durasi yang sangat
singkat ( 0,1 ms), menghasilkan respon pada average frequency antara 2000 – 3000 Hz. Tone burst juga
merupakan stimulus dengan durasi singkat namun memiliki frekuensi yang spesifik misalnya 500 Hz, 1KHz, 2
KHz dan 4 KHz.
Untuk satu sesi perekaman diberikan sekitar 2.000 stimuilus d dengan kecepatan sekitar 20.1 atau 20 stimulus/
detik ( pada bayi dapat diberikan kecepatan stimulus yang lebih besar sampai 39 kali /detik)
Jumlah stimulus yang diberikan untuk memperoleh respon yang resolusinya jelas juga sangat berperan. Untuk
menganalisa gelombang BERA diperlukan sekitar 1.000 – 2.000 sampling stimulus.
Intensitas ABR dinyatakan dengan dB HL. Pada intensitas yang besar semua gelombang ABR akan dapat terlihat.
Pada intensitas < 40 dB gel. II dan IV sulit dilihat; pada kondisi tersebut gel V masih terlihat dengan mudah.
Secara umum penurunan intensitas akan menyebabkan memanjangnya masa laten.

Filter
Proses perekaman pada pemeriksaan BERA dipengaruhi oleh bising (noise) , baik yang berasal dari bising
internal maupun eksternal. Upaya mengurangi bising menyebabkan proses perekaman menjadi lebih cepat dan
respons yang diperoleh lebih bagus sehingga mudah dianalisis. Teknik untuk membatasi bising dilakukan dengan
filter. Terdapat beberap jenis filter dalam perekamn gelombang BERA yaitu;
a) High pass filter : filter yanng mengurangi sinyal di bawah frekuensi yang diberikan tetapi dapat
meloloskan sinyal frekuensi di atasnya
b) Low pass filter : filter yang akan mengurangi sinyal di atas frekuensi yang diberikan, namun sinyal
frekuensi di bawahnya diloloskan
c) Band pass filter : filter yang dapat meloloskan sinyal diantara 2 frekuensi tertentu, tetapi akan
mengurangi sinyal di atas dan di bawah frekuensi frekuensi tersebut
d) Band reject on a notch filter : filter yang mengurangi sinyal diantara 2 frekuensi tertentu tetapi
meloloskan sinyal diatas dan di bawah frekuensi frekuensi tersebut
Seperti potensial listrik gelombang BERA terbenam dalam gelombang bising . Frekuensi tinggi lebih
dianjurkan karena resolusi gelombang yang dihasilkan akan lebih jelas. Dianjurkan untuk menggunakan filter
30 – 3.000 Hz
Repetition Rate
Repetition rate adalah jumlah bunyi click per detik . Perubahan repetition rate ( RR ) akan menyebabkan
perubahan masa laten dan amplitude ABR.

Sensitivitas
Pemeriksaan BERA memiliki sensitivitas diatas 90% sedangkan spesifitasnya dapat mencapai 70 – 90%. Peneliti
lain melaporkan sensitivitas BERA 97 -100% dan spesifitasnya 86 – 96 %

Analisa Gelombang
Respon stimulus yang terjadi berupa gambaran neurologi yang sinkron akan mengalami proses averaging oleh
computer, sebagai hasil adalah 7 gelombang otak. Analisis gelombang gelombang tsb berdasarkan parameter :
o Masa laten ( ms ) ,
o Morfologi gelombang
o Amplitudo
Parameter tsb akan memberikan informasi sistim auditorik perifer dan keutuhan ( integrity ) batang otak.

Masa Laten
Waktu yang diperlukan sejak stimulus diberikan sampai terjadi respon.
o Masa laten absolut
Interval waktu antara stimulus sampai terbentuknya gelombang
tertentu yang spesifik ( misalnya ml gel III, ml gel V )

8
Intensitas bunyi click terkecil yang menimbulkan gelombang V
memberikan informasi tentang derajat gangguan pendengaran .
Ambang ABR dengan stimulus click berhubungan dengan sensitivitas
pendengaran pada 1 – 4 KHz.

o Masa laten antar puncak ( inter peak latency )


Interval waktu antara 2 gel ( ipl I – III, ipl I – V ). IPL menggambarkan waktu kondusi
sentral. Melambatnya waktu konduksi adalah petunjuk penting adanya kelainan
retrokohlear.
Nilai normal IPL I – V adalah 4.00 ms

Morfologi
Penampilan subyektif dan bentuk gelombang ABR. Dari sejumlah orang normal terdapat perbedaan morfologi
antara telinga kiri dan kanan.

