A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Vertigo Pusing dan vertigo merupakan dua jenis gangguan perasa keseimbangan
yang perlu dibedakan. Merasa bahwa badan melayang, sempoyongan atau
bergoyang seolah-olah mabuk atau mabuk laut adalah lukisan yang sesuai dengan
pusing atau pening. Sebaliknya, merasa bahwa badan berputar-putar ataupun
benda-benda di sekeliling tubuh berputarputar atau bergelimpangan memutari
tubuh adalah pelukisan dari vertigoMual adalah mekanisme pertahanan diri yang
menyebabkan suatu sensasi tidak nyaman di perut dan membuat seseorang merasa
ingin muntah.
2. Muntah adalah refleks tubuh untuk mengeluarkan seluruh atau sebagian isi lambung
dengan paksa melalui mulut.
3. Flu atau influenza adalah infeksi virus yang menyerang hidung, tenggorokan, dan
paru-paru, ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering
disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif.
4. Nistagmus adalah gangguan penglihatan yang ditandai dengan gerakan bola mata
yang tidak terkendali dan berulang.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Perempuan berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan pusing berputar
sejak 4 jam. Keluhan disertai mual dan muntah.
2. Keluhan membaik saat pasien berbaring tidak bergerak. Beberapa hari sebelumnya,
pasien menderita flu dan sudah sembuh.
3. Pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan.
4. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/76 mmHg, denyut nadi 88x/menit,
suhu 37oC, frekuensi nafas 22x/menit.
5. Status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan neurologi umum tidak didapatkan
kelainan. Nistagmus (+) unidireksional horizontal.
C. BARAINSTORMING
D. LEARNING OBJECTIVE
1. Mengetahui Anatomi dan fisiologi (organ keseimbangan, propio, vestibular, dan
asosiasi?)
2. Mekanisme pusing berputar dari kasus
3. Hubungan keluhan utama (pusing berputar) dan keluhan penyerta (mual/muntah)
4. Adakah hubungan infeksi virus influenza terhadap gangguan keseimbangan / pusing
berputar?
5. Mengethaui vertigo secara umum
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Patofisologi
e. Klasifikasi
f. Manifestasi Klinis
g. Diagnosis (Anam, PF, PP)
- Mengarah ke neuritis vestibularis -> Langkah-langkah dagnosis
h. Diagnosis Banding
i. Tatalaksana
j. Faktor Risiko
k. Komplikasi
l. Pencegahan
m. Prognosis
E. ANALISIS MENDALAM
1. MENGETAHUI ANATOMI ORGAN KESEIMBANGAN
Alat keseimbangan (vestibuler) letaknya ditelinga bagian dalam (labirin). dan dilindungin
oleh tulang yang keras. Tulang temporal (labirin) terbagi atas dua, labirin tulang dan labirin
membran. Dan untuk letak dari Labirin tersebut labirin membran terletak dalam labirin
tulang dan bentuknya hampir sama dengan labirin tulang. Antara labirin tulang dan labirin
membran terdapat perilimfa yaitu cairan ekstraseluler yang terletak di koklea dimana
komposisi ioniknya (tinggi natrium rendah kalium) dan endolimfa ialah berfungsi untuk
mengatur rangsangan elektromkimiawi dari sel-sel rambut di indra pendengaran dengan
ionik (tinggi kalium dan rendah natrium) terdapat di dalam labirin membrane.
Ujung saraf vestibuler terletak dalam labirin membran yang terapung dalam perilimfa,
yang letaknya dalam labirin tulang. Tulang labirin terdiri dari bagian vestibuler (kanalis
semisirkularis,utriculus,sacculus) dan bagian koklea. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semi
sirkularis, yaitu anterior (superior) horizontal (lateral) dan posterior (inferior).
Penempatan berbagai macam sel rambut pada bermacammacam arah dalam makula
Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut Penutup sel-sel
rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia dan pada lapisan ini
terdapat pula otolit yang mengandung kalsium. Karena adanya pengaruh gravitasi maka
gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel-sel rambut (elastis) dan menimbulkan
rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan langsung dengan utrikulus melalui suatu
duktus yang sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Dan makula
utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis
semisirkularis bermuara pada utrikulus.
Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan
mengandung sel-sel rambut krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa.
Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakan kupula 13 yang
selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.
Contoh halnya bila tubuh didorong kedepan saat tubuh mengalami percepatan pergerakan
(statokonia) maka muncul sinyal mengenai ketidakseimbangan akan dikabarkan ke pusat
saraf, sehingga orang merasa seperti jatuh kebelakang. Keadaan seseorang ini akan otomatis
mencondongkan badannya kedepan sampai pergeseran statokonia ke depan menyamai
kecenderungan statokonia untuk jatuh kebelakang akibat mekanisme tersebut.
