Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan fungsi pendengaran merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang dapat menimbulkan keadaan ketergantungan dari anggota
masyarakat yang terkena terhadap kelompok masyarakat yang sehat. Salah satu
bentuk gangguan tersebut adalah tuli saraf (sensorineural hearing loss) atau tuna
rungu (bisu tuli). Menurut survey Departemen Kesehatan tahun 1994 - 1996
ditemukan 1 orang tuna rungu dalam 1000 orang penduduk. Untuk orang dewasa
dan anak-anak yang mengalami tuli saraf dari tingkat ringan sampai tingkat
sedang dapat dibantu dengan alat bantu dengar. Sedangkan untuk tuli saraf tingkat
berat sampai sangat berat, Implan Koklea lebih direkomendasikan.
Implan Koklea merupakan terobosan besar di bidang kedokteran.
Penelitian tentang Implan Koklea telah dilakukan sejak awal tahun 1950 dan
diakui oleh FDA (Foot and Drug Administration) pada pertengahan 1980-an.(11)
Implan Koklea merupakan alat prostetik dengan komponen internal yang dipasang
lewat pembedahan dan komponen eksternal yang memerlukan penyesuaian dan
pemrograman. Implan Koklea mengantarkan rangsangan secara langsung ke saraf
pendengaran, melewati sel indera yang hilang atau rusak dengan mengubah suara
akustik menjadi pola elektrik, yang kemudian dikirim ke otak dan diterjemahkan
sebagai suara. Untuk menentukan apakah seseorang dapat menjadi kandidat
implant koklea, memerlukan pemeriksaan dan berbagai tes oleh dokter spesialis
telinga, hidung, tenggorokan-kepala leher.
Prosedur pemasangan Implan Koklea diawali dengan melakukan tindakan
bedah untuk memasang komponen internal. Dengan hanya memasang komponen
internal, maka pasien masih belum bisa mendengar. Setelah luka bekas operasi
sembuh dan bengkaknya hilang (sekitar 3-6 minggu) dapat dilanjutkan dengan
pemasangan transmitter eksternal dan prossesor suara. Sehingga pasien dapat
mulai mendengar suara layaknya normal. Pasien kemudian memerlukan
rehabilitasi khusus untuk menyesuaikan dengan pendengaran barunya. Program

1
rehabilitasi terfokus pada belajar mendengarkan dan menyediakan lingkungan
auditif, sehingga memaksimalkan potensi kinerja pasien dengan Implan Koklea

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telinga
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara
yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui/ mengidentifikasi apa
yang tejadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya.
Telinga dibagi menjadi 3 bagian utama : (1) telinga luar yang
mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke dalam, (2) telinga
tengah yang menghantarkan getaran suara ke fenestra ovalis, dan (3) telinga
dalam yang di tempati oleh reseptor pendengaran dan keseimbangan
Semua bagian telinga terletak dalam tulang temporal pada aspek
lateral tulang tengkorak. Tiap telinga memiliki reseptor untuk
mengumpulkan, konduksi, modifikasi, amplifikasi dan menganalisis
gelombang suara

Gambar 2.1 Telinga


Sumber: Richard L. DRAKE, Wayne Vogi, dan Adam W. M. Mitchell,
2004
2.1.1 Telinga luar
Telinga luar tersusun atas pinna (aurikula) dan meatus akustikus
eksternus dari lubang hingga membran tympani. Aurikula memiliki

3
karakteristik dalam bentuknya tersusun atas lempeng tipis kartilago
elastis yang ditutupi kulit.

Gambar 2.2 Telinga luar.


