Anda di halaman 1dari 39

ANATOMI, FISIOLOGI, PEMERIKSAAN

HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

Pembimbing : Dr. Budi Wiranto, Sp.THT

Oleh: Gamal Hariansyah


Anatomi Hidung dari Luar ke Dalam
Tulang
penyusun
Dinding
Kavum
Nasi
Dinding Lateral
Perdarahan Hidung
Persarafan Hidung
Depan dan atas  n. Etmoidalis anterior cabang dari
n. Nasosiliaris yang berasal dari n. Oftalmikus (N. VI)
Rongga hidung  n. Maksila melalui ganglion
sfenopalatina
Fungsi penghidu  n. Olfaktorius berasal dari lamina
kribrosa
Mukosa hidung

Respiratori Olfaktorius
pernapasan) (penghidu)
Bagian atap rongga hidung, konka
superior, dan sepertiga atas septum
Kompleks Osteo - Meatal
Pada 1/3 tengah dinding lateral hidung yaitu meatus
medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila,
sinus frontal, dan sinus etmoid anterior, daerah ini
rumit dan sempit disebut KOM, fx: Ventilasi dan
drainase sinus - sinus
• Sinus Paranasal
rongga yang ada di sekitar hidung

Sebelum Setelah Lahir

Lahir
Saat Lahir
Fetus 3-4 8-10 tahun 15 – 18

bulan tahun

Invaginasi

mukosa postero-
sinus maksila Semua sinus
rongga sinus etmoid superior
& sinus mencapai
hidung , anterior dan rongga
etmoid besar
sinus maksila sinus frontal hidung dan
terbentuk maksimal
epitel torak
berlapis bersilia
bersel goblet.
SINUS MAKSILA
Bentuk: piramid
Ukuran: Merupakan sinus yang terbesar. Saat lahir bervolume 6 – 8 ml,
kemudian berkembang mencapai ukuran maksimal 15 ml saat dewasa.

Batas:
Dinding anterior : permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina
Dinding posterior : permukaan infra-temporal maksila
Dinding medial : dinding lateral rongga hidung
Dinding superior : dasar orbita
Dinding inferior : prosesus alveolaris dan palatum
Ostium: sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus
semilunaris melalui infundibulum etmoid
Segi klinik:
Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi
rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1, M2),
kadang juga gigi taring (C) dan molar M3, bahkan akar-akar
gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi
gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis
Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi ke orbita

Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus,


sehingga drenase hanya tergantung gerak silia, lagipula
drenase juga harus melalui infundibulum yang sempit.
Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan
jika terjadi pembengkakan di sini dapat menghalangi drenase
sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis
SINUS FRONTAL
Letak: di os frontal
Bentuk: sinus frontal kanan dan kiri tidak simetris
dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah.
Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai 1
sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus frontalnya
tidak berkembang.
Ukuran:
Tinggi : 2,8 cm
Lebar : 2,4 cm
Dalam : 2 cm
Ostium:
Ostiumnya terletak di resesus frontal, yang
berhubungan dengan infundibulum etmoid

Segi klinik:
Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis
dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi
dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah
SINUS ETMOID
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling
bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting,
karena dapat menjadi fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya
Letak: di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang
terletak di antara konka media dan dinding medial orbita.
Bentuk: piramid dengan dasarnya di bagian posterior. Di
dalamnya berongga-rongga seperti sarang tawon.
Ukuran:
Anterior – posterior : 4-5 cm
Tinggi : 2,4 cm
Lebarnya : 0,5 cm di anterior dan 1,5 cm di posterior
Dibagi jadi 2 berdasar letak:
Sinus etmoid anterior
Letaknya di depan lamina basalis
Bermuara ke meatus medius
Sel-selnya kecil dan banyak

Sinus etmoid posterior


Letaknya di depan lamina basalis
Bermuara di meatus superior
Sel-selnya lebih besar dan sedikit
Batas:
Atap (fovea etmoidalis) : lamina kribrosa
Dinding Lateral : lamina papirasea yang sangat tipis yang
membatasi sinus etmoid dengan rongga orbita
Bagian belakang sinus etmoid posterior : sinus sfenoid