Sistem saraf pada saat itu akan dapat merasakan keadaan keseimbangan yang tepat dan
tubuh tidak terlalu condong kedepan, jadi makula disini berfungsi sebagai menjaga
keseimbangan selama terjadi percepatan linear dengan pola pergerakan yang pas.
Keseimbangan diasumsikan sebagai sekelompok refleks yang memicu pusat
keseimbangan yang terdapat pada visual, vestibuler dan system somatosensori. 10 Sistem
Visual atau sistem penglihatan adalah sistem utama yang terlibat dalam perencanaan gerak
dan menghindari rintangan di sepanjang jalan. Sistem vestibuler dapat diumpamakan sebagai
sebuah giroskop yang merasakan atau berpengaruh terhadap percepatan linier dan anguler,
sedangkan system somatosensori adalah sistem yang terdiri dari banyak sensor yang
merasakan posisi dan kecepatan dari semua segmen tubuh, kontak mereka (dampak) dengan
objek-objek eksternal (termasuk tanah), dan orientasi gravitasi.
b. ETIOLOGI
1. Vertigo Vestibular
- Perifer : Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), Meniere’s disease,
neuritis vestibular, oklusi arteri labirin, labirinitis, obat ototoksik,
autoimun, tumor N VIII, microvascular compression, perilymph fistulee.
- Sentral : Migrain, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi, degenerasi.
2. Vertigo nonvestibular
Polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkope,
hipotensi, ortostatik, hiperventilasi, tension type headache, hipoglikemia,
penyakit sistemik.
c. EPIDEMIOLOGI
Vertigo merupakan keluhan yang umum ditemukan pada klinik, hingga
mencapai 20-30%. Angka prevalensi vertigo pada dewasa usia 18-79 tahun
dalam seumur hidupnya mencapai 7.4% dengan angka insidensi 1 tahun 1.4%.
Angka kejadian lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Penyebab vertigo didominasi oleh penyebab perifer (hingga mencapai
80%) dengan angka kejadian paling banyak dari kelompok ini adalah Benign
Paroxysmal Postural Vertigo (BPPV). 20% sisanya adalah penyebab dari sentral.
d. PATOFISOLOGI
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya
dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (Riyanto, 2004). Ada
beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation) Teori ini berdasarkan asumsi
bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis
semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul vertigo,
nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan
sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara
mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidak-seimbangan/asimetri
masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut
menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang
dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal
dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini
lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
e. KLASIFIKASI
Berdasar gejala klinis yang menonjol, vertigo dibagi 3 kelompok, yaitu :
vertigo paroksismal, vertigo kronis, dan vertigo dengan serangan akut berangsur
berkurang tanpa bebas keluhan (Harsono, 2000; Perdossi, 2000).
1. Vertigo paroksismal. Ciri khas berupa serangan mendadak, berlangsung
selama beberapa menit hingga hari, menghilang sempurna, suatu ketika
muncul lagi, dan diantara serangan penderita bebas dari keluhan. Berdasar
gejala penyertanya dibagi :
- Dengan keluhan telinga : tuli atau telinga berdenging: sindrom Meniere,
arachnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar, kelainan odontogen,
serta tumor fossa posterior.
- Tanpa keluhan telinga : TIA vertebrobasilar, epilepsi, migraine, vertigo
anak, dan labirin picu.
- Timbul dipengaruhi perubahan posisi : vertigo posisional paroksismal
benigna.
2. Vertigo kronis. Ciri khas berupa serangan vertigo menetap lama, keluhan
konstan tidak membentuk serangan-serangan akut. Berdasar gejala penyerta
dibagi :
- Dengan keluhan telinga : OMC, tumor serebelopontin, meningitis TB,
labirinitis kronik serta lues serebri.
- Tanpa keluhan telinga : kontusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis pontis,
kelainan okuler, kardiovaskuler dan psikologis, post traumatik sindrom,
intoksikasi, serta kelainan endokrin.
- Timbul dipengaruhi perubahan posisi : hipotensi orthostatik dan vertigo
servikalis.
3. Vertigo serangan akut berangsur-angsur berkurang tapi tidak pernah bebas
serangan. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi :
- Dengan keluhan telinga : neuritis N.VIII, trauma labirin, perdarahan
labirin, herpes zooster.
- Tanpa keluhan telinga : neuritis vestibularis, multipel sklerosis, oklusi
arteri serebeli inferior posterior, ensefalitis vestibularis, serta
hematobulbi.
f. MANIFESTASI KLINIS
Vertigo vestibular perifer timbul lebih mendadak setelah perubahan
posisi kepala, dengan rasa berputar yang berat, disertai mual/muntah dan
keringatan. Bisa disertai gangguan pendengaran berupa tinitus dan ketulian dan
tidak disertai gejala neurologis fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioral
parestesia, paresis fasialis.
Vertigo vestibular sentral timbul lebih lambat, tidak terpengaruh gerakan
kepala. Rasa berputarnya ringan, jarang disertai mual/ muntah atau kalau ada
ringan saja. Tidak disertai gangguan pendengaran. Bisa disertai gejala neurologis
fokal seperti yang disebutkan diatas.
h. DIAGNOSIS BANDING
i. TATALAKSANA
Penatalaksanaan pasien dengan vertigo meliputi terapi simptomatik,
terapi kausal, dan selanjutnya terapi rehabilitatif. Kebanyakan kasus vertigo tidak
diketahui penyebabnya, bila penyebabnya diketemukan, maka terapi kausal
merupakan pilihan utama. Terapi simptomatik ditujukan untuk 2 hal utama,
yaitu rasa vertigo dan gejala otonom (mual, muntah). Mekanisme kompensasi
sentral akan menyebabkan gejala berkurang, namun pada fase akut terapi
simptomatis sangat diperlukan untuk kenyamanan, ketenangan pasien dan
segera dapat memobilisasi pasien dalam rangka rehabilitasi. Terapi simptomatis
hendaknya tidak berlebihan agar mekanisme kompensasi tidak terhalang.
Pemilihan obat vertigo tergantung dari titik tangkap kerja obat, berat
vertigo, fase dan tipe vertigo. Berikut mekanisme kerja obat anti vertigo:
- Ca entry blocker bekerja dengan cara mengurangi eksitatori SSP dengan
menekan pelepasan glutamat dan bekerja langsung sebagai depresor labirin.
Digunakan untuk kasus vertigo sentral atau perifer, contoh : flunarizin.
- Antihistamin memiliki efek antikolinergik dan merangsang inhibitori
monoaminergik yang menimbulkan inhibisi pada nukleus vestibularis, contoh
: sinarizin, dimenhidrinat, prometazin.
- Antikolinergik bekerja untuk mengurangi eksitabilitas neuron dengan
menghambat jaras eksitatorik-kolinergik ke nukleus vestibularis yang bersifat
kolinergik mengurangi respon nukleus vestibularis terhadap rangsang,
contoh : skopolamin dan atropin.
- Monoaminergik memiliki efek merangsang jaras inhibitori monoaminergik
pada nukleus vestibularis, sehingga berakibat mengurangi eksitabilitas
neuron, contoh : amfetamin dan efedrin.
- Antidopaminergik bekerja pada chemoreseptor trigger zone dan pusat
muntah di medula oblongata, contoh : klorpromazine dan haloperidol.
- Benzodiazepin akan menurunkan resting aktifitas neuron pada nukleus
vestibularis dengan menekan retikular fascilitatory system, contoh :
diazepam.
- Histaminik menginhibisi neuron polisinaptik pada nukleus vestibularis
lateralis, contoh : betahistin mesilat
- Antiepileptik bekerja dengan meningkatkan ambang, khususnya pada vertigo
akibat epilepsi lobus temporalis, contoh : karbamazepin dan fenitoin.
Terapi rehabilitatif bertujuan meningkatkan kompensasi sentral dan
habituasi pasien dengan gangguan vestibuler. Mekanisme kerja melalui:
- Substitusi sentral oleh sistem visual dan somatosensori untuk fungsi
vestibuler yang terganggu.
- Mengaktifkan kendali tonus nukleus vestibularis oleh serebelum, sistem
visual, dan somatosensori.
- Menimbulkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimuli sensorik
yang berulang-ulang. Terapi (vestibuler exercise) yang diberikan berupa :
metode Brandt-Daroff, metoda HallpikeEpley manuver, latihan visual
vestibuler, dan latihan berjalan (Joesoef, 2003).
j. FAKTOR RISIKO
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya gangguan ini, antara
lain: Usia. Lansia lebih mungkin mengalami kondisi medis yang menyebabkan
pusing, terutama rasa ketidakseimbangan. Lansia juga lebih mungkin
mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan pusing. Episode pusing
sebelumnya. Jika Anda pernah mengalami pusing sebelumnya, Anda lebih
mungkin akan mengalami rasa pusing lagi setelahnya.
k. KOMPLIKASI
Komplikasi pada neuritis vestibuler antara lain adalah benign paroxysmal
positioning vertigo (BPPV) dan somatoform phobic postural vertigo. Tingkat
kekambuhan neuritis vestibuler cukup rendah, sekitar 1,9% mengalami
kekambuhan 29- 39 bulan setelah episode yang pertama
l. PENCEGAHAN
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan yang dapat Anda lakukan di rumah
untuk membantu mengatasi gangguan vestibular: Jangan naik pesawat jika sinus
atau telinga Anda terinfeksi atau tersumbat akibat penyakit. Hindari membaca
atau bekerja di depan komputer saat Anda sedang berada di kendaraan yang
bergerak, seperti mobil, bus atau kereta. Hindari mendengarkan musik dengan
volume terlalu kencang.
m. PROGNOSIS
Prognosis pada pasien neuritis vestibuler secara umum baik, sebagian besar
pasien kembali normal. Pasien dengan usia muda biasanya akan sembuh lebih
cepat. Pasien dengan usia tua dapat mengalami ketidakseimbangan yang
menetap sehingga memerlukan latihan keseimbangan.
F. LEARNING ISSUES
h. Diagnosis Banding
Vertigo Perifer
(BPPV): Muncul dengan vertigo episodik setelah gerakan kepala yang dapat diprediksi yang memicu
gejala. Biasanya onset akut dengan durasi beberapa detik hingga menit.
Penyakit Meniere: Muncul akut dengan episode berulang vertigo bersama dengan gejala sensorik
(misalnya, telinga penuh, tinitus, gangguan pendengaran frekuensi rendah). Gejala berlangsung
beberapa menit hingga berjam-jam.
Labirinitis: Muncul dengan gejala yang mirip dengan neuritis vestibular tetapi juga akan mencakup
gejala pendengaran seperti gangguan pendengaran unilateral. Durasi gejala berlangsung berhari-hari
hingga berminggu-minggu.
Vertigo Central
Migrain vestibular: Dapat muncul dengan tanda/gejala sentral atau perifer. Pasien akan mengalami
sakit kepala dan akan mencatat episode berulang dan harus memiliki diagnosis migrain yang
terdokumentasi. Durasi gejala adalah menit hingga jam.
TIA vertebrobasilar: Pasien biasanya memiliki faktor risiko vaskular. Gejala lebih pendek dan onset akut.
Durasi gejala adalah menit hingga jam
Iskemia/infark batang otak: Pasien akan sering memiliki faktor risiko vaskular atau riwayat trauma. Ada
umumnya mencatat konstelasi gejala neurologis bersama dengan hadir vertigo, yang dikenal sebagai
sindrom Wallenberg, yang merupakan infark medula lateral. Onsetnya akut, dan durasi gejalanya
berhari-hari hingga berminggu-minggu.
Infark atau perdarahan serebelar - Biasanya terdapat faktor risiko vaskular atau trauma. Onset gejala
akut, dan durasinya berhari-hari hingga berminggu-minggu. Biasanya ada defisit neurologis terkait yang
muncul bersama dengan pemeriksaan HINTS yang abnormal, ketidakstabilan batang tubuh, sakit kepala,
sindrom Horner ipsilateral, ataksia ekstremitas, respons pupil abnormal, dan kelainan neurologis
lainnya.
i. Tatalaksana
Untuk Tatalaksana Simptomatik menangani dizziness, mual, dan muntah pada vertigo
meliputi golongan antikolinergik, antihistamin, dan benzodiazepine. Obat-obatan
antivertigo hanya diindikasikan untuk:
Gejala vertigo vestibular perifer atau sentral akut (maksimal 3 hari)
Profilaksis mual dan muntah dalam tindakan liberatory maneuver pada BPPV
Profilaksis mabuk perjalanan
Sebagai terapi pada vertigo posisional sentral dengan mual
k. Komplikasi
Dua komplikasi penting yang terkait dengan neuritis vestibular adalah vertigo posisi paroksismal jinak
(BPPV) dan pusing perseptual postural persisten (PPPD), istilah yang relatif baru. Penelitian telah
menemukan bahwa 10 sampai 15% pasien dengan neuritis vestibular akan mengembangkan BPPV di
telinga yang terkena dalam beberapa minggu.[11][12] PPPD adalah sindrom diagnostik baru dari non-
spinning vertigo dan ketidakstabilan, yang menggabungkan fitur signifikan dari pusing subjektif kronis,
vertigo postural fobia, dan gangguan terkait lainnya. Satu studi menemukan PPPD pada 25% pasien yang
diikuti 3 sampai 12 bulan setelah gangguan vestibular akut atau episodik.
l. Pencegahan
m. Prognosis
Riwayat alami penyakit ini tidak rumit dengan resolusi lengkap dalam banyak kasus. Beberapa dapat
memiliki resolusi yang tidak lengkap dan dengan penelitian menunjukkan 15% dengan gejala persisten
dalam satu tahun.[2] Kekambuhan neuritis vestibular jarang terjadi, dengan penelitian yang
menunjukkan kekambuhan hanya pada 2 hingga 11% pasien.