Sumber: Richard L. DRAKE, Wayne Vogi, dan Adam W. M. Mitchell,
2004
Pusat dari pinna yaitu concha yang mengarah ke meatus
akustikus eksternus, dimana panjangnya sekitar 2,5 cm. 1/3 lateral dari
kanal tersusun atas kartilago, mengandung kelenjar yang memproduksi
serumen dan folikel rambut. 2/3 medial kanal tersusun atas tulang keras
yang dilapisi epitel sampai pada membran tympani. Saraf sensorik yang
mensyarafi kulit yang melapisi meatus berasal dari nervus auriculo
temporalis dan ramus auricularis nervi vagi

4
Gambar 2.3 Meatus acusticus externus.
Sumber: Richard L. DRAKE, Wayne Vogi, dan Adam W. M. Mitchell,
2004
Epitel kanal berlapis pipih. Folikel rambut, kelenjar sebacea dan
kelanjar seruminosa (kelenjar keringat termodifikasi) terletak pada
submukosa.

Gambar 2.4 Membran tympani.


Sumber: Richard L. DRAKE, Wayne Vogi, dan Adam W. M. Mitchell,
2004
Membran tympani (ear drum) adalah partisi tipis yang
semitransparan diantara meatus akutikus eksternus dengan telinga
tengah. Membrane tympani ditutupi oleh epidermis dengan lapisan
epitel selapis kubis. Diantara lapisan epitel terdapat jaringan ikat yang
tersusun atas kolagen, sabut elastis dan fibroblast. Robekan pada
membrane tympani dapat diperiksa secara langsung dengan
menggunakan otoskop, sebuah alat yang dapat menjelaskan dan
memperbesar meatus akustikus eksternus dan membran tympani
2.1.2 Telinga tengah
Telinga tengah terdiri dari suatu ruang yang terletak diantara
membran tympani dari kapsul telinga dalam. Didalam ruang telinga
tengah terdapat tulang-tulang pendengaran, otot-otot timpani, tuba
eustachius dan sistem sel-sel mastoid. Batas superior dan inferior

5
membran tympani membagi cavum tympani menjadi epitimpanum,
mesotimpanum, dan hipotimpanum. Telinga tengah dilapisi epitel
selapis pipih yang terletak pada lamina propria tipis yang melekat kuat
pada periosteum. Dinding medial telinga tengah terdapat 2 lubang yang
ditutupi membrane yang disebut oval dan round window

Gambar 2.5 Telinga tengah.


Sumber: Richard L. DRAKE, Wayne Vogi, dan Adam W. M. Mitchell,
2004
Tulang-tulang pendengaran pada telinga tengah terdiri dari
maleus, incus, stapes, selanjutnya disebut sebagai auditory ossicles.
Auditory ossicles berfungsi untuk menyalurkan getaran dari membarane
tympani ke perilymph pada telinga dalam. Maleus terdiri dari
manubrium mallei, collum mallei, dan capitulum prosesus brevis yang
melekat ke fosa inkidus, dan prosesus longus mengarah ke inferior
sejajar dengan manubrium mallei, dan pada ujungnya terdapat suatu
prosesus sensori yaitu prosesus lentikular yang letaknya tegak lurus

6
untuk membentuk persendian dengan stapes. Kemudian bagian stapes
terdiri dari capitulum stapes, crus anterior posterior dan basis stapedis.
Hubungan cavum tympani kearah nasopharyng dihubungkan oleh
auditory tube kearah belakang dengan antrum mastoid. Di dalam telinga
tengah terdapat dua buah otot yaitu m. Tensor tympani yang melekat
pada dinding semikanal tensor tympani. Kerja otot ini untuk
meningkatkan frekuensi resonasi sistem penghantar suara serta
melemahkan suara dengan frekuensi rendah. Otot selanjutnya m.
Stapedius yang berfungsi memperlemah transmisi suara dan
meningkatkan frekuensi resonasi tulang pendengaran.
2.1.3 Telinga dalam
Telinga dalam tersusun atas 2 struktur. Bony labyrinth yaitu
ruangan pada pars petrosus os. Temporal yang ditempati membranous
labyrinth berisi perilymph, dimana komposisinya mirip dengan cairan
extracellular tapi kadar proteinnya rendah. Membranous labyrinth berisi
endolymph, dimana dikarakteristikan dengan rendah kadar sodium dan
tingginya kadar potassium dengan kadar protein yang rendah. Bony
labyrinth dibagi menjadi 3 area utama : (1) vestibulum, (2) canalis
semisircularis, (3) cochlea