Amplitudo
Besarnya amplitudo masing masing gelombang bervae\riasi, umumnya rasio perbandingan gelombang V
terhadap gelombang I adalah 2 : 1. Bila intensitas stimulus diturunkan maka amplitudo gelombang BERA juga
akan mengecil

Jenis Jenis Pemeriksaan Bera

BERA click.
Stimulus auditorik berupa bunyi clik yaitu bunyi dengan onset cepat

BERA tone burst


Pemeriksaan ini sama saja dengan BERA click, namun mempergunakan stimulus tone burst. Keuntungan yang
diperoleh adalah kita dapat memperoleh frekuensi yang spesifik.
Dengan tone burst ABR pada beberapa frekuensi kita dapat menentukan ambang pendengaran yang lebih spesifik
dan membuat prediksi audiogram pada bayi, hal ini tentu akan sangat membatu proses fitting ABD ( alat bantu
dengar ).

BERA hantaran tulang


Untuk memperoleh ambang dengar hantaran tulang yang akurat diperlukan stimulus hantaran tulang (bone
conduction) yang diberikan melalui bone vibrator ( dipasang pada prosesus mastoid). Pemeriksaan BERA
hantaran tulang dilakukan bila terdapat pemanjangan masa laten pada pemeriksaan BERA click atau tone burst,
juga pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk pemberian stimulus melalui liang telinga, misalnya pada
stenosis atau atresia liang telinga.

9
Dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh gambaran senstivitas auditorik pada bayi dan anak
idealnya dilakukan pemeriksaan BERA yang komprehensif, meliputi (1) click hantaran udara untuk menilai
respons auditorik frekuensi tinggi terutama 2 – 4 Khz, (2) toneburst 500Hz untuk
mengetahui respon frekuensi rendah dan (3) Click hantaran tulang, yang dapat membedakan tuli
konduktif dengan sensorineural.

Automated Auditory Brainstem Response (AABR)


Automated ABR adalah pemeriksaan BERA otomatis sehingga tidak diperlukan analisa gelombang evoked
potential karena hasil pencatatannya sangat mudah dibaca, hanya berdasarkan kriteria lulus (pass) atau tidak
lulus (refer ). Digunakan stimulus click, untuk pencatatan respons digunakan elektroda permukaan yang sama
dengan BERA konvensional. Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik sistim auditorik yang obyektif, mudah,
praktis, tidak invasif dan cepat (5-10 menit). Sensitivitas AABR mencapai 99.96% sedangkan spesifitasnya 98.7
%. Karena sangat praktis dan memiliki sensitivitas yang tinggi maka AABR ditetapkan sebagai baku emas (
gold standart ) untuk skrining pendengaran pada bayi.
AABR hanya dapat menggunakan intensitas stimulus yang terbatas yaitu 30 – 40 dB.

Neuropati Auditorik

Neuropati auditorik (NA) atau Auditory Dysynchrony sebenarnya bukan merupakan jenis gangguan pendengaran
yang baru. Namun kemampuan mengidentifikasi NA secara klinis baru dapat terlaksana setelah adanya
pemeriksaan OAE. Secara umum pada pasien NA didapatkan gambaran kelainan BERA sedangkan OAE normal.
Kelainan ini dapat terjadi pada bayi, anak maupun dewasa.
Pada NA fungsi sel sel rambut luar kohlea adalah normal, namun sinyal sinyal auditorik yang keluar
dari kohlea diduga mengalami disorganisasi. Kemungkinan lain adalah saraf pendengaran tidak dapat
memproses sinyal sinyal akustik
Penyebab NA belum diketahui pasti namun pendapat yang berlaku saat ini umumnya beranggapan
bahwa NA disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab paling sering adalah anoksia saat lahir, hiperbilirubinemia
yang membutuhkan transfusi tukar pada bayi baru lahir, infeksi ( parotitis) penyakit autoimun, penyakit
neurologi, misalnya Friedreich’s ataxia)
Gejala klinis maupun audiologik pada NA sangat bervariasi seperti; gangguan pendengaran.
(ringan sampai sangat berat). Pada individu yang sama derajat gangguan pendengaran dapat berubah ubah
(fluktuatif ). Gejala lainnya adalah sulit memahami percakapan terutama di lingkungan bising. Gangguan speech
perception ini seringkali tidak sebanding dengan gambaran audiogram nada murni. Hasil pemeriksaan OAE
normal, BERA abnormal; terdapat gambaran cochlear microphonic pada hasil pemeriksaan BERA.Tidak terdapat
refleks akustik. Bentuk neuropati lainnya bisa menyebabkan kesulitan menulis atau berbicara

10

Anda mungkin juga menyukai