Anda di halaman 1dari 43

DISFONIA

I. Pendahuluan
• Disfoni bukan merupakan penyakit
merupakan gejala suatu penyakit
• Keluhan suara parau tidak jarang di temukan
• Setiap keadaan yang memberikan gangguan
dalam getaran, gangguan dalam keregangan
dan gangguan dalam pendekatan kedua pita
suara kiri kanan menimbulkan suara parau
II. ANATOMI LARING
• Anatomi dari suara tidak hanya terbatas pada
daerah diantara cekungan supra sternalis (diatas
tulang dada) dan tulang hyod.
• Secara sederhana semua sistem tubuh dapat
mempengaruhi suara.
• Laring merupakan komponen yang sangat sensitif
dan ekspresif dalam mekanisme vokal, tetapi
intraksi anatomis diseluruh tubuh manusia juga
harus dapat dipertimbangkan dalam
penatalaksanaan penggunaan suara professional.
Lanj.
• Laring terdiri atas empat unit anatomis , yaitu
tulang, mukosa, otot-otot intrinsik, dan otot-otot
ekstrinsik.
• Glotis merupakan ruang yang berada diantara
pita suara.
• Bagian laring diatas pita suara disebut daerah
supra glotis. Bagian laring dibawah pita suara
disebut daerah subglotis.
• Saluran vokal termasuk beberapa bagian dari
saluran aerodigestif terlibat dalam pembentukan
suara.
KERANGKA PADA LARING
Kerangka laring terdiri dari tulang hyoid (yang berbentuk
seperti huruf U dan permukaan atasnya dihubungkan
dengan lidah, mandibula, tengkorak oleh tendo dan otot)
dan beberapa tulang rawan yaitu :
3 tulang rawan tunggal:
– Cartilago tyroid
– Cartilago cricoid
– Epiglotis
3 tulang rawan sepasang:
– Cartilago arytenoid
– Cartilago corniculata
– Cartilago cuneiforme
Gambar 1. kartilago laring
Otot-otot pada laring :
• Otot-otot ekstrinsik (bekerja pada laring secara
keseluruhan) :
– Suprahyoid (menarik laring kebawah)  m. Digastrikus,
m. Geniohyoid, m. Stilohyoid, m. Milohyoid
– Infrahyoid (menarik laring keatas)  m. Sternohyoid,
m. Omohyoid, m. tirohyoid
• Otot intrinsik (bekerja pada bagian bagian laring
secara sendiri-sendiri) :
– Anterior (terletak di bagian lateral laring)  M.
Krikoaritenoid lateralis, m. Tiroepiglotika, m. Vokalis, m.
Tiroaritenoid, m. Ariepiglotika, m. Krikotiroid
– Posterior  m. Aritenoid transversum, m. Aritenoid
oblik, m. Krikoaritenoid posterior
Gambar 2. Otot ekstrinsik laring
Gambar 3. Otot intrinsik laring
Organ-organ pada rongga laring :
• Lipatan mukosa pada ligamentum vokalis dan
ligamentum ventrikularis membentuk plika vokalis
dan plika ventrikularis
• Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan disebut
rima glotis, dan bidang antara plika ventrikularis kiri
dan kanan disebut rima vestibuli.
• Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga
laring menjadi 3 bagian, yaitu :
– Vestibulum laring  rongga laring yang terdapat diatas
plika ventrikularis (disebut supraglotis)
– Glotis
– Subglotis  rongga laring yang terletak dibawah plika
vokalis
Pita Suara ( Plika Vokalis )  Teori Body - Cover