7
Gambar 2.6 Telinga Dalam.
Cochlea manusia berbentuk tabung bergulung yang tersusun
atas tulang keras dengan panjang sekitar 35mm yang dibagi menjadi
skala vestibule, skala media dan skala tympani. Skala vestibule dan
skala tympani mengandung perilymph. Skala media diikat oleh
membrane vestibularis, membrane basilaris, osseus spiral lamina
dinding lateral. Skala media mengandung endolymph. Ductus
cochlearis yang mengandung endolymph berakhir pada apex cochlea. 2
skala lain yang berisi perilymph merupakan tabung panjang yang
berawal dari tingkap lonjong dan berakhir pada tingkap bundar. Skala-
skala ini saling berhubungan pada apex cochlea melalui celah yang
disebut helicotrema
Struktur pada telinga dalam memiliki reseptor khusus
pendengaran disebut organ of corti; mengandung hair cells yang
merespon terhadap frekuensi suara yang berbeda-beda. Organ corti
terletak pada lapisan tebal membran basilaris. Terdapat sel penyokong
dan 2 jenis sel rambut. 3 5 baris sel rambut luar dan terdapat satu baris
sel rambut dalam
2.2 Definisi Implan Koklea
Implan koklea adalah sebuah alat kecil yang dapat membantu orang untuk
mendengar. Implan ini biasanya digunakan pada orang yang mengalami
gangguan pendengaran berat sangat berat. Implan koklea tidak sama dengan
hearing aid (alat bantu dengar) karena alat ini ditanamkan dengan
pembedahan dan bekerja dengan cara yang berbeda. Implan koklea disebut
juga telinga bionik. Implan koklea berfungsi untuk menggantikan fungsi
rambut getar dalam rumah siput yang telah rusak sehingga stimulasi suara
dapat diterima kembali oleh saraf pendengaran untuk selanjutnya diteruskan
ke otak untuk diterjemahkan sebagai bunyi.
2.3 Komponen Implan Koklea
Bagian implan koklea ada dua : komponen eksternal dan komponen
internal. Komponen eksternal diletakkan di belakang daur telinga dan
komponen internal di pasang dengan jalan operasi, rumah implan diletakkan

8
diantara tulang tengkorak kepala dan kulit kepala, sedangkan elektroda
dimasukkan ke dalam rongga koklea tempat dimana beradanya rambut getar
yang rusak.
Bagian-bagian implan koklea :
1. Eksternal :
a. Mikrofon. Berfungsi untuk menangkap suara dari luar / lingkungan
b. Prosesor percakapan (speech processor), untuk menyaring suara
terutama suara yang dapat didengar dan mengirimkan sinyal suara
elektrik melalui kabel tipis ke transmitter.
c. Transmitter, sebuah gulungan kawat yang ditahan magnet, terletak
dibelakang telinga luar, yang memancarkan sinyal suara yang telah
diproses ke alat internal dengan menggunakan induksi
elektromagnetik.
2. Internal :
a. Receiver (alat penerima) dan simulator, yang mengubah sinyal
menjadi impuls elektrik dan mengirimkannya melalui kabel
internal ke elektroda-elektroda.
b. Susunan elektroda-elektroda, adalah sebuah susunan yang
terdiri dari 22 elektroda yang membalut koklea, yang
mengirimkan impuls ke nervus pada skala timpani dan langsung
ke otak melalui nervus auditorius

9
Gambar 2.7 komponen eksternal dan komponen internal
Sumber : http://www.nyee.edu/patient-care/medical-information/c/cochlear-
implants

