Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM PENDENGARAN

DENGAN KASUS PRESBIAKUSIS

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK IV

4B KEPERAWATAN

ALDHI
MARIA ULFA
MOH FAHRIL
WINDA WINARSI
ISRATUN MAWADDAH
FEHGA ARDIANTO

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “
Asuhan Keperawatan gangguan system pendengaran dengan kasus presbiakusis
pada lansia” dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Keluarga STIKES Widya Nusantara Palu.

Makalah “Asuhan Keperawatan gangguan system pendengaran dengan


kasus presbiakusis pada lansia” ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang
sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini.
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami “Asuhan Keperawatan
gangguan system pendengaran dengan kasus presbiakusis pada lansia”

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala


kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari
pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu
mendatang.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam


kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui 3 tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. 3 tahap
ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan
lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional.

Tuli adalah suatu bentuk gangguan sensorik yang kejam. Berbeda


dengan kebutaan, tuli lebih sering menimbulkan cemoohan daripada rasa
simpati. Ketidakmampuan untuk mendengar pembicaraan dan mengontrol
suaranya sendiri, seorang penderita tuli berat akan bertingkah laku seperti
orang bodoh. Karena terisolasi dari keluarga dan teman-teman serta selalu
menerima sikap kurang simpatik, ia sering menderita depresi. Tinnitus
yang sering menyertai ketulian dan jarang dijumpai ketulian tanpa disertai
gangguan ini dapat menimbulkan kesengsaraan hampir seberat yang
ditimbulkan oleh ketulian itu sendiri.

Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural pada usia


lanjut akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara
perlahan dan simetris pada kedua sisi telinga. Pada audiogram terlihat
gambaran penurunan pendengaran bilateral simetris yang mulai terjadi
pada nada tinggi dan bersifat sensorineural dengan tidak ditemukannya
kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu
memahami asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
pendengaran (presbikusis).

2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami tentang anatomi fisiologi Presbiakusis
b. Dapat memahami tentang Pengertian Presbiakusis
c. Dapat memahami tentang epidemiologi presbiakusis
d. Dapat memahami tentang etiologi presbiakusis
e. Dapat memahami tentang factor-faktor resiko terjadinya
presbiakusis
f. Dapat memahami tentang manifestasi klinis presbiakusis
g. Dapat memahami tentang pemeriksaan diagnostic presbiakusis
h. Dapat memahami tentang penatalaksanaan presbiakusis
i. Dapat memahami tentang komplikasi presbiakusis
j. Dapat memahami tentang klasifikasi presbiakusis
k. Dapat memahami tentang pencegahan presbiakusis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Sistem Pendengaran


Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium, berisi reseptor-
reseptor yang menghantarkan gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf
dan reseptor yang berspon pada gerakan kepala. Telinga terbagi dalam tiga
bagian : telinga luar, tengah dan dalam.

1. Telinga luar
Terdiri dari aurikula (pinna) dan kanal auditorius eksternal.
Fungsinya untuk menerima suara. Aurikel tersusun atas sebagian besar
kartilago yang tertutup dengan kulit. Lobus satu-satunya bagian yang tidak
disokong oleh kartilago. Sesuai pertambahan usia kartilago terus dibentuk
dalam telinga dan kulit telinga berkurang elastisitasnya; kemudian aurikel
tampak lebih besar dari lobulus. Perubahan-perubahan yang menyertai
proses penuaan ini adalah pengeriputan lobulus dalam suatu pola oblique
linier.

