Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

Benda Asing di Esofagus

Oleh :

Istiqa Dwi Pertiwi 1840312435


Rahmeidia Audya Yusmi 1840312295

Preseptor :

dr. Al Hafiz, Sp. THT-KL(K), FICS

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK


BEDAH KEPALA LEHER
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR.M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benda asing di esofagus dapat berupa benda tajam maupun tumpul atau
makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan secara sengaja
atau tidak sengaja. Peristiwa ini merupakan masalah utama pada anak usia 6 bulan
sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur dan pada tiap lokasi
esophagus.1
Faktor predisposisi pada anak antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk
dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang
belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan – 1 tahun. Pada orang dewasa
tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang
telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum dan pada penderita
gangguan jiwa. Gejala yang timbul berupa rasa tercekik (choking), rasa tersumbat
di tenggorok (gagging), disfagia, muntah.1
Gigi palsu digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang, selain
meningkatkan estetika wajah, gigi palsu membuat proses makan lebih nyaman
serta meningkatkan kejelasan bicara. Tingginya pemakaian gigi palsu
meningkatkan insiden tertelan gigi palsu seperti yang ditemukan di Nigeria 25
tahun terakhir.2 Insiden benda asing gigi palsu di RS. M. Djamil padang dari
tahun 2009 sampai sekarang sebanyak 13 (46.43%) kasus dari 28 kasus benda
asing di esophagus. Diagnosis benda asing di esofagus dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, gejala dan tanda klinis, pemeriksaan radiologik serta
endoskopi.3
Penanganan benda asing di esofagus tergantung dari beberapa faktor
diantaranya yaitu; lokasi dari benda asing, ukuran dari benda asing,dan lamanya
benda asing berada didalam esofagus. Pasca ekstraksi benda asing di esofagus
untuk mengatasi trauma pada mukosa esofagus dapat dilakukan terapi konservatif
berupa pemasangan nasogastric tube, antibiotika spektrum luas, kortikosteroid dan
analgetik untuk 1 minggu pasca tindakan operatif. Tertelan gigi palsu dapat
menyebabkan komplikasi yang membahayakan seperti laserasi mukosa esofagus,
nekrosis esofagus, striktura esofagus, mediastinitis, pneumotorak dan komplikasi
lainnya.4 Oleh karena itu, kasus ini diangkat pada diskusi kasus mengenai benda
asing di esophagus.

1.2 Batasan Masalah


Penulisan case report session ini membahas tentang definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana dan prognosis benda asing
di esofagus

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan case report session ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
mengenai benda asing di esofagus.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan case report session ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang
merujuk kepada berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Esofagus


Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Pada
orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot
krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis
inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Pada anak,
panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm dan ukuran sekitar 19
cm pada usia 15 tahun.1
Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering
menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama adalah
disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot
striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah. Daerah penyempitan
kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta.
Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal.1

Gambar 1: Anatomi Esofagus


2.2. Benda Asing di Esofagus
2.2.1. Definisi
Definisi benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh yag dalam keadaan normal tidak ada. Sedangkan definisi benda asing
esofagus adalah benda yang tajam ataupun tumpul atau makanan yang tersangkut
dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada
tiap lokasi di esophagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun patologis
dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.2,3

2.2.2. Epidemiologi
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan
fisiologis esofagus. Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di
servikal esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta. 1 Lokasi tersering
benda asing tersangkut di esofagus adalah pada sfingter krikofaringeus
dikarenakan pada daerah tersebut adalah daerah yang sempit dan terdiri dari otot
krikofaring yang akan membuka disaat bolus melewatinya. Namun apabila bolus
atau makanan tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan
tersebut tersangkut, apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar.2
Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di
daerah servikal, di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring dan 7,7%
di esofagus torakal. Dilaporkan insiden benda asing gigi palsu di RS. M. Djamil
padang dari tahun 2009 sampai sekarang sebanyak 13 (46.43%) kasus dari 28
kasus benda asing di esophagus. Selain itu, penelitian lain di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado mengatakan Benda asing tersering yang menjadi penyebab
benda asing esofagus adalah gigi palsu dengan 25 kasus (48,1%) dan uang logam
menjadi benda asing tersering kedua dengan 18 kasus (34,6%).5

