PENDAHULUAN
Epiglotis adalah suatu struktur tulang rawan yang bentuknya mirip lidah
mendadak, hanya beberapa jam sebelum tanda obstruksi berat terjadi. Pada anak
Pasien yang diduga menderita epiglotitis akut harus segera dibawa ke rumah
sakit. Pemberian oksigen perlu dilakukan, saluran napas buatan harus dimasukan
penggunaan antibiotik. 4
Epiglotitis akut lebih sering terjadi pada anak-anak dan jarang pada dewasa.
Pada anak-anak sering pada usia 2-6 tahun. Epiglotitis akut memberikan
konstribusi sebesar 7-8% dari seluruh obstruksi saluran napas akibat infeksi di
rumah sakit. 5
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Epiglotis merupakan bagian dari laring. Laring primitif tumbuh saat embrio
berusia 3,5 minggu. Pada saat ini terbentuk suatu alur yang disebut laringotrakeal
groove tumbuh dalam embrio pada bagian ventral foregut. Selama masa
pertumbuhan embrional ketika tuba yang single ini menjadi dua struktur, tuba
kemudian epitel diresopsi, tuba kedua dibentuk dan tuba pertama mengalami
rekanulasi. Pada maturasi lanjut, kedua tuba ini terpisah menjadi esofagus dan
bagian laringotrakeal. 6
Laring adalah bagian dari saluran pernapasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang terbentuk corong dan terletak setinggi vertebra
cervical IV-VI. Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat aditus laringeus
yang berhubungan dengan hipofaring, disebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior
laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fasia, jaringan lemak, dan kulit.
dan lobus kelenjar tiroid. Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah
kartilago, ligamentum, dan otot-otot. Kartilago laring terbagi atas dua kelompok,
yaitu kelompok kartilago mayor yang terdiri dari kartilago tiroidea, kartilago
krikoidea, kartilago aritenoidea, dan kelompok minor yang terdiri dari kartilago
2
Kartilago epiglotis adalah suatu tulang rawan yang bentuknya mirip lidah
yang menutupi pintu masuk laring (apertura larynx) untuk mencegah masuknya
makanan ke dalam laring serta trakea saat menelan. 2 Epiglotis terintegrasi dengan
uvula membentuk saluran pernapasan dari hidung ke laring dan dua jalur lateral
dari mulut ke esofagus melalu sinus piriformis. Selama perkembangan post natal,
terjadi distraksi antara uvula dan epiglotis sehingga tidak lagi berhubungan.
Hasilnya adalah kavitas faring yang digunakan untuk bernapas dan menelan. 5
Kartilago epiglotis berbentuk seperti daun (leaf-shaped) yang melekat secara
inferior pada permukaan anterior inferior dari kartilago tiroid. Batas atas bebas
sebelah atas atas pita suara. Sedangkan bagian atas menjulur di belakang korpus
hyoid ke dalam lumen faring sehingga membatasi basis lidah dan laring. Kartilago
menyebelah laring.6
Epiglotis dapat dibagi menjadi bagian suprahioid dan bagian infrahioid.
lidah, terbentuk tiga lipatan : Dua buah lipatan glosoepiglotika lateral dan sebuah
lipatan glosoepiglotika medial. dua lekukan yang terbentuk dari ketiga lipatan
tersebut dengan valekula (dalam bahasa latin berarti lekukan kecil). Bagian
3
infrahioid hanya bebas pada permukaan laringealnya atau permukaan posterior.
Permukaan ini memliki tonjolan kecil yang disebut tuberkel. Diantara permukaan
anterior dan membran tirohioid dan kartilago tiroid terdapat celah preepiglotika
yang berisi lapisan lemak. Yang melekat secara lateral adalah membran
lipatan ariepiglotika.3
Seperti pada aspek lain dari saluran napas pediatrik, epiglotis pada anak
epiglotis terletak lebih ke anterior dan superior dibandingkan pada orang dewasa,
dan berada pada sudut terbesar dengan trakea. Epiglotis pada anak juga lebih
terkulai dan berbentuk omega shaped dibandingkan dengan epiglotis yang lebih
4
Gambar 2. Perbedaan letak epiglotis pada (A) anak dan (B) dewasa 3
krikoidea.
ke depan dan medial di bawah A.Karotis interna dan eksterna yang kemudian
5
Berjalan dalam lekukan di antara trakea dan esefagus, mencapai laring
perjalan yang panjang dan dekat dengan aorta sehingga mudah terganggu.