Gambar 2.9 komponen implan koklea


Sumber: http://www.mrc-cbu.cam.ac.uk/improving-health-and-
wellbeing/cochlear-implant/

2.4 Cara kerja implan koklea


Sebuah implan koklea bekerja dengan menggunakan teknologi elektronik
khusus untuk mengambil tempat bagian non-bekerja di telinga bagiandalam.
Ini dirancang untuk meniru pendengaran alami. Sistem kerja implan koklea
sebagai berikut
Sound processor Suara dijemput oleh mikrofon kecil sensitif ke arah
dari mana suara datang. Hal ini memungkinkan itu mengambil
terdengar lebih dari di depan pengguna dan lebih sedikit dari belakang
mereka. Eksternal prosesor suaramenangkap suara dan mengubahnya
menjadi sinyal digital.

10
Sinyal digitalSinyal yang dikirim melalui kulit kepada implan
internal. Hal inidilakukan dengan teknologi mirip dengan cara suatu
siaran stasiun radiosignal nya, tetapi pada skala yang lebih kecil.
Elektroda arrayImplan Internal mengubah sinyal menjadi energi
listrik, mengirimnya kesebuah array elektroda di dalam koklea.
Mendengar saraf Elektroda merangsang saraf pendengaran, melewati
sel-sel rambut yangrusak, dan otak merasakan sinyal sebagai suara
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi utama untuk melakukan implan koklea adalah gangguan
pendengaran berat sangat berat, yang tidak bisa diatasi dengan alat bantu
dengar. Antara lain, pada pasien dengan gangguan pendengaran kongenital
dan tuli prelingual, gangguan pendengaran didapat dan ketulian postlingual,
implan koklea dilakukan pada anak anak berusia 12 bulan ke atas.
Menurut Panduan Praktik Klinik PP PERHATIKL indikasi untuk
pemasangan implan koklea adalah
Tuli sensorineural bilateral derajat berat hingga sangat
beratkongenital atau didapat
Tuli sensorineural unilateral derajat berat hingga sangat berat
kongenital atau didapat
Presbiakusis
Ada beberapa faktor yang menentukan tingkat keberhasilan yang
diharapkan dari operasi dan perangkat itu sendiri. Pemilihan kandidat yang
sesuai untuk pemaangan imlan koklea adalag berdasarkan sejarah kehilangan
pendengaran oleh seseorang individu, penyebab kehilangan pendengaran, sisa
pendengaran yang masih berfungsi, kemampuan mengenal suara, status
kesehatan dan komitmen keluarga kandidat untuk bekerjasama dalam
program rehabilitasi.
Seorang kandidat utama digambarkan sebagai:
Mempunyai gangguan pendengaran sensorineural yang berat pada
kedua telinga. .
Masih memiliki fungsi saraf pendengaran yang bekerja baik.