2.2.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur
ada tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun
patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.1
Penyebab pada anak yakni anomali kongenital termasuk stenosis
kogenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah. Faktor
predisposisi antara lain belum tumbhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan
baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada
kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan
dan penyakit-penyakit neurologik yang mendasarinya.5 Faktor predisposisi pada
orang dewasa yaitu makan sambil bicara atau tertawa, kurang berhati-hati tidak
memperhatikan adanya tulang dan benda-benda yang dapat dimakan pada
makanan mereka, pemabuk, pemakain gigi palsu, atau penderita gangguan mental
atau psikosis.6
Faktor predisposisi lain yakni adanya penyakit-penyakit esofagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis seperti esofagitis refluks, striktur pasca
esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esofagus atau lambbung, cara mengunyah
yang salah degan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk
(alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).1

2.2.4. Patogenesis
Benda asing tertentu seperti baterai alkali mempunyai toksisitas intrinsik
lokal dan sistemik denga reaksi edema dan inflamasi lokal terumatam bila terjadi
pada anak-anak.Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik natrium
maupun kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic
solution). Pada penelitian binatang in vitro dan in vivo, bila baterai berada dalam
lingkungan yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan terjadi
dengan cepat, sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue saponification) dengan
ulserasi lokal, perforasi, atau pembentuan striktur. Absorbsi bahan metal dalam
darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu, benda asing batu baterai
harus segera dikeluarkan.1
Gigi palsu yang tertelan juga bisa diakibatkan karena makanan yang keras,
mengunyah makanan dengan terlalu cepat, serta ketidakpatuhan untuk
memeriksakan gigi palsu ke dokter gigi. Sebuah studi di Nigeria tentang kasus
gigi palsu esofagus menyimpulkan bahwa kebanyakan pasien gigi palsu dalam
esofagus di Afrika, memiliki riwayat tidak pernah memeriksakan gigi palsunya ke
dokter gigi sejak awal pemasangan gigi palsu.6

2.2.5. Manifestasi Klinis


Gejala sumbatan akibat benda asing esophagus tergantung pada ukuran,
bentuk, dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing (apakah berada di
daerah penyempitan esophagus yang normal atau patologis), komplikasi yang
timbul akibat benda asing tersebut dan lamanya benda tersebut tertelan. 1
Benda asing yang tersangkut pada esofagus biasanya ditemukan pada 4
tempat penyempitan fisiologi pada esofagus yaitu cincin krikofaringeal,
persilangan antara esofagus dan arkus aorta, persilangan esofagus dengan bronkus
utama sinistra, dan sfingter bawah. Gejala yang biasanya timbul seperti, disfagia,
pirosis, odinofagi dan regurgitasi.7
Gejala permulaan benda asing esofagus adalah rasa nyeri di daerah leher
bila benda asing tersangkut di daerah servikal, namun bila tersangkut di daerah
yang distal maka akan timbul rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di
punggung.1
Gejala disfagia bervariasi tergantung pada ukuran benda asing. Disfagia
dapat menjadi lebih berat bila terlah terjadi edema mukosa yang memperberat
sumbatan, sehingga timbul rasa sulit menelan yang persisten.1
Gejala lainnya adalah odinofagia yaitu rasa nyeri ketika menelan makanan
atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang – kadang dapat disertai
air liur yang bercampur darah.1
Nyeri di daerah punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis.
Gangguan nafas dengan gejala dispneu stridor, dan sianosis terjadi akibat
penekanan trakea oleh benda asing.1

