Anda di halaman 1dari 16

Tinjauan Pustaka

Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuba Eustachius Patulous

Presentan : dr. Elfianto


Hari / Tanggal : Jumat/ 16 September 2016
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Konferensi Bagian THT-KL
FK Universitas Andalas / RSUP Dr. M. Djamil Padang
Oponen : dr. Bonny Murizky
Notulen : dr. Irwandanon
Moderator : dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL
Pembimbing : dr. Jacky Munilson, Sp.THT-KL (K)
dr. Yan Edward, Sp. THT-KL (K)
dr. Rossy Rosalinda, Sp. THT-KL

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok & Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP Dr. M. Djamil
Padang
2016
Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuba Eustachius Patulous
Elfianto

Abstrak
Latar belakang: Tuba Eustachius patulous (TEP) adalah keadaan abnormal tuba
Eustachius (TE) dimana tuba terbuka terus menerus, sebagian besar diakibatkan oleh
penurunan berat badan secara drastis dan faktor hormonal. Tujuan: Mengetahui dan
memahami anatomi TE, patofisiologi dan penatalaksanaan TEP. Tinjauan Pustaka:
Diagnosis TEP dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik (membran timpani
hypermobile sesuai pernafasan pasien) serta pemeriksaan penunjang (audiometri, nasal
audiometri, timpanometri dan tomografi komputer mastoid). Faktor etiologi tersering dari
TEP adalah terdapatnya penurunan berat badan yang drastis. Penatalaksanaan terdiri atas
terapi konservatif dan pembedahan yang dilakukan apabila gagal terapi konservatif.
Kesimpulan: Tuba Eustachius patulous merupakan salah satu jenis kelainan tuba
Eustachius dengan berbagai tingkat keluhan mulai dari asimtomatik sampai sangat
mengganggu. Gejalanya berupa autofoni, telinga terasa penuh dan mendengar suara nafas
sendiri. Tidak terdapat standard baku penatalaksanaan tuba Eustachius patulous. Dengan
mengetahui faktor risiko dan patofisiologi TEP maka dapat dilakukan penatalaksanaan
yang tepat
Kata kunci : Tuba Eustachius patulous, penurunan berat badan drastis, nasal audiometri

Abstract
Background : Patulous Eustachian tube (PET) is an abnormal condition of Eustachian
tube (ET) in which the tube is open permanently , mostly caused by acute weight loss and
hormonal factor. Objective : Knowing and understanding the anatomy of ET ,
pathophysiology and management of PET. Literature review :. Diagnosis of PET is
obtained from the history, phisical examination (tympanic membrane found
hypermobility corresponding with respiratory of the patients) and supporting
examination (such as audiometry , nasal audiometry, tympanometry and mastoid CT
scan). The most etiologic factor of PET is acute weight loss. Management consists of
conservative and surgical therapy if conservative treatment failed. Conclusion : Patulous
Eustachian tube is one of the Eustachian tube disorder with varying degrees of symptoms
ranging from asymptomatic to very disturbing.The disturbing symptoms like autofoni ,
aural fullnes sensation and hear the sound of his own breath . There are no standards for
the management of PET. By knowing the risk factor and pathophysiology of PET, we can
do the appropriate management.
Key words : Patulous Eustachian tube, acute weight loss, nasal audiometry

1
PENDAHULUAN Anatomi dan fisiologi
Tuba Eustachius Patulous Tuba eustachius merupakan
(TEP) merupakan suatu keadaan organ berlumen yang terdiri dari
dimana saluran tuba Eustachius (TE) mukosa, kartilago, tulang yang
terbuka terus menerus.1, 2 Tuba dikelilingi oleh jaringan lunak dan otot
Eustachius patulous pertama kali peritubal seperti muskulus tensor
ditemukan oleh Schwartze pada tahun velipalatini, levator velipalatini dan
1864 dimana membran timpani yang tensor timpani.15, 16 Pada bagian
atrofi bergerak sesuai gerakan nafas.1 anteromedial, TE berada di rongga
Tuba eustachius merupakan saluran nasofaring sedangkan posterolateral
osteokartilago yang menghubungkan bermuara pada telinga tengah,
telinga tengah dengan rongga sehingga TE merupakan organ yang
3-5
nasofaring. Secara umum TE menghubungkan kedua rongga ini
mempunyai tiga fungsi utama yaitu (gambar 1).14, 16
proteksi, aerasi dan drainase.4, 5 Tuba Panjang TE sekitar 43 mm
Eustachius tertutup dalam keadaan pada orang dewasa dan 38 mm pada
normal serta membuka ketika menelan anak yang terdiri atas tulang pada 1/3
dan menguap.2, 6-8 posterolateral dan kartilago pada 2/3
Prevalensi TEP berkisar antara anteromedial.14, 16 Mukosa TE terdiri
0,3%-6,6% dari seluruh populasi dan dari epitel kolumnar pseudostratified
sekitar 10%-20% pasien yang bersilia, sama halnya seperti yang
1, 2, 9, 10
mempunyai keluhan. Keluhan terdapat pada mukosa hidung
17
TEP bervariasi, mulai dari dan sinus. Tuba Eustachius
asimptomatis hingga keluhan berat cenderung lebih landai terhadap sumbu
yang megganggu kualitas hidup horizontal tubuh membentuk sudut 100
sampai kecendrungan untuk bunuh pada anak dan curam pada dewasa
diri.2, 11, 12 Secara garis besar, gejala dengan sudut 360 (gambar 2).14, 16
umum TEP yaitu autofoni, rasa penuh
di telinga dan mendengar suara nafas
sendiri.7, 13 Diagnosis TEP dapat
ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik didapatkannya
membran timpani hypermobile sesuai
pernafasan pasien serta pemeriksaan
penunjang berupa audiometri, nasal
audiometri, timpanometri dan
2, 10, 14
tomografi komputer mastoid.

Gambar1. Anatomi tuba Eustachius.18

2
muskulus tensor veli palatine. Orientasi
Anak Dewasa AL antero lateral, PM posteromedial 14

Gambar 2. Sudut relatif tuba Eustachius


terhadap bidang horizontal tubuh pada
anak dan dewasa.14

Terdapat 4 otot yang


Gambar 4. Otot peritubal.19
berhubungan dengan TE yaitu :
muskulus tensor velipalatini (TVPM),
Pada keadaan istirahat,
tensor timpani, levator velipalatini
kartilago TE berada dalam posisi
(LVPM) dan salfingofaringeus.
menutup dan terbuka secara
Otot yang paling berperan dalam
singkat selama 200ms ketika menelan,
membuka lumen TE adalah
14, 15 mengunyah, menguap atau selama
TVPM. Bantalan lemak
gerakan rahang lainnya.2, 3, 8, 13, 14, 20
Ostmann’s adalah area dari jaringan
Pembukaan TE ini merupakan hasil
lemak yang berada sepanjang
koordinasi dari empat otot sekitar TE,
kartilago TE, inferolateral ke arah
dimana yang paling berperan adalah
lumen yang berperan dalam penutupan
TVPM. Sementara penutupan TE
TE (gambar 3 dan 4).14
adalah hasil dari faktor relaksasi TVP,
dan tekanan jaringan sekitar lumen
TE.15 Secara umum TE mempunyai
tiga fungsi utama yaitu menjaga
tekanan dan ventilasi telinga tengah,
mukosiliar klirens sekret telinga
tengah serta proteksi telinga tengah
dari suara, patogen dan sekret dari
nasofaring.4, 5

Etiologi dan Patogenesis


Terdapat 3 subtipe disfungsi
TE yaitu disfungsi dilatasi TE,
disfungsi TE akibat tekanan udara dan
Gambar 3. Skema stuktur sekitar tuba terakhir TEP.5 Ada beberapa teori
Eustachius potongan transversal pada mengenai etiologi TEP yaitu
segmen medial kartilago. ML kartilago
lamina medial, LL lamina lateral, OFP kehilangan jaringan sekitar kartilago
bantalan lemak Ostmann’s, TVPM TE seperti kehilangan berat badan

