PARALISIS PLICA
VOCALIS
Disusun Oleh:
Yensen Yestianto (406201040)
Pembimbing:
dr. Siti Nurhikmah,Sp.THT.KL,M.Kes
1
BAB I
PENDAHULUA
N
Pada paralisis plica vocalis unilateral, dapat terjadi disfoni, diikuti dengan
kesulitan menelan, batuk yang lemah, dan napas pendek. Paralisis plica vocalis
dapat berdampak pada kualitas hidup pasien. Paralisis bilateral dapat mengancam
jiwa karena jalan napas yang terganggu, dan paralisis unilateral juga berpotensial
menyebabkan kematian, jika proteksi jalan napas buruk dan menyebabkan
pneumonia aspirasi. Jika pada paralisis ini, evaluasi dan penatalaksanaan
dilakukan dengan tepat, suara dalam berbicara biasanya dapat kembali normal.
Oleh karena itu setiap kasus harus di diagnosis dengan hati-hati untuk mengetahui
letak lesi dan menetukan terapi.4
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
2.1. Anatomi
2.1.1. Struktur Penyangga Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran napas atas. Bentuknya
menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar dari pada
bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya
adalah batas kaudal kartilago krikoid. Laring menggantung dari tulang hyoid,
yang merupakan satu-satunya tulang di dalam tubuh yang tidak berartikulasi
dengan tulang lain.
Kerangka dari laring tersusun atas 3 kartilago yang berpasangan dan 3
kartilago yang tidak berpasangan. Kartilago tiroid merupakan kartilago tidak
berpasangan yang terbesar, terletak dibawah os hioideum dan menggantung pada
ligamentum tirohioideum adalah dua alae atau sayap kartilago tiroidea yang
berbentuk seperti perisai. Bagian paling anterior dari kartilago ini sering
menonjol pada beberapa pria, dan biasa disebut sebagai “Adam’s apple”. Pada
tepi posterior masing-masing alae, terdapat kornu superior dan inferior.
Artikulatio kornu inferior dengan kartilago krikoidea, memungkinkan sedikit
pergeseran atau gerakan antara kartilago tiroidea dan krikoidea. Kartilago tidak
berpasangan yang kedua adalah kartilago krikoid, yang juga mudah teraba di
bawah kulit, melekat pada kartilago tiroidea lewat ligamentum krikotiroideum,
bentuknya sering digambarkan sebagai sebuah “signet ring” yang berbentuk
lingkaran penuh dan tak mampu mengembang.
Kartilago ketiga yang tidak berpasangan adalah kartilago epiglotika, yang
berbentuk seperti sebuah bat pingpong. Pegangan atau petioles melekat melalui
suatu ligamentum pada kartilago tiroidea tepat diatas korda vokalis, sementara
bagia racquent meluas ke atas di belakang korpus hioideum ke dalam lumen
faring, memisahkan pangkal lidah dan laring. Perlekatan dari epiglotis
memungkinkan kartilago tersebut untuk invert, sebuah gerakan yang dapat
mendorong makanan dan cairan secara langsung ke dalam esofagus dan
melindungi korda vokalis dan jalan pernapasan selama proses menelan.3,5
Gambar 1. Anatomi Laring tampak anterior dan tampak posterior7
Ketiga kartilago yang berpasangan antara lain aritenoid, kuneiformis, dan
kornikulatus. Aritenoid berbentuk seperti piramid dan karena mereka melekat
pada korda vokalis, membiarkan terjadinya gerakan membuka dan menutup dari
korda vokalis yang penting untuk respirasi dan bersuara. Kuneiformis dan
kornikulatus berukuran sangat kecil dan tidak memiliki fungsi yang jelas.3,5
Perdarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis superior dan
a.laringis inferior. Arteri laringis superior merupakan cabang dari a.tiroid
superior. Arteri laringis superior bergerak mendatar melewati bagian belakang
membran tirohioid bersama dengan cabang internus dari n.laringis superior
kemudian menembus membran ini untuk berjalan ke bawah di submukosa dari
dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis, untuk memperdarahi mukosa dan
otot-otot laring. Arteri laringis inferior merupakan cabang dari a.tiroid inferior
dan Bersama dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid,
masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior.
Didalam laring arteri laringis inferior bercabang, memperdarahi mukosa dan otot
serta beranastomosis dengan a.laringis superior. Vena laringis superior dan vena
laringis inferior letaknya sejajar dengan a.laringis superior dan inferior dan
kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior. 8 Suplai arteri ke
setengah bagian atas laring berasal dari ramus laryngeus superior a. thyroidea
superior. Setengah bagian bawah laring didarahi oleh ramus laryngeus inferior a.
thyroidea inferior.11
Gambar 6. Suplai darah arteri pada laring.12
2.2. Fisiologi3,8
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta
fonasi. Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda
asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis
secara bersamaan. Penutupan rima glottis terjadi karena aduksi plika vokalis.