11
Kehilangan pendengaran masih dalam waktu yang tidak terlalu lama
sekurang-kurangnya sekitar 70 + dB.
Mempunyai kemampuan dalam berbicara dan berkomunikasi, atau
dalam kasus bayi dan anak-anak, memiliki keluarga yang bersedia
membimbing dalam berkomunikasi sewaktu rehabilitasi .
Pendengaran tidak membaik dengan alat bantuan poendengaran yang
lain
Tidak memiliki alasan medis tertentu untuk menghindari operasi.
Mempunyai keinginan yang kuat untuk bias mendengar.
Mempunyai harapan yang tinggi dalam keberhasilan menggunakan
implan koklea nrealistis
Mendapat dukungan dari keluarga dan teman-teman
Tersedia layanan yang tepat disiapkan untuk kandidat pasca
rehabilitasi (melalui ahli patologi bahasa atau terapis auditori
verbal )
Sedangkan kontraindikasi pemasangan implan koklea antara lain tuli
akibat kelainan pada jalur saraf pusat (tuli sentral), proses penulangan koklea,
dan koklea tidak berkembang. Menurut Panduan Praktik Klinik PP
PERHATIKL kontraindikasi untuk pemasangan implan koklea adalah
Aplasia koklea.
Infeksi aktif (atau didapatkan pus) di telinga tengah.
Keadaan umum pasien yang buruk atau gangguan sistemik yang berat
(sehingga meningkatkan risikokomplikasimkematian akibat operasi).
Biasanya orang tua pasien datang ke rumah sakit untuk konsultasi atau
memeriksakan anaknya kepada dokter THT-KL dengan keluhan tersering
adalah di panggil tidak menoleh dan belum bisa bicara. Lalu akan dilakukan
pemeriksaan klinis telinga, pemeriksaan audiologi lengkap untuk mengetahui
derajat gangguan pendengaran. Jika derajat gangguan pendengaran berat
sangat berat, maka disarankan untuk menggunakan alat bantu dengar dan
dilanjutkan dengan terapi dengar-bicara (AVT : Audiotory Verbal Terapi).
Apabila setelah menggunakan alat bantu dengar (biasanya di evaluasi 5-6

12
bulan) dan ternyata perkembangan mendengar dan berbahasanya tidak
optimal, maka disarankan untuk melakukan implan koklea.

2.6 Proses pemasangan dan Pasca Operasi


Pelayanan Program Implan Koklea melalui beberapa tahap :
1. Proses seleksi dan evaluasi kandidat.
Dilakukan pemeriksaan gangguan pendengaran seperti BERA,
Otoakustik Emisi, Timpanometri, Audiometri. Dilanjutkan dengan
Auditory-Verbal Therapy (AVT) dengan memakai ABD untuk melatih
kandidat berbicara dengan fokus pendengaran selama + 2 bulan. Setelah
ABD diyakini tidak memberi manfaat, maka direncanakan untuk
dilakukan operasi.
2. Tindakan operasi dilakukan setelah pemeriksaan laboratorium, CT Scan
dan atau MRI, konsultasi dokter Spesialis Anak, dokter Spesialis
Anestesi dan psikologi. Operasi pemasangan Cochlear Implant harus
dilaksanakan di rumah sakit. Operasi dilaksanakan dengan pembiusan
total dengan tahap-tahap mastoidektomi, timpanostomi posterior,
membuat tatakan (pad), kokhleostomi dan memasukkan electrode ke
kokhlea.
Perangkat pembedahan ditanamkan di bawah anestesi umum, dan
operasi biasanya mengambil dari 1 sampai 5 jam. Pertama area kecil
dari kulit kepala tepat di belakang telinga adalah dicukur dan
dibersihkan. Kemudian insisi kecil dibuat di kulit tepat di belakang
telinga dan ahli bedah akan mengebor tulang mastoid dan telinga
dalam di mana array elektroda dimasukkan ke koklea. Biasanya pasien
pulang hari yang sama atau sehari setelah operasi, meskipun beberapa
penerima implan koklea tinggal di rumah sakit selama 1 hingga 2
hari,pasien dianggap rawat jalan.
Seperti halnya dengan setiap prosedur medis, operasi melibatkan
sejumlah resiko, dalam kasus ini, termasuk resiko infeksi kulit, onset
tinnitus, kerusakan pada sistem vestibular, dan kerusakan pada saraf
wajah yang dapat menyebabkan kelemahan otot, gangguan sensasi

13
wajah, atau, dalam kasus-kasus terburuk, terjadi kelumpuhan pada otot
wajah. Ada juga resiko kegagalan komponen implan, biasanya di mana
luka sayatan tidak benar-benar sembuh. Hal ini terjadi pada 2% kasus
dan komponen harus dikeluarkan. Operasi juga dapat merusak
pendengaran residu pasien mungkin telah tertanam di telinga; sebagai
akibatnya, beberapa dokter menyarankan implantasi telinga tunggal,
menyelamatkan telinga lain dalam kasus perawatan biologis akan
tersedia di masa mendatang.
3. Proses rehabilitasi dilakukan dengan menyalakan elektroda / switch on (
pada minggu ke 2 - 3 pasca operasi) dan pemetaan / mapping,
selanjutnya diteruskan dengan AVT untuk latihan bicara yang berfokus
pada kemampuan mendengar.
2.7 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
Dapat memungkinkan seseorang untuk mendengar percakapan dan
belajar bahasa lisan dengan relatif mudah, terutama bagi mereka
dengan gangguan pendengaran yang parah-mendalam Keuntungan
utama bagi mereka yang mendapatkan implan koklea adalah
perbaikan radikal dalam kemampuan mereka untuk memahami
pembicaraan tanpa membaca bibir. Hal ini memungkinkan untuk
memiliki percakapan telepon, menonton TV, mendengarkan musik
dan berkomunikasi dengan orang lain pada tingkat normal
Keberadaannya tidak tampak dari luar
Membuat kanal telinga terbuka.
Mengurangi distorsi pengeras suara.
Kekurangan:
Beberapa efek implantasi yang ireversibel misalnya komponen dari
implan dapat merusak system saraf yang ada di dalam koklea dan akhirnya
menyebabkan kehilangan pendengaran secara total pada kandidat.
Sementara baru-baru ini diusahakan perbaikan teknologi, dan teknik
penanaman untuk meminimalkan kerusakan seperti itu namun resiko dan
tingkat kerusakan masih bervariasi.

14
Selain itu, saat perangkat penerima dapat membantu lebih baik
mendengar dan mengerti suara di lingkungan mereka, itu tidak sebagus
kualitas suara yang diproses oleh koklea alami. Masalah utama adalah
dengan usia penerima. Sementara implan koklea mengembalikan
kemampuan fisik untuk mendengar, ini tidak berarti otak dapat belajar
untuk memproses dan membedakan pidato jika penerima melewati periode
kritis remaja. Akibatnya, mereka yang lahir tuli yang menerima implan
sebagai orang dewasa hanya dapat membedakan perbedaan antara suara
sederhana, seperti telepon, dering bel pintu, sementara yang lain yang
menerima implant pada tahap tuli yang awal mengerti dengan jelas dan
dapat berbicara. Tingkat keberhasilan tergantung pada berbagai faktor,
yang paling penting adalah usia penerima, tetapi juga harus dilakukan
dengan teknologi yang digunakan dan kondisi penerima koklea.
Nekrosis dapat terjadi pada lipatan kulit sekitar koklea implan.
Hyperbaric oksigen telah terbukti menjadi terapi tambahan yang berguna
dalam pengelolaan implan koklea flap yang mengalami nekrosis.
Pada tahun 2003, CDC dan FDA mengumumkan bahwa anak-anak
dengan implan koklea mempunyai resiko meningitis bakteri (Reefhuis
2003). Walaupun risiko ini sangat kecil, masih 30 kali lebih tinggi
daripada anak-anak dalam populasi umum. CDC dan organisasi kesehatan
nasional lainnya (seperti Inggris) sekarang menjalankan program vaksinasi
terhadap meningitis pneumokokus pada anak-anak yang menjadi kandidat
implan koklea.
Banyak pengguna, audiologists, dan ahli bedah juga melaporkan
bahwa bila ada infeksi telinga yang menyebabkan cairan di telinga tengah,
hal itu dapat mempengaruhi koklea implan, sehingga untuk sementara
berkurang pendengaran.
2.8 Komplikasi
Resiko atau komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi implan koklea
diantaranya yaitu : perdarahan, parese nervus facialis, alergi terhadap alat
implan koklea dan malposisi alat implan koklea.

15
Komplikasi termasuk kegagalan perangkat, infeksi luka, meningitis,
kebocoan cairan serebrospinal, pusing, dan kelumpuhan saraf wajah

BAB III
KESIMPULAN
Implan Koklea merupakan terobosan besar di bidang kedokteran.
Penelitian tentang Implan Koklea telah dilakukan sejak awal tahun 1950 dan
diakui oleh FDA (Food and Drug Administration) pada pertengahan 1980-an.
Implan Koklea merupakan alat prostetik dengan komponen internal yang dipasang
lewat pembedahan dan komponen eksternal yang memerlukan penyesuaian dan
pemograman.
Untuk menentukan apakah seseorang dapat menjadi kandidat Koklea,
memerlukan pemeriksaan dan berbagai tes oleh dokter spesialis telinga, hidung,
tenggorokan-kepala leher.
Prosedur pemasangan Implan Koklea diawali dengan melakukan tindakan
bedah untuk memasang komponen internal. Dengan hanya memasang komponen
internal, maka pasien masih belum bisa mendengar. Setelah luka bekas operasi
sembuh dan bengkaknya hilang (sekitar 3-6 minggu) dapat dilanjutkan dengan
pemasangan transmitter eksternal dan prossesor suara. Sehingga pasien dapat
mulai mendengar suara layaknya normal.
Pasien dengan Implan Koklea memerlukan rehabilitasi khusus untuk
menyesuaikan dengan pendengaran barunya. Program rehabilitasi terfokus pada
belajar mendengarkan dan menyediakan lingkungan auditif, sehingga
memaksimalkan potensi kinerja pasien dengan Implan Koklea.
Walaubagaimanapun Implan Koklea masih terdapat kerugian dan
kelebihannya tersendiri berbanding alat bantu dengar yang biasa. Aspek-aspek
seperti individu yang siap dengan konsekuensi dari efek samping pemasangan
implan dan keluarga yang cukup mendukung sangat menentukan keberhasilan
fungsi dari implan itu sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Leung, Katial. The Diagnosis and Management of Acute and Chronic


Sinusitis. 2008
2. Greenberg S, Ainsworth WA , Popper AN, Fay RR, eds, Speech Processing in
the Auditory System, New York : Springer 2001, hal 422-462.
3. Engineering Design of Cochlear Implants. In Zeng FG, Popper AN, Fay RR,
Cochlear Implants: Auditory Prostheses and Electric Hearing. New York :
Springer 2001. hal. 14-52.
4. Anatomi Telinga Luar. Diunduh dari
http://medicastore.com/penyakit/998/Telinga_Hidung_%26_Tenggorokan.htm
5. Bashiruddin J., Hendarmin H., Soetirto i., 2010. Gangguan Pendengaran dan
Kelainan Telinga dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher, edk 6, Soepardi, EA, Iskandar, N, Bashiruddin, J, Restuti, RD,
hh. 18-19, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
6. Connor CMC, Craig HK, Raudenbush SW, Heavner K, Zwolan TA. The age at
which young deaf children receive cochlear implants and their vocabulary and
speech-production growth: Is there an added value for early implantation?. Ear
and Hearing, 2006: vol 27 (6): 628-44
7. Papsin BC, Gordon KA. Bilateral cochlear implant should be the standard for
childern with bilateral sensorineural deafness. Cur Opin Otolaryngol Head
Neck Surg 2008; 16: 69 - 74
8. Improving hearing through a cochlear implant. Di unduh dari http://www.mrc-
cbu.cam.ac.uk/improving-health-and-wellbeing/cochlear-implant/
9. Gibson WPR. Cochlear Implant : How it works, Patient selection and setting
up a cochlear implant programme. ORL Indonesiana 1993; 24: 25 17.
10. Ekorini, haris M. Lima tahun program implan koklea di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, jurnal IDI Surabaya, 2014
11. Drake RL., Vogl W., Mitchell AWM., 2004. Grays Anaatomy for Students,
Churcill Livingstone, London

17
18

Anda mungkin juga menyukai