Saluran auditorius berbentuk S panjangnya 2,5 cm dari aurikel


sampai membran timpani. Serumen disekresi oleh kelenjar yang
menangkap benda asing dan melindungi epitelium kanalis. Pada proses
penuaan, saluran menjadi dangkal sebagai akibat lipatan ke dalam, pada
dinding kanalis silia menjadi lebih kasar dan lebih kaku dan produksi
serumen agak berkurang dan lebih kering.
Gambar 1. Anatomi Telinga Luar
2. Telinga tengah
Ruangan berisi udara terletak dalam tulang temporal. Fungsinya
memperkuat bunyi yang ditangkap. Terdiri dari 3 tulang artikulasi :
maleus, inkus dan stapes yang dihubungkan ke dinding ruang timpanik
oleh ligamen. Membran timpani memisahkan telinga tengah dari kanalis
auditorius eksternal. Vibrasi membran menyebabkan tulang-tulang
bergerak dan mentransmisikan gelombang bunyi melewati ruang ke
jendela lonjong. Vibrasi kemudian bergerak melalui cairan dalam telinga
tengah dan merangsang reseptor pendengaran. Bagian membran yang
tegang yaitu pars tensa sedangkan sedikit tegang adalah pars flaksida.
Perubahan atrofik pada membran karena proses penuaan mengakibatkan
penampilan dangkal, teregang, putih atau abu-abu. Perubahan ini tidak
mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran.
3. Telinga dalam (Labirin)
Labirin tulang dibagi dalam tiga area : vestibula, kanalis
semisirkularis dan koklea. Koklea adalah struktur yang menggulung
berisis organ Corti, unit fungsional pendengaran. Sel-sel rambut organ
Corti dibengkokkan dan diubah oleh vibrasi kemudian diubah menjadi
impuls-impuls elektrokimia. Perubahan-perubahan degeneratif pada
koklea dan neuron jaras auditorius mengakibatkan Presbiakusis, bilateral,
penurunan pendengaran sensorineural yang dimulai pada usia
pertengahan. (Lueckenotte,1997).

Gambar 2. Anatomi Telinga


B. Fisiologi Sistem Pendengaran
N STRUKTUR FUNGSI
O
A. TELINGA LUAR Menangkap suara
1. Daun telinga Mengumpulkan dan menyalurkan
Bagian telinga luar berupa gelambir gelombang bunyi ke dalam
telinga
2. Liang telinga Membantu mengkonsentrasikan
Saluran menuju membran timpani gelombang suara
3. Rambut Menahan dan menjerat kotoran
Berupa bulu-bulu halus yang melewati lubang telinga
4. Kelenjar minyak Meminyaki dan menahan kotoran
Bagian yang menghasilkan minyak yang melewati lubang telinga
B. TELINGA TENGAH Menjaga tekanan udara agar
seimbang
5. Membran timpani Menangkap getaran bunyi dan
Berupa selaput tipis (selaput menyalurkan ke tulang-tulang
gendang) yang kuat pendengar
6. Tulang-tulang pendengaran meneruskan getaran yang
Terdiri dari Maleus, Inkus, dan disampaikan gendang telinga
Stapes
7. Kanalis semisirkularis Alat keseimbangan tubuh
(3 saluran setengah lingkaran)
Berupa 3 saluran berlengkung-
lengkung
8. Sakulus dan utrikulus Pangkal Menjaga keseimbangan tubuh
kanalis semisirkularis
berisi cairan endolimfe dan butiran
kalsium
C. TELINGA DALAM Menerima rangsangan bunyi dan
mengirimkannya berupa implus
ke otak
9. Rumah siput (koklea) Meneruskan rangsang getaran
Saluran seperti spiral (berisi cairan bunyi
endolimfe)
10. Organ korti Meneruskan getaran bunyi ke
Bagian koklea yang peka terhadap saraf auditori
rangsang bunyi
11. Saluran Estachius Menyeimbangkan tekanan udara
Saluran yang menghubungkan di luar dan di dalam telinga
telinga tengah dengan hidung dan sehingga gendang telinga tidak
tenggorokan rusak.
12. Sel-sel saraf pendengaran Mengendalikan keseimbangan
Sel-sel rambut yang peka terhadap tubuh, untuk mendeteksi posisi
rangsangan bunyi tubuh, dan meneriskan bunyi ke
otak

C. Konsep Dasar Penyakit Presbikusis


A. Penyakit
1) Pengertian
Presbikusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang
berhubungan dengan lanjutnya usia. Presbikusis adalah penurunan
pendengaran normal dengan proses penuaan. (ilmu keperawatan,
2011)
Presbikusis merupakan akibat dari proses degenefative pasa satu
atau beberapa bagian koklea (striae vaskularis, sel rambut dan
membrane basilaris) maupun serabut saraf auditori.presbikusis ini juga
merupakan haril interaksi antara faktor genetic individu dengan faktor
eksternal. (muhammad nangga dipa, 2012)
Presbikusis adalah tuli saraf sensorineural frekuensi tinggi,
terjadi pada usia lanjut, simetris kiri dan kanan, disebabkan proses
degenerasi di telinga dalam (sandhi indra yanas, 2014)
2) Epidemiologi
Terjadi pada usia 60-80 tahun. Dapat terjadi mulai umur 40
tahun. Paling banyak ditemukanpada umur 60-65 tahun. Tentang jenis
kelamin, kebanyakan penulis menulis laki-laki lebih banyak dari pada
wanita.
3) Etiologi
a) Internal
Degenerasi primer aferen dan eferen dari koklea,
degenerasi primer organ corti penurunan vascularisasi dari reseptor
neuro sensorik mungkin juga mengalami gangguan. Sehingga baik
jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu akibat
lanjutnya usia.
b) Eksternal
Terpapar bising yang berlebihan, penggunaan obat
ototoksik dan reaksi pasca radang. (ilmu keperawatan, 2011)
Gangguan pendengaran secara perlahan akubat proses
penuaan yang dikenal dengan istilah presbikusis. Penyebab
terjadinya presbikusis yang tepat belum diketahui hingga saat ini,
namun secara umum diketahui bahwa penyebabnya bersifat
multifaktorial. Di duga timbulnya presbikusis berhubungan dengan
faktor bawaan, pola makan, metabolism, atherioskerosis, diabetes
mellitus, infeksi, bisisng, gaya hidup, obat-obatan dll. Presbikusis
umum nya merenyang kedua telingan secara perlahan-lahan
sihingga orang tersebut tidak dapat menyadari adanya gangguan
pendengaran pada dirinya. (muhammad nangga dipa 2012)
4) Faktor-faktor resiko terjadinya presbiakusis
a) Usia dan jenis kelamin
Kebanyakan orang yang berusia 60-65 tahun banyak
yang menderita presbikusis. Presbikusis banyak terjadi oada
laki-laki dari pada perempuan karena laki-laki lebih sering
terpapar suara bising dari pada perempuan.
b) Hipertensi
Hipertensi kronik dapat memperberat tahanan vaskuler
yang mengakibatkan peningkatan viskositas darah, penurunan
aliran darah kapiler dan transport oksigen ke organ telinga
dalam, terjadi kerusakan sel-sel auditori dan proses transmisi
sinyal dapat terganggu. (sandhi indra yanas, 2014)

5) PATHWAY PRESBIAKUSIS

Proses penuaan

Hilangnya sel-sel
rambut pada basal
koklea
PRESBIAKUSIS

B3 B6

Kerusakan Degenerasi tulang-


nervus ke-8 tulang
pendengaran

Gangguan
neuron-neuron ↓ keseimbangan
kokhlea

Resiko
Fungsi pendengaran cedera
menurun

Pendengaran terhadap
kata-kata/rangsang
suara menurun

Gangguan Sensori
Kesulitan Persepsi
mengerti Pendengaran
pembicaraan

Berdasarkan patologinya dapat dibagi dalam :


1) Presbiakusis sensoris (terjadi atrofi organ Corti)
Mula-mula sel-sel rambut hilang yang kemudian akan menyebabkan
gangguan neuron-neuron kokhlea. Biasanya melibatkan hilangnya sel-
sel rambut pada gelang basal kokhlea dan menyebabkan ketulian nada
tinggi.
2) Presbiakusis neural (neuron pada SSP berkurang)
Neuron-neuron kokhlea terganggu sehingga terjadi gangguan terhadap
pengertian kata-kata.
3) Presbiakusis strial (atrofi stria vaskularis)
Proses degenerasi yang menyebabkan tuli sedang hingga berat, dalam
hal ini stria vaskularis tampak berdegenerasi dan menciut.
4) Presbiakusis strial (atrofi stria vaskularis)
Terjadi gangguan pergerakan membrane basilaris
6) Manifestasi Klinis
a) Kesulitan mengerti pembicaraan
b) Ketidakmampuan untuk mendengarkanbunyi-bunyi dengan nada tinggi.
c) Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau
atau bergumam.
d) Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan
e) Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g
f) Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u umumnya
relatif diterima dengan lengkap.
7) Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
a. Pemeriksaan Otoskopik
Untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane timpani
dengan cara inspeksi.
Hasil: Serumen berwarna kuning, konsistensi kental serta dinding liang
telinga berwarna merah muda

