Anda di halaman 1dari 8

2.1.

REFLEKS AKUSTIK
Refleks akustik, atau juga dikenal sebagai reflex stapedius, atau refleks otot
telinga tengah, merupakan kontraksi involunter otot stapedius sebagai respon
terhadapa stimulus suara intensitas tinggi. Refleks akustik umum digunakan dan
merupakan cara terbaik untuk menilai fungsi telinga tengah. Refleks akustik tidak
menilai ambang pendengaran, tetapi merefleksikan energi yang dihasilkan kontraksi
otot stapedius, sehingga secara tidak langsung dapat menilai telinga tengah, koklea,
dan inervasi saraf otot stapedius.1
Ketika suatu suara memiliki intensitas yang cukup atau tinggi, akan
merangsang refleks dari otot-otot telinga tengah, yang terdiri dari otot tensor timpani
dan otot stapedius. Badan otot tensor timpani terletak dalam kanal diatas tuba
eustachius dalam dndng anterior-medial telinga tengah. Tendon meregang dari badan
otot tensor timani sampai ke manubrium maleus. Otot ini dipersarafi oleh saraf kranial
V (saraf trigeminal). Ketika otot berkontraksi, tendon menarik maleus kea rah anterior
dan medial, menegangkan rantai tulang pendengaran dan membrane timpani. Tensor
timpani berkontraksi sebagai respon stimulasi taktil atau respon suara keras yang
tidak terduga. Namun, tensor timpani bukan merupakan otot utama yang berkontribusi
dalam refleks akustik pada manusia.1,2
Otot stapedius merupakan otot rangka terkecil pada tubuh manusia, dan
merupakan otot utama yang berkontribusi dalam refleks akustik pada manusia. Badan
otot stapedius terletak dalam eminens piramidal, atau tonjolan tulang kecil, pada
dindidng posterior telinga tengah. Tendon meregang di anterior dari badan otot
stapedius sampai ke permukaan posterior leher stapes. Otot ini dipersarafi oleh cabang
otorik saraf kranial VII (saraf fasial). Otot berkontraksi sebagai respon stimulus suara
intens, menarik kepala stapes kea rah posterior menuju badan otot, menegangkan
rantai pulang pendengaran dan membrane timpani, serta memiringkan stapes dalam
tingkap lonjong koklea. Hal ini efektif mengurangi energi getaran yang
ditransmisikan ke koklea. Refleks stapedius juga dapat diaktifkan dari vokalisasi,
mengunyah, menguap, dan stimulasi taktil.1,2,3
Otot kedua telinga baik kiri dan kanan berkontraksi sebagai respon terhadap
suara yang diterima kedua teinga. Refleks ipsilateral (tidak menyilang) dan
kontralateral (menyilang) terjadi pada masing-masing telinga. Contohnya, ketika

telinga kanan menerima intensitas suara yang cukup, refleks stapedius akan terjadi
baik di telinga kanan (ipsilateral) dan telinga kiri (kontralateral).1,2,3
Refleks akustik dimediasi oleh mekanisme neural. Ketika stimulus suara
dengan intensitas cukup mencapai koklea, impuls neural dari saraf auditorik (CN
VIII) berjalan naik dari kedua koklea menuju ventral cochlear nucleus (VCN). Dari
VCN refleks memiliki 2 jalur neural utama, yang pertama secara langsung menuju
nukleus motorik fasial ipsilateral (CN VII) yang secara langsung mempersarafi otot
stapedius, dan yang kedua menuju superior olivary complex (SOC) sebelum impuls
bersilangan di batang otak untuk mempersarafi nukleus motorik fasial ipsilateral dan
kontralateral.1

Gambar 1. Skema jalur refleks akustik neural. CNVII (saraf kranial 7/fasial); CNVIII (saraf
kranial 8/auditorik); MNVII (nukleus motorik saraf kranial 7); SOC (superior olivary
complex); VCN (ventral cochlear nucleus).1