• Pita suara sebagai organ fonasi terdiri dari komponen


body dan komponen cover
• Komponen body dibentuk dari dua otot tiroaritenoid
yang mengandung serat abduksi yang menentukan
panjang, kontur, dan bentuk glotis bila pita suara
menutup dan pengatur ketegangan lapisan mukosa
pita suara sehingga lebih fleksibel dan mudah
bervibrasi.
• Area antara bagian inferior dan superior pita suara
sebagai penentu volume dan perubahan nada suara.
Komponen cover terdiri dari lapisan luar diliputi
oleh :
- Epitel skuamosa berlapis
- Lapisan dalam
- Lamina propria  3 lapisan : Lapisan superfisial, Intermedius, Profunda
lapisan superfisial dikenal dengan Ruang Reinke  yang bersifat
fleksibel dan mudah bergerak
Lapisan intermedia dan profunda  membentuk ligamen vokalis.
• Model body-cover mengkategorikan lima lapisan lipatan vokal
menjadi tiga unit fungsional.
• Komponen pertama cover adalah epitel dan lamina propria
superfisial.
• Komponen kedua disebut “transisi” ligamen vokal terbuat dari serat
elastin dan kolagen dari intermediet dan lapisan dalam lamina
propria.
• Komponen ketiga adalah otot vokal
Gambar 4. Lapisan Plika vokalis
Persarafan laring
• Oleh cabang-cabang n. Vagus yaitu : n. Laringis
superior dan n. Laringis inferior (campuran motorik
dan sensorik)
Perdarahan laring
• Terdiri dari 2 cabang yaitu : a. Laringis superior (cabang
dari a. Tiroid superior) dan a. Laringis inferior (cabang
dari a. Tiroid inferior).
• Vena laringis superior dan vena laringis inferior
letaknya sejajar dengan arteri laringis superior dan
inferior yang bergabung dengan vena tiroid superior
dan inferior.
Gambar 5. Persarafan laring
Gambar 6. Perdarahan Laring
III. Fisiologi laring
Fungsi Utama Laring
Proteksi
• Untuk mencegah makanan dan benda asing masuk
ke dalam trakea dengan jalan menutup auditus
laring dan rima glotis secara bersamaan.terjadinya
penutupan auditus laring ialah karena
pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-
otot ekstrinsik laring.dalam hal ini kartilago
aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi
m.tiro-aritenoid dan m.tiro-aritenoid.selanjutnya
m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.
• Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika
vokalis.kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat
karma adduksi otot-otot intrinsik.
Respirasi

• Mengatur besar kecilnya rima glotis.bila


m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan
menyebabkan processus vokalis kartilago
aritenoid bergerak ke lateral sehingga rima
glotis terbuka.
Fonasi
• Pembentukan suara merupakan fungsi
laring paling kompleks
• Membuat suara yang menentukan tinggi
rendahnya nada
• Suara dibentuk karena adanya aliran
udara respirasi yang konstandan interaksi
antara udara dan plika vokalis
• Nada suara dari laring diperkuat oleh
tekanan udara pernapasan subglotis dan
vibrasi laring dan ruang resonansi
Lanj.
• Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika
vokalis.bila plika vokalis dalam keadaan adduksi,maka
m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid kebawah dan
kedepan menjauhi kartilago aritenoid.

• Pada saat yg bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan


menahan atau menarik kartilago aritenoid kebelakang.plika
vokalis kini dalam keadaan yg efektif untuk
berkontraksi,sebaliknya kontrasksi m.krikoaritenoid akan
mendorong kartilago aritenoid kedepan ,sehingga plika
vokalis akan mengendor.kontraksi serta mengendornya plika
vokalis akan menentukan tinggi tendahnya nada.
IV. Fisiologi suara
• Secara umum anatomi untuk produksi suara pita suara
• Hantaran suara secara primer di produksi laring oleh
adanya vibrasi plika vokalis
• Di pertahankan oleh adanya :
- equilibrum dinamis
- tekanan udara ekspirasi
- tonus otot dari plika vokalis
• Vibrasi plika vokalis terbentuk dari :
- gerakan dasar oleh vibrasi dari m. vokalis mediolateral
predominan dan ligamen vokalis
- mobilitas dari m. superfisial relatif m. vokalis pada waktu
fonasi membangkitkan permukaan epitel
Lanj…

• Terdapat 3 sistem organ pembentuk suara, yaitu :


sistem pernapasan
Laring
Traktus vokalis supraglotis
• Sistem respirasi berperan sebagai pompa
menghasilakan aliran udara konstan dan teru menerus
melalui glotis di dukung oleh Otot – otot dada,perut
dan diagfragma berperan dalam penapasan
• Laring merupakan organ pembentuk suara yang
komplkes terdiri dari tulang, tulang rawan, jaringan
otot menggerakkan pita suara
Lanj…