Segi klinik:
Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian
sempit disebut resesus frontal yang berhubungan dengan
sinus frontal dan terdapat juga suatu penyempitan yang
disebut infundibulum, tempat bermuaranya sinus maksila.
Pembekakan atau peradangan di resesus frontal 
sinusitis frontal, di infundibulum  sinusitis maksila.
SINUS SFENOID
Letak: di dalam os sfenoid, di belakang sinus etmoid posterior
Bentuk: dibagi 2 oleh sekat yang disebut septum intersfenoid
Ukuran:
Lebar : 1,7 cm
Tinggi : 2 cm
Dalam : 2,3 cm
Volume : 5 -7,5 ml

Batas:
Superior : fosa serebri media dan kelenjar hipofisa
Inferior : atap nasofaring
Lateral : sinus kavernosus dan a. Karotis interna
Posterior : fosa serebri posterior di daerah pons
Arah Drainase Sinus
Fisiologi Hidung
Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara,
penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam
pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal
Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius
Fungsi fonetik untuk resonansi suara, membantu
proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri
melalui konduksi tulang
Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban
kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas
Refleks nasal
Pencetus/ Mukosa Pengeluaran
Hidung histamin
trigger
tersensitisasi

Memberikan
sinyal ke otak
Otot faring dan untuk Sel saraf
trakea melakukan olfaktorius
teraktifasi mekanisme tersensitisasi
bersin melalui
jalur saraf
trigeminal

Rongga hidung Akumulasi Palatum dan


dan mulut udara dari paru uvula turun,
terbuka lebar dengan sementara
tekanan tinggi lidah naik
siap keluar

Udara dari
paru-paru Rongga mulut
keluar melalui tertutup
hidung dengan
tekanan tinggi
Fisiologi Sinus Paranasal
SEBAGAI PENGATUR KONDISI UDARA
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk
memanaskan dan mengatur kelembaban udara
inspirasi.
SEBAGAI PENAHAN SUHU (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer)
panas, melindungi orbita, dan fosa serebri dari suhu
rongga hidung yang berubah-ubah.
MEMBANTU KESEIMBANGAN KEPALA
Sinus membantu keseimbangan kepala karena
mengurangi berat tulang muka.
MEMBANTU RESONANSI SUARA
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk
resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara.

PEREDAM PERUBAHAN TEKANAN UDARA


Fungsi ini berjalan jika ada perubahan yang besar dan
mendadak, misalnya pada waktu bersin atau
membuang ingus

MEMBANTU PRODUKSI MUKUS


Mukus yang dihasilkan sinus memang jumlahnya kecil
dibanding mukus dari rongga hidung, namun efektif
untuk membersihkan partikel yang turut masuk
dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari
meatus meditus, tempat yang paling stategis
Pemeriksaan Hidung dan Sinus Paranasal
Anamnesa
Sumbatan hidung Terus menerus/hilang timbul,
Unilateral/bilateral/bergantian, Riwayat kontak
dengan allergen (debu, tepung sari bunga, bulu
binatang, trauma , idung, pemakaian obat tetes
hidung jangka panjang, merokok, peminum alkohol
berat)
Bersin  Bersin berulang-ulang merupakan keluhan
pasien alergi. Tanyakan riwayat alergi atau riwayat
kontak dengan bahan-bahan alergen yang terhirup.
Sekret di hidung  Unilateral/bilateral, Bila unilateral
dan berbau kemungkinan ada benda asing. Sekret hidung
karena infeksi biasanya bilateral, Konsistensi sekret
(encer/bening seperti air, kental, nanah atau bercampur
darah), Sekret jernih seperti air dan jumlah yang banyak
biasanya khas pada alergi hidung. Sekret kuning
kehijauan biasanya pada sinusitis. Bila bercampur darah
hati-hati adanya tumor terutama jika terjadi unilateral,
Keluar sekret hanya pada pagi hari/waktu-waktu tertentu
(misal saat hujan), Keluar sekret dari belakang (post
nasal drip) Kemungkinan berasal dari sinus paranasal
Nyeri di daerah muka dan kepala  Lokasi nyeri (di
dahi, pangkal hidung, pipi atau tengah kepala), Rasa
nyeri atau berat bertambah jika menundukkan kepala,
Riwayat sakit gigi , alergi atau sakit hidung yang lain
Gangguan penghidu  Hilang penciuman (anosmia)
atau berkurang (hiposmia), Sudah berapa lama,
Riwayat infeksi hidung dan sinus atau trauma
sebelumnya
Mimisan (epistaksis)  Unilateral/bilateral, Mimisan
keluar dari lubang depan, belakang atau keduanya,
Spontan/postraumatik, Sejak kapan dan berapa lama
(sudah berapa kali dan mudah dihentikan dengan
memencet hidung atau tidak), Jumlah darah yang
keluar, Riwayat penyakit kelainan darah, hipertensi,
atau pemakaian obat antikoagulan
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dari luar
Palpasi
Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Transiluminasi (untuk sinus paranasal)
Sinuskopi
Uji Aliran Udara melalui hidung
Alat:
 Spekulum Hidung
 Spatel Lidah
 Kaca Tenggorok
 Pinset Bayonet Panjang
 Suction
 Alat Pengait Benda Asing Hidung
 Lampu Transilumnasi
Inspeksi
- deviasi atau depresi
tulang hidung
- pembengkakan
daerah hidung , muka,
pipi sampai kelopak
mata bawah yang
berwarna kemerahan