Kartilago aitenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi plika vokalis.
Kartilago arytenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik.
Fungsi laring untuk fonasi yaitu dengan membuat suara serta menentukan
tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada ditentukan oleh panjang dan
ketegangan pita suara. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan
merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago
arytenoid. Pada saat bersamaan m.krikotiroid posterior akan menahan atau
menarik kartilago aritenoid ke belakang sehingga plika vokalis kini dalam
keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m.krikoaritenoid
akan mendorong kartilago arytenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan
mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi
rendahnya nada. Nada bervariasi sesuai frekuensi vibrasinya. Kerasnya suara
tergantung atas tekanan yang terbentuk di bawah pita suara. Suara yang
dipancarkan laring membentuk huruf hidup. Huruf hidup berbeda ditentukan cara
faring dan rongga mulut membentuknya untuk meresonansi suara.
Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam
trakea dapat dibatukkan keluar. Fungsi respirasi lari laring ialah dengan mangatur
besar kecilnya rima glottis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan
menyebabkan prosesus vokalis kartilago arytenoid bergerak ke lateral, sehingga
rima glottis terbuka (abduksi). Fungsi lain yaitu menmbantu proses menelan
denga 3 mekanisme, yaitu Gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus
laringis dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin
masuk ke dalam laring.
2.3.1. Definisi
Kelumpuhan plika vokalis (juga dikenal sebagai kelumpuhan pita suara) adalah
gangguan suara yang terjadi ketika salah satu atau kedua pita suara tidak
membuka atau menutup dengan benar.1
Paralisis pita suara adalah istilah luas yang dapat digunakan untuk
menggambarkan gerakan abnormal dari pita suara yang sebenarnya. Ini bisa
unilateral, di mana hanya satu pita suara sejati yang terpengaruh, atau bilateral, di
mana kedua pita suara sejati terpengaruh. Gerakan abnormal dapat dicirikan
sebagai paresis, artinya ada beberapa gerakan, meskipun berkurang atau lumpuh,
dengan penghentian total gerakan pita suara. Jika pita suara sejati lumpuh, dapat
digambarkan sebagai lumpuh pada posisi garis tengah, paramedian, atau lateral.16
2.3.2. Etiologi
2.3.5. Diagnosis
Anamnesa
Gejala kelumpuhan pita suara didapat adalah suara parau, stridor atau bahkan
disertai kesulitan menelan tergantung pada penyebabnya. Gejala yang dapat
timbul pada paralisis plica vocalis unilateral adalah suara desah, serak dan lemah
di mana terdapat restriksi dalam jangkauan volume dan nada. Paralisis korda
vokalis unilateral pada anak memiliki ciri tambahan. Karena ukuran glottis yang
kecil, maka paralisis unilateral pada anak dapat membahayakan jalan napas,
sehingga secara klinis mengakibatkan stridor. Pada paralisis plica vocalis
bilateral, distress napas yang berat dapat menjadi gambaran yang dominan. 8
Pasien dengan UVCP datang dengan disfonia mendadak, sering digambarkan
sebagai suara yang lemah atau “breathy” voice. Selain perubahan suara sebagian
besar pasien mengalami kesulitan menelan seperti disfagia dan regurgitasi. Sesak
nafas pada aktivitas minimal meskipun aktivitas fungsi paru normal.
Pemeriksaan Laringoskopi Indirect dan Direct
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan pita suara sisi mana yang
mengalami lumpuh serta gerakan adduksi dan abduksinya. Jika terjadi paralisis
nervus laryngeal superior dan rekuren, atau terjadi paralisis nervus vagus komplit,
maka plica vocalis akan berada pada posisi intermediet. Jika hanya nervus
laringeus rekuren yang mengalami paralisis, plica vocalis akan berada pada posisi
paramedian dan menyebabkan jalan napas tidak adekuat.
Gambar 8. Gambaran pemeriksaan laringoskopi waktu respirasi menunjukkan
plica vocalis yang paralisis23,24
Gambar 9. Gambaran plika vokalis normal dan plika vokalis dengan paralisis25
Pemeriksaan penunjang8,26
Pencitraan
Karena gangguan ini disebabkan oleh kerusakan saraf, maka diperlukan
tambahan tes untuk mencari penyebab paralisis. Untuk itu maka dapat
digunakan X-ray, MRI maupun CT-scan. Dilakukan tergantung pada
kelainan dugaan penyebabnya, misalnya gangguan serebral, maupun di
tempat lain.