• Traktus vokalis merupakan organ pelengkap


yang penting karena suara yang di bentuk akan
diteruskan melewatu traktus vokalis supraglotis,
Di daerah ini suara di modifikaso oleh beberapa
struktur oral faringeal
(lidah,bibir,palatum,dinding faring dan sinus)
organ tersebut berfungsi sebagai artikulator dan
resonator, ketika bernapas pita suara terbuka,
ketika berbicara atau menyanyi pita suara
menutup, da ketika udara meninggalkan paru -
paru mereka akan bergetar bembentuk suara
V. Patofisologi
• Jika suara di gunakan berlebihan terjadi keadaan yang patologis
siklus fibrasi menjadi tersentak – sentak dan suara menjadi parau
(Disfoni) dan terganggu
• Jika adduksi pita suara lemah dan tidak mampu menutup maka
suara akan menjadi rendah dan tidak akan meningkat pada keadaan
ini fibrasi pita suara tidak seimbang untuk sementara akibat dari
frekuensi pita suara antara bagian kiri dan kanan berbeda
• Disfoni bukan merupakan penyakit tapi merupakan gejala penyakit
atau kelainan pada laring, perubahan suara ini berkaitan dengan
kelainan pita suara, pembengkakan pada pita suara menimbulkan
gangguan untuk menutup dengan baik dan mengubah getaran pada
pita suara sehingga menimbulkan perubahan pada suara baik
kualitas,volume maupun nada
VI. Klasifikasi Disfoni
VI. I. Disfoni organik
Disfoni organik merupakan suatu gejala disfoni yang disebabkan kelalinan atau gangguan pada
organ laring diantaranya :
I. Inflamasi :
a. laringitis akut & kronis
Laringitis akut
Radang akut laring pada umumnya merupakan kelajutan dari infeksi saluran nafas seperti influenza
atau common cold. Penyebab radang ini ialah bakteri, yang menyebabkan radang lokal atau virus yang
menyebabkan peradangan sistemik.
Laringitis kronik
Dalam keadaan laryngitis, pita suara mengalami peradangan sehingga tekanan yang diperlukan
untuk memproduksi suara meningkat. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam memproduksi tekanan yang
adekuat. Udara yang melewati pita suara yang mengalami peradangan ini justru menyebabkan suara
yang dihasilkan menjadi parau. Bahkan pada beberapa kasus suara dapat menjadi lemah atau bahkan
tak terdengar. Laryngitis TB adalah salah satu contoh laryngitis kronik
b. GERD
GERD adalah suatu kelainan dimana asamlambung naik
kembali melalui esophagus dan tenggorokan, sehingga dapat
menyebabkan iritasi pada laring.
Biasanya, suara mulai memburuk di pagi hari dan
meningkat sepanjang hari. Penderita juga mengalami gejala
lain seperti tenggorokan terasa nyeri dan kering, rasa panas

di pipi, sensasi yang menyumbat, dan batuk kronis .