3
yang drastis, pada pasien penderita dan radiasi. Faktor negatif antara lain
keganasan dan faktor sklerotik seperti kehilangan jaringan sekitar orifisium
pasien pasca radioterapi.2, 9, 10 faring, kehilangan tonus muskulus
Penurunan berat badan tiba-tiba TVP dan kehilangan struktur sekitar
merupakan penyebab utama TEP, TE.
dimana pada keadaan ini terdapat Faktor lain yang menjadi
kehilangan jaringan lemak medial penyebab adalah faktor hormonal
kartilago TE yang disebut bantalan antara lain kehamilan, kontrasepsi oral
lemak Ostmann’s.1, 10, 11 Penurunan dan terapi estrogen yang dijalani oleh
berat badan bisa diakibatkan oleh penderita kanker prostat. Oleh karena
berbagai penyebab, namun setengah struktur mukosa pada TE sama dengan
dari kasus berhubungan dengan kanker mukosa hidung dan sinus, maka
dan penyakit kronik.2, 15 diduga estrogen juga berpengaruh
Penelitian Gabriele Pascoto4 terhadap mukosa TE. Estrogen dapat
menemukan dari 19 orang yang menurunkan viskositas sekresi TE,
menjalani terapi bariatrik dengan mengurangi elastisitas kartilago tuba
penurunan berat badan rata-rata 31,57 dan meningkatkan level surfaktan
kg (4 bulan pasca operasi) dan 36,47 sehingga membuat TE terbuka.10, 15, 21
kg (6 bulan pasca operasi), didapatkan Disfungsi TE pada pasien hamil terjadi
sebanyak 5 orang ( 26,3%) pada antara 5-30%, baik itu disfungsi
kunjungan pertama dan 9 orang dilatasi ataupun TEP. Keluhan mulai
(47,3%) pada kunjungan kedua terasa pada trimester pertama dan
mengalami keluhan gangguan tuba akan menghilang setelah melahirkan.21
dengan gejala berupa rasa penuh di Etiologi lain dari TEP adalah
telinga, mendengar suara nafas sendiri penggunaan nasal dekongestan,
dan mendengar suara sendiri. Hal multipel sklerosis, kelainan
ini diduga terdapat hubungan antara neuromuskular lain, abnormalitas
kehilangan berat badan yang drastis kraniomaksilofasial, gangguan sendi
dengan fungsi tuba dimana terdapat temporomandibular (TMJ), mioklonus
kehilangan akut dari jaringan lemak palatum dan maloklusi.1, 15
yang mengelilingi bagian kartilago
(peritubular) dari TE (bantalan lemak DIAGNOSIS
Ostmann’s’s). Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Simonton15 membagi etiologi Diagnosis TEP didapatkan
TEP menurut faktor kontribusi negatif secara klinis dengan terdapatnya
dan positif. Faktor positif adalah keluhan, faktor risiko dan temuan
faktor-faktor yang mengakibatkan pemeriksaan fisik.1, 8 Pasien dengan
penurunan volume jaringan seperti TEP akan mengeluhkan autofoni,
sklerotik akibat tindakan, inflamasi mendengar suara nafas sendiri, rasa

4
Gambar 5. Diagnosis banding rasa penuh di telinga.14
penuh di telinga, tinitus, gangguan selalu terbuka sehingga terdapat aliran
pendengaran dan kadang-kadang udara abnormal dari nasofaring
datang dengan keluhan vertigo.4, 8, 15 ke telinga tengah selama bernafas.7, 10
Telinga terasa penuh dan telinga rasa Keluhan ini akan lebih terasa
tersumbat pada pasien TEP sering ketika pasien berdiri, pasien
salah diagnosis dengan disfungsi yang menggunakan dekongestan
dilatasi TE. Diagnosis banding dari topikal ataupun sistemik, saat
telinga terasa penuh ini adalah olahraga dan saat cemas. Keluhan
disfungsi yang berhubungan dengan akan berkurang ketika pasien
sendi temporomandibular atau dalam posisi telentang, posisi flexi
muskuloskeletal, sindroma Minor’s, dengan dada berada diantara kedua
dehisen kanalis semisirkularis dan kaki yang ditekuk dan saat pasien
hidrops endolimf (gambar 5). 1, 8, 15 mengalami pilek yang mengakibatkan
Pada beberapa pasien , TEP bisa oklusi dari TE.10
sangat mengganggu dengan Pada pemeriksaan fisik dengan
terdapatnya keluhan autofoni, otoskopi ataupun mikroskop akan
mendengar suara nafas sendiri pada didapatkan membran timpani utuh dan
sisi yang sakit dan rasa penuh di hypermobile dimana membran timpani
telinga.11 bergerak sesuai dengan pernafasan.
Autofoni pada pasien dengan Pada pemeriksaan nasoendoskopi
TEP disebabkan karena organ ini didapatkan defek longitudinal konkaf

5
pada dinding anterolateral tuba serta dinaikkan 5 dB sampai suara tersebut
katub muara tuba yang terus terdengar kembali. Pemeriksaan
1, 8, 15
menerus terbuka. dilakukan pada frekuensi 250 Hz,
500Hz, 1000Hz, 2000Hz, 4000Hz,
Pemeriksaan Penunjang 8000Hz. Semakin rendah intensitas
Audiometri impuls yang didengar, semakin
Terdapat 2 pemeriksaan terbuka TE pasien tersebut
audiometri dalam mendiagnosis TEP, (gambar 7).
yaitu audiometri nada murni dan nasal
audiometri (N-audiometri). Pada
pemeriksaan audiometri nada murni,
akan didapatkan hasil dalam batas
normal atau tuli konduksi.6
Menurut Shigeyuki Kano6 pada
pemeriksaan N-audiometri akan
didapatkan hasil terdengarnya impuls
suara yang disajikan pada lobang
hidung dan dihantarkan melalui TE.
Semakin berat derajat keparahan
TEP pasien, semakin kuat intensitas Gambar 6. Skema prosedur pemeriksaan
N-audiometri.6
suara yang didengar pada telinga
yang sakit. Pada pemeriksaan A B
ini,
sumber suara disajikan pada sisi
lubang hidung yang sakit dengan
probe khusus dan lubang hidung
kontralateral ditutup dengan jari
agar tidak terjadi kebocoran suara
melalui sisi yang tidak diperiksa.
Telinga yang sakit ditutup dengan
plug dan telinga yang sehat diberi Gambar 7. A. N-audiometri pasien TEP
masking bising (narrow-band noise) pre dan pasca terapi. B.Pasien normal.6
(gambar 6). Teknik pemeriksaan sama
dengan pemeriksaan audiometri nada Timpanometri
Pada pemeriksaan
murni, dimana intensitas awal
timpanometri akan didapatkan
diperiksa pada 40 dB, jika pasien
beberapa puncak (saw tooth
mendengar impuls suara tersebut
pattern) sesuai pernafasan pasien,
maka impuls diturunkan 10 dB dan
hal ini diakibatkan oleh mobilitas
jika tidak mendengar, impuls

6
dari MT akibat adanya suara yang struktur skull base dan berjalan pada
masuk ke telinga tengah melalui TE sulkus tuba di antara greater wing
(gambar 8).15, 22 Dilakukan 3 tulang sphenoid dan bagian petrosus
pemeriksaan timpanometri. Pertama tulang temporal. Bagian anteromedial
timpanometri dalam posisi istirahat bermuara ke nasofaring, lateral dari
direkam impedance serta tekanannya torus tubarius.14
nya, kemudian pasien diminta Pada keadaan istirahat lumen
meniupkan angin ke telinga yang TE tertutup, berbentuk kerucut ke
diperiksa dan terakhir pasien diminta atas dan menyempit pada bagian
untuk menelan beberapa kali. Pada istmus tepat sebelum junction di
keadaan normal tekanan saat valsava 1/3 proksimal. Bantalan lemak
lebih tinggi dari istirahat dan tekanan Ostmann’s jarang tervisualisasi
akan kembali normal ketika pasien melalui tomografi komputer. Segmen
menelan beberapa kali. Dikatakan horizontal arteri carotis internal
terjadi oklusi tuba ketika tekanan gagal berjalan antero-medial sepanjang
untuk kembali seperti semula setelah sumbu panjang dari bagian petrosus
maneuver toynbe dan patulous bila tulang temporal dan dilintasi oleh
tekanan telinga tengah kembali seperti TE pada bagian descenden dari
14
semula tanpa melakukan manuver telinga tengah (gambar 9). Pada
toynbe.23 keadaan TEP didapatkan tuba
akan membuka terus menerus, tetapi
hal ini akan under diagnosis
A B
dengan pemeriksaan tomografi
komputer pasien posisi supine
karena pada posisi ini tuba akan
cenderung menutup dan keluhan
pasien akan berkurang, maka
Gambar 8. Timpanometri. A. Telinga
kanan mengalami TEP. B.Telinga kiri tomografi komputer yang lebih baik
normal.22 untuk melihat TEP adalah tilting
scanner dengan reclining chair.14
Tomografi Komputer
Secara anatomi TE dibagi atas
3 bagian, yaitu bagian tulang, junction
dan kartilago. Pada orang dewasa TE
membentuk sudut dan seperti inverted
“S”. Karena anatomi inilah makanya
TE sulit untuk dinilai pada tomografi
komputer hanya dengan satu potongan
saja. Kartilago TE berdekatan dengan