Merupakan cabang N.Vagus setinggi bagian proksimal A.subklavia dan
memberikan persarafan :
a. Sensoris, mempersarafi daerah subglotis dan bagian atas trakea
b. Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M.krikotiroidea.
pyrifornis.
b. Arteri laringeus inferior
6
Berjalan bersama N.laringeus inferior masuk ke dalam laring melalui
interna. 6
7
Laring mempunyai tiga (tiga) sitem penyaluran limfe, yaitu : 6
1. Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul membentuk
superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan middle jugular
node.
2. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe trakea,
2.2 Fisiologi
2.2.1 Fungsi proteksi
8
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-
otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan
menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini
saluran pernapasan dengan cara menutup laring. Epiglotis menjadi lebih datar
tekanan pasif dari proses pernapasan akan menyebabkan tekanan udara ruang
celah glotis terbuka. Plika vokalis akan membuka dengan arah dari posterior ke
anterior. Secara otomatis bagian posterior dari ruang glotis yang pertama kali
9
membuka dan yang pertama kali pula kontak kembali pada akhir siklus getaran.
Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan udara ruang subglotis akan berkurang
dan plika vokalis akan kembali ke posisi saling mendekat (kekuatan myoelastik
akibat aliran udara yang melewati celah sempit menyebabkan tekanan negatif
pada dinding celah (efek bernoulli). Plika vokalis akan kembali ke posisi semula
(adduksi) sampai tekanan udara ruang subglotis meningkat dan proses seperti
dengan inflamasi dari epiglotis, Vallecula, plika aritenoid, dan pika ariepiglotika
rokok kokain dan rokok mariyuana), penyebab kaustik, dan benda asing yang
10
tertelan. Epiglotitis juga dapat terjadi sebagai reaksi dari kemoterapi pada daerah
insidensi epiglotitis akut mencapai 14,7 per 100.000 orang per tahun pada anak
usia 0-4 tahun. Program vaksinasi Hib secara besar-besaran pada tahun 1992-1993
pada anak-anak sering pada usia 2-6 tahun. Epiglotitis akut memberikan
kontribusi sebesar 7-8% dari seluruh obstruksi saluran napas akibat infeksi di
rumah sakit.4
2.3.4 Manifestasi klinis
Pasien tampak sakit berat dengan onset yang akut dan cepat. Pada
tenggorokan dan odinofagia dan suara menggumam atau hot potato voice, suara
cepat dalam 8 jam setelah onset gejala, terdapat stridor inspirator, saliva yang
menggenang, laju pernapasan lebih dari 20 kali per menit, dispnea, retraksi
dinding dada dan posisi tubuh yang tegak. Selai itu, tanda-tanda lain yang dapat di
temukan pada pasien dengan epiglotitis akut adalah demam, nyeri pada palpasi
dibandingkan pada orang dewasa. Terdapat tiga tanda yang paling sering
ditemukan yaitu kesulitan menelan, demam tinggi dan pernapasan stridor. 4 selain
11
itu juga terdapat nyeri tenggorok yang hebat dan disfagia. Berbicara pun terbatas
akibat nyeri yang di rasakan batuk dan suara serak biasanya tidak ditemukan,
namun bisa terdapat suara menggumam. Stridor muncul ketika suara napas
(pasien duduk dengan tangan mencengkram pinggir temapat tidur, lidah menjulur
bawah, ke epiglotitis. Epliglotitis akut dapat menyerang lidah bagian posterior dan
laring. Keadaan ini mneyebabkan terjadinya stridor (obstruksi jalan napas) dan
septikemia. Pada faring terjadi inflamasi dan epiglotitis menjadi hiperemis (seperti
merah buah chery). Obstruksi saluran napas pada pasien dengan epiglotitis akut
dapat terjadi karena mukosa dari daerah epiglotitis longgar dan memiliki banyak
pembuluh darah, sehingga ketika terjadi reaksi inflamasi, iritasi, dan respon alergi,
dapat dengan cepat terjadi edema dan menutupi saliran nafas sehingga terjadi
12
BAB III
DIAGNOSIS
3.1 Diagnosis
3.1.1 Anamnesis
Pada anamnesis, pasien datang dengan keluhan utama sakit menelan,
selain itu pasien juga mengeluh demam, sakit pada tenggorokan, sesak yang
yang berlebihan, dan posisi duduk yang tegak dan bersandar ke depan.
supraklavikula, dan interkostal. Cekungan itu terjadi sebagai upaya dari oto-
dan membentuk gambaran seperti merah buah chery yang menutupi saluran
napas.
