PENDAHULUAN
Pendengaran normal adalah kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan kemampuan
berbicara dan perkembangan kognitif yang baik 1, Deteksi gangguan pendengaran harus
dilakukan pada usia sedini mungkin untuk memberikan intervensi yang tepat dan cepat seperti
penggunaan alat bantu dengar dan implan koklea. Pada tahun 2007, Joint Committee on Infant
Hearing (JCIH) merekomendasikan implant koklea pada usia 6 bulan untuk mengobati gangguan
pendengaran bawaan pada bayi sebagai dasar untuk perkembangan kognitif dan berbahasa
mereka. Namun, untuk memperoleh informasi pendengaran yang tepat dan objektif pada bayi
dan anak- anak yang sangat muda, terutama pada frekuensi menengah hingga rendah, masih
merupakan tugas yang menantang. Audiometri nada murni konvensional (PTA) tetap merupakan
tes penting untuk menggambarkan tingkat gangguan pendengaran pada anak yang mampu
merespons dan cooperative. Elektrofisiologis seperti auditory brainstem responses (ABR) masih
merupakan gold standart pada anak-anak yang sangat muda atau anak yang tidak cooperative2.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak studi klinis yang meneliti peran
Auditory Steady-State Responses (ASSR) untuk memperkirakan ambang batas pendengaran.
ASSR adalah test yang direkam oleh amplitudo yang terus-menerus dan tes objektif yang
berfungsi menentukan tingkat stimulus maksimum, yang dapat diasumsikan sebagai ukuran dari
kemampuan pendengaran3. Pemeriksaan ini direkam dengan menggunakan dua teknik stimulasi:
frekuensi tunggal dan stimulasi multifrequency 4. Penerapan ASSR telah dipelajari pada orang
5,6,7
dewasa normal dan tuna rungu, anak-anak dan bayi , dan beberapa keuntungan dari prosedur
objektif ini telah dilaporkan. Secara khusus, stimulus ini tampaknya lebih spesifik untuk rentang-
frekuensi tinggi, dibandingkan dengan clicks-evoked ABR, dan pengukuran dapat memberikan
informasi pendengaran bahkan untuk individu dengan gangguan pendengaran yang sangat berat
(> 90 dB) 8,9.
Tes pendengaran yang akan dibahas adalah salah satu tes audiometri objektif yaitu
pemeriksaan ASSR. ASSR (Auditory steady-state response) merupakan suatu pemeriksaan
objektif alternatif dalam menilai jaras auditori dari perifer hingga sentral yang menggabungkan
spesifisitas berbagai frekuensi dan stimulasi tingkat tinggi. Auditory steady-state response
membangkitkan nada yang berkesinambungan pada amplitudo dan atau frekuensi tertentu.(11)
1. ANATOMI SISTEM PENDENGARAN (TELINGA)
Telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga luar,
tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke
otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk
menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari
permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.2,10.
b. Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang memiliki hubungan dengan rongga
hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius, yang fungsinya
menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Tuba eustachius
lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi dapat terbuka secara alami ketika anda
menelan dan menguap. Setelah sampai pada gendang telinga, gelombang suara akan
menyebabkan bergetarnya gendang telinga, lalu dengan perlahan disalurkan pada
rangkaian tulang-tulang pendengaran. Tulang-tulang yang saling berhubungan ini
sering disebut " maleus, incus, dan stapes"- secara mekanik menghubungkan
gendang telinga dengan "tingkap lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval
window (tingkap lonjong) menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam
telinga dalam.11,12
Telinga tengah terdiri dari :2
Tuba auditorius (eustachius)
Penghubung faring dan cavum nasofaring untuk :
Proteksi: melindungi dari kuman
Drainase: mengeluarkan cairan.
Aerofungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam.
Tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)
Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk diteruskan ke
foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada skala vestibule akan
berkembang.
c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari :
Koklea
Skala vestibule: mengandung perlimfe
Skala media: mengandung endolimfe
Skala timpani: mengandung perlimfe
Organ korti
Mengandung sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran di
memberan basilaris.
Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea" berbentuk
spiral yang disebut rumah siput. Sepanjang jalur rumah siput terdiri dari 20.000
sel-sel rambut yang mengubah getaran suara menjadi getaran-getaran saraf yang
akan dikirim ke otak. Di otak getaran tersebut akan di intrepertasi sebagai makna
suatu bunyi. Hampir 90% kasus gangguan pendengaran disebabkan oleh rusak
atau lemahnya sel-sel rambut telinga dalam secara perlahan. Hal ini dikarenakan
pertambahan usia atau terpapar bising yang keras secara terus menerus. Gangguan
pendengaran yang seperti ini biasa disebut dengan tuli sensorineural atau
perseptif. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan
frekuensi yang diperlukan untuk mengerti percakapan. Efeknya hampir selalu
sama, menjadi lebih sulit membedakan atau memilah pembicaraan pada kondisi
bising. Suara-suara nada tinggi tertentu seperti kicauan burung menghilang
bersamaan, orang-orang terlihat hanya seperti berguman dan anda sering meminta
mereka untuk mengulangi apa yang mereka katakan.11,12,13
Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi
yang diperlukan untuk mengerti percakapan. Contoh kecil seperti menghilangkan
semua nada tinggi pada piano dan meminta seseorang untuk memainkan sebuah
melodi yang terkenal. Dengan hanya 6 atau 7 nada yang salah, melodi akan sulit
untuk dikenali dan suaranya tidak benar secara keseluruhan. Sekali sel-sel rambut
telinga dalam mengalami kerusakan, maka tidak ada cara memperbaikinya.
Sebuah alat bantu dengar dapat membantu menambah kemampuan mendengar.
Adapun hal yang dapat membantu untuk menjaga agar selanjutnya tidak menjadi
lebih buruk dari keadaan saat ini dengan menghindari sering terpapar oleh bising
yang keras.12
Kanalis semisirklularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuler sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
(duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa
berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
vestibuler disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s Membrane) sedangkan
dasar skala media adalah membran basalis. Pada skala media terdapat bagian yang
berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat
sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis corti,
yang membentuk organ corti.1. Nervus Vestibulocochlearis merupakan nervus
cranialis ke delapan. Nervus ini terdiri dari 2 komponen fungsional yang berbeda
yaitu 1) nervus Vestibularis, yang membawa impuls keseimbangan dan orientasi
ruang tiga dimensi dari apparatus vertibular dan 2) nervus Cochlearis, yang
membawa impuls pendengaran yang berasal dari organon corti di dalam cochlea.
Apparatus vestibular dan organon corti terletak didalam pars petrosa os
temporalis.
Nervus Vestibularis
Nervus Vertibularis intinya terdiri dari 4 bagian yaitu medial, superior, inferior
dan lateral. Nukleus ini terletak di bagian dorsal antara pons dan medulla
sehingga menjadi bagian depan/dinding dari ventrikel IV. Pengetahuan mengenai
nukleus vestibularis inferior masih sangat sedikit. Nukleus vestibularis lateral dan
medial berperan dalam refleks labiryntine statis, sedangkan nukleus vestibularis
medial dan superior berperan dalam refleks dinamis dan vestibuloocular.
Pada daerah fundus dari meatus acustikus internus, bagian vestibuler dari
N.vestibulocochlearis, meluas untuk membentuk ganglion vestibuler yang
kemudian terbagi menjadi divisi superior dan inferior. Kedua divisi ini kemudian
berhubungan dengan canalis semisirkularis.
Nervus Cochlearis
Nervus Cochlearis intinya dari dua bagian, yaitu ventral dan dorsal, letaknya
disebelah lateral pedunkulus serebelli inferior. Tonjolan inti cochlearis pada
dinding ventrikel IV disebut acoustic tubercle. Serabut dari N.Cochlearis akan
berjalan ke cochlea dan membentuk ganglion spirale cochlea, serabutnya berakhir
pada sel-sel rambut organon corti di ductus cochlearis. Serabut dari nucleus
vestibularis dan cochlearis berjalan ke ventrolateral dan keluar dari batang otak
pada daerah pontomedularry junction bersama N. VII yang terletak disebelah
medialnya, kemudian berjalan masuk ke os petrosus melalui meatus acustikus
internus, jarak dari pontomedullari ke meatus acustikus internus 10 mm (6-15
mm).