b. Audiometri
Audiogram nada murni menunjukkan tuli perseptif bilateral simetris,
dengan penurunan pada frekuensi diatas 1000 Hz.
c. Tes Ketajaman Pendengaran (SOP)
- Tes penyaringan sederhana
Hasil :klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang
disebutkan
- Klien tidak mendengar dengan jelas detak jarum jam pada jarak 1-2
inchi
d. Uji Rinne
Hasil: klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas
mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.
e. Uji Schwabach
f. Uji Weber (SOP)
8) Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
- Vasodilator: Asam Nikotinat.
- Vitamin B kompleks, vitamin A. Keduanya diberikan dalam sebulan
(dihentikan bila tidak ada perbaikan).
- Dipasang alat bantu pendengaran (“Hearing Aid”).
2) Tindakan keperawatan
Presbiakusis merupakan penyakit yang sampai sekarang belum
dapat disembuhkan, namun beberapa cara untuk mengurangi efek dari
penyakit pada kehidupan penderita seperti:
 Penggunaan alat bantu pendengaran khusus, melatih
membaca bibir (lip reading).
 Implan koklea yang menjadi pengobatan pilihan pada
penderita dengan jaras audiosensoris normal.
Beberapa cara yang dapat coba dilakukan penderita atau lawan
bicara penderita presbiakusis, antara lain:
 Berhadapan ketika berbicara, bicara sedikit lebih keras,
menghindarai lingkungan yang berisik.
 Merefleksi atau meresume kalimat yang agak panjang, dan
berbicara dengan tempo agak lambat.
Tidak ada pantangan diet atau pantangan aktivitas khusus untuk
penderita presbiakusis, namun beberapa penelitian menyatakan bahwa
pengurangan porsi diet sebanyak 30% dan suplemen antioksidan dapat
mengurangi produksi radikal bebas yang juga dapat mengakibatkan
presbiakusis. Selain itu, pasien juga menghindari suara keras.
9) Komplikasi
Presbikusis dapat menyebabkan resiko yang lebih tinggi untuk tuli.
Kemampuan mendengar penderita presbikusis akan berkurang sevara
berangsur, biasanya terjadi bersamaan pada kedua telinga. Telinga menjadi
sakit bila lawan bicaranya memperkeras suaranya.
Komplikasinya antara lain :
a) Trauma akustik (karena kebisingan)
b) Penyakit Meniere
c) Otosklerosis stadium lanjut
10) Klasifikasi
Presbikusis di bagi menjadi empat tipe yaitu sebagai berikut :
a) Presbikusis sensori
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut
dan sel penyokong organ corti.
b) Presbikusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi sel=sel saraf di koklea dan jalur
saraf pusat.
c) Presbikusis strial
Tipe presbikusis yang sering didapati dengan cirri khas kurang
pendengaran yang mulai timbul pada decade ke-6 dan berlangsung
perlahan-lahan.
d) Presbikusis konduktif koklea
Tipe kekurangan ini disebabkan gangguan gerakan mekanis di
membrane basalis.(sandhi indra yanas 2014)
11) Pencegahan
a) Pencegahan Primer
 Hindari paparan dengan bising yang terlalu sering.
 Membersihkan telinga secara teratur.
 Membiasakan olahraga.