13
Jackson membagi sumbatan laring yang progresif menjadi empat stadium yaitu :
14
Gambar 9. Retraksi Suprasternal dan epigastrium 10
c. Stadium tiga : cekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga
terdapat di infraklafikula dan sela-sela iga, pasien gelisah dan sesak. Stridor
15
d. Stadium empat : cekungan-cekungan di atas bertambah jelas, pasien sangat
gelisah, tampak sangat ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini berlangsung
terus maka pasien akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan akan paralitik,
dilakuakn pada epiglotitis akut dengan laringoskopi direct. Bagaiaman pun, jika
menegakan diagnosis.4
16
Gambar 12. Gambaran cherry red pada epiglotitis akut 7
dari radiografi lateral leher, masih dipertanyakan apakah prosedur ini aman dan
thumb sign, yaitu bayangan dari epiglotis globular yang membengkak, terlihat
itu sendiri tidak membengkak, namun daerah supraglotis masih terlihat tidak
jelas dan nampak kabur akibat edema dari struktur supraglotis yang lain. Pada
kasus yang berat, terapi tidak boleh ditunda untuk melakukan pemeriksaan
dengan personil yang dapat melakukan trakeotosmi pada pasien secara cepat
17
Gambar 13.Gambaran radiografi lateral leher pada pasien dengan epiglotitis 7
3.1.4 Diagnosis banding
Beberapa diaognosis banding yang perlu di pertimbangan adalah
memiliki manifestasi klinis yang hampir sama hanya saja progresifitasnya lebih
lambat dan tidak terdapat disfagia dan air liur yang berlebihan. Biasanya, croup
terjadi pada anak yang lebih muda, dan yang paling penting, pada anak dengan
croup terdapat barking cough dan jarang terlihat toksit4.kondisi lain yang perlu
merupakan pendekatan yang paling sistematis untuk penilaian dan tata laksana
pada pasien gawat darurat. Pendekatan ABCDE yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut : 13
a. A : airways, dapat dinilai melalui suara napas dan tata laksana dengan
18
b. B : breathing, dinilai dengan menghitung pernapasan, pergerakan dinding
dada, dan saturasi oksigen, dan untuk tata laksana dapat dengan memberikan
Dapat diberikan cairan intravena dan bila mperlu dilakukan resusitasi cairan.
d. D : disability, dinilai dengan melihat GCS, bilam pasien tidak sadar dapat
glukosa darah.
e. E : exposure, dilakukan dengan mengukur suhu tubuh dan memeriksa seluruh
temukan.
sumbatan dengan cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin
membebaskan saluran napas ini dapat dengan cara memasukan pipa endotrakea
Trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stadium II dan III,
fasilitas kesehatan yang lebih memadai sangat diperlukan. Segala sesuatu harus
dilakukan agar anak tetap tenang, sering dengan meletakan anak dipangkuan
19
orang tua. Anak yang sadar dan stabil harus diperbolehkan untuk mengambil
posisi yang nyaman. Tanda vital dapat diukur untuk memastikan jalan napas
2. Medikamentosa
Terapi antibiotik intravena harus segera diberikan, dan harus mencakup
yang sangat luas. Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug.
beberapa ratus mg setiap hari. Jika digunakan kurang dari 3-4 minggu,
20
Prognosis pada orang dewasa dengan epiglotitis akut baik dengan perawatan
yang tepat dan waktu yang tepat. Sebagian besar pasien dapat diekstubasi dalam
tetap tinggi, hal ini disebabkan karena obstruksi jalan napas tiba-tiba dan kesulitan
mengatasi obstruksi jalan napas pada pasien dengan pembengkakan luas struktur
yang fatal dan mendadak yang terjadi pada pasien tanpa bukti obstruksi
meskipun terdapat beberapa laporan yang menyatakan bahwa 8-12 jam sudah
cukup.4
BAB IV
KESIMPULAN
1. Epiglotitis akut merupakan penyakit yang dapat menyebabkan obstruksi
21
DAFTAR PUSTAKA
http;/emedicine.medscape.com/article/763612-overview#showall
22
8. Sandra G Gomph dan Pamela L Dyne, Epiglotittis Treatment And
2017.ttp;/emedicine,medscape.com/article/763612-treatment.
9. Robert Allan Felter, Emergent Management Of Pediatric Epiglotittis.
http;/emedicine.medscape.com/article/801369-overview#showall
10. Hansen, John T. Netters Clinical Anatomy 2nd ed. Elsevier. USA. 2005
11. Sandra G Gomph dan Pamela L Dyne, Epiglotittis Differential Diagnosis.
differential
12. Soepardi, E.A. et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telingan Hidung Tenggorok
Kepala Dan Leher ed 6. 2011. Badan Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 243-252
13. Thim, T, et al. Initial Assesment And Treatment With The Airway, Breathing,
23