Di dalam meatus akustikus infernos nervus vestibularis berjalan di sebelah dorsal,
sedangkan nervus cochlearis berjalan di sebelah ventralnya. Di atasnya berjalan
nervus intermedius (N VII) dan serabut motorik nervus VII. Perjalanan
selanjutnya agak berputar sedikit, sehingga nervus cochlearis berada di sebelah
bawah, diatasnya nervus vestibularis, sedangkan nervus facialis di sisi depannya
dan nervus intermedius diantaranya.
2. FISIOLOGI PENDENGARAN
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah bertekanan tinggi karena kompresi
(pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah bertekanan
rendah akibat penjarangan molekul tersebut.(3)
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan
eksternal, yaitu fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang-seling,
mengenai membran timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di
membran timpani per satuan waktu adalah serangkaian gelombang, dan gerakan semacam
itu dalam lingkungan secara umum disebut gelombang suara. Gelombang berjalan melalui
udara dengan kecepatan sekitar 344 m/det (770 mil/jam) pada 20oC setinggi permukaan laut.
Kecepatan suara meningkat seiring suhu dan ketinggian.3
Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai membran
timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran, endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani
akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.12,13,14
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na menjadi aliran
listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat
sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.5
Aktivitas otak dicatat dengan menggunakan elektroda yang ditempelkan pada dahi dan di
belakang kedua telinga. Penggunaan elektroda tidak membutuhkan pasien untuk berperan
aktif (misalnya, menekan tombol respon setiap kali nada diaktifkan). Hasil terdeteksi
obyektif menggunakan formula statistik yang menentukan ada atau tidak adanya respon yang
benar. Mirip dengan pengujian audiometri, ambang batas ditentukan sebagai tingkat terendah
pada setiap frekuensi di mana ada respon.(5)
Gambar di atas adalah Auditory Steady-State Response (ASSR). Yang menunjukkan angka
rata-rata dari respon kedua telinga (secara terpisah) sampai empat frekuensi uji (0.5, 1, 2 dan
4 kHz) dan mengikuti rangsangan pada 20-70 dB dalam garis vertikal yang ditunjukkan
melalui latar kebisingan, di sebelah kiri setengah dari gambar. Indentifikasi positif dari tester
ini digambarkan dalam bentuk segitiga biru dan merah (sesuai dengan kiri dan kanan telinga,
masing-masing) atas objek pemeriksa. Skala di bagian bawah grafik menunjukkan modulasi
frekuensi yang berbeda diterapkan pada nada masing-masing dan untuk setiap telinga. Tes ini
memakan waktu sekitar 5 menit untuk melakukan, sehingga rata-rata respon untuk direkam
lima hingga sepuluh pemberian rangsangan. Digrafik di sebelah kanan gambar, ambang
ASSR (segitiga) dibandingkan dengan ambang batas perilaku (lingkaran).
Auditory Steady-State Response (ASSR) dihasilkan melalui batang otak (brainstem) dari
situs yang sama dengan metode ABR yaitu gelombang II-V. Tetapi, bukan serangkaian
gelombang yang dihasilkan di batang otak oleh transiet stimulus individu, ini bekerja secara
terus-menerus, EEG-memberi gambaran gelombang listrik secara terus menerus, yang
dimodulasi oleh nada murni.
Stimulasi digambarkan dalam prosedur ASSR sebagai frekuensi. Amplitudo sebagai
modulasi nada murni. Di mana modulasi yang digunakan antara 80-100/s (80-100 Hz).
Sedangkan frekuensi nada murni yang digunakan pada pemeriksaan antara 250 Hz sampai 8
kHz. Respon yang muncul terdiri dari respon yang berlangsung terus-menerus itu disebut
phase-locked, dan karena itu dapat memberikan bayangan tingkat modulasi yang muncul
akibat stimulus. Hal ini dicatat menggunakan elektroda kulit kepala, proses perhitungan
dilakukan secara otomatis oleh software komputer. Alat ini sudah dapat digunakan saat lahir.
Alat digunakan difrekuensi khusus pendengaran dengan ambang batas yang akan diukur
antara 20 dan 120 dB, dan tanggapan terhadap empat frekuensi yang berbeda dapat diukur
secara simultan dari kedua telinga sekaligus. Alat ini akan membaca gelombang yang stabil
selama tidur, atau akibat dari obat penenang dan anestesi umum.
II.AUDIOLOGICAL ASSESSMENT
Penilaian pendengaran pada anak-anak membutuhkan beberapa teknik pengujian yang
berbeda. Alat tes yang digunakan tergantung dari usia anaknya. Alat tes diatur menurut usia
anaknya. Tes ini memiliki beberapa manfaat dari keterbatasan setiap tes yang memerlukan
waktu untuk mencatatnya.(7)
Tes audiometri sering dilakukan pada anak-anak dari berbagai usia. Catatan bahwa ini
merujuk kepada anak-anak normal dalam perkembangan usia. Tes ini dapat mendeteksi
kasus-kasus keterlambatan perkembangan. OAE , ABR, ASSR, VRA,Uji gangguan DT.(7)
Auditory Steady State Respons membangkitkan potensi listrik yang direkam dari kulit
kepala manusia sebagai respon terhadap rangsangan pendengaran dipresentasikan pada
tingkat antara 1 dan 200 Hz atau dengan modulasi periodik amplitudo dan/atau frekuensi
nada terus menerus. Tanggapan dapat obyektif dideteksi menggunakan frekuensi berbasis
analisis. Pada subyek yang operatif, tanggapan yang sangat menonjol pada tingkat dekat 40
Hz. Tanggapan ditimbulkan oleh rangsangan lebih cepat disajikan tidak begitu terpengaruh
oleh perubahan gairah dan dapat ditimbulkan oleh rangsangan simultan tanpa kerugian yang
signifikan dari amplitudo. Respon amplitudo meningkat seiring kedalaman modulasi atau
meningkatnya intensitas. Penundaan fase respon meningkat karena intensitas atau penurunan
pembawa frekuensi. ASSR yang dihasilkan di seluruh sistem saraf pendengaran, dengan
daerah korteks memberikan kontribusi lebih dari generator batang otak untuk respon pada
frekuensi modulasi yang lebih rendah. Respon ini berguna untuk obyektif mengevaluasi
ambang pendengaran, menilai pendengaran suprathreshold, dan pemantauan keadaan
terangsang selama anestesi.(8)
Penempatan Elektroda ASSR hampir mirip dengan yang digunakan untuk rekaman
ABR. Dua elektroda aktif ditempatkan pada atau pada daun telinga ipsilateral mastoid,
sedangkan elektroda ditempatkan pada dahi. Jika instrumen yang mengumpulkan data secara
bersamaan dari kedua telinga, preamplifier dua saluran digunakan untuk mendapatkan
keuntungan dari elektroda montase binaural. Ketika sistem saluran tunggal perekaman
digunakan untuk mendeteksi aktivitas dari presentasi binaural, elektroda referensi umum
dapat diletakkan di pangkal leher.(9)
Pengaturan filter ASSR tidak seperti pengaturan ABR. Untuk ASSR, tergantung pada
situasi tertentu, pass filter yang tinggi mungkin sekitar 40 Hz sampai 90 Hz, dan low pass
filter mungkin antara 320 Hz dan 720 Hz. Lereng saringan khas 6 dB per oktaf. Keuntungan
pengaturan 10.000 yang umum untuk ASSR..(9)
Seperti halnya dengan ABR, itu menguntungkan untuk memiliki panduan "override"
untuk memungkinkan dokter untuk membuat keputusan selama tes, seperti perubahan dalam
tingkat stimulus pada frekuensi individu. Sebagai data terakumulasi dokter dapat beralih
antara mode tampilan untuk melihat bagaimana audiogram estimasi maju dan dapat
menerapkan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.(9)
Gambar 8
Contoh ASSR berkelanjutan. Hijau menunjukkan respon, merah menunjukkan tidak ada
respon.(9)