7
dalam segi biaya.2, 3 Pasien duduk
dengan posisi kepala menengadah,
kemudian dilakukan penetesan cairan
fisiologis melalui lobang hidung,
sebanyak beberapa tetes hingga
maksimal 1cc. Terapi ini dilakukan
selama 2-8 minggu. Angka
keberhasilan terapi ini sebesar
60% kasus dan angka keberhasilan
dominan pada pasien laki-laki, hal ini
mungkin disebabkan oleh variasi
anatomi dan perbedaan hormon.2
Gambar 9. Tomografi komputer
potongan obliq pada pasien tuba Premarin dapat digunakan
Eustachius patulous14 secara topikal sebagai obat
tetes hidung. Premarin 25 mg didilusi
PENATALAKSANAAN dalam 30 ml sodium chloride
Tidak ada standard baku dalam dan digunakan sebagai tetes hidung
penatalaksanaan TEP. Dalam 3 kali sehari selama 6 minggu.
penatalaksanaan TEP hal yang pertama Efek samping penggunaan sediaan
menjadi pilihan adalah terapi ini berupa epistaksis dan iritasi
konservatif, tindakan pembedahan hidung.25
dilakukan apabila gagal secara Terapi konservatif lain berupa
konservatif atau berulangnya TEP bubuk boric dan asam salisilat
setelah terapi konservatif.3, 8, 24 dengan perbandingan 4:1 yang
diaplikasikan pada muara tuba
di nasofaring dengan kateter sehingga
Terapi Konservatif membuat mukosa iritasi dan
Terapi konservatif dapat 25
edema. Dilakukan anastesi topikal
berupa meningkatkan berat badan, pada kavum nasi, kemudian kateter
penggunaan estrogen topikal, perak tuba Eusthacius dimasukkan
nitrat, bubuk boric, phenol dan sediaan transnasal, kateter diinsersi menyusuri
lain yang akan membuat edema lantai hidung sampai melewati
mukosa orifisium ET .3, 11 Terdapat palatum mole, lalu kateter diputar
beberapa sediaan yang akan sehingga ujung kateter tepat berada
menimbulkan edema atau penebalan pada orifisium TE (gambar 10).26
pada lapisan mukosa disekitar katub
TE. Penggunaan nasal saline
fisiologis topikal merupakan pilihan
pertama dan paling mudah serta murah

8
Injeksi Teflon dilakukan
dengan lokal anastesi pada orofaring
dan nasofaring. Pasta Teflon tersedia
dalam kemasan tube steril. Pasta di
injeksikan menggunakan Bruning
syringe dengan jarum ukuran 19.
Palatum mole diangkat keatas dengan
Latrobe palate retractor, injeksi
dilakukan pada 0,5cm inferior dan
Gambar 10. Posisi kateter tuba pada 0,5cm superior orifisium TE dengan
orifisium.26 kedalaman jarum 0,5cm. Jumlah yang
diinjeksikan sebanyak 0,75-1,5 ml
Pasien diminta menelan air (gambar 12).26
beberapa teguk kemudian menarik
nafas dalam dan membuang nafas.
Bagian luar kateter diberikan bubuk
boric dan asam salisilat. Bubuk ini
akan mengakibatkan batuk yang
paroksismal apabila terhirup yang akan
berdampak oedem mukosa TE akibat
iritasi bubuk ini. Terapi ini
mengurangi keluhan dan gejala sampai
beberapa hari. Setelah beberapa kali
dilakukan oleh dokter, prosedur ini Gambar 12. Lokasi injeksi Teflon.26
kemudian diajarkan kepada pasien
untuk nantinya bisa dilakukan oleh Terapi Pembedahan
pasien sendiri dirumah tanpa harus Terapi pembedahan terdiri atas
menggunakan anastesi lokal (gambar 3 prinsip. Prinsip tersebut adalah
10 dan 11).26 dengan cara manipulasi pada membran
timpani, manipulasi TE, dan gabungan
kedua cara tersebut. Untuk manipulasi
pada membran timpani teknik yang
paling banyak dilakukan adalah
pemasangan pipa grommet pada
membran timpani.3, 13
Menurut Kimberly Luu9, teknik
pemasangan pipa grommet
mempunyai angka keberhasilan 53% -
Gambar 11. Peralatan terdiri dari kateter 100% bebas dari keluhan. Cara lain
tuba,bulb syringe dan powder blower.26