 Makan makanan yang bergizi.
b) Pencegahan Sekunder
 Gunakan alat bantu pendengaran.
 Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak
bibir dan latihan mendengar.
 Berbicaralah kepada penderita presbiakusis dengan nada rendah dan
jelas.
c) Pencegahan Tersier
 Lakukan permeriksaan pendengaran secara rutin.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesa
a. Identitas klien/: Usia : terjadi pada 60-80 tahun. Dapt terjadi
mulai usia 40 tahun.
b. Keluhan utama: Pendengaran berkurang, sulit berkomunikasi,
telinga berdenging, diplakusis, dapat disertai vertigo, klien
susah mendengar pesan atau rangsangan suara.
c. Riwayat penyakit sekarang :Pendengaran berkurang, sulit
berkomunikasi, telinga berdenging, diplakusis, dapat disertai
vertigo yang disebabkan oleh gangguan vestibular ditandai
oleh mual dan penglihatan kabur
d. Riwayat penyakit dahulu : Kebisingan, Diet lemak tinggi,
Merokok dan ketegangan, Proses degenerasi tulang-tulang
pendengaran bagian dalam, Faktor intrinsik seperti genetik
e. Akitvitas dan Latihan:klien tidak bekerja dan sulit mengikuti
perintah untuk melakukan aktivitas di rumah seperti
berolahraga ringan.
f. Kebutuhan Nutrisi :Diet lemak tinggi
g. Riwayat Psikososial :
- Pola koping : klien mengekspresikan perasaan sedih,
murung
- Aktivitas sosial: klien tidak mau mengikuti kegiatan
sehari-hari di masyarakat dan lebih senang tinggal di
rumah.
- Hubungan dengan keluarga: kurang baik karena klien
mudah tersinggung dan curiga.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan berfokus pada pendengaran.
Inspeksi:
- Periksa struktur daun telinga
- Periksa kebersihan dan struktur liang telinga
- Kesulitan dalam mengungkapkan kembali kata-kata yang telah
didengar.
- Adanya ketidakseimbangan antara telinga yang satu dengan telinga
yang lain.
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Otoskopik :Untuk memeriksa meatus akustikus
eksternus dan membrane timpani dengan cara inspeksi.
Hasil:
- Serumen berwarna kuning, konsistensi kental
- Dinding liang telinga berwarna merah muda
b. Audiometri: Audiogram nada murni menunjukkan tuli perseptif
bilateral simetris, dengan penurunan pada frekuensi diatas 1000 Hz.
c. Tes Ketajaman Pendengaran
- Tes penyaringan sederhana
Hasil : klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang
disebutkan.
- Klien tidak mendengar dengan jelas detak jarum jam pada jarak
1-2 inchi.
d. Uji Rinne
Hasil: klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak
jelas mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.
d. Klasifikasi Data
Subjektif Objektif
- Susah mendengar suara - Raut wajah meringis, tampak
binggung saat diajak bicara
- Tidak mengerti terhadap - Tidak adanya umpan balik dari
pembicaraan orang lain pasien saat diajak bicara
- Telinga terdengar berdering - Tidak adanya keseimbangan
antara telinga yang satu dengan
teliga lainnya (saat dilakukan uji
weber)

e. Analisa Data
Sign and Sympton Etiologi Problem
DS: Susah mendengar Perubahan Gangguan persepsi sensori
suara penerimaan sensori (pendengaran)
DO: Tampak bingung
saat diajak bicara, Tidak
adanya umpan balik
dari pasien saat diajak
bicara, Tidak adanya
keseimbangan antara
telinga yang satu
dengan teliga lainnya
(saat dilakukan uji
weber)
DS: - Disfungsi sensori Resiko cedera
DO: -

2) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan sensori persepsi: pendengaran b.d perubahan
penerimaan sensori yang ditandai dengan tampak bingung saat
diajak bicara.
b. Resiko cedera b.d disfungsi sensori

3) Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
Tujuan Rasional
Keperawatan keperawatan
Gangguan sensori Goal: klien tidak 1. Kaji fungsi 1. Untuk melihat
persepsi: pendengaran akan mengalami pendengaran sejauh mana fungsi
b.d perubahan gangguan sensori pasien dan tingkat
penerimaan persepsi: pendengaran pasien
sensoriyang ditandai pendengaran
DS: Susah mendengar 2. Berikan edukasi 2. Pasien yang
suara Objektif: Dalam kepada pasien berpengetahuan luas
DO: Tampak bingung waktu 3X24 jam tentang cara dapat melakukan
saat diajak bicara, klien tidak akan koping alternatif koping terhadap
Tidak adanya umpan mengalami terhadap penurunan
balik dari pasien saat perubahan penurunan pendengaran secara
diajak bicara, Tidak penerimaan sensori. pendengaran; lebih baik.
adanya keseimbangan perawatan alat
antara telinga yang Outcomes: setelah bantu dengar, bila
satu dengan teliga dalam perawatan diprogramkan.
lainnya (saat klien mudah tidak
dilakukan uji weber) susah mendengar 3. Menolong pasien 3. Agar pasien bisa
suara, Tidak lagi dalam menggunakan
tampak bingung menggunakan sesuai dengan
saat diajak bicara, alat bantu instruksi yang
adanya umpan balik pendengaran diberikan
dari pasien saat
diajak bicara,
adanya 4. Berikan 4. Dengan lebih
keseimbangan penjelasan memahami rencana
antara telinga yang tentang perawatan, pasien
satu dengan teliga penanganan, akan bekerja sama
lainnya (saat prosedur, dan lebih baik dalam
dilakukan uji lain-lain kepada perawatannya
weber) pasien dengan
jelas dan singkat.

5. Tentukan cara 5. Komunikasi yang


yang efektif terencana dengan
untuk pasien akan
berkomunikasi meningkatkan
dengan pasien pemberian
menggunakan perawatan.
sikap tubuh,
isyarat,
menuliskan kata-
kata dan
mengidentifikasi
gerak bibir.

6. Minta pasien 6. Kesempatan


mengungkapkan pasien berbicara
perasaannya tentang penurunan
tentang pendengarannya
penurunan akan meningkatkan
pendengaran. penerimaannya
terhadap kehilangan.
Resiko cedera b.d Goal: klien tidak 1. Berika 1. Pendidikan
disfungsi sensori akan mengalami n pendidikan kesehatan dapat
resiko cedera tambahan pada membantu pasien
pasien dala mengambil
Obective: Dalam langkah untuk
waktu 2X24 jam menghadapi cedera
klien tidak akan
mengalami 2. Anjurkan 2. Untuk
disfungsi sensori pada pasien untuk meminimalkan
pengunaan alat pendengaran.
Outcomes: Setelah bantu dengar
dalam perawatan
klien tidak akan 3. Observasi 3. Untuk
mengalami resiko factor-fakor yang meningkatakan
cedera dan dapat kesadaran pasien dan
disfungsi sensori berkonstribusi pemberi asupan.
terhadap cedera

4. Dampingi 4. Agar pasien


pasien dalam dapat memenuhi pola
pemenuhan ADL ADL

4) Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan / intervensi keperawatan yang telah ditetapkan / dibuat.
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan
mengacu pada kriteria evaluasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural pada usia
lanjut akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara
perlahan dan simetris pada kedua sisi telinga. Pada audiogram terlihat
gambaran penurunan pendengaran bilateral simetris yang mulai terjadi
pada nada tinggi dan bersifat sensorineural dengan tidak ditemukannya
kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan kita tentang “Asuhan Keperawatan
Gangguan system pendengaran dengan kasus presbiakusis pada Lansia”.
Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik
lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu keperawatan, 2011. Asuhan Keperawatan Presbiakusis. Diakses dari


http//ilmu-ilmukeperawatan.com/2011/01/asuhan-keperawatan-
presbiakusis.html?m=1. Tgl 09/09/2020.
Muhammad Nangga Dipa, 2012. Gangguan Pendengaran Pada Lansia.
Diakses dari situs http://muhammadnanggadipa.com/2012/01/12/gangguan-
pendengaran-pada-lansia/. Tgl 09/09/2020.
Sandhi Indra Yanas, 2014. Askep Presbiakusis dan tuli. Diakses dari
http://sandhiindrayanas.com/2014/04/askep-presbikusis-dan-tuli- toksik.html?
m=1. Tgl 09/09/2020.
Dongoes Marlyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai