Anda di halaman 1dari 70

dr. Brastho Bramantyo Sp.

THT-KL(K)
NOT 2019
 Proses impedansi : daya tahan terhadap perubahan
frekuensi
 Menghantar bunyi ke organ sensoris
 Perbandingan besar membrana timpani dan tingkap
lonjong
 Bentuk membrana timpani
 Tulang pendengaran
 Maleus – Inkus – Stapes – Stapedial Footplate → keuntungan
untuk densitas tinggi
 Tekanan udara = lingkungan luar
 Regulasi oleh tuba Eustachius
 Respon bunyi intensitas tinggi :
 Otot dan tendon >>
 Atenuator bunyi
 Acoustic Immittance = istilah untuk menggambarkan
Acoustic Admittance (Ya) dan Acoustic Impedance (Za)

 Acoustic Admittance = besarnya aliran energi bunyi yang


melalui sistem akustik di telinga tengah

 Acoustic Impedance = lawannya Acoustic Admittance

 Acoustic Admittance = timpanometri digambarkan dalam


timpanogram
 Hukum OHM utk direct current (DC) : V=IR --- R=V/I
 V = voltage; I = arus; R = tahanan
 Untuk alternating current, R=Z (tahanan elektrik) :
Z=V/I
 Sirkuit elektrik dapat dianalogkan dengan sistem akustik
 Jika Z=Za(acoustic impedance); V=P(tekanan bunyi);
I=U(kecepatan volume atau arus bunyi), maka Z=V/I
analog Za = P/U sehingga Acoustic Admittance (Ya) =
U/P
 Memberi informasi tentang patologi di telinga tengah
 Memberi informasi tentang refleks akustik akibat
kontraksi otot di telinga tengah
 Tip probe mengukur total immittance, gabungan dari
efek liang telinga dan telinga tengah
1. Komponen Stiffness (S) : vol. udara di liang telinga dan
telinga tengah, membrana timpani, tendon dan ligamen tulang
2. Komponen Massa (M): tulang, pars flaksida membrana
timpani, perilimfe
3. Komponen Resisten (R) : perilimfe, mukus membran telinga
tengah, antrum mastoid dan kavum mastoid, membrana
timpani, tendon dan ligamen di telinga tengah
 1. TIMPANOMETRI

 2. REFLEKS AKUSTIK

 3. REFLEKS AKUSTIK
DECAY

 4. TES FUNGSI TUBA


 Mengukur acoustic admittance telinga dalam berbagai
variasi tekanan di liang telinga
 Satuannya dekapascals (daPa) atau mmH2O, relatif thd
tekanan atmosfir ruangan
 0 daPa berarti tekanan di liang telinga sesuai dengan
tekanan atmosfir
 Tekanan positif → tek liang telinga > tek atmosfir dan
sebaliknya
 Diagram timpanometri → timpanogram
 Tip probe menuju ke arah membrana timpani, bukan ke liang
telinga
 Tidak ada sumbatan liang telinga
 Pilih frekuensi probe → 226 Hz
 226 Hz → sensitif thd perubahan ‘stiffness reactan’, kalibrasi nilai
admittance dengan equivalen volume udara ( 1 mmho = 1 ml)
 1. Admittance pada +200
daPa = 1,0 mmhos artinya
acoustic admittance liang
telinga = 1,0 mmhos dan
volume liang telinga = 1,0
ml (mmhos sesuai dg ml
volume pada timpanometri
226 Hz)
 2. Admittance total
meningkat 0,1 mmhos
menjadi 1,1 mmhos ketika
berada pada tekanan +100
daPa
 3. Admittance meningkat cepat
seiring dengan menurunnya
tekanan, dan mencapai 1,75
mmhos pada 0 daPa, atau pada
tekanan atmosfir (atmospheric
static admittance). Representasi
admittance 1,0 mmhos liang
telinga dan 0,75 mmhos dari
telinga tengah
 4. Admittance meningkat
sampai puncak di 1,85 mmhos
pada tekanan liang telinga
sebesar -15 daPa disebut peak
timpanogram (peak
compensated static admittance)
 5. Dengan menurunkan
tekanan di bawah 0 daPa
maka admittance turun
menjadi 1,2 mmhos pada -100
daPa
 6. Dan menurun lagi menjadi
1,0 mmhos pada tekanan -200
daPa
 7. Jika tekanan diturunkan lagi
menjadi -300 daPa,
admittaance akan turun juga
menjadi 0,9 mmhos
 Besar tekanan yang digunakan
pada timpanometri : +200
daPa sampai -300 daPa atau -
400 daPa
Tipe timpanogram modifikasi
klasifikasi JERGER dan LIDEN
 Tipe A = normal

 Tipe Ad (deep) = pada scarred


atau flaccid eardrum
 Tipe Add = mis. pada
diskontinu tulang
 Tipe As (shallow) = mis.pada
fiksasi tulang
 Tipe C = mis. pada disfungsi
tuba
 Tipe B = mis. pada OME
 Static Acoustic Admittance (SAA)
 Equivalent Ear Canal Volume (Vec)
 Tympanometric Peak Pressure (TPP)
 Tympanogram Width (TW) dan Gradient
 Menggambarkan admittance/impedance di telinga
tengah dalam berbagai keadaan tekanan
 Perubahan tekanan positif/negatif digunakan
untuk menilai admittance
 SAA rendah
berhubungan
dengan impedance
tinggi → otitis media,
kolesteatom,
otosklerosis
 SAA tinggi →
diskontinuitas tulang
 Static Acoustic Admittance = Static Compliance
 Satuan = mmho atau cm3

 Normal (ASHA) :

1. Anak-anak : 0,2 – 0,9 mmho ; Mean : 0,5 mmho


2. Dewasa : 0,3 – 1,4 mmho ; Mean : 0,8 mmho
GROUP 90% NORMAL RANGE

ADULT
0,37 – 1,66

CHILDREN
0,35 – 1,25

INFANT
0,26 – 0,92
PUMP SPEED ADULTS CHILDREN
( 3 – 5 TH )

SLOW
< 50 DaPa/dtk 0.50 – 1.75 0.35 - 0.90

FAST
200 DaPa/dtk 0.57 – 2.0 0.40 – 1,03
 Volume udara antara ujung probe dan MT
 Satuan = ml
 Pada MT perforasi, Vec akan lebih besar dari
normal
 Nilai normal Margolis & Heller 1987 :
- Anak-anak : 0,4 – 0,9 ml
- Dewasa : 0,6 – 1,46 ml

Y
V
 TPP : pengukuran tekanan telinga tengah berhubungan
dengan fungsi tuba Eustachius
 Puncak timpanogram/compliance/SAA terjadi bila tekanan
di dalam telinga tengah = tekanan di luar
 Nilai Normal :
- Anak-anak : -150 daPa s/d +50 daPa
- Dewasa : -100 daPa s/d +100 daPa

A B
 Abnormal negatif TPP dihubungkan dengan gg fungsi
tuba dan OME
 Cut off bawah TPP → - 100 daPa
 Positif TPP → otitis media akut, nose blowing, menangis
 TW = lebar garis axis
Pressure (daPa) yang
ditentukan pada titik ½
Ytm atau a (lihat
gambar)
 TW sensitif untuk
menentukan efusi
telinga tengah pada
anak
 Diagnosis efusi telinga
tengah : > 275 daPa
 Gradient ditentukan
dari perbandingan
compliance pada saat
di puncak dan dimana
SAA pada 50 daPa
kedua sisi dari garis
Pressure (= 100
daPa)
 Gradient < 0,2 →
OME (Bluestone dkk)
 High frequency timpanometri → memakai frek.
678 Hz atau 660 Hz
 Timpanogram terdiri dari susceptance (B) dan
conductance (G)
 Yang dinilai → bentuk dan konfigurasi
timpanogram
 Ada 4 tipe normal tipanogram :
1. lebar < 75 daPa utk 3B3G dan < 100 daPa utk
5B3G
2. timpanogram G lebih sempit dari B
 Tidak memenuhi
kriteria normal :
1. Terlalu banyak
puncak
2. Timpanogram
terlalu lebar
diskontinuitas tulang

M.STAPEDIUS M.TENSOR TIMPANI

 Panjang 6 mm  Panjang 25 mm
 Origo : kanalis N.VII ,  Origo : kanalis tuba
insersio kaput stapes Eustachius ,
insersio : pars superior
 Inervasi N.VII
manubrium malei
 Diaktivasi oleh akustik  Inervasi N. V
( refleks akustik ) dan  Diaktivasi → startle
nonakustik response dan
stimulasi taktil area
sekitar mata
STIMULUS
REFLEKS STAPEDIUS • Akustik → refleks akustik
• Non akustik :
➢ kornea – stapedial
REFLEKS STAPEDIUS ➢ kutaneus –stapedial
NONAKUSTIK

▪ Stimulasi→ taktil atau


elektrokutaneus di area
wajah dan aurikula
▪ Stimulasi area supra orbita
 Koklea
 Syaraf VIII
 Nucleus ventral
koklea
 Superior olivary
complex
 Nucleus nervus VII
 Syaraf VII
 Otot stapedius
 Ipsi lateral : stimulasi
dilakukan pada
telinga yang akan
dinilai respons nya.

