REFLEKS AKUSTIK
Refleks akustik, atau juga dikenal sebagai reflex stapedius, atau refleks otot
telinga tengah, merupakan kontraksi involunter otot stapedius sebagai respon
terhadapa stimulus suara intensitas tinggi. Refleks akustik umum digunakan dan
merupakan cara terbaik untuk menilai fungsi telinga tengah. Refleks akustik tidak
menilai ambang pendengaran, tetapi merefleksikan energi yang dihasilkan kontraksi
otot stapedius, sehingga secara tidak langsung dapat menilai telinga tengah, koklea,
dan inervasi saraf otot stapedius.1
Ketika suatu suara memiliki intensitas yang cukup atau tinggi, akan
merangsang refleks dari otot-otot telinga tengah, yang terdiri dari otot tensor timpani
dan otot stapedius. Badan otot tensor timpani terletak dalam kanal diatas tuba
eustachius dalam dndng anterior-medial telinga tengah. Tendon meregang dari badan
otot tensor timani sampai ke manubrium maleus. Otot ini dipersarafi oleh saraf kranial
V (saraf trigeminal). Ketika otot berkontraksi, tendon menarik maleus kea rah anterior
dan medial, menegangkan rantai tulang pendengaran dan membrane timpani. Tensor
timpani berkontraksi sebagai respon stimulasi taktil atau respon suara keras yang
tidak terduga. Namun, tensor timpani bukan merupakan otot utama yang berkontribusi
dalam refleks akustik pada manusia.1,2
Otot stapedius merupakan otot rangka terkecil pada tubuh manusia, dan
merupakan otot utama yang berkontribusi dalam refleks akustik pada manusia. Badan
otot stapedius terletak dalam eminens piramidal, atau tonjolan tulang kecil, pada
dindidng posterior telinga tengah. Tendon meregang di anterior dari badan otot
stapedius sampai ke permukaan posterior leher stapes. Otot ini dipersarafi oleh cabang
otorik saraf kranial VII (saraf fasial). Otot berkontraksi sebagai respon stimulus suara
intens, menarik kepala stapes kea rah posterior menuju badan otot, menegangkan
rantai pulang pendengaran dan membrane timpani, serta memiringkan stapes dalam
tingkap lonjong koklea. Hal ini efektif mengurangi energi getaran yang
ditransmisikan ke koklea. Refleks stapedius juga dapat diaktifkan dari vokalisasi,
mengunyah, menguap, dan stimulasi taktil.1,2,3
Otot kedua telinga baik kiri dan kanan berkontraksi sebagai respon terhadap
suara yang diterima kedua teinga. Refleks ipsilateral (tidak menyilang) dan
kontralateral (menyilang) terjadi pada masing-masing telinga. Contohnya, ketika
telinga kanan menerima intensitas suara yang cukup, refleks stapedius akan terjadi
baik di telinga kanan (ipsilateral) dan telinga kiri (kontralateral).1,2,3
Refleks akustik dimediasi oleh mekanisme neural. Ketika stimulus suara
dengan intensitas cukup mencapai koklea, impuls neural dari saraf auditorik (CN
VIII) berjalan naik dari kedua koklea menuju ventral cochlear nucleus (VCN). Dari
VCN refleks memiliki 2 jalur neural utama, yang pertama secara langsung menuju
nukleus motorik fasial ipsilateral (CN VII) yang secara langsung mempersarafi otot
stapedius, dan yang kedua menuju superior olivary complex (SOC) sebelum impuls
bersilangan di batang otak untuk mempersarafi nukleus motorik fasial ipsilateral dan
kontralateral.1
Gambar 1. Skema jalur refleks akustik neural. CNVII (saraf kranial 7/fasial); CNVIII (saraf
kranial 8/auditorik); MNVII (nukleus motorik saraf kranial 7); SOC (superior olivary
complex); VCN (ventral cochlear nucleus).1
pada 4 frekuensi (500, 1000, 2000, 4000 Hz) dan pada sisi ipsilateral pada 2 frekuensi
(1000, 2000 Hz) ketika stimulis intensitas 85-90 dB HL (hearing level) dihantarkan ke
liang telinga.ambang didefinisikan sebagai intensitas terendah yang dapat
menimbulkan refkes akustik dengan defleksi magnitude paling tidak 0.03 ml. Saat
ambang sudah ditetapkan pada satu frekuensi intensitas direkam, dan frekuensi lain
dinilai. Ambang refleks akustik ipsilateral cenderung tercapai pada intensitas stimulus
sedikit lebih rendah dibandingkan kontralateral.1
auditorik
terletak
Subdivisi
dibagi
korteks
auditorik
primer,
menjadi
secara
sekunder
(asosiasi),
yang
thalamik. Korteks auditorik memiliki lokasi tonotopik. Fungsinya antara lain untuk
diskriminasi frekuensi suara dan memberi sensasi psikis dari berbagai nada, untuk
mengetahui arah datangnya suara, untuk mengetahui kualitas suara tertentu, seperti
suara mendadak, atau modulasi suara tertentu, seperti suara bising dibanding suara
frekuensi murni. Pada korteks auditorik, umumnya persepsi suara frekuensi rendah
diarahkan pada daerah anterolateral, dan suara frekuensi tinggi diarahkan pada daerah
posteromedial. 4
Seseorang menentukan arah horizontal datangnya suara melalui 2 cara, yaitu:
(1) jeda waktu antara suara masuk ke satu telinga dan suara masuk ke telinga
berlawanan, dan (2) perbedaan intensitas suara dalam kedua telinga. Mekanisme
terbaik
kedua
pada
mekanisme
intensitas karena tidak bergantung pada faktor luar yang tidak berhubungan tetapi
hanya pada interval yang tepat antara dua sinyal akustik. Sebagai contoh, bila sumber
suara lebih dekat ke telinga kanan, maka sinyal suara dari telinga kanan memasuki
otak lebih dahulu disbanding sinyal suara dari telinga kiri. Suara yang datang dari
depan seseorang berbeda dalam kualitas suara yang darang dari belakang, karena
masing-masing pinna dihadapkan sedikit ke depan. Pantulan gelombag suara akibat
tidak ratanya permukaan pinna sebagai suara bergerak ke atas atau bawah, dan
perubahan dalam gelombang suara merupakan faktor utama dalam mencari suara di
bidang vertikal. Lokalisasi suara yang terganggu secara mencolok diakibatkan lesi
pada korteks auditorik.4
Analisis neural dari proses deteksi ini dimulai dalam nukleus olivari superior
dalam batang otak, yang dibagi menjadi nukleus lateral dan medial. Nukleus lateral
membandingkan perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua telinga dan
mengirim sinyal yang tepat ke korteks auditork untuk memperkirakan arah. Nukleus
medial mendeteksi jeda waktu antara sinyal akustik memasuki kedua telinga. Nukleus
ini memiliki banyak neuron yang memiliki 2 dendrit mayor, yang berproyeksi ke
kanan dan ke kiri, menangkap sinyal dari masing-masing telinga.4
Secara umum, urutan jalur dari sensorik hingga motorik adalah: (1) input
sensorik: diteruskan dari reseptor neuronal aferen, (2) area sensorik primer:
pengolahan awal input sensorik spesifik, (3) higher sensory area: elaborasi dan
pengolahan lebih lanjut input sensorik spesifik, (4) area asosiasi: integrasi,
penyimpanan, penggunaan berbagai input sensorik untuk merencanakan tindakan, (5)
DAFTAR PUSTAKA
1. Clark
JL.
Acoustic
(Stapedius)
Reflexes.
Diunduh
dari:
Diakses
8. Stony Brook Surgery. Headphones & Earphones Can Cause Permanent Hearing
Loss:
What
You
Need
To
Know.
Diunduh
dari: