Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

INSTRUMENTASI KALIBRASI VESTIBULOMETRY

Disusun Oleh :

Firmansyah (18-014)

AKADEMI AUDIOLOGI INDONESIA


JAKARTA
2019

L
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita jumpai dan
dapat mengenai segala usia, terlebih orang dengan usia diatas 40 tahun (dewasa tengah)
dan orang-orang usia diatas 60 tahun (lanjut usia), hal ini dapat disebabkan berbagai hal
yang mengganggu fungsi organ-organ keseimbangan seseorang. Seseorang dengan
keluhan gangguan keseimbangan tidak dapat kita putuskan dengan mudah apa
penyebabnya, kita dapat menemukan jawabannya setelah kita melakukan tes-tes
keseimbangan terlebih dahulu.

Mekanisme keseimbangan seseorang membutuhkan kerjasama tiga sistem pada tubuh,


yaitu Sistem Vestibuler, Visual, dan Propioseptif, dimana ketiga sistem ini bekerjasama
dalam mempertahankan keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap
lingkungan sekitarnya. Keseimbangan tubuh dikatakan baik jika ketiga sistem penunjang
ini berjalan normal, adanya gangguan pada salah satu dari ketiga sistem ini dengan fungsi
interpretasi di otak normal, maka fungsi orientasi tubuh terhadap ruangan masih dapat
dikendalikan, akan tetapi apabila lebih dari satu organ sensorik yang mengalami
gangguan maka keseimbangan tubuh yang sempurna tidak dapat dipertahankan lagi dan
dapat menimbulkan keluhan gangguan keseimbangan.
\\

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Keseimbangan

Organ vestibuler yang terdapat di telinga dalam menerima rangsang gerak melalui
reseptor di labirin, yaitu kanalis semi sirkularis, utrikulus dan sakulus disalurkan melalui
n. vestibularis (n. VIII) ke batang otak dan dilanjutkan ke korteks serebri di girus
temporalis superior dekat pusat pendengaran. Organ vestibuler ini memberikan informasi
ke susunan saraf pusat tentang rangsang percepatan sudut dan gerakan yang sesuai
dengan garis (gerakan linear), posisi kepala dan gerakan kepala (gerakan anguler atau
rotasi, gerakan lambat kepala), mengatur tonus otot-otot ekstremitas untuk
mempertahankan dan mengatur sikap tubuh, membantu orientasi visual dengan mengatur
gerakan mata. Sistem vestibular juga berhubungan dengan inti-inti n.III, n.IV, n.VI yang
mempersarafi otot-otot bola mata, yang menjadi dasar anatomis adanya nistagmus.
Sistem vestibuler secara anatomi dibagi menjadi sistem vestibuler sentral dan perifer.
Sistem vestibuler sentral terdiri dari nukleus vestibularis di batang otak, serebelum/otak
kecil, talamus, dan korteks serebri. Sedangkan sistem vstibuler perifer terdiri dari organ
vestibuler, ganglion vestibularis, dan nervus vestibularis.
1. Sistem Vestibuler Sentral
Mengintegrasikan input sensoris dan mengawali terjadinya respon postural yang efektif
dan tepat waktu. Susunan saraf pusat melalui jaras-jarasnya menerima informasi sensoris
perifer dari sistem visual, vestibuler dan propioseptif di gyrus post central lobus parietal
kontralateral. Informasi yang diperoleh akan diproses dan diintegrasikan pada semua
tingkat sistem saraf. Dalam waktu latensi kurang lebih 150 ms akan terbentuk suatu
respon postural otomatis yang benar dan akan diekspresikan secara mekanis melalui
efektor dalam suatu rangkaian pola gerak tertentu. Bila terjadi pola baru yang belum
pernah disimpan di otak, maka reaksi tersebut dapat dilakukan dengan tanpa berpikir lagi.

2. Sistem Vestibuler Perifer


Terletak di dalam saluran pada telinga dalam (pars petrosus tulang temporal). Terdiri dari
a. Labirin tulang, berada di sebelah luar berisi perilimf
b. Labirin membran, berada di sebelah dalam berisi endolimf
c. Memiliki reseptor yang bersilia
Labirin membran terdiri atas:
a. Labirin Statik (Utrikulus dan Sakulus)
Utrikulus dan Sakulus adalah 2 kantong di dalam labirin membran yang berlokasi di
bagian vestibulum yang memiliki organ reseptor yang`disebut makula. Makula utrikulus
terletak pada dasar utrikulus, kira-kira pada bidang kanalis semisirkularis horizontal.
Makula sakulus terletak pada dinding medial sakulus, dan terutama terletak pada bidang
vertikal.
Silia sel rambut dari makula ini menempel pada membran gelatin. Di puncak membran
gelatin, terdapat lapisan endapan kalsium karbonat yang disebut otolit, yang lebih padat
dari pada cairan endolimf di sekelilingnya. Oleh sebab itu, otolit dapat bereaksi terhadap
gravitasi dan tenaga gerak lainnya. Dengan mikroskop elektron dapat dilihat 2 macam
silia, yaitu kinosilia dan stereosilia.
Pada setiap sel rambut, sebatang kinosilium berada pada satu sisi dari sekumpulan
stereosilia. Pada makula dan krista, sel-sel rambut di daerah yang sama cenderung
mempunyai kinosilia pada posisi yang sama dengan kumpulan stereosilia. Jadi, epitel
sensorik pada alat vestibuler mempunyai polarisasi yang morfologik. Semua kinosilia
pada utrikulus cenderung mengarah ke garis yang disebut linea alba, yang berjalan
memotong kira-kira di tengah makula. Kinosilia di dalam sakulus mengarah ke linea alba.

b. Labirin kinetik
Labirin kinetik terdiri dari 3 kanalis semisirkularis, yaitu:
1) Kanalis semisirkularis horizontal (eksternal, lateral)
2) Kanalis semisirkularis vertikal – posterior (posterior)
3) Kanalis semisirkularis vertikal – anterior (superior)
Di setiap posisi dari masing-masing kanalis semisirkularis berhubungan dengan utrikulus.
pada posisi duduk kepala fleksi 30º , menempatkan kanalis semisirkularis horizontalis
pada posisi bidang horizontal bumi. Kanalis semisirkularis superior dan posterior terletak
pada bidang vertikal dan membentuk sudut 45º dengan bidang sagital kepala. Masing-
masing kanalis semisirkularis terletak tegak lurus satu dengan yang lanilla.
3. Sistem Visual
Organ penglihatan menerima rangsang melelui reseptor retina, rangsang tersebut
diteruskan melalui n. Optikus sampai ke korteks visual di otak. Organ penglihatan
berfungsi memberikan informasi tentang orientasi mata, posisi dan gerak tubuh serta
lingkungan sekitarnya.

Gangguan visual dapat meningkatkan resiko jatuh. Umumnya pada lansia atau manula
yang mengalami perubahan stuktur mata, contoh : atrofi, perubahan lapang pandang,
panurunan tajam penglihatan dan sensitivitas penglihatan kontras akibat berkurangnya
persepsi kontur dan jarak, dapat pula disebabkan katarak baik secara khusus maupun
yang umum dikarenakan riwayat penyakit diabetes yang dialami, gangguan penglihatan
lain seperti presbiopi. Atau seperti kelainan-kelainan mata bawaan seperti juling, buta,
dan lain-lain.

Refleks Vestibulo-Okuler
Kita dapat mengenali wajah dan membaca sewaktu berjalan karena adanya Refleks
Vestibulo okuler yang mengkompensasinya. Fungsi organ vestibuler dalam mengatur
keseimbangan antara lain membuat posisi mata relatif stabil terhadap obyek yang tetap
dalam suatu ruangan saat kepala bergerak. Apabila kepala bergerak secara tiba-tiba, bola
mata secara refleks akan bergerak ke arah yang berlawanan, sehingga bayangan objek
diluar akan stabil di retina. Refleks vestibulo okuler menggambarkan arkus refleks
sederhana, mulai dari reseptor vestibuler, neuron primer, sekunder, dan tersier yang
berakhir di organ efektor, dalam hal ini otot ekstra okuli. Gerakan mata horizontal terjadi
akibat kontraksi m.rektus lateralis dan m.rektus medialis, sedangkan gerakan mata
vertikal dan miring sebagai kontraksi m.rektus superior, m.rektus inferior dan m.obliqus
superior. Organ efektor pada refleks vestibulo okuler adalah otot-otot ekstrinsik mata,
otot-otot ini menerima perintah yang jelas agar dapat mempertahankan posisis tubuh dan
menghasilkan gerakan yang sempurna.
4. Sistem Propioseptif
Rangsang gerak diterima oleh reseptor di otot dan sendi, terutama di daerah leher, yang
disalurkan melalui saraf spinal, medula spinalis, batang otak, talamus, berakhir di korteks
sensorik di otak. Susunan propioseptif memberikan informasi ke sususnan saraf pusat
tentang posisi tubuh terhadap kondisi sekitarnya dan posisi antara segmen badan dan
badan itu sendiri melelui reseptor yang ada di tendon, otot, dan sendi. Sistem saraf pusat
melalui jaras-jarasnya menerima informasi sensoris perifer dari sistem propioseptif,
visual, dan vestibuler lalu informasi tersebut di integrasikan, akhirnya dalam waktu
persekian mili detik terbentuklah respon postural yang benar secara otomatis dan akan di
ekspresikan secara mekanis melalui efektor dalam suatu rangkaian pola gerakan. Pada
suatu aktivitas dengan pola baru yang belum pernah tersimpan dalam otak, reaksi tersebut
perlu dilatih sampai reksi tersebut dapat dilekukan tanpa perlu berpikir lagi. Sistem
efektor mempertahankan pusat gravitasi tubuh, meliputi duduk, berdiri, berjalan. Gerakan
dilakukan oleh suatu kelompok sendi dan otot sehingga mendapatkan keseimbangan
postural yang normal, gangguan pada komponen efektor berpengaruh pada kemampuan
dalam mengontrol postur sehingga terjadilah gangguan keseimbangan postural. Proses
menua dapat mengurangi kemampuan kompensai terhadap perubahan posisi tubuh
terutama karena menurunnya daya propioseptif. Gangguan propioseptif pada lansia dapat
berupa penurunan kekuatan otot karena penurunan massa otot (atrofi) terutama pada otot-
otot ekstremitas bawah seperti kelambanan bergerak, angkah pendek-pendek, penurunan
irama , kaki tidak kuat menapak, cenderung goyang, sulit antisipasi saat terpeleset atau
tersandung.

