Anda di halaman 1dari 53

PEMERIKSAAN FISIK TELINGA, HIDUNG & TENGGOROKAN

Nama : Claudia Fetricia


NIM : 11.2016.075
Pembimbing : Dr. Tantri Kurniawati Sp THT-KL, M.kes
ANATOMI TELINGA
FISIOLOGI PENDENGARAN
ANATOMI HIDUNG
Tiap kavum nasi memiliki 4 dinding, yaitu :
Dinding medial kavum nasi dibatasi oleh septum nasi
Dinding lateral dibatasi oleh konka nasalis dan meatus nasi
Dinding inferior dibatasi oleh dasar kavum nasi
Dinding superior dibatasi oleh lamina kribiformis

dinding lateral kavum nasi terdapat 3 konka nasalis, yaitu konka inferior, medius dan
superior.
FUNGSI HIDUNG
Fungsi respirasi
Fungsi penghidu
Fungsi fonatik
Fungsi statistik dan mekanik
Refleks nasal
ANATOMI TENGGOROKAN
Faring
Faring

Nasofaring
Nasofaring Orofaring
Orofaring laringofaring
laringofaring

batas atas palatum mole,


Batas atas nasofaring adalah sebelah atas adalah tepi atas
batas bawah tepi atas
dasar tengkorak, dan batas epiglotis, batas bawah adalah
epiglotis, batas bawah depan
bawahnya adalah palatum esofagus, batas depan adalah
rongga
rongga mulut,
mulut, dan
dan batas
batas
mole, batas depan adalah laring, dan batas belakang
belakang adalah vertebra
rongga hidung adalah vertebra servikal.
FUNGSI FARING DAN LARING

Fungsi Laring
Proteksi
Fungsi Faring Batuk
Penelanan Respirasi
Proses berbicara Sirkulasi
Menelan
Emosi
Fonasi
PEMERIKSAAN FISIK THT
FASILITAS RUANGAN
PERSIAPAN PERALATAN

Alat-alat Pemeriksaan Telinga

Lampu kepala
Garpu tala
Spekulum telinga beberapa ukuran Pinset
telinga
Aplikator (pelintir kapas)
Aligator (cunam)
Cerumen haak dan cerumen spoon
Obat anestesi lokal (Lidokain 2%)
Balon Politzer
Pneumatoskop Siegel
Otoskop
Tampon Steril
Alat Pemeriksaan Hidung

Lampu kepala
Spekulum hidung
Pinset bayonet
Haak
Cairan pemati rasa (Lidokain 2%),
vasokonstriktor (Ephedrine)
Kapas untuk tampon
Kaca laring beberapa ukuran
Penekan lidah (tongue depressor, tongue
spatula)
Lampu spiritus
Mangkuk bengkok (nearbeken)
Tampon Steril
MENYIAPKAN PASIEN
CARA DUDUK

Benar Salah

17
ANAMNESIS PEMERIKSAAN TELINGA, HIDUNG & TENGGOROK
PEMERIKSAAN TELINGA
CARA MEMEGANG
TELINGA

20
OTOSKOPI

1.Processus Brevis
6 8 2.Manubrium malei
1 5 3.Umbo
2 4.Refleks cahaya
3
5.Plika anterior
7
9 6.Plika posterior
4 7.Margo timpani
8.Pars flaksida
9.Pars tensa
3/14/17 21
TES PENDENGARAN
1. Tes Bisik
Penderita dan pemeriksa berdiri,
Penderita tetap berdiri di tempat (pemeriksa yang pindah tempat)
Mulai jarak 1 meter dibisikkan 5-10 kata,
Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 meter dibisikkan kata yang lain sampai jarak
dimana penderita mendengar 80%.
Untuk memastikan apakas hasil tes benar maka tes dapat diulang.

Interpretasi
a. Normal : 5/6 sampai 6/6
b. Tuli ringan bila suara bisik 4 meter
c. Tuli sedang bila suara bisik antara 2 - 3 meter
d. Tuli berat bila suara bisik antara 0 - 1 meter
TES GARPU TALA

Tes batas atas dan batas bawah


Tes rinne
Tes weber
Tes schwabach
TES BATAS ATAS BATAS BAWAH
Semua garpultala di bunyikan satu demi satu, disentuh secara lunak dan
diperdengarkan pada penderita dengan meletakkan garpu tala didekat MAE pada jarak
1-2 cm dalam posisi tegak kedua kakinya berada pada garis penghubung meatus
acusticus externus kanan dan kiri.
Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila mendengarkan bunyi.

Interpretasi

Normal : mendengar pada semua frekuensi.


Tuli konduksi : batas bawah naik
Tuli sensori neura : batas atas turun
TES RINNE
Bunyikan garpu tala frekuensi 512Hz
Letakkan tangkainya pada planum mastoid, sampai tak terdengar
pindahkan ke depan MAE, bila mendengar disebut rinne positif.

Interpretasi
Normal : rinne positif
Tuli konduksi : rinne negatif
Tuli sensori neural : rinne positif
TES WEBER
Garputala 512 dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus digaris median,
Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar lebih keras.
Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi.

Interpretasi
Normal : tidak ada lateralisasi
Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakit
Tuli sensori neural: mendengar lebih keras di telinga yang sehat
TES SCHWABACH
Bunyikan garputala 512 Hz, tangkainya diletakkan pada mastoid
pemeriksa,
Bila pemeriksa sudah tidak mendengar pindahkan ke mastoid
penderita
Interpretasi
Normal : schwabach normal
Tuli konduksi : schwabach memanjang
Tuli sensori neural : schwabach memendek
PEMERIKSAAN HIDUNG
Pemeriksaan dari luar (inspeksi, palpasi)
Rinoskopia anterior.
Rinoskopia posterior.
RINOSKOPI ANTERIOR
Pemeriksaan vestibulum nasi.
Pemeriksaan kavum nasi bagian bawah.
Fenomena palatum mole.
Pemeriksaan kavum nasi bagian atas.
Pemeriksaan septum nasi .
Pemeriksaan Kavum Nasi Bawah
Pemeriksaan Vestibulum Nasi
Warna mukosa dan konka nasi inferior.
Besar lumen lubang hidung.
Perhatikan ada tidaknya: Lantai lubang hidung.
Sekret Deviasi septum yang berbentuk krista dan spina
Krusta
Bisul-bisul Pemeriksaan Kavum Nasi Atas

Kaput konka nasi media.


Meatus nasi medius : pus dan polip.
Septum nasi bagian atas : mukosa dan deviasi
septi.
Fissura olfaktorius.
FENOMENA PALATUM MOLE
Mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam dinding belakang nasofaring
Normalnya yaitu terlihat cahaya lampu yang terang benderang.
Kemudian pasien diminta mengucapkan iii.
Dinding belakang nasofaring menjadi lebih gelap akibat gerakan palatum mole
Setelah pasien mengucapkan iii, palatum mole akan kembali bergerak ke bawah
sehingga benda gelap akan menghilang dan dinding belakang nasofaring akan terang
kembali.
Fenomena palatum mole positif palatum mole bergerak saat pasien mengucapkan iii
tampak benda gelap yang bergerak ke atas dan dinding belakang nasofaring berubah
menjadi lebih gelap.
Fenomena palatum mole negative apabila palatum mole tidak bergerak sehingga tidak
tampak adanya benda gelap yang bergerak keatas dan ke dinding belakang nasofaring
tetap terang benderang.

Fenomena palatum mole negatif dapat kita temukan pada 4 kelainan, yaitu :
Paralisis palatum mole pada post difteri.
Spasme palatum mole pada abses peritonsil.
hipertrofi adenoid
Tumor nasofaring
RINOSKOPI POSTERIOR

Syarat-syarat melakukan rinoskopi posterior


Penempatan cermin.
Ada ruangan yang cukup luas dalam nasofaring
menekan lidah dengan spatula (spatel).
Penempatan cahaya.
Ada jarak yang cukup lebar antara uvula & faring
pasien Alat dan bahan yang digunakan pada rinoskopi
Cara bernapas melalui hidung. posterior :
Cermin kecil.
Spatula.
Lampu spritus.
Solusio tetrakain (efedrin 1%).
TEKNIK PEMERIKSAAN RINOSKOPI POSTERIOR
Cermin kecil pegang tangan kanan.
Panaskan dahulu dengan lampu spritus
Pasien buka mulutnya lebar-lebar. Lidah didalam mulut.
Bernapas melalui hidung.
Spatula pegang tangan kiri. Ujung spatula tempatkan pada punggung lidah depan
uvula. Punggung lidah tekan ke bawah di paramedian kanan lidah
Masukkan cermin kedalam faring, tempatkan antara faring dan palatum mole kanan
pasien.
Sinari Cermin.
Khusus pasien yang sensitif, sebelum kita masukkan spatula, kita berikan lebih dahulu
tetrakain 1% 3-4 kali dan tunggu 5 menit.
TAHAP RINOSKOPI POSTERIOR
Tahap 1 pemeriksaan tuba kanan : - cermin berada paramedian kauda nasi media
kanan
- putar tangkai cermin ke medial magro poterior
septum nasi
Tahap 2: pemeriksaan tuba kiri : - cermin ke medial margo posterior septum nasi
Tahap 3 pemeriksaan atap nasofaring
Tahap 4 pemeriksaan kauda konka nasi inferior
Penilain : septum, koana, konka superior,media dan inferior serta meatus superior dan
media (peradangan, polip, uklus)
PEMERIKSAAN TRANSLUMINASI
PEMERIKSAAN TONSIL, FARING, LARING & LEHER
Penderita diinstruksikan untuk membuka mulut, perhatikan struktur di
kavum oris mulai dari gigi geligi, palatum, lidah, bukal.
Lihat ada tidaknya kelainan berupa pembengkakan, hiperemis, massa, atau
kainan kongenital.
Pada pemeriksaan lidah, perhatikan
Ada gangguan perasa/ tidak.
Ada kelainan-kelainan pada lidah :
Paresis/ paralisis lidah
Atrofi papila lidah
Abnormalitas warna mukosa lidah
Adanya ulcerasi
Tumor
PEMERIKSAAN TONSIL & FARING
Memeriksa besar tonsil Pemeriksaan faring
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut : Orofaring
T0 : tonsil telah diangkat Dinding faring posterior
T1 : bila bsarnya jarak arkus anterior dan uvula Granula
T2 : bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula Post nasal drip
T3 : bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula Uvula
T4 : bila besarnya mencapai uvula atau lebih. Arcus Faring