2.2.6. Diagnosis
Diagnosis benda asing di esophagus ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan endoskopi.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostis dan terapi.1
Diagnosis tertelan benda asing pada anak, harus dipertimbangkan riwayat
rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), batuk dan muntah.
Gejala-gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan menurun, demam, dan
gangguan nafas. Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk dan jenis benda
asing dan apakah mempunyai bagian yang tajam.1
Diagnosis adanya gigi palsu biasanya tidak sulit, karena biasanya pasien
mengeluhkan adanya riwayat tertelan sebelumnya kecuali pada pasien dengan
gangguan mental atau gangguan kesadaran.2
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kekakuan pada leher bila benda asing
terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing tersebut berbentuk
irregular, maka dapat menyebabkan perforasi akut, dan didapatkan tanda pneumo-
mediastinum, emfisema leher, serta pada auskultasi terdengar suara getaran di
daerah prekordial atau interskapula. Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura
unilateral atau bilateral dapat dideteksi.1
Pemeriksaan foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal
anteroposterior dan lateral, harus dilakukan pada semua pasien yang diduga
tertelan benda asing. Benda asing radioopak seperti uang logam mudah diketahui
lokasinya dan harus dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi
untuk mengetahui kemungkinan benda asing sudah pindah ke bagian distal. Letak
uang logam umumnya koronal, maka hasil foto rontgen servikal/torakal pada
posisi PA akan dijumpai bayangan radioopak berbentuk bundar, sedangkan pada
posisi lateral dijumpai berupa garis radioopak yang sejajar dengan kolumna
vertebralis. Benda asing lainnya seperti tulang, kulit telur, dan lainnya cenderung
berada pada posisi koronal dalam esophagus, sehingga lebih mudah dilihat pada
posisi lateral. Benda asing radiolusen seperti plastik, aluminium dan lainnya dapat
diketahui dengan tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan
esophagus bagian proksimal. Foto rontgen leher posisi lateral dapat menunjukkan
tanda perforasi dengan trakea dan laring tergeser ke depan, gelembung udara di
jaringan, dan adanya bayangan cairan atau abses bila perforasi telah berlangsung
beberapa hari.1
Gigi palsu terbuat dari bahan akrilik yang mana akan berupa gambaran
radiolusen pada pemeriksaan radiologi, tetapi apabila terdapat kawat pada gigi
palsu tersebut, maka akan terlihat gambaran radioopak pada pemeriksaan
radiologi.4 Apabila benda asing hanya terlihat gambaran radiolusen, pemeriksaan
radiologi dengan menggunakan kontras sebaiknya dilakukan untuk melihat lokasi
benda asing yang tersangkut, namun pada saat tindakan esofagoskopi zat kontras
akan menutupi benda asing sehingga lapangan pandang operator akan sedikit
terganggu.8,9,10
Gambaran foto rontgen batu baterai menunjukkan pinggir bulat dengan
gambaran densitas ganda, karena bentuk bilaminer. Foto polos yang sering tidak
menunjukkan gambaran benda asing seperti daging dan tulang ikan, sehingga
memerlukan pemeriksaan esophagus dengan kontras (esofagogram). Esofagogram
pada benda asing radiolusen akan memperlihatkan “filling defect persistent”.
Namun pemeriksaan dengan kontras ini sebaiknya tida dilakukan pada benda
asing radioopak karena densitas benda asing biasanya sama dengan zat kontras,
sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda asing. Selain itu, bisa
terjadi risiko aspirasi zat kontras. Bahan kontras Barium lebih baik daripada zat
kontras yang larut dalam air seperti Gastrografin, karena sifatnya kurang toksik
terhadap saluran nafas bila terjadi aspirasi kontras, sedangkan Gastrografin
bersifat mengiritasi paru.1

2.2.7. Tatalaksana
Benda asing esophagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan
menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing
telah berhasil dikeluarkan, maka harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk
menilai adanya kelainan-kelainan esophagus. Benda asing tajam yang tidak
berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan
pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi, tergantung lokasi
benda asing tersebut.1
Indikasi esofagotomi pada benda asing di esofagus, menurut Savary dan
Miller serta Terracol dan Sweet seperti dikutip Abdurrahman11 adalah: 1). Benda
asing telah tersangkut di esofagus beberapa hari sehingga menyebabkan infeksi di
daerah leher, indurasi dan nyeri sepanjang selubung karotis; 2). Benda asing
berukuran besar dan berbentuk tidak teratur yang telah beberapa hari berada
dalam esofagus; 3). Benda asing mempunyai bagian yang tajam; 4). Pengangkatan
benda asing secara esofagoskopi gagal dan 5). Benda asing menyebabkan
hematemesis hebat atau ada kecurigaan telah terjadi perforasi, baik secara klinis
atau radiologis. Namun, Esofagotomi dapat menyebabkan berbagai komplikasi
berupa perdarahan, infeksi, cedera n.laringeus rekuren dan striktura esofagus.12
Bila curiga adanya perforasi yang kecil, maka segera pasang pipa
nasogastrik agar pasien tidak menelan, baik makanan maupun ludah, serta pasien
diberikan antibiotic spectrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah timbulnya
sepsis.1
Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung dapat
menyebabkan perforasi pylorus, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi yang
sebaik-baiknya. Untuk mendapatkan tanda perforasi sedini mungkin, dilakukan
pemeriksaan radiologik agar mengetahui posisi dan perubahan letak benda asing.
Bila posisi benda asing menetap selama 2x24 jam maka harus dikeluarkan dengan
pembedahan.1
Benda asing baterai bundar di esophagus merupakan benda asing yang
harus segera dikeluarkan karena risiko perforasi esophagus yang terjadi dengan
cepat dalam waktu lebih kurang 4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esophagus.1