Refleks Vestibulo-Spinal
Fungsi utama dari sistem vestibulo-spinal dan sistem sensorimotor adalah mencegah
supaya tubuh tidak jatuh. Dalam mengatur posisi tubuh, harus dipertahankan pusat gaya
berat tubuh yang berada di pelvis yang disokong oleh kedua kaki. Secara anatomis
kanalis semisirkularis selain berhubungan dengan nukleus vestibularis juga mempunyai
hubungan dengan serebelum dan medula spinalis. Nukleus vestibularis berhubungan
dengan medula spinalis melalui 3 jalur utama yaitu traktus vestibulospinalis lateralis,
traktus vestibulospinalis medialis dan traktus retikulospinalis. Refleks vestibulospinal
menghasilkan mekanisme mendorong dan menarik antara otot-otot ekstensor disatu sisi
dan otot-otot fleksor di sisi yang lain dengan mekanisme yang serupa dengan kontraksi
otot-otot ekstra-okuli dalam refleks vestibulo-okuler. Organ efektor dalam refleks
vestibulospinalis adalah otot-otot antigravitas yaitu seperti otot-otot di leher, trunkus dan
ekstremitas inferior.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan


1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di
tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan
mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini,
maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai
dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah
tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.

Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat
gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan
bidang tumpu, serta berat badan.

2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi
dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang
tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan
tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan
seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar
bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih
stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat
gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi
B. Gangguan Keseimbangan
Seperti yang kita ketahui bahwa keseimbangan postural yang kita miliki tidak dapat
terlepas dari kerjasama 3 sistem yang mengaturnya yaitu sistem vestibuler di telinga
dalam, sistem visual atau penglihatan, dan sistem propioseptif. Maka gangguan
keseimbangan postural dapat kita simpulkan sebagai akibat dari tidak bekerja secara
normalnya atau terganggunya salah satu atau lebih dari ke tiga sistem tersebut, gangguan-
gangguannya dapat berupa :

1. Gangguan pada sistem vestibuler perifer (daerah telinga dalam) dapat disebabkan
oleh :

a. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo) / Vertigo posisi paroksismal jinak


adalah gangguan keseimbangan perifer yang paling sering dijumpai. Gejala yang
dikeluhkan adalah timbulnya vertigo pada saat adanya gerakan kepala secara tiba-
tiba, vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja
namun penderita merasakannya lebih lama. Keluhan dapat disertai mual bahkan
muntah, vertigojenis ini sering berulang dan tidak jarang sembuh spontan. BPPV
merupakan oenyakit degeneratif yang idiopatik dan sering ditemukan, kebanyakan
diderita pada usia dewasa muda dan usia lanjut, adanya trauma kepala merupakan
penyebab kedua terbanyak pada BPPV bilateral. Diagnosis BPPV dapat dilakukan
dengan melakukan tindakan provokasi dan menilai timbulnya nistagmus pada posisi
tersebut. Dikenal tiga perasat untuk memprovokasi timbulnay nistagmus yaitu
perasat dix-hallpike, perasat side lying dan perasat roll. Dix-hallpike adalah perasat
yang paling sering digunakan karena pada perasat ini posisi kepala sangat sempurna
untuk Canalith repositioning treatment. Side lying digunakan untuk menilai BPPV
pada kanal posterior dan anterior. Perasat roll untuk menilai vertigo yang melibatkan
kanal horizontal.
b. Menire disease : penyebab karena adanya hidrops endolimfatik, gejala: vertigo,
tinnitus, gangguan pendengaran fluktuatif dapat diketahui dengan gliserol.
c. Infeksi (neuritis vestibuler, OMSK).
d. Ototoksik : riwayat konsumsi obat yang meracuni telinga dalam.
e. Penyumbatan pembuluh darah.
f. Trauma.
g. Tumor (neuroma akustik).
h. Kelainan degeneratif (presbiastasia).

1) Gangguan keseimbangan sentral


a. Pada nukleus vestibularis sampai batang otak dapat terjadi TIA (transient Ischemic
attack) stroke vestibrobasilaris, tumor, trauma, migren basilaris, multipel Sklerosis
(degeneratif).
b. Pada serebelum dapat terjadi Stroke, tumor, keleinan degeneratif.
c. Pada otak (korteks serebri) dapat terjadi epilepsi, kelainan degeneratif.

2) Gangguan propioseptif
a. Gangguan motorik sensorik, penderita parkinson,stroke, asam urat, reumatik, lemah
tungkai, spastisitas, rigiditas, ataksia,artritis sendi.
b. Gangguan muskulokeletal : gangguan berjalan (gait), faktor murni terjadinya jatuh
pada lansia.
c. Katapleksi : kesadaran baik, hilangnya tonus otot akstremitas secara tiba-tiba, tidak
dapat berdiri sama sekali dan mendadak jatuh.
d. Kriptigenik : cenderung mudah jatuh ke depan, kesadaran baik, tidak ada rasa pusing,
tiba-tiba tungkai lemas.
e. Penurunan kekuatan otot karena penurunan massa otot (atrofi) terutama otot-otot
ekstremitas bawah menjadikan kelambanan bergerak, langkah pendek-pendek, penurunan
irama, kaki tidak kuat menapak cenderung goyang,sulit antisipasi saat tersandung atau
terpeleset.
f. Neuropati perifer : kelemahan motorik, terlambatnya reaksi koreksi postural.
g. Mielopati : gangguan pada medula spinalis dan gangguan vestibulospinal lambat
koreksi postural.
3) Gangguan visual
a. Hipermetrop : keluhan yang sering adalah jika melihat dekat Kabul (rabun dekat), sakit
kepala, cepat lelah bila membaca, berair.
b. Miop, keluhan yang dirasakan adalah mata kabur untuk melihat jauh (rabun jauh),
pusing, mata cepat lelah, berair.
c. Presbiop : kondisi berkurangnya daya akomodasi mata karena usia lanjut sehingga
sukar melihat dekat terjadi karena elastisitas mata berkurang.
d. Astigmatisme : keluhan yang biasa disampaikan cepat lelah, jika melihat dekat atau
jauh pandangan kabur, berbayang, pusing.
e. Buta.
f. Juling.
g. Katarak.
h. Bolamata kecil pada salah satu mata.
i. Rabun senja.

2. Pemeriksaan dan Diagnosis Gangguan Keseimbangan

1. Anamnesis
Sebagai langkah awal dalam melakukan pemeriksaan, perlu dilakukan anamnesis secara
cermat dan detail. Tidak jarang kata-kata atau keluhan yang disampaikan oleh pasien
untuk menyatakan vertigo atau gangguan keseimbangan lainnya itu bermacam-macam.
Vertigo adalah rasa gerakan (sirkuler atau linear) atau gerakan sebenarnya (unsteadiness,
attaxia) dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari
organ yang berada dibawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus). Vertigo dapat
menunjukan gejala mandiri tanpa gejala lain yang menunjukan keluhan subjektif dalam
bentuk rasa berputar dari tubuh, kepala, serta lingkungan sekitarnya. Sindroma vertigo
biasanya terdiri dari gejala vertigo, mual, muntah, nistagmus dan unsteadiness.
Nistagmus adalah gerah bola mata kian kemari terdiri dari dua fase, yaitu fase lambat
dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi sistem vestibuler terhadap rangsangan
sedangkan fase cepat adalah reaksi kompensainya. Nistagmus merupakan parameter
akurat menentukan aktivitas sistem vestibuler. Nistagmus dan vertigo adalah gejala yang
berasal dari satu sumber, namun nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul bersamaan.
Dalam keadaan terlatih baik, vertigo bisa tidak dirasakan, meskipun nistagmus ada. Pada
kelainan vestibuler perifer, gejala vertigo dapat dihilangkan dengan latihan yang baik.
Nistagmus terdiri dari nistagmus horizontal, vertikal dan rotatoar.
Yang dapat kita tanyakan pada pasien :
 Identitas lengkap pasien : Nama, alamat, usia, pekerjaan.
 Apa yang menjadi keluhannya, misal :
o Pusing berputar tujuh keliling/vertigo, mumet/nyut-nyutan, sempoyongan,
rasa melayang/ringan.
o Mudah jatuh, jalan harus berpegangan/perlu bantuan, saat jalan kaki
lemas.
o Penglihatan buram, pusing melihat keramaian.
o Sejak kapan, berapa lama (onset).
o Riwayat penyakit lain yang menyertai (hipertensi, hipotensi, diabetes,
asam urat, reumatik, osteoporosis).

Tabel I. Perbedaan klinis vertigo vestibuler dengan vertigo non vestibuler


GEJALA VESTIBULER NON-VESTIBULER
Sifat vertigo Rasa berputar (true vertigo) Melayang, goyang, kepala
enteng
Sifat serangan Episodik Menetap
Gejala otonom Ada Tidak ada
Gang.pendengaran Ada / tidak ada Tidak ada
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus Tidak ada Situasi ramai

Tabel II. Perbedaan klinis vertigo perifer dengan vertigo sentral


GEJALA PERIFER SENTRAL
Sifat serangan Mendadak Lebih bertahap
Intensitas vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)
Gejala otonom (++) (+-)
gg.pendengaran, tinnitus (+) (-)
Gejela fokal otak (-) (+)
2. Pemeriksaan keseimbangan
Vestibulometry adalah pemeriksaan fungsi organ vestibuler (keseimbangan), untuk
menentukan apakah terdapat gangguan pada alat vestibuler di telinga dalam (vestibuler
perifer) ataukah pada susunan saraf pusat (vestibuler sentral).
Keseimbangan sendiri adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi tubuh
agar tetap stabil ketika ditempatkan diberbagai posisi, dengan mempertahankan pusat
massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilkan bagian tubuh
ketika bagian tubuh lainnya bergerak
Macam-macam tes/pemeriksaan keseimbangan mulai dari tes sederhana sampai dengan
menggunakan teknologi canggih, diantaranya:

Tes Romberg
a. Pasien diminta berdiri tanpa alas kaki dengan kaki rapat sejajar kanan dan kiri
b. Tangannya dilipat di dada atau diperut
c. Amati setelah 30 detik, apakah pasien tetap stabil atau akan jatuh.
d. Ulangi dengan mata tertutup. Orang normal, dapat melakukan ini tanpa kesulitan.
Bila sebelum 30 detik pasien akan jatuh, mengindikasikan adanya gangguan
keseimbangan.
e. Adanya koordinasi antara 3 sistem keseimbangan, lalu sistem visual diprovokasi
dengan menutup mata. Dibandingkan kestabilannya antara buka dan mata tertutup.

Tes Tandem (sharp romberg)


a. Pasien diminta berdiri tanpa alas kaki, dengan kaki pada posisi tandem yaitu kaki
yang satu di depan kaki yang lain, tumit yang satu menyentuh ujung-ujung jari kaki
yang lain.
b. Tangan pasien supaya dilipat di dada dan mata tetap terbuka. Orang normal, dapat
berdiri tandem selama 30 detik tanpa jatuh. Bila pasien sebelum 30 detik akan jatuh
atau tidak stabil mengindikasikan adanya gangguan keseimbangan.
c. Ulangi lagi seperti tadi tetapi bedanya setelah melakukan tandem dengan mata
terbuka kemudian lakukan dengan mata tertutup.
d. Setelah 30 detik apakah pasien akan jatuh. Jika sebelum 30 detik pasien tampak
tidak stabil dan bahkan jatuh, mengindikasikan adanya gangguan keseimbangan.
e. Adanya koordinasi antara 3 sistem keseimbangan, lalu sistem visual diprovokasi
dengan menutup mata. Dibandingkan kestabilannya antara buka dan mata tertutup.

Stepping Test/Fukuda Test (tes melangkah di tempat)


a. Pasien diminta berjalan di tempat tanpa alas kaki, dengan mata tertutup sebanyak
50 langkah, dengan kecepatan biasa seperti berjalan dan beritahukan agar tetap di
tempat, tidak beranjak dari tempat semula.
b. Kedudukan akhir dianggap abnormal, bila pasien beranjak lebih dari 1 meter atau
badanasien berputar lebih dari 30º.
c. Bila kedudukan akhir posisi pasien beranjak 1 meter dari tempat semula atau
berputar 30º maka mengindikasikan adanya gangguan keseimbangan.

Tes Posturografi
Pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara objektif dan kuantitatif
kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk mendapatkan gambaran yang benar
tentang gangguan keseimbangan karena adanya gangguan vestibuler, maka input visual
diprovokasi dengan menutup mata dan input propioseptif dihilangkan dengan berdiri di
atas alas yang tidak stabil. Dapat dikatakan terdapat gangguan keseimbangan jika terlihat
adanya ayun tubuh yang berlebihan, melangkah atau bahkan sampai jatuh sehingga perlu
berpegangan.

a. Berdiri diatas alas dengan mata terbuka memendang satu titik (3 input sensorik
bekerja sama)
b. Berdiri diatas alas dengan mata tertutup (input visual diganggu)
c. Berdiri diatas alas busa dengan mata terbuka memendang satu titik (input
propioseptif diganggu)
d. Berdiri tenang diatas alas busa dengan mata tertutup (input visual dan propioseptif
diganggu)
e. Yang berfungsi hanya input vestibuler, bila terdapat perpanjangan ayun tubuh
berarti terjadi gangguan keseimbangan.

ENG (Electronystagmography)
ENG merupakan Alat yang dipakai untuk memantau secara elektrik pergerakan bola mata
normal dan yang involunter (Nystagmus). Juga untuk memeriksa otot yang mengontrol
pergerakan bola mata.
ENG dapat memeriksa keadaan mata, Telinga dalam, otak dan saraf yang
menghubungkannya. Dimana kesemuaanya berperan dalam menjaga keseimbangan. Yang
apabila terganggu dapat menyebabkan vertigo atau gangguan keseimbangan.

Persiapan pasien :
∙ Melarang pasien meminum obat atau zat berikut dalam rentang waktu 48-72 jam
sebelum pengujian:
∙ Obat tidur
∙ Obat penenang
∙ Obat pilek atau elergi
∙ Barbiturates pain killers dengan codeine antihistamines
∙ Obat pening
∙ Aspirin
∙ Obat anti-depressants
∙ Barkotika apapun (termaksud ganja)
∙ Minuman beralkohol

Obat di atas akan menyebabkan menekan sistem nystagmus vestibular dan pergerakan
mata yang abnormal.
*Peringatkan pasien agar menghubungi dokter jika pasien lupa dan meminum obat di atas
atau meminum minuman beralkohol. Kemungkinan besar perlu penjadwalan ulang janji
tes pemeriksaan.
*jangan hentikan pengobatan diabetes, penyakit jantung, masalahtiroid, tekanan darah
tinggi epilepsy atau kejang, antibiotic atau pil KB.
∙ Instruksikan pasien untuk mendapat istirhat malam yang baik sebelum tes.
∙ Instruksikan pasien untuk makan makanan ringan atau tidak makan selama 3
sampai 4 jam sebelum tes, karena tes tersebut dapat menyebabkan mual hingga
muntah.
∙ Peringatkan pada pasien agar tidak memakai riasan mata atau wajah atau
pelembab apapun di wajah atau di sekitar area wajah, karena dapat menggangu
kemampuan kamera untuk merekam gerakan mata pasien dan elektroda bisa
menempel dengan baik pada kulit
∙ Sebaiknya peringatkan pada pasien agar memakai busana yang nyaman
∙ Terkadang pasien lama-kelamaan akan merasa kehilangan keseimbangan akibat
mengikuti tes, sehingga pasien diharap membawa seorang teman atau anggota
keluarga untuk mengantar pasien pulang
∙ Riwayat Pasien :
∙ Menderita vertigo → pada Dix-Hallpike Maniver mungkin akan timbul
serangan.
∙ Gangguan pedengaran berat → pemeriksa akan mengalami masalah dalam
berkomunikasi dengan pasien.

∙ Pernah operasi telinga → kemungkinan telah terjadi perubahan anatomi liang


telinga atau telinga tengah yang akan mengubah kekuatan stimulasi kalori.
∙ Gangguan mata berat, Mata Juling, Silindri → kemungkinan pasien tidak dapat
melihat stimulasi visual.
∙ Masalah leher atau punggung,→ mengantisispasi agar leher dan punggung pasien
dapat terlindungi selama tes berlangsung.
∙ Penderita gangguan sirkulasi → kemungkinan akan terjadi kontraindikasi pada
Dix-Hallpike maneuvers
∙ Jantung

Pemeriksaan pasien ;
∙ perforasi Membran tympani → pada tes stimulasi kalori dapat mengakibatkan
hasil yang berlawanan dari yang seharusnya.
∙ Serumen → kemungkinan serumen akan menghalangi irigasi pada tes kalori dan
harus di bersihkan tes kalori di mulai
∙ Liang telinga sempit → irigasi pada tes kalori akan cukup sulit dilakukan dan
respon yang timbul akan lemah.

Persiapan pemeriksa :
∙ Pemeriksa lebih dari 1 orang untuk membantu jalannya pemeriksaan → yang satu
dapat focus menjalankan alat dan yang satu lagi dapat focus mengamati pasien.

Persiapan alat :
∙ Tujuh Elektroda

Elektroda
Orange : atas mata kanan sejaja pupil
Putih : bawah mata kanan sejajar pupil
Merah : samping mata kanan sejajar pupil
Hijau : atas mata kiri sejajar pupil
Coklat : bawah mata kiri sejajar pupil
Biru : samping mata kiri sejajar pupil
Hitam : ground / antara atas mata kanan dan kiri

∙ Newpreb
∙ Tissue basah
∙ Alat-alat terkalibrasi
∙ Alkohol 70%
∙ Dudukan yang nyaman
∙ Light bar yang berfungsi dengan baik

Persiapan ruangan
∙ Nyaman
∙ Ruangan cukup lebar  8 x 12 m
∙ Kursi pasien dan pemeriksa punya space minimal 1 M
∙ Ada telfon di dalam ruangan, untuk berjaga jika terjadi situasi darurat sehingga
membutuhkan bantuan orang lain dengan cepat

Pada tes ENG terdapat deretan tes untuk merekam pergerakan mata pasien. Deretan tes
itu terdiri dari enam tes:

Kalibrasi alat

Sebelum melakukan pemeriksaan awal perlu tahap kalibrasi dahulu dengan cara yang
sama dengan tes saccade, hingga mendapat minimal dua gelombang yang sama
berurutan, dengan tujuan pasien mengetahui instruksi dengan baik dan mampu
melakukannya dengan benar.

Tes Gaze
 Pasien Posisi duduk, jangan menggerakan kepala
 Jarak mata dengan titik di langit bar kira-kira 1,5 m
 Pasien diminta untuk melirik 30ᵒ ke arah kanan, ke kiri, ke atas, dan kebawah,
masing-masing selama 20-30 detik
 Dinilai adanya nystagmus vestibuler

Tes Sakadik
 Pasien posisi duduk, jangan mengerakkan kepala
 Pasien diminta mengikuti target cahaya yang bergerak bolak balik antara dua target
tetap pada bidang horizontal sebesar 20ᵒ dalam urutan yang tak terduga di bawah
control komputer
 Gerak mata ke atas dan ke bawah pada bidang vertical sebesar 20ᵒ
Tes Tracking (Pendular Eye Tracking Test/PETT)
 Pasien posisi duduk, jangan menggerakan kepala
 Pasien diminta untuk mengikuti titik (spot) di light bar yang bergerak seperti gerakan
pendulum(bergerak maju mundur) dengan kecepatan konstan pada bidang horizontal
 Dinilai hasil grafiknya

Tes Optokinetik
 Pasien posisi duduk, jangan menggerakan kepala
 Pasien diminta untuk mengikuti gerakan satu titik (striped yang bergerak berurutan)
pada light bar yang bergerak dari awal sampai akhir
 Kemudian mengikuti striped selanjutnya dari awal sampai akhir juga

Tes Posisi
 Gerakan mata pasien di catat sedikitnya 20 detik dengan mata terbuka dan 20 detik
dengan mata tertutup pada center gaze
 Diperiksa juga pasien pada posisit sitting, supine, right ear down (head right
horizontal), left ear down (head left horizontal), right side and left side horizontal
Tes Kalori

tes kalori merupakan tes yang secara khusus menguji kanalis semisirkularis horizontal
(lateral) dan jalur afferent. Nantinya pemeriksa akan menempatkan pasien di posisi kalori
tes (telentang dengan tinggi kepala 30ᵒ untuk menempatkan kanalis semisirkularis di
posisi sejajar dengan bidang datar (vertica).kemudian telinga satu persatu telinga di
irigasi suhu hangat kemudian dengan air dingin.
Tujuan dari pemeriksaan kalori adalah untuk menentukan adanya kesimetrisan dari
respon versibuler.

BAB III
CONTOH KASUS

Nama : Ridwan Afriansyah


Usia : 56 Tahun
Pekerjaan : Masinis Kereta
Alamat : Jl. Jatinegara Kaum No.507 Jakarta Timur

Keluhan :
 Mengalami vertigo (pusing berputar) kurang lebih 5 hari, vertigo akan sangat terasa
jika bangun dari tidur, menengok/kepala menoleh. bahkan sampai terasa kaki tidak
menapak, seperti melayang.
 Akhir-akhir ini sering mengalami pusing tapi tidak sampai vertigo kambuh.
 Ketika menengok/kepala menoleh vertigo juga sangat terasa,
 Pernah sampai mual- mual dan berkeringat yang berlebihan karena tidak kuat untuk
menahan pusing yang dirasakan.
 Ada riwayat tekanan darah rendah (Hipotensi) 90/60 mmHg.