Memeriksa mobilitas tonsil


Digunakan 2 spatula
Spatula 1 : posisi sama dengan diatas
Spatula 2 : posisi ujungnya vertical menekan
jaringan peritonsil, sedikit lateral dari arkus anterior
PEMERIKSAAN LEHER
Inspeksi Palpasi
Posisi kepala dan leher Pemeriksaan kelenjar limfe bagian leher
Simetris dari muscular servikalis Trakhea
Posisi trakea tampak digaris tengah
Vena-vena servikalis tampak membesar
Kulit leher anterior dan lateal untuk menetukan
lesi-lesi, warna atau jaringan parut
Pergerakan tulang belakang servikalis
LARINGOSKOPI INDIREK
Pasien membuka mulut & menjulurkan lidah sejauh mungkin ke depan.
Setelah dibalut dengan kasa steril lidah kemudian difiksasi diantara ibu jari dan jari tengah.
Pasien diinstruksikan untuk bernafas secara normal.
Masukkan cermin laring yang sesuai yang sebelumnya telah dilidah apikan ke dalam orofaring.
Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring sedemikian rupa sehingga tampak struktur di daerah hipofaring
(epiglottis, valekula, fossa piriformis, plika eriepiglotika, aritaenoid, plika ventrikularis dan plika vocalis).
PEMERIKSAAN MAKSILOFAKSIAL
Pemeriksaan Kepala

Dikarakteristikan abrasi,
Pasien dibersihkan dari Seleuruh jaringan lunak kontusio, luka bakar, avulsi &
semua darah dan benda asing dan tulang dicatat laserasi

Lakukan palpasi terhadap kranium,


Ada keterkaitamya
sambungan fronto-orbital, naso-orbital
dengan struktur vital,
kompleks, artikulasi zygomatik dan
saraf, glandula parotis dll
mandibular
PEMERIKSAAN FRAKTUR LE FONT
PEMERIKSAAN MANDIBULA
Lokasi digaris tengah,terjadi
pergeseran lateral, atau inferior
Pergerakan mandibula juga dievaluasi
Apabila ada meatus akustikus
eksternus penuh dengan darah dan
cairan, jari telunjuk dapat dimasukkan
dengan telapak mengarah ke bawah
dan ke depan untuk melakukan palpasi
endaural terhadap caput condilus pada
saat istirahat dan bergerak.
PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL
N. Olfaktorius
Untuk mengujinya digunakan bahan yang tidak merangsang misalnya alcohol, bunga,
kopi, tembakau, parfum dan rempah-rempah.
Letakkan salah satu bahan-bahan tersebut di depan salah satu lubang hidung orang
tersebut sementara lubang hidung yang lain ditutup dan pasien menutup matanya.
Kemudian pasien diminta untuk memberitahu saat mulai terhidunya bahan tersebut.
N. Optikus
Pemeriksaan Penglihatan Sentral (Visual Acuity)
Tes Konfrontasi / Tes Lapang Pandang
Reflek Pupil
Respon Cahaya Langsung
Respon Cahaya Konsensual
Pemeriksaan Fundus Okuli (Fundus Copy)
N. Okulomotorius & N. Troklearis & N. Abdusens
Pemeriksaan meliputi : ptosis, gerakan bola mata dan pupil

N. Trigeminus
Melakukan perabaan pada daerah sekitar wajah.
N. Fasialis
Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes kekuatan
otot) saat pasien diam diperhatikan :
Asimetri wajah
Tes kekuatan otot: mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.
Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah) pemeriksaan dengan rasa manis,
pahit, asam, asin yang disentuhkan pada salah satu sisi lidah.
N. Vestibulokoklear
Tes garpu tala

N. Glossofaringeus & N. Vagus


Pemeriksaan Orofaring:
Dalam keadaan istirahat
Dalam keadaan berfonasi
Pembangkitan reflex: penyentuhan arcus pharyngeus atau uvula dengan spatel timbul
reflex batuk dan muntah
N. Asesorius
Menilai fungsi dari m. trapezius dan m. sternokleidomastoideus.
Apakah ada disfungsi unilateral pada kedua otot dengan memeriksa miringkan kepala,
wajah menoleh ke salah satu sisi, dagu sedikit terangkat.
Pada orang yang terdapat gangguan di nervus ini maka kepala/ leher pasien tidak
dapat ditegakkan (kepala menunduk kebawah).
N. Hipoglosus
Mengatur pergerakan pada lidah persarafan otot-otot penggerak lidah.
Pada pemeriksaan pasien diminta untuk menjulurkan lidah.
Kita bias melihat apakah ada terlihat lidah yang menyimpang ke sisi yang
lumpuh

Anda mungkin juga menyukai