Ambang refleks akustik adalah tingkat intensitas terendah dimana refleks


akustik dapat ditimbulkan pada setiap frekuensi pada setiap telinga. Konraksi otot
stapedius meningkat sebagaimana intensitas stimulus meningkat. Pada telinga tengah
dan koklea yang berfungsi normal, refleks akustik ditimbulkan pada sisi kontralateral

pada 4 frekuensi (500, 1000, 2000, 4000 Hz) dan pada sisi ipsilateral pada 2 frekuensi
(1000, 2000 Hz) ketika stimulis intensitas 85-90 dB HL (hearing level) dihantarkan ke
liang telinga.ambang didefinisikan sebagai intensitas terendah yang dapat
menimbulkan refkes akustik dengan defleksi magnitude paling tidak 0.03 ml. Saat
ambang sudah ditetapkan pada satu frekuensi intensitas direkam, dan frekuensi lain
dinilai. Ambang refleks akustik ipsilateral cenderung tercapai pada intensitas stimulus
sedikit lebih rendah dibandingkan kontralateral.1

2.2. Jalur Saraf Auditorik


Serabut saraf dari ganglion spiral organ korti masuk ke nukleus koklea dorsal
(DCN) dan ventral (VCN) yang terletak pada bagian atas medulla oblongata. Pada
titik ini, seluruh serabut bersinaps, dan second-order neuron terutama melewati ke sisi
berlawanan dan beberapa melewati ke sisi yang sama untuk berhenti di nukleus
olivari superior (SOC) di pons. Dari sini, jalur auditorik aik melewati lemniskus
lateral, beberapa serabut berhenti di nukleus lemnsikus lateral, tetapi kebanyakan
melalui nukleus ini dan berjalan menuju kolikulus inferior di midbrain, dimana semua
atau hampir semua serabut auditorik bersinaps. Dari sini, jalur auditorik melewati
nukleus genikulat medial di thalamus, dimana semua serabut bersinaps. Akhirnya,
jalur auditorik berlanjut melalui radiasi auditorik menuju korteks auditorik, yang
terletak terutama di girus superior pada lobus temporal.4,5
Sinyal dari kedua telinga ditransmisikan melalui jalur pada kedua sisi di otak,
dengan dominasi transmisi pada jalur kontralateral. Pada paling tidak tiga lokasi di
batang otak, persilangan terjadi antara dua jalur: (1) dalam badan trapezoid, (2) dalam
komisura antara kedua nukleus lemniskus lateral, (3) dalam komusira yang
menghubungkan kedua kolikuli inferior. Banyak serabut kolateral dari traktus
auditorik melewati langsung ke reticular activating system (RAS) di batang otak.
Sistem ini berproyeksi difus ke atas dalam batang otak dan ke bawah dalam medulla
spinalis dan mengaktifkan seluruh system saraf sebagai respon terhadap suara keras.
Serabut kolateral lain menuju vermis serebelum, yang juga aktif seketika sebagai
respon terhadap bising mendadak. Orientasi spasial derajat tinggi dipertahankan
dalam traktus serabut dari koklea sampai ke korteks.kenyataannya, ada 3 pola spasial

untuk terminasi frekuensi suara yang


berbeda dalam nukleus koklear, 2 pola
spasial dalam kolikuli inferior, 1 pola
tepat untuk frekuensi suara terpisah
dalam korteks auditori, dan paling tidak
5 pola kurang tepat lainnya dalam
korteks auditorik dan area asosiasi
auditorik.4
Korteks

auditorik

terletak

terutama pada bidang supratemporal


dari girus temporal superior tetapi juga
meluas ke sisi lateral lobus temporal,
lebih banyak dari korteks insular, dan
bahkan ke bagian lateral operculum
parietal.

Subdivisi

dibagi

korteks

auditorik

primer,

menjadi
secara

langsung dirangsang oleh proyeksi dari


badan genikulat medial, dan korteks
auditorik

sekunder

(asosiasi),

yang

dirangsang sekunder oleh impuls dari


Gambar 2. Jalur saraf auditorik

korteks auditorik primer juga oleh


beberapa proyeksi dari area asosiasi

thalamik. Korteks auditorik memiliki lokasi tonotopik. Fungsinya antara lain untuk
diskriminasi frekuensi suara dan memberi sensasi psikis dari berbagai nada, untuk
mengetahui arah datangnya suara, untuk mengetahui kualitas suara tertentu, seperti
suara mendadak, atau modulasi suara tertentu, seperti suara bising dibanding suara
frekuensi murni. Pada korteks auditorik, umumnya persepsi suara frekuensi rendah
diarahkan pada daerah anterolateral, dan suara frekuensi tinggi diarahkan pada daerah
posteromedial. 4
Seseorang menentukan arah horizontal datangnya suara melalui 2 cara, yaitu:
(1) jeda waktu antara suara masuk ke satu telinga dan suara masuk ke telinga
berlawanan, dan (2) perbedaan intensitas suara dalam kedua telinga. Mekanisme