 Kontra lateral :
stimulasi dilakukan
pada sisi yang lain
dari telinga yang akan
dinilai respons nya.
• Ambang dengar telinga yang diberi stimulus
bunyi min. 60 -70 dB SL
• Kondisi liang telinga dengan probe baik
• Lengkung refleks akustik baik
• Stapes, m. stapedius, n. stapedius normal
 Indikasi : kecurigaan
gangguan retrokoklea
pada SNHL unilateral

 Positif kalau grafik


menurun kurang dari 50
% dalam 10 detik
(gambar d)
 Refleks akustik decay : 10 dB SL diatas Comfortable
Level pada pendengaran normal
 Pada 2000 Hz dan 4000 Hz : normal; kemungkinan
juga positif
 Patologis jika pada 500 Hz positif
 Perkiraan ambang dengar
 Mengetahui lokasi lesi
paresis n. fasialis
 Mengetahui kelainan telinga
tengah
 Mengetahui fungsi batang
otak
 Mengetahui lesi koklea dan
retrokoklea
 Gangguan pendengaran non
organik
- Pada usia dewasa, tuba eustachius membentuk sudut
45 derajat dengan bidang horizontal, lebih lebar
dibandingkan sudut 10 derajat pada bayi
- Panjang tuba dewasa lebih panjang dibandingkan
anak-anak
- Panjang tuba eustachius
minimal 30 mm dan
maksimal 40 mm, panjang
rata-rata tuba adalah 31-38
mm
- Sepertiga posterior tuba
(11-14 mm) adalah tulang,
dua pertiga anterior (20-25
mm) adalah membran dan
kartilago.
- Kartilago tuba merupakan
struktur dome-shaped
dengan panjang lengan
yang berbeda.
- Kartilago tuba menonjol
ke dalam nasofaring
yang dikenal sebagai
torus tubarius.
- empat otot yang
berhubungan dengan
tuba eustachius yaitu
tensor veli palatini,
levator veli palatini,
salpingofaringeus dan
tensor timpani
VENTILASI
• Patensi Tuba -
Eustachius (TE)
• Tekanan udara telinga
tengah = luar
• TE↔telinga tengah +
• Telinga tengah-
mastoid
Insufflation
PROTEKSI
 Anatomi Fungsional
 TE- telinga tengah- sistem sel
udara mastoid
 Proteksi terhadap tekanan
suara nasofaring yang
abnormal dan sekresi
nasofaring
sekresi
 Immunologi
 Musin, Sitokin, Imunitas
alamiah
 Mukosilia

 Muskular
Tes Fungsi
Tuba Eustachius

• Lakukan tes timpanometri awal


• Tekanan → + 300- 400 daPa → menekan MT →
kedalam → vol < → tekanan akan >
• Ulang timpanometri → grafik bergeser ke ka / tidak
• OS menelan berkali2 → TE terbuka → udara →
keluar dari TT via tuba
• Ulang timpanometri → pergeseran grafik / tidak
Ilustrasi Tes Valsava dan Toyenbe
: MT utuh & tuba paten
❑ Timpanogram awal (a)
❑ Pasca maneuver Valsava ( b)
❑ Pasca menelan → ( c ) → tuba paten
sfaisa
 Any change of pressureduring swallowing is recorded
as a stepladder type of graph (Fig. 3). Normally the
positive or negative middle ear pressure should be
partially neutralised with each swallow and in 3 or 4
swallows the pressure should totally neutralise, i.e. it
should reach 0 mrn of water pressure (OdaPa).

Perfectly normal function Partially impaired function Grossly impaired functio


TES TIMPANOMETRI :
• Riwayat OMSK, operasi telinga ?
• Kondisi k.a.e & membrana timpani
Otoskopi :
• serumen , sekret menutup lumen ?
• otitis eksterna, edema ?
• MT : normal, OMA, perforasi ,
grommet tube ?
PEMERIKSAAN ACOUSTIC IMMITTANCE
PENTING → SEALED PROBE !!!

o Probe → menutup rapat k.a.e


o Bila selalu bocor → cek dg cara menutup ujung
probe dg jari → bila tekanan tidak berubah → cek
kabel alat timpanometer → masalah tekanan
o Tarik daun telinga ke belakang – atas → masukkan
probe sambil diputar- putar ke arah dalam.
Kalau probe masuk terlalu mudah → kemungkinan
probe terlalu kecil
HASIL TIMPANOGRAM “FLAT”
Kemungkinan :
❑ Probe
➢ Masalah : sumbatan ujung probe oleh
serumen atau dinding k.a.e
➢ Solusi : lepas → bersihkan ujung
probe → ulangi tes
❑ Hubungan alat dan probe
➢ Problem : salah satu kabel alat imitans → probe lepas
➢ Solusi : cek , lepas semua kabel alat – probe.
Dengarkan stimulus via probe
❑ Membrana timpani
➢ Problem : perforasi MT atau grommet yg paten + cairan di
rongga TT , sumbatan atau tuba Eust. yg nonpaten
➢ Solusi : lihat volume ekuivalen k.a.e / Vec → bila > normal
atau telinga sisi lain → kemungkinan MT perforasi
Aplikasi klinis Timpanometri
1. Diagnostik efusi / cairan di telinga tengah
2. Menilai kondisi tulang pendengaran
3. Menilai integritas membrana timpani
4. Menilai fungsi tuba Eustachius
5. Menilai tekanan udara dalam telinga
tengah
6. Menilai efek sikatriks membrana timpani
7. Akustik impedans statik di membrana
timpani
8. Refleks akustik & nonakustik
9. Refleks decay
sfaisa

Anda mungkin juga menyukai