Endoskopi
Dilakukan untuk melihat pita suara yang ditampilkan pada monitor agar
bisa terlihat salah satu atau kedua pita suara yang terkena.
Laringeal electromyography (LEMG)
Dalam pemeriksaan ini dilakukan pemasukkan jarum kecil ke dalam otot
pita suara dan digunakan untuk menemukan kelainan yang terjadi serta
langkah terapi selanjutnya. Pemeriksaan Laringeal electromyography
(LEMG) dilakukan untuk mengukur arus listrik pada otot laring. LEMG
memberikan informasi mengenai patofisiologi imobilitas dan dismotilitas.
Dengan informasi ini, dapat ditentukan pemilihan terapi berdasarkan
pemahaman etiologi dari kelainan tersebut.8,25
2.3.6. Tatalaksana
Ada beberapa terapi untuk paralisis pita suara, antara lain:
1. Medikasi
Terapi dengan medikasi biasanya dipakai saat ada kelainan penyerta seperti
refluks gastroesofagus (antacid, proton pump inhibitor), sinonasal alergi
(antihistamin).
2. Voice therapy
Terapi dapat dilakukan sendiri atau dengan dikombinasikan dengan terapi
pembedahan. Pemilihan voice therapy ini sebagai terapi sendiri karena dalam
beberapa kasus suara dapat kembali normal tanpa terapi pada tahun pertama
terjadinya kerusakan sehingga tidak memerlukan pembedahan, jika pasien
tidak bisa atau menolak pembedahan.
Untuk terapi yang dilakukan dengan pembedahan biasa dilakukan pada
saat pre-operatif 1-2 sesi dan post-operatif 2-3 sesi, pada terapi pre-operatif
dapat menurukan muscle tension dysphonia (MTD) sekunder dan untuk terapi
post-operatif nya dapat meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan daya tahan
otot.
3. Pembedahan.
Pada paralisis bilateral pita suara biasanya pasien membutuhkan penanganan
yang segera akibat hilangnya fungsi abduksi yang menyebabkan obstruksi
jalan nafas. Trakheostomi sebaiknya dilakukan pada pasien ini. Karena
merupakan penatalaksanaan yang efektif dan langsung melewati tempat
obstruksi.3
Pembedahan untuk terapi paralisis pita suara juga dapat dikategorikan
sebagai:
a. Temporary
Dengan endoskopik injeksi dari material yang dapat diresorpsi pada pita
suara yang rusak, di samping otot thyroaritenoid di rongga paraglotis.
Dan hasilnya adalah medialisasi dari pita suara yang paralisis, sehingga
dapat meningkatkan kualitas suara dan meningkatkan fungsi menelan.
Ada banyak materi injeksi yang dapat digunakan, antara lain:
1. Radiesse voice gel
2. Asam Hialuronik
3. Cymetra
4. Gelfoam
5. Zyplast/Zyderm
b. Permanen
Dapat dibagi menjadi injeksi permanen dan laryngeal framework
surgery. Pada teknik injeksi permanen, teknik-tekniknya sama dengan yang
injeksi temporary, hanya materialnya yang berbeda, untuk injeksi permanen
ini digunakan material yang lebih permanen, seperti lemak, fascia, CaHA,
Teflon. Walaupun peningkatan popularitas dan ketersediaan material untuk
injeksi permanen, laryngeal framework surgery masih menjadi kriteria
standar untuk terapi jangka panjang pada paralisis pita suara.
Untuk terapi pembedahannya, medialisasi thyroplasty/laringoplasty
adalah medialisasi pita suara yang paralisis dari approach eksternal dan
dikerjakan melalui kartilago tiroid. Dibuat jendela insisi kecil dan pisahkan
kartilago tiroidnya dan implan dipasang melalui jendela insisi kearah medial
sehingga dapat memedialisasi pita suara yang paralisis. Implan yang biasa
dipakai adalah silastic block, Gore-Tex. Untuk Gore-Tex penggunaannya
sangat meningkat pada tahun-tahun belakangan ini karena kemampuannya
untuk dapat disesuaikan dengan mudah pada saat prosedur pembedahan dan
Gore-Tex aman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh.