2.2.8. Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi
lokal dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esophagus dapat
menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeoesofagus. Jaringan granulasi dapat timbul
disekitar benda asing bila berada dalam waktu yang lama.1
Gejala perforasi esophagus servikal dan torakal antara lain emfisema
subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di daerah leher atau dada,
pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan
pernafasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium.
Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau pyotoraks.1
Benda asing yang berada lama di esophagus juga dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing
dan radang periesofagus.1
BAB 3

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. YM
 No. MR : 00.64.39.14
 Umur : 54 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Suku bangsa : Minangkabau
 Alamat : Padang

ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berumur 54 tahun dirawat di bangsal THT RSUP Dr.
M Djamil Padang pada tanggal 24 Desember 2018 dengan :

Keluhan Utama :
Pasien tertelan benda asing “gigi palsu” sejak ± 1 jam sebelum masuk rumah
sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang :


 Pasien awalnya sedang meminum obat, tiba-tiba gigi palsu pasien terlepas dan
tersangkut dibelakang lidah, pasien sudah berusaha mengeluarkan dengan
jarinya, namun tidak berhasil dan gigi palsu semakin jatuh kebelakang dan
tertelan sejak ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
 Rasa mengganjal di tenggorok ada sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
 Sulit menelan ada
 Nyeri menelan tidak ada
 Sesak nafas tidak ada
 Batuk-batuk tidak ada
 Keluar darah dari tenggorok tidak ada
 Demam tidak ada
 Keluar darah dari mulut tidak ada
 Rasa terbakar di dada tidak ada
 Leher kaku tidak ada
 Mual dan muntah tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Pekerjaan, sosial, ekonomi, dan kebiasaan.


 Pasien merupakan seorang ibu rumah tanga, tidak merokok.

Pemeriksaan Fisik (Tanggal 26 Desember 2018 )


Status Generalis
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 110/ 70
Nadi : 90 x per menit
Napas : 18 x per menit
Suhu : 36,7 oc

Pemeriksaan Sistemik
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Leher : tidak ada pembesaran kgb, tidak ada terdapat emfisema subkutis
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), stridor (-)
Jantung : irama teratur, bising tidak ada
Abdomen : distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : teraba hangat, CRT<2 detik
Status Lokalis THT
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Daun telinga Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Kel. Metabolik - -
Nyeri tarik - -
Nyeri Tekan - -
Dinding liang Cukup Lapang (N) Lapang Lapang
telinga
Sempit - -
Hiperemis - -
Edema - -
Massa - -
Sekret/Serumen Bau - -
Warna - -
Jumlah -
Jenis - -
Membran Timpani
Utuh Warna Putih mutiara Putih mutiara
Refleks cahaya + +
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Perforasi Jumlah perforasi - -
Jenis - -
Kuadran - -
Pinggir - -
Mastoid Tanda radang - -
Fistel - -
Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Tes garputala Rinne + +
512 Hz
Swabach Sama dengan Sama dengan
pemeriksa pemeriksa
Weber Tidak ada lateralisasi
Kesimpulan Normal

Hidung
Pemeriksa Kelainan Dekstra Sinistra
an
Hidung Deformitas - -
luar Kelainan kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Massa - -

Sinus Paranasal
Inspeksi
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

Rinoskopi Anterior
Vestibulum Vibrise + +
Radang - -
Kavum nasi Cukup lapang (N) Lapang Lapang
Sempit - -
Lapang - -
Sekret Lokasi Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak ada Tidak ada
Jumlah Tidak ada Tidak ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Septum Cukup lurus/ deviasi Cukup lurus Cukup lurus

Permukaan Licin Licin


Warna Merah muda Merah muda
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Peforasi - -
Massa Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor
Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Koana Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Lapang - -
Mukosa Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Jaringan granulasi - -
Adenoid Ada/ tidak Tidak Tidak
Muara tuba Tertutup sekret - -
eustachius
Massa Lokasi - -
Ukuran - -
Bentuk - -
Permukaan - -
Post nasal drip Ada/ tidak - -
Jenis - -