II. Tumor
a. papiloma laring
Gejala awal penyakit ini adalah suara serak dan
karena sering terjadi pada anak, biasanya disertai
dengan tangis yang lemah. Papiloma dapat
membesar kadang-kadang dapat menyebabkan
sumbatan jalan nafas yang mengakibatkan sesak
dan stridor sehingga memerlukan trakeostomi
b. Tumor Laring
Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik
disebabkan ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan
celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen
krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Serak
menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, menganggu, sumbang,
dan nadanya lebih rendah dari biasanya. Kadang bisa afoni karena
nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.
Hubungan antara suara serak dengan tumor laring tergantung dari
letak tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli, maka serak
merupakan gejala dini dan menetap. Pada tumor subglotik dan
supraglotik, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak muncul
sama sekali
III. Trauma
a. Endotrakeal Tube
Endotracheal intubasi pada pembedahan atau resusitasi bisa
menyebabkan suara parau.
Fraktur pada laring dimana Trauma langsung pada laring dapat
menyebakan fraktur kartilago laring yang menyebabkan lokal hematoma
atau mengenai saraf.
Benda asing yaitu Benda asing yang termakan oleh anak-anak bisa
masuk ke laring dan menyebabkan suara parau dan kesulitan bernafas
IV. Malformasi
a. Laringo Malasia
b. Laringo Web
c. Cri du chat symdrom
d. Down syndrom
IV. Malformasi
a. Laringomalasia
• Merupakan penyebab tersering suara parau saat bernafas
pada bayi baru lahir.
b. Laringeal webs
• Merupakan suatu selaput jaringan pada laring yang
sebagian menutup jalanudara. 75 % selaput ini terletak
diantara pita suara, tetapi selaput ini juga dapat terletak
diatas atau dibawah pita suara.
c. Cri du chat syndrome dan Down sindrome
Merupakan suatu kelainan genetik pada bayi saat lahir
yang bermanifestasi klinis berupa suara parau atau stridor
saat bernafas. Cri du chatting sindrom adalah
sekelompok gejala yang disebabkan kehilangan
sepotong kromosom nomor 5. Nama sindrom ini
didasarkan pada tangisan bayi, yang bernada tinggi
dan suara seperti kucing.
VI.2. Disfoni Fungsional
I. Nodul Pita Suara dan polip pita suara
Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan
suara dalam waktu yang lama, seperti pada seorang guru,
penyanyi dan sebagainya dapat terjadi pembengkakan pita
suara yang disebut sebagai nodul pita suara atau polip pita
suara
II. Kista Pita suara
Kista pita suara umumnya termasuk kista resistensi
kelenjar liur minor laring, terbentuk akibat tersumbatnya
kelenjar tersebut, faktor iritasi kronik, refluks gastroesofageal
dan infeksi diduga berperan sebagai faktor predisposisi.
Kista terletak di dalam lamina propria superfisialis,
menempel pada membran basal epitel atau ligamentum
vokalis. Ukurannya biasanya tidak besar sehingga jarang
menyebabkan sumbatan jalan nafas atas.
VI.3. Disfoni Spasmodik
Disfoni spasmodik terjadi karena gangguan suara akibat dari
gerakan involunter dari satu atau lebih m.laring pada waktu
bicara.
terbagi dalam 3 tipe :
a. Disfoni adduktor spasmodik
Gerakan invulonter terjadi secara tiba – tiba atau spasme
karena plika vokalis menjadi keras dan kaku vibrasi plika
vokalis dan produksi suara terganggu
b. Disfoni abduktor spasmodik
gerakan involunter terjadi secara tiba-tiba plika vokalis
terbuka vibrasi tidak terjadi
c. Disfoni Campuran
pasien menderita disfoni adduktor dan abduktor spasmodik
VI. 4. Disfoni Neurogenik
Kelumpuhan pita suara  terganggunya pergerakan pita suara karena
disfungsi saraf otot-otot laring hal ini merupakan gejala suatu penyakit dan
bukan merupakan suatu diagnosis. Paralisis pita suara terjadi ketika salah
satu atau kedua pita suara tidak dapat membuka ataupun menutup
dengan semestinya
Penyebab 
 Trauma bedah iatrogenik pada vagus atau n. laringeus rekuren,
 Invasi malignan pada vagus atau n.laringeus rekuren dapat terjadi akibat
tumor,
 Kerusakan pada saraf yang mempersarafi daerah laring, idiopatik dan karena
kondisi neurologik tertentu seperti stroke, tumor otak, maupun multiple
sclerosis
VI.5. Disfoni endokrin
Disfoni endokrin disebabkan ketidak seimbangan hormon
eksogen (pada terapi atau pada atlet )
Wanita lebih banyak dari laki – laki, biasanya juga terjadi
gangguan pada orang hamil disebut laringopati gravidarum
Wanita menopause juga mengalami perubahan suara
Penyakit endokrin tertentu kadang – kadang bermanifestasi pada
suara contoh pada pasien akromegali mempunyai nada suara
yang rendah tetapi mempertahankan ketepatan artikulasi dan
pengaruh emosinya. Pada pasien hipotiroidisme yang lanjut
afeksinya mendatar nadanya rendah serta lidah yang besar
menyebabkan artikulasi huruf s menjadi buruk, di samping itu
perubahan suara pada hipertiroid akibat dari mixedema pada
plika vokalis.
VII. Penanganan
• Terapi konservatif , menghilangkan faktor penyebab seperti stres,
merokok, dan alkohol. Minum banyak air putih dapat mencegah
tenggorokan dari kekeringan.Istirahat berbicara selama dua sampai
tiga hari.
• Terapi Wicara atau Speech memberikan terapi terhadap pasien
dengan gangguan pada suara, misal oleh karena vocal nodule dan
kesalahan penggunaan suara.
• Terapi medikamentosa dengan obat dimana infeksi saluran
pernafasan atas seringkali disebabkan oleh infeksi virus. Tirah
baring. Pemberian antibiotik dianjurkan jika terdapat infeksi bakteri,
pada laringitis TBC dapat diberikan obat anti TB. Nasal spray
diberikan pada pasien dengan inflamasi kronik sinus. Pada pasien
dengan gastroesofageal refluk, dapat diberikan medikasi untuk
mengurangi sekresi asam lambung.
Lanj…
• Pembedahan dianjurkan untuk diagnosis (contoh:biopsi)
dan terapi (contoh: mengambil massa tumor dan laser
surgery). Operasi dapat dilakukan dengan fibre-optic
endoscope.
• Koreksi bedah (phonosurgery)
- Mikrolaringoskopi pada semua jenis tumor jinak laring (vocal
nodul). Thyroplasti dan arytenoid adduktion (paralisisis korda
vokalis)
- Laringektomi pada karsinoma laring
• Pembedahan pada penyebab suara parau non-kanker
hanya diindikasikan jika penatalaksanaan dengan cara
lain gagal.

Anda mungkin juga menyukai