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pemeriksaan yang dilakukan :


Pemeriksaan THT
- Otoskopi : ADS normal, utuh, ada reflek cahaya.
- Penala : Weber : tidak ada lateralisasi.
- Audiometri nada murni : ambang dengar AD : 22,5 dB. Ambang dengar AS : 25 dB.

Tes fungsi serebelum


- Postpointing test : dapat dilakukan dengan mata terbuka dan tertutup.
- Diadokhogenesis : dapat dilakukan dengan baik
- Finger to nose test : dapat dilakukan dengan baik.
3 pemeriksaan koordinasi menyimpulkan koordinasi pasien ini masih baik, tidak ada
gangguan sentral/otak.

Test keseimbangan sederhana


Romberg test : pada pemeriksaan dengan mata terbuka dapat dilakukan dengan baik,
pada pemeriksaan dengan mata tertutup ada ayun tubuh/goyang kekiri.
Dengan provokasi pada sistem visual, dua sistem keseimbangan (vestibuler dan
propioseptif) kurang bisa bekerja sempurna atau mengoreksi adanya provikasi.
Sharp romberg test : pada pemeriksaan dengan mata terbuka ada ayun tubuh yang lebih
besar/lebih terlihat jelas dari tes romberg, pada pemeriksaan dengan mata tertutup pasien
jatuh ke sebelah kiri.
Dengan provokasi pada sistem propioseptif, saat keadaan mata terbuka pasien kurang
dapat mengkompensasi. Pada keadaan mata tertutup jatuh ke sebelah kiri
mengindikasikan adanya kemungkinan ketidaknormalan vestibuler kiri.
Stepping test : pemeriksaan dengan mata terbuka dapat dilakukan, pada saat
pemeriksaan dengan mata tertutup dapat dilakukan namun ada pergeseran / perpindahan
sekitar 45cm kekiri

Diagnosa
Dengan beberapa pemeriksaan keseimbangan sederhana yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pasien kemungkinan mengalami :
1. Kelemahan organ vestibuler sebelah kiri (unilateral) dibandingkan dengan
kemampuan organ vestibuler kanan dalam memepertahankan keseimbangan
tubuhnya, terlihat dari hampir semua pemeriksaan yang dilakukan, pasien ini selalu
terjatuh ke sisi kiri.

2. Keterkaitan yang menyertai bertambahnya keluhan gangguan keseimbangan yang


dirasakan pasien saat ini adalah penyakit yang diderita yaitu tekanan darah rendah
(hipotensi). Hipotensi menyebabkan suplai darah atau perdarahan ke organ vestibuler
berkurang karena tekanan darah tubuh secara umum memang lemah oleh karena itu
mengakibatkan organ vestibuler tidak dapat bekerja secara normal untuk
mempertahankan keseimbangan. Seperti pada point 1, ada kelemahan pada organ
vestibuler kiri pasien, ini mengindikasikan kemungkinan tidak normalnya suplai
darah ke organ vestibuler kiri sehingga timbul keluhan vertigo yang dulu dirasakan
dan pusing berulang yang saat ini lebih sering pasien keluhkan.

Latihan yang harus dilakukan


1.Memfokuskan mata sambil memutar kepala.
Dilakukan sambil duduk kemudian letakkan jari telunjuk jarak nya 25 cm di depan
hidung dan fokuskan mata pada jari telunjuk sambil memutar kepala.
2. Berjalan dengan gerakkan kepala.
Berjalan dengan kecepatan biasa setelah tiga langkah kepala menoleh ke kiri lalu terus
melangkah lurus begitu juga sebaliknya.
3. Memutar kepala.
Dilakukan sambil duduk kemudian gerakkan kepala dengan gerakan memutar dengan
mata tertutup kemudian ulangi dengan mata terbuka.
4. Menggerakkan kepala secata horizontal.
Dilakukan dengan duduk kemudian dengan cepat kepala digerakkan menoleh ke kiri ke
kanan kemudian ke tengah sambil menatap lurus.
5. Mengikuti sasaran
Dilakukan sambil duduk dengan memegang kartu dan fokuskan melihat pada satu titik
dengan gerakan horizontal vertikal dan diagonal

DAFTAR PUSTAKA
1. Bashiruddin J, Hadjar E, Aviandi W, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Edisi ke Enam, dalam Gangguan Keseimbangan, 2007, hal 94-97.
2. Brastyho Bramantyo, Kumpulan Materi Kuliah Instrumentasi Kalibrasi dan
Vestibulometri
3. http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/04/vestibular-disorders/, Vestibular
Disorders, 4 Agustus 2009.
4. http://www.permatacibubur.com/en/see.php?id=Artikel3&lang=id, Gangguan
Keseimbangan, Dr Widayat Alviandi SpTHT.

Anda mungkin juga menyukai