Palpasi
- krepitasi tulang
hidung
- nyeri tekan pada
hidung dan daerah
sekitar
-nyeri ketuk
Rinoskopi anterior
Menggunakan spekulum hidung. Pegang spekulum
hidung dengan satu tangan dan tempatkan pada salah
satu lubang hidung. Jari telunjuk bebas untuk
menstabilkan hidung pasien dan sisa jari lainnya
memegang spekulum. Spekulum dimasukkan ke
dalam lubang hidung melalui nares anterior, dibuka
setelah spekulum berada di dalam hidung dan waktu
mengeluarkan tidak ditutup di dalam untuk
menghindari terjepitnya bulu hidung.
Dinilai:
Vestibulum hidung
Septum terutama bagian anterior
Normalnya terletak ditengah dalam keadaan lurus. Perhatikan apakah
terdapat deviasi, krista, spina, perforasi, hematoma, abses, dll.
Konka (inferior, media, superior)
Perhatikan apakah konka normal (eutrofi), hipertrofi, atau atrofi.
Meatus sinus paranasal
Keadaan mukosa hidung
Dalam keadaan normal mukosa hidung berwarna merah muda. Pada
radang berwarna merah (hiperemi). Pada alergi berwarna pucat atau
kebiruan (livid). Pada keadaan edema mukosa perlu menggunakan
kapas adrenalin pantokain beberapa menit untuk mengurangi edema
mukosa,
Sekret
Meatus nasi
Rinoskopi posterior
Menggunakan spatula lidah dan kaca nasofaring yang
telah dihangatkan untuk mencegah udara pernapasan
mengembun pada kaca. Tekan lidah dengan lembut
dengan spatula lidah. Pegang kaca seperti memegang
pena dan posisikan pada orofaring dengan hati-hati
tanpa membuat pasien muntah. Gerakkan
mengelilingi untuk mendapatkan gambaran
nasofaring untuk menilai:
bagian belakang septum
koana
konka (inferior dan media)
meatus (superior dan media)
torus tubarius
muara tuba Eustachius
fosa Rossenmuler
Transiluminasi
Manfaat transiluminasi terbatas sifatnya, hanya dapat
dipakai untuk memeriksa sinus maksila dan sinus
frontal bila pemeriksaan radiologis tidak tersedia.
Pada hasil pemeriksaan tampak gelap di infraorbita
dapat berarti antrum terisi pus atau mukosa antrum
menebal atau terdapat neoplasma. Pada hasil
pemeriksaan tampak terang jika terdapat kista pada
sinus maksila.
Sinuskopi
Adalah pemeriksaan ke dalam sinus maksila
menggunakan endoskop yang dimasukan melalui
lubang hidung yang dibuat di meatus inferior atau
fosa kanina. Dapat dinilai sekret, polip, jaringan
granulasi, masa tumor atau kista, keadaan mukosa dan
ostium.
Pemeriksaan Radiologik
Posisi untuk pemeriksaan sinusitis biasanya posisi
Waters, PA dan lateral. Posisi Waters terutama untuk
melihat kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid.
Posisi anteroposetrior untukmenilai sinus frontal dan
posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sfenoid dan
etmoid
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai