Anda di halaman 1dari 77

TEKNIK OPERASI

RINOTOMI LATERAL - MAKSILEKTOMI

Widodo Ario Kentjono


Dept / SMF Ilmu Kes. THT-KL
FK UNAIR - RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Keganasan sinonasal
 Anatomi  sinus paranasal berdekatan dengan
rongga hidung
 Jarang  0,2-0,8% dari TG seluruh tubuh
3% dari TG Kepala-Leher
 POSA THT-KL RSUD Dr. Soetomo (2000-2002) :
1. KNF : 885
2. Kars. sinonasal : 143
3. Kars. rongga mulut : 117
4. Kars. laring : 101
 TG sinus paranasal  TG sinus maksila >>
 Gejala dini  tak khas
 Kebanyakan sudah stadium lanjut

 Tumor sgt besar  sulit ditentukan asalnya


Lokasi tumor

Sibeleau line Ohngren line

I. Infrastruktur 1. Antero-inferior
II. Mesostruktur 2. Postero-superior
III. Suprastruktur
MACAM PEMBEDAHAN

1. Rinotomi Lateral
- Teknik Degloving
2. Maksilektomi
2.1 Maksilektomi medial
2.2 Maksilektomi parsial
2.2.1 Maksilektomi infrastruktur (inferior)
2.2.2 Maksilektomi suprastruktur (superior)
2.3 Maksilektomi total
2.4 Maksilektomi radikal dengan eksenterasi orbita
2.5 Maksilektomi luas dengan reseksi basis kranii
(reseksi kraniofasial anterior)
Posisi tim operasi
Peralatan operasi
1. RINOTOMI LATERAL
 Ada 2 pendapat :
insisi di lateral hidung

operasi / pendekatan operasi


Macam2 insisi RL
Insisi rinotomi lateral yg sering dilakukan

Moure

Weber Ferguson
Indikasi operasi rinotomi lateral
 Tumor jinak & ganas yg terbatas di rongga hidung

SCC kav.nasi

Hemangioma kapilare Angiofibr. Nasof.


Teknik Operasi Rinotomi Lateral
1. Garis insisi Moure dengan biru metilen (marker)
2. Infiltrasi larutan lidokain 1% + adrenalin 1 : 200.000
3. Insisi kulit dengan pisau, diperdalam sampai perios
4. Jar. lunak di preparer ke lateral & atas
5. Insisi mukosa tepat di tepi apertura piriformis 
dibuat flap nostril
6. Lap. pandang diperluas  tulang nasal & prosesus
frontalis os maksila dipotong dengan pahat (atau bor kipas),
diperlebar dgn Hajek
6. Tumor dikeluarkan dengan berbagai alat :
Blakesley, Takahashi, kuret, tumor forceps, dll

7. Bila perlu  insisi dapat dilanjutkan keatas atau ke kaudal


membelah bibir atas
Bila dilakukan pemotongan / pengangkatan dinding
lateral kavum nasi  disebut : maksilektomi medial
Lapangan pandang RL
 cukup adekuat

Batas atas dan bawah Batas lateral


Contoh kasus 1 : karsinoma sel skuamosa
septum nasi
Contoh kasus 2 : angiofibr. nasofaring
Teknik Degloving
 Mengeluarkan tumor rongga hidung tanpa insisi RL
Contoh hasil operasi teknik Degloving
MAKSILEKTOMI TERBATAS
 mengeluarkan sebagian kecil dari maksila

Indikasi : TG sinus maksila / prosesus alveolaris


yang kecil (dini)
Contoh kasus : kars. sel skuamosa alveolus

Maksilektomi terbatas Prostesis gigi


2. MAKSILEKTOMI MEDIAL
 mengeluarkan seluruh dinding lateral
kavum nasi (dinding medial sinus
maksila), etmoid, lamina papirasea &
sebagian fosa kanina
Indikasi Maksilektomi medial
 Tumor jinak sinonasal (mis. papiloma
inverted)
 TG sinus etmoid yg tidak meluas ke lamina
kribosa
 TG rongga hidung yang meluas ke sinus
maksila
Teknik operasi maksilektomi medial
1. Garis insisi Moure dengan biru metilen
2. Infiltrasi lidokain 1% + adrenalin 1:200.000
3. Insisi kulit sp perios, jar. lunak di preparer
4. Dibuat flap nostril  di retraksi ke medial
5. Trepanasi fosa kanina dgn pahat (bulat),
diperlebar dgn Hajek
6. Tlg dd lateral bag. bawah rongga
hidung  dipotong dgn pahat.
Jar.lunak  dipotong dgn gunting
7. Tlg dd lateral bag. atas rongga hidung
 dipotong dgn pahat
8. Pemotongan jar.lunak di bag.bawah,
atas dan dorsal dari dd. Lateral rongga
hidung dgn gunting bengkok (right angled)
9. Duktus nasolakrimal dicari  di potong
miring, lalu dijahitkan ke lateral