pertama berfungsi terbaik pada


frekuensi suara di bawah 3000
Hz, dan mekanisme
berfungsi

terbaik

kedua
pada

frekuensi lebih tinggi karena


kepala merupakan barrier suara
yang lebih besar pada frekuensi
ini. Mekanisme jeda waktu
membedakan arah lebih tepat
disbanding

Gambar 3. Tonotopik korteks auditorik4

mekanisme

intensitas karena tidak bergantung pada faktor luar yang tidak berhubungan tetapi
hanya pada interval yang tepat antara dua sinyal akustik. Sebagai contoh, bila sumber
suara lebih dekat ke telinga kanan, maka sinyal suara dari telinga kanan memasuki
otak lebih dahulu disbanding sinyal suara dari telinga kiri. Suara yang datang dari
depan seseorang berbeda dalam kualitas suara yang darang dari belakang, karena
masing-masing pinna dihadapkan sedikit ke depan. Pantulan gelombag suara akibat
tidak ratanya permukaan pinna sebagai suara bergerak ke atas atau bawah, dan
perubahan dalam gelombang suara merupakan faktor utama dalam mencari suara di
bidang vertikal. Lokalisasi suara yang terganggu secara mencolok diakibatkan lesi
pada korteks auditorik.4
Analisis neural dari proses deteksi ini dimulai dalam nukleus olivari superior
dalam batang otak, yang dibagi menjadi nukleus lateral dan medial. Nukleus lateral
membandingkan perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua telinga dan
mengirim sinyal yang tepat ke korteks auditork untuk memperkirakan arah. Nukleus
medial mendeteksi jeda waktu antara sinyal akustik memasuki kedua telinga. Nukleus
ini memiliki banyak neuron yang memiliki 2 dendrit mayor, yang berproyeksi ke
kanan dan ke kiri, menangkap sinyal dari masing-masing telinga.4
Secara umum, urutan jalur dari sensorik hingga motorik adalah: (1) input
sensorik: diteruskan dari reseptor neuronal aferen, (2) area sensorik primer:
pengolahan awal input sensorik spesifik, (3) higher sensory area: elaborasi dan
pengolahan lebih lanjut input sensorik spesifik, (4) area asosiasi: integrasi,
penyimpanan, penggunaan berbagai input sensorik untuk merencanakan tindakan, (5)

higher motor area: pemrograman urutan tindakan berdasarkan berbagai informasi


yang ada, (6) area motorik primer: memerintahkan neuron motorik eferen untuk
memulai gerakan volunter, dan (7) output motorik: diteruskan menuju otot rangka
yang tepat, yang melakukan tindakan yang diinginkan.6
Higer motor area terdiri dari: (1) korteks parietal posterior: integrasi input
somatosensori, visual, dan auditori, penting dalam menciptakan tindakan terencana,
(2) area motor suplementer: pemrograman gerakan kompleks, (3) korteks premotor:
koordinasi gerakan kompleks.6
Saat melihat atau mendengar informasi visual dan auditorik, otak
mengirimkan informasi ini dari korteks primer visual dan auditorik menuju girus
angular di korteks asosiasi parietal-temporal-oksipital untuk diintegrasi. Kemudian
informasi ditransfer menuju area Wernickes, dimana pilihan dan urutan kata-kata
yang akan disampaikan disusun. Perintah bahasa ini lalu ditransmisikan menuju area
Brocas, dimana menerjemahkan pesan tersebut menjadi bentuk suara. Pesan dalam
bentuk suara ini kemudian diteruskan menuju korteks motor primer yang
mengaktifkan otot fasial dan lidah yang teoat sehingga kata-kata yang dinginkan
dapat terucapkan.6
Area asosiasi korteks terdiri dari: (1) korteks asosiasi prefrontal:
merencanakan tindakan volunter, pembuatan keputusan, kreativitas, sifat bawaan, (2)
korteks asosiasi parietal-termporal-oksipital: integrasi semua input sensorik, penting
dalam bahasa, dan (3) korteks asosiasi limbik: memori, motivasi, dan emosi.6

2.3. Pemakaian alat MP3 dan Gangguan Fungsi Pendengaran


Saat ini, 1 dari 5 remaja menderita tuli karena penggunaan headphone, lebih
tinggi 30% dibandingkan tahun 1980an dan 1990an. Kebanyakan alat MP3 saat ini
menghasilkan suara sampai 120 dB, setara dengan intensitas suara pada konser rock.
Pada intensitas ini, tuli dapat terjadi setelah hanya 1 jam dan 15 menit. Kebanyakan
alat stereo portable menghasilkan intensitas bunyi antara 95-108 dB pada volume 4
dan >115 dB pada volume 8. Batas penggunaan alat MP3 yang aman adalah volume
suara (intensitas) sampai 60% untuk total waktu 60 menit per hari. Semakin tinggi

volume, semakin pendek durasi penggunaan headphone. Pada volume maksumum,


batas waktu mendengar hanya sekitar 5 menit per hari. Tipe gangguan pendengaran
karena penggunaan headphone umumnya bertahap, kumulatif, dan tanpa tanda
peringatan yang jelas. Tanda dan gejala yang dapat terjadi antara lain terdengar bunyi
dengung, desis, dering, atau deru di telinga, kesulitan mendengar pembicaraan di
tempat ramai atau tempat dengan akustik yang buruk, suara teredam atau perasaan
seperti telinga terpasang earplug, mendengarkan TV atau radio dengan volume lebih
tinggi dibandingkan sebelumnya. Gangguan pedengaran yang diakibatkan eksposur
berlebih terhadap bising yang sangat keras adalah tuli sensorineural yang ireversibel.
Alat bantu dengar dan implant dapat membantu mengamplifikasi suara dan
membuatnya lebih mudah didengar, sebagai pencegahan, aturan 60/60 pada volume
dan durasi waktu maksimal adalah yang paling utama. Penggunaan headphone yang
besar dan menutupi seluruh telinga luar lebih dianjurkan dibanding earphone yang
diletakkan secara langsung ke dalam telinga.7,8

DAFTAR PUSTAKA
1. Clark

JL.

Acoustic

(Stapedius)

Reflexes.

Diunduh

dari:

https://vula.uct.ac.za/access/content/group/27b5cb1b-1b65-4280-9437a9898ddd4c40/Acoustic%20_stapedius_%20reflexes.pdf. Diakses pada 19 Juni 2015.


2. Katz J, Chasin M, English K, Hood LJ, Tillery KL. Handbook of Clinical

Audiology. Edisi ke-7. United States: Wolters Kluwers; 2015. h. 165-86.


3. Stach BA. Clinical Audiology An Introduction. Edisi ke-2. United States: Cengage
Learning; 2010. h. 313-55.
4. Guyton AC. Textbook of Medical Physiology. Edisi ke-11. United States:
Saunders; 2005. h. 651-662.
5. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of Anatomy and Physiology. Edisi ke-12.
United States: John Wiley & Sons; 2011. h. 620-33.
6. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to System. Edisi ke-7. Canada:
Cengage Learning; 2010. h. 141-72.
7. American Osteopathic Association. Hearing Loss and Headphones Is Anyone
Listening? Diunduh dari: http://www.osteopathic.org/osteopathic-health/about-yourhealth/health-conditions-library/general-health/Pages/headphone-safety.aspx .

pada 5 Juli 2015.

Diakses

8. Stony Brook Surgery. Headphones & Earphones Can Cause Permanent Hearing
Loss:

What

You

Need

To

Know.

Diunduh

dari:

http://medicine.stonybrookmedicine.edu/surgery/blog/headphones-and-earphones-cancause-permanent-hearing-loss-what-you-need-to-know. Diakses pada 5 Juli 2015.

Anda mungkin juga menyukai