Ada teknik terbaru untuk terapi pembedahan dengan laryngeal
framework surgery dan mencakup manipulasi dari kartilago arytenoids,
disebut “arytenoid adduction”, dengan melakukan jahitan melalui otot untuk
mecapai kartilago arytenoids dan menjahitnya kearah anterior laring
(arytenoid adduction). Terapi pembedahan dengan kartilago arytenoid dapat
mengembalikan panjang dan ketegangan dari pita suara yang paralisis dan
untuk memedialkan glottis posterior.
Sekarang digunakan kombinasi dari kedua teknik pembedahan ini,
dengan ”arytenoid adduction” dan medialisasi laringoplasty disebut dapat
memaksimalkan rehabilitasi vokal. Dan ini terbukti karena fungsi dari
medialisasi laringoplasty adalah mengembalikan posisi dan menebalkan pita
suara yang paralisis dan arytenoid adduction untuk mengembalikan
ketegangan dan panjang dari pita suara yang paralisis.3
2.3.7. Prognosis
Hasil dari terapi pada paralisis pita suara adalah sangat baik. Kebanyakan pasien
dapat kembali berbicara hampir normal dan bahkan normal dan dengan minimal
atau tanpa limitasi dari fungsi berbicara untuk kebutuhan berbicara sehari-hari.
Tetapi untuk bernyanyi, kemungkinan tidak akan bisa dengan sempurna, karena
kemampuan pita suara sudah terbatas.27
2.3.8. Komplikasi27,28
Komplikasi dari terapi pembedahan adalah suara yang kurang baik, kesulitan
bernafas, dan migrasi dari implan. Pada saat pembedahan yang mencakup
manipulasi dari saluran nafas, faktor seperti hematoma, edema dapat
menyebabkan kesulitan bernafas, dan untuk mencegah dari komplikasi ini maka
pada saat operasi harus dilakukan dengan tepat dan sangat hati-hati serta dengan
pemberian kortikosteroid pre dan post-operatif, dan resiko akan lebih besar jika
proses pembedahan adalah bilateral.
Walaupun pembedahan sangat penting jika ada disfagia, kebanyakan
pembedahan dilakukan untuk memperbaiki kualitas suara, dan jika tidak ada
perbaikan kualitas suara, maka terjadi komplikasi saat prosedur. Sering kualitas
suara yang buruk atau tidak ada perbaikan setelah operasi dapat diperbaiki
dengan pengulangan medialisasi laringoplasty dengan atau tanpa arytenoid
adduction.
Dan sebab yang paling sering menyebabkan kualitas suara yang buruk
setelah operasi adalah kesalahan penempatan implan, penempatannya terlalu
kearah anterior/superior, implan terlalu kecil/besar. Hal ini dapat menyebabkan
edema intraoperatif, dapat dicegah dengan penggunaan kortikosteroid untuk
meminimalkan edema sebelum dapat dilakukan kembali penggantian implan.
Migrasi dari implan dapat terjadi post-operatif, baik kearah medial saluran nafas
atau ke arah lateral ke leher.
BAB III
KESIMPULA
N
Paralisis pita suara adalah istilah luas yang dapat digunakan untuk
menggambarkan gerakan abnormal dari pita suara yang sebenarnya. Ini bisa unilateral,
di mana hanya satu pita suara sejati yang terpengaruh, atau bilateral, di mana kedua
pita suara sejati terpengaruh. Gerakan abnormal dapat dicirikan sebagai paresis,
artinya ada beberapa gerakan, meskipun berkurang atau lumpuh, dengan penghentian
total gerakan pita suara. Jika pita suara sejati lumpuh, dapat digambarkan sebagai
lumpuh pada posisi garis tengah, paramedian, atau lateral.
Perkiraan frekuensi terjadinya kelumpuhan pita suara berkisar antara 1,5 - 23%
kejadian. Menurut beberapa penulis, paralisis pita suara menempati urutan kedua
dalam kelompok lesi congenital pada laring. Kelumpuhan pita suara dapat terjadi pada
anak-anak ataupun orang dewasa. Kelumpuhan ini dapat dikategorikan dalam
kelumpuhan kongenital dan kelumpuhan yang didapat. Satu atau kedua pita suara
dapat terlibat, namun kelumpuhan bilateral atau dua sisi lebih sering terjadi.
Paralisis plica vocalis diklasifikasikan menjadi dua yaitu paralisis plica vocalis
unilateral dan bilateral. Paralisis plica vocalis unilateral dibagi lagi menjadi dua
kelompok berdasarkan letak lesinya yaitu paralisis nervus laringeus rekuren unilateral
dan paralisis nervus vagus komplit unilateral. Demikian pula paralisis bilateral dibagi
menjadi dua berdasarkan letak lesinya yaitu paralisis nervus laringeus rekuren bilateral
dan paralisis nervus vagus komplit bilateral. Etiologi dan gejala yang ditimbulkan dari
paralisis plica vocalis unilateral dan bilateral berbeda. Diagnosis paralisis plica vocalis
dapat dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan laringoskopi direk dan indirek,
serta pemeriksaan penunjang lain seperti LEMG dan radiologi sesuai dengan
kemungkinan penyebabnya. Penatalaksanaan paralisis plica vocalis dapat berupa
terapi konservatif dan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
5. J. Dance Jr, Milton. Anatomy and Physiology of the Voice. [online]. Available
from: http://www.gbmc.org/voice/anatomyphysiologyofthelarynx.cfm. [Cited
Nov, 13 2021]
6. Cinnamon VanPutte, A., & System, L. (2021). Larynx - Anatomy of the
Respiratory System. Retrieved 13 November 2021, from
https://www.brainkart.com/article/Larynx---Anatomy-of-the-Respiratory-
System_21912/
st
7. John T. Hansen, David R. Lambert. In Netter’s Clinical Anatomy. 1 Edition.
USA: Medimedia; 2005. Chapter 8
8. Soepardi EA, dkk. Disfonia. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung,
tenggorokan, kepala dan leher, Edisi ketujuh. FKUI. Jakarta. 2017. P 207
9. lengkapku, L. (2012). Anatomi Larynx (Laring). Retrieved 14 November 2021,
from http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2012/02/anatomi-larynx-
laring.html
10. Netter FH. Head and Neck. In: Brueckner JK, Carnichael SW, editors. Atlas of
Human Anatomy. 4 ed. Pennysylvania: Elsevier; 2006. p. 69-79.
11. Vashishta R. Larynx Anatomy: Medscape; 2013 [cited Nov 15 2021].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1949369-
overview#showall
12. Simarak S, Breslow N, Dahl CJ. Cancer of the Oral Cavity, Pharynx/larynx
and Lung in North Thailand: Case-Control Study and Analysis of Cigar Smoke.
British Journal of Cancer. 1977;36(130):1-11.
13. The Respiratory System. In: Tortora GJ, Derrickson BH, editors. Principles of
Anatomy and Physiology. 2. 12 ed: John Wiley & Sons. Inc; 2009. p. 879-82.
14. Sasaki CT, Kim Y-H. Anatomy and Physiology of the Larynx. In: Snow JB,
Ballegner JJ, editors. Ballenger's Otolaryngology Head and Neck Surgery. 16
ed. London: Becker Inc; 2003. p. 1090-107.
15. Mayo Foundation for Medical Education and Research.In Vocal Cord
Paralysis.[online] Available from:
http://www.entnet.org/HealthInformation/vocalChordParalysis.cfm.
[Cited Nov, 15 2021]
16. Singh JM, Wang R, Kwartowitz G. Unilateral Vocal Fold Paralysis.
[Updated 2021 Nov 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519060/
17. Toutounchi SJS. Vocal Cord Paralysis and its Etiologies: A Prospective Study. J
Cardiovasc Thorac Res.
18. Lalwani AK. Otolaryngol Clin N Am. Current Diagnosis and Tratment . New
York: Mc Graw Hill.2007
19. R.S. Dhillion, C.A East. Ear,Nose And Throat and Head And Neck Surgery.
London: Churchill Livingstone, 1999.
20. Rudolf Probst, Gerhard Grevers, Heinrich Iro. "Voice Disordes." In Basic
Otorhinology, by Gerhard Grevers, Heinrich Iro Rudolf Probst, 393-395. New
York: Thieme, 2006.
21. Efianty A., Nurbaity Iskandar, Jenny B, Ratna D, Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. Hal 241-2
22. Williamson AJ, Shermetaro C. Unilateral Vocal Cord Paralysis. [Updated 2021
Aug 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535420/
23. Bansal, Mohan. “Laryngeal Symptoms and Examination.” In Disease of
Ear,Nose and Throat Head and Neck Surgery, by Mohan Bansal, 467-476. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd, 2013.
24. R.Bull, Tony. Color Atlas of ENT Diagnosis. New York: Thieme, 2003.
27. Mayo Foundation for Medical Education and Research.In Vocal Cord Paralysis.
[online] Available from:
http://www.entnet.org/HealthInformation/vocalChordParalysis.cfm. [Cited Nov,
15 2021]
28. Greater Baltimore Medical Center. In Vocal Cord Paralysis.[Online]. Tersedia
dari: http://www.nidcd.nih.gov/health/voice/vocalparal.htm#1. [Cited Nov,15
2021]