10. Dipasang tampon


11. Luka insisi di jahit
Contoh kasus 1 : papiloma inverted kavum nasi
Contoh kasus 2 : karsinoma sel
skuamosa dinding medial sinus maksila
3. MAKSILEKTOMI INFRASTRUKTUR
(INFERIOR)
 mengeluarkan bagian bawah (inferior) maksila
Indikasi :
 TG di dasar antrum
 TG sinus maksila yg ekstensi ke bag.
bawah sinus / palatum durum, tidak
meluas ke etmoid, tidak infiltrasi tlg dasar
orbita
Teknik operasi maksilektomi infrastruktur
(inferior)
1. Garis insisi Moure  Weber Ferguson dgn
biru metilen, dilanjutkan infiltrasi lidokain 1%
+ adrenalin 1 : 200.000
2. Insisi kulit dgn pisau
3. Insisi mukosa sulkus ginggivobukal 
preparasi jar. lunak  flap pipi
4. Insisi mukosa kavum nasi menyusuri tepi
apertura piriformis
5. Flap nostril  di retraksi ke medial
6. Pemotongan tlg prosesus nasalis maksila,
tepi bawah rima orbita, bag. depan zigoma
dengan pahat atau bor kipas.
7. Pemotongan palatum durum di garis tengah
dgn gergaji Gigly atau bor kipas
8. Pemotongan bag. dorsal maksila dengan
pahat
9. Pemotongan jar. lunak yang melekat dgn
gunting

10. Bagian bawah maksila digoyang  di tarik


ke anterior  spesimen di keluarkan
11. Pengambilan tandur alih kulit (split thickness
skin graft) dari paha

12. Tandur alih kulit di jahitkan pada sisi medial


flap pipi, lalu di pasang tampon

Skin graft
13. Pemasangan obturator (prostesis) gigi

Bekerjasama dgn Drg /


Prostodontist
14. Luka insisi kulit di jahit
Contoh kasus : Kars. muko-epid. sinus maksila (antro-alveolar)

Maksilektomi infrastruktur (inferior)


4. MAKSILEKTOMI SUPRASTRUKTUR
(SUPERIOR)

 mengeluarkan bagian atas (superior) maksila

a) Tanpa eksenterasi orbita b) Dengan eksenterasi orbita


Indikasi :
 TG sinus maksila yang letaknya postero-
superior, tetapi dasar sinus masih intak

Teknik operasi maksilektomi suprastruktur


(superior)
 Sama dengan teknik operasi maksilektomi
infrastruktur (tahap 1 – 5), tetapi tidak dilakukan
pemotongan tulang untuk mengeluarkan bagian
bawah maksila (palatum durum tetap
dipertahankan)
Maksilektomi superior

Maksilektomi inferior
Bila tumor telah meluas ke rongga orbita 
dilakukan eksenterasi orbita (bekerjasama
dgn Dokter Mata), kemudian bagian superior
maksila dikeluarkan

Maksilektomi suprastruktur (superior)


dengan eksenterasi orbita
Contoh kasus 1 : karsinoma sinus maksila tanpa
perluasan ke rongga orbita

Maksilektomi superior (tanpa eksenterasi orbita)


Contoh kasus 2 : Kars. sinus maksila dgn perluasan
ke orbita

Maksilektomi superior
+ eksenterasi orbita
Contoh kasus 3 : Kars. sinus maksila dgn perluasan
ke rongga orbita (1)

Maksilektomi superior & eksenterasi orbita


(2)

Maksilektomi superior & eksenterasi orbita


(3)

Skin graft

Maksilektomi superior & eksenterasi orbita


10 hari pasca bedah
5. MAKSILEKTOMI TOTAL
 mengeluarkan seluruh maksila (termasuk
tulang dasar orbita)
Indikasi :
 TG sinus maksila yang telah memenuhi seluruh
antrum, merusak (infiltrasi) palatum durum dan
dinding superior sinus (dasar orbita) tetapi belum
mengenai (invasi) perios atau jaringan lunak
rongga orbita
Teknik operasi maksilektomi total
 Sama dengan teknik operasi maksilektomi
infrastruktur (tahap 1 – 5), tetapi disini
dilakukan pemotongan (pengangkatan)
tulang dasar orbita
Teknik operasi
1. Insisi Weber Ferguson

2. Preparasi jar. lunak  flap pipi


3. Insisi perios di rima orbita  elevasi perios
dasar orbita

4. Flap nostril  di retraksi ke medial


5. Pemotongan tulang etmoid (lam.papirasea),
dasar orbita sp fisura infra orb., dan bag.
depan zigoma
6. Pemotongan palatum durum di garis
tengah dengan gergaji Gigly atau bor
kipas

7. Pemotongan bag. dorsal sinus maksila


dengan pahat
8. Pemotongan jar. lunak yang melekat
dengan gunting

9. Tulang maksila digoyang  di tarik ke


anterior  spesimen di keluarkan
10. Rekonstruksi dasar orbita dengan
temporal sling, atau silikon, kawat (wiring)

11. Pengambilan tandur alih kulit, lalu di jahitkan


pada sisi medial flap pipi
12. Pemasangan tampon
13. Pemasangan obturator (prosthesis) gigi
14. Luka insisi kulit dijahit
Contoh kasus : Sarkoma sinus maksila

Maksilektomi
total
6. MAKSILEKTOMI RADIKAL +
EKSENTERASI ORBITA
 mengeluarkan seluruh maksila dan struktur
rongga orbita
Indikasi :
 TG sinus maksila yang besar dan telah
menginvasi periorbita, atau meluas ke
rongga orbita
Teknik operasi
1. Penjahitan palp.sup & inf. (tarsorafi)

2. Marker, infiltrasi lidokain + adrenalin 1 :


200.000., dilanjutkan insisi Weber Ferguson
3. Preparasi jaringan lunak  flap pipi

4. Preparasi perios orbita  melingkar 


a/v/n optikus di klem, potong, ligasi
5. Isi rongga orbita dikeluarkan
(bekerjasama dengan Dokter Mata)

6. Pemotongan korpus maksila bagian


supero-lateral dengan gergaji Gigly atau bor
kipas, dilanjutkan dasar orbita (fis. Orbit. Inf.)
ke medial sampai tlg etmoid dan os nasal
7. Pemotongan palatum durum di garis
tengah dgn gergaji Gigly, atau bor kipas

8. Pemotongan bagian dorsal sinus maksila


dengan pahat
9. Tulang maksila di goyang  ditarik ke anterior,
jaringan lunak yang melekat dipotong dgn gunting

10. Pengambilan tandur alih kulit, lalu di


jahitkan pada sisi medial flap pipi, sampai
daerah orbita
11. Pemasangan tampon
12. Pemasangan obturator (prosthesis) gigi
13.Luka insisi kulit dijahit
Contoh kasus : Kars. Sinus maksila
yang meluas ke atap sinus, invasi
periorbita dan masuk ke jaringan orbita

Maksilektomi radikal dengan eksenterasi orbita


7. MAKSILEKTOMI DIPERLUAS
MIS : MAKSILEKTOMI DENGAN RESEKSI BASIS KRANII
(RESEKSI KRANIOFASIAL ANTERIOR)
Indikasi :
 TG etmoid atau sinus maksila yang telah mengenai
(infiltrasi/invasi) lamina kribrosa, meluas ke intrakranial
mendesak dura mater
Teknik operasi
Prinsip : trepanasi dan eksisi tumor di daerah lamina
kribosa transkranial oleh Dokter Sp. Bedah Saraf,
dilanjutkan maksilektomi (medial / suprastruktur / total)
oleh Dokter Sp. THT-KL

1. Insisi bikoronal, pembuatan flap, dilanjutkan


trepanasi
2. Insisi duramater, lobus frontalis di retraksi.
Evaluasi tumor di daerah lamina kribosa

Adeno kars. etmoid

3. Pemotongan tulang dasar tengkorak regio


cribriform plate diluar batas2 tumor dengan
pahat (transkranial)
4. Defek operasi ditutup dengan tulang dan fasia
5. Pasang drain, luka insisi kulit kepala dijahit

6. Insisi Moure, dilanjutkan ke atas dan bawah


membelah bibir atas
7. Tergantung kasus  maksilektomi
medial, suprastruktur atau total / radikal
8. Dipasang tampon, luka insisi dijahit
RINGKASAN
 Modalitas utama penanganan keganasan
sinonasal  operasi RL & maksilektomi
 Ada bbrp macam teknik maksilektomi 
tergantung : lokasi tumor primer dan perluasan
 Agar mampu melakukan operasi dengan baik 
perlu pemahaman anatomi dan keterampilan
yang cukup / tinggi
 Hasil maksimal  perlu kerjasama multidisiplin

Anda mungkin juga menyukai