9
adalah dengan pemakaian cream, blue faringeal TE, namun teknik ini tidak
tack atau steri-strips pada MT yang digunakan lagi karena risiko tindakan
akan membuat MT lebih kaku yang besar seperti cerebral trombosis
sehingga hipermobilitas MT akan dan terkenanya arteri carotid internal.27
berkurang.11 Teknik lain adalah injeksi graft
Teknik manipulasi MT lain lemak autologus, injeksi kartilago
adalah dengan timpanoplasti kartilago. autologus, injeksi hydroxyapatite
Graft kartilago dibentuk seperti kupu- (pada posisi jam 3,9 dan 12), sediaan
kupu kemudian ditempatkan secara soft tissue bulking ( Vox implant) dan
underlay melalui pendekatan graft kartilago yang pada akhirnya
transkanal ataupun endaural (gambar bertujuan untuk memperkecil defek
13). Menurut Brace11 cara ini pada katub TE dan membuat ostium
mempunyai angka keberhasilan secara TE lebih kecil.3, 8, 15, 24
statistik dalam menurunkan gejala
autofoni, aerofoni dan rasa penuh di Kateter Intraluminal Trans
telinga. Timpani
Prosedur ini menggunakan
A kateter intravena no 18,20 atau 22
B
[ [
dengan panjang 20mm pada wanita,
T T 22mm pada laki-laki (gambar 14).
y y Sebelumnya ujung kateter dibelah
p p ditengah sepanjang 4-5mm untuk
e e kemudian dibuat seperti huruf Y,
Gambar 13. A.Graft kupu-kupu kartilago lumen kateter diisi dengan bone wax.
a B. Graft dipasang aunderlay
dan Lalu dilakukan anastesi lokal pada
telinga yang sakit, dilakukan
q Pada prinsip manipulasi TE anastesi infiltrasi dengan xylocain dan
q
diklasifikasikan
u dengan 3 cara yaitu epinefrin 1:100.000 pada liang telinga.
u
menyempitkan
o lumen TE melalui cara Di bawah penglihatan dengan
o
menyuntikkan
t bahan tertentu pada mikroskop dibuat miringotomi pada
t
jaringan
e disekitar e TE, tindakan kuadran anterosuperior MT, muara
pembedahan TE yang melibatkan TE dilihat dengan scope 300 2,7mm.
otot
f TVPM danf LVPM serta Kateter dimasukkan melalui lubang
menyumbat
r lumenr TE dengan miringotomi atau melalui
3
bahan
o tertentu (plug).
o Pada tahun timpanomeatal flap yang dibuat pada
1977
m terdapat mbeberapa cara bagian anterior (gambar 15), kemudian
penyempitan lumen TE dengan kateter ditempatkan pada muara TE di
penyuntikan
t bahan t seperti gelfoam, telinga tengah (gambar 17).3, 15
teflon
h dan parafin hdi ostium
e e

d d 10
o o
c c
u u
Gambar 14. Kateter intraluminal.3

Gunakan kateter ukuran


terkecil terlebih dahulu, kemudian
ditanyakan keluhan pasien berkurang
atau tidak dan dilihat mobilitas MT
ketika pasien diminta inspirasi dan Gambar 16. Penampakan orificium TE
ekspirasi. Setelah didapatkan keluhan perendoskopi.3
dan klinis yang minimal, kemudian
MT dipasang amnion patch untuk
menjembatani penyembuhan MT.3, 15

Gambar 17. Tomografi komputer mastoid


tampak kateter pada orifisium TE.3

Injeksi Kartilago Autologus


Prosedur ini dilakukan di
kamar operasi dalam anastesi lokal.
Dilakukan anastesi blok pada
timpanomeatal dengan xylocaine 1%
ditambah epinefrin 1:100.000.
Kemudian diambil graft kartilago
tragus, kartilago dipotong-potong kecil
dengan skalpel sampai ukuran yang
bisa lewat pada jarum suntik ukuran
Gambar 15.Prosedur kateter intraluminal
transtimpani.15 19. Kartilago dimasukkan pada spuit
Bruning injector 1cc (gambar 18).
Dilakukan dekongesti dan anastesi
topikal pada kavum nasi. Dengan
endoskopi skop sudut 300 diameter
4mm, torus tubarius divisualisasi dan

11
dilakukan anastesi lokal menggunakan
jarum spinal. Kartilago diinjeksi secara
submukosa sebanyak masing-masing
0,5ml pada anterior dan posterior TE
nasofaring (gambar 19).7, 13 Se Joon
Oh13 melakukan operasi pada 33
telinga dan difollow up rata-rata Gambar 20. Endoskopi TE nasofaring.
(A) Preoperatif. (B) TE 3 tahun pasca
selama 25,2 bulan didapatkan hasil operasi.13
yang memuaskan sebanyak 69,7%
pasien yang dioperasi sesuai dengan Augmentasi Graft Kartilago
system skoring POE (gambar 20 autologus
dan tabel 1) Teknik augmentasi graft
kartilago ini bertujuan untuk
memperkecil defek pada katub
TE dengan hasil yang cenderung
lebih stabil dan bertahan lama.
Graft ditempatkan di lumen, pada
kantong submucoperikondrium yang
dibuat setengah bagian atas orifisium
TE. Prosedur ini dilakukan
Gambar 18. Persiapan graft kartilago dengan pendekatan transoral ataupun
autologus. (A)Kartilago tragus. (B)Proses endoskopi transnasal. Kartilago dapat
mencincang kartilago menjadi bagian
kecil. (C) Kartilago yang akan
diambil dari tragus, simba konka
diinjeksikan. (D) Bruning injector.13 atau septum nasi. Tahapan prosedur ini
adalah dilakukan dekongestan hidung
A B secara topikal, campuran lidocaine 1%
[ [ dan epinefrin 1:100.000 diinjeksikan
T T di orifisium tuba. Mulut dibuka dengan
y y mouth gag, nasofaring dilihat dengan
p p endoskopi kaku 450 melewati rongga
Gambar
e 19. Endoskopi e TE nasofaring. mulut. Dilakukan insisi mukosa sekitar
(A) preoperatif. (B) intraoperatif setelah
orifisium dengan KTP laser pada
injeksi kartilago.13
a a proyeksi jam 9 hingga jam 3. Insisi
Derajat Autofoni N: 33
telinga ditarik ke bawah hingga terlihat
q
Perbaikan komplit q 9(27,3%) kartilago superior. Graft kartilago
u
Perbaikan u
signifikan,puas 14(42,4%) berbentuk trapezium dengan puncak
Perbaikan
o minimal, tidakopuas 6(18,2%)
sepanjang 1mm dan dasar 3-4mm serta
Tidak ada perbaikan t 4(12,1%)
t tinggi 5-8 mm ditempatkan pada
Memburuk 0
e e
Tabel 1.Skoring system POE.3 kantong yang sudah dibuat, biasanya

f f
r r 12
o o
m m
dibutuhkan 2-4 graft (gambar 21). Penatalaksanaan TEP terdiri
Kemudian luka insisi dijahit dengan atas terapi konservatif berupa
vicryl 4.0(gambar 22).15, 25 penghindaran faktor risiko dan
pemakaian obat atau sediaan yang
bertujuan untuk membuat edem
mukosa sekitar lumen TE. Tindakan
pembedahan dilakukan apabila gagal
terapi konservatif atau pada kasus
refrakter setelah terapi konservatif.
Tindakan pembedahan berdasarkan 3
prinsip yaitu: manipulasi MT,
manipulasi TE, dan kombinasi
Gambar 21.Augmentasi graft kartilago
pada orifisium TE.15 keduanya. Dengan mengetahui faktor
risiko dan patofisiologi, maka dapat
dilakukan penatalaksanaan yang tepat.

Daftar Pustaka
1. Muñoz D, Aedo C, Der C. Patulous
eustachian tube in bariatric
surgery patients. Otolaryngology–
Head and Neck Surgery. 2010
(143):521-4.
Gambar 22. Penjahitan luka insisi.15 2. Osima T, Kikuchi T, Kawase T,
Kobayashi T. Nasal instillation of
KESIMPULAN physiological saline for patulous
Tuba Eustachius patulous eustachian tube. Acta Oto-
merupakan salah satu jenis kelainan Laryngologica. 2010(130):550–3.
3. Oh S-J, Lee I-W, Goh E-K, Kong S-
tuba Eustachius dimana tuba terbuka
K. Trans-tympanic catheter
terus menerus. Terdapat berbagai insertion for treatment of
etiologi dan patogenesis terjadinya patulous eustachian tube.
TEP yaitu penurunan berat badan akut, American Journal of
hormonal, sklerotik dan faktor lain Otolaryngology – Head and Neck
Medicine and Surgery.
seperti kelainan kraniofasial dan
2015(36):74 8 – 752.
myoclonia palatum. 4. Pascoto G, Abreu C, Silva ML,
Diagnosis didapatkan secara Weber R, Pignatari SS, Stamm A.
klinis dari anamnesis, pemeriksaan The Impact of Acute Loss of
fisik dan pemeriksaan penunjang. Weight on Eustachian Tube
Tidak terdapat standard baku dalam Function. Int Arch
Otorhinolaryngol. 2014(1):376–9.
penatalaksanaan tuba Eustachius
5. M SAG, F BM, C BC, C H, H LL, K K,
patulous. et al. Eustachian tube

13
dysfunction: consensus statement Complicated With Amyotrophic
on definition, types, clinical Lateral Sclerosis: A Video Clip
presentation and diagnosis. Clin Demonstration. The
Otolaryngol. 2015(40):407–11. Laryngoscope. 2008(118):2057-8.
6. Kano S, Kawase T, Baba Y, Sato T, 13. Oh S-J, Lee I-W, Goh E-K, Kong S-
Kobayashi T. Possible New K. Endoscopic autologous
Assessment of Patulous cartilage injection for the
Eustachian Tube Function: patulous eustachian tube.
Audiometry for Tones Presented American Journal of
in the Nasal Cavity. Acta Otolaryngology – Head and Neck
Otolaryngol. 2004(124):431-5. Medicine and Surgery.
7. Kong S-K, Lee I-W, Goh E-K, Park 2016(37):78-82.
S-H. Autologous cartilage 14. Smith ME, Scoffings DJ, Tysome
injection for the patulous JR. Imaging of the Eustachian
eustachian tube. American tube and its function: a
Journal of Otolaryngology–Head systematic review.
and Neck Medicine and Surgery. Neuroradiology. 2016(58):543–
2011;32:346-8. 56.
8. Vaezeafshar R, Turner JH, Li G, 15. Brackmann DE, Shelton C, Arriaga
Hwang PH. Endoscopic MA. Diagnosis and Management
Hydroxyapatite Augmentation for of The Patulous Eustachian Tube
Patulous Eustachian Tube. The In: Poe DS, Handzel O, editors.
Laryngoscope. 2014(124):62-6. Otologic Surgery 3ed.
9. Luu K, Remillard A, Fandino M, Philadelphia: Saunders elsevier;
Saxby A, Westerberg BD. 2010.
Treatment Effectiveness for
Symptoms of Patulous Eustachian 16. Reddy R. EUSTACHIAN TUBE: ITS
Tube: A Systematic Review. FUNCTIONS AND DYSFUNCTIONS
Otology & Neurotology. IN RELATION TO THE
2015(36):1593–600. PATHOGENESIS OF MIDDLE EAR.
10. Acuna MM, Galofre JD, García RB, Journal of Evidence Based
Porras GA. Uncommon Aetiology Medicine and Healthcare.
for Autophony: Patulous 2014;1(6):387-90.
Eustachian Tube. Acta 17. Hiari MA. Correlation between
Otorrinolaringol. 2013(3):237-9 Eustachian Tube Function and
Estrogen Levels. International
Journal of Advanced Research.
11. Brace MD, Horwich P, Kirkpatrick 2016;4(1):1311- 4.
D, Bance M. Tympanic Membrane 18. Bluestone CD. Anatomy.
Manipulation to Treat Symptoms Eustachian Tube: Structure,
of Patulous Eustachian Tube. Function, Role in Otitis Media.
Otology & Neurotology. 2014, London: BC Decker Inc; 2005. p.
(35):1201-6. 25-56.
12. Takasaki K, Kumagami H, Umeki 19. Putz R, Pabs R. Head: Oral Cavity,
H, Enatsu K, Takahashi H. The Cavitas Oris and Dentes. Sobotta
Patulous Eustachian Tube Atlas of Human Anatomy. 14 ed.

14
Munich: Elsevier Urban and 27. Connor FO, Shea JJ. Autophony
fischer; 2006. p. 92-101. and the Patulous Eustachian
20. Schroder S, Lehmann M, Sauzet Tube. The Laryngoscope.
O, Sudhoff H, Ebmeyer J. A Novel 1981(91):1427-35.
Diagnostic Tool for Chronic
Obstructive Eustachian Tube
Dysfunction—The Eustachian
Tube Score. The Laryngoscope.
2015(125):703–8.
21. Bhagat DR, Chowdhary A, Verma
S, Jyotsana. Physiological Changes
in ENT During Pregnancy. Indian
Journal of Otolaryngology and
Head and Neck Surgery.
2006;58(3):268-70.
22. Kitajima N, Sugita-Kitajima A,
Kitajima S. A case of patulous
Eustachian tube associated with
dizziness induced by nasal
respiration. Auris Nasus Larynx.
2016(xxx):1-4.
23. Henry DF, DiBartolomeo JR.
Patulous Eustachian Tube
Identification Using
Tympanometry. J Am Acad
Audiol. 1993(4):53-7.
24. Schroder S, Lehmann M, Sudhoff
HH, Ebmeyer J. Treatment of the
Patulous Eustachian Tube with
Soft-Tissue Bulking Agent
Injections. Otology &
Neurotology. 2014(36):448-52.
25. Brackmann DE, Shelton C, Arriaga
MA. Diagnosis and Management
of The Patulous Eustachian Tube
In: Poe DS, Handzel O, Cao WC,
Rasooly T, editors. Otologic
Surgery. 4 ed. Philadelphia:
Saunderrs Elsevier; 2016. p. 77-
86.
26. Pulec JL. Abnormally Patent
Eustachian Tube: Treatment with
injection of Poly-
Tetrafluoroethylene (Teflon)
Paste. The Laryngoscope.
1967:1543-54.

15

Anda mungkin juga menyukai