Orofaring dan Mulut


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Trismus -
Uvula Edema - -
Bifida - -
Palatum mole Simetris/ tidak Simetris Simetris
arkus faring Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Bercak/ eksudat - -
Dinding faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Muara/kripti Tidak melebar Tidak melebar
Detritus - -
Eksudat - -
Perlengketan - -
dengan pilar
Peritonsil Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Abses - -
Tumor Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Gigi Karies/ radiks Tidak ada Tidak ada
Kesan Gigi geligi baik
Lidah Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Normal Normal
Deviasi - -
Massa - -

Laringoskopi indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Epiglotis Bentuk Normal Normal
Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Pinggir rata/ tidak Rata Rata
Massa Tidak ada Tidak ada
Aritenoid Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Massa - -
Gerakan Simetris Simetris
Ventrikular band Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Massa - -
Plika vokalis Warna Putih Putih
Gerakan Simetris Simetris
Pinggir medial Rata Rata
Massa - -
Subglotis/ trakea Massa - -
Sekret ada / tidak - -
Sinus piriformis Massa - -
Sekret - -
Valekulae Massa - -
Sekret (jenisnya) - -

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher


 Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening leher.
 Pada palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher.

Resume
Anamnesis:
 Seorang pasien perempuan berumur 54 tahun dirawat di bangsal THT RSUP
Dr. M Djamil Padang pada tanggal 24 Desember 2019 dengan keluhan utama
tertelan benda asing “gigi palsu” sejak ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
 Pasien awalnya sedang meminum obat, tiba-tiba gigi palsu pasien terlepas dan
tersangkut dibelakang lidah, pasien sudah berusaha mengeluarkan dengan
jarinya, namun tidak berhasil dan gigi palsu semakin jatuh kebelakang dan
tertelan sejak ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
 Rasa mengganjal di tenggorok ada sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
 Sulit menelan ada
 Nyeri menelan tidak ada
 Sesak nafas tidak ada
 Batuk-batuk tidak ada
 Keluar darah dari tenggorok tidak ada
 Demam tidak ada
 Keluar darah dari mulut tidak ada
 Rasa terbakar di dada tidak ada
 Leher kaku tidak ada
 Mual dan muntah tidak ada

Pemeriksaan fisik:
Hidung:
- Rinoskopi anterior: Kavum nasi lapang/lapang, sekret -/-, konka inferior
eutrofi/ eutrofi, konka media eutrofi/ eutrofi, septum deviasi -/-, krista -/-,
spina -/-
- Rinoskopi posterior: post nasal drip (-)

Assessment: Susp Corpus alienum “gigi palsu” et esofagus

Pemeriksaan anjuran :
- Rontgen cervicothorakal AP
- Pemeriksaan Darah Rutin
- Pemeriksaan EKG
- Konsul Penyakit Dalam
- Konsul Anestesi
- Esophagoscopy dalam GA
Hasil pemeriksaan rontgen :

Gambar 2. Foto Rontgen thoraks AP

Dilakukan foto polos toraks AP tanggal 24 Desember 2018 dengan kesan corpus
alienum opak berbentuk kawat setinggi torakal ke-1 dan torakal ke-2, jantung dan
paru dalam batas normal.

Hasil Laboratorium : (tanggal 24 Desember 2018)


Hemoglobin : 13,8 g/dl Ureum : 15 mg/dl
Leukosit : 9.140 / mm3 Kreatinin : 0,8 mg/dl
Trombosit : 317.000 / mm3 Natrium : 137 mmol/l
Hematokrit : 41 % Kalium : 5,0 mmol/l
PT / APTT : 10,8 / 38,1 detik Klorida : 97 mmol/l
GDS : 128 mg/dl
Terapi setelah esofagoscopy :
- Ceftriaxone 2x1 iv
- Deksamethason 3 x 5 mg iv
- Ranitidin 2 x 50 mg iv
- Diet cair melalui NGT
- Drip ringer lactate
- Drip ketorolac 1 ampul 8 jam/kolf

Gambar 3. Benda asing “gigi palsu”

Prognosis
- Quo ad Vitam: dubia ad bonam
- Quo ad Sanam : dubia ad bonam
- Qua ad Fungsionam : dubia ad bonam
BAB 4

DISKUSI

Telah dilaporkan satu kasus dengan diagnosis benda asing ( gigi palsu ) di
esofagus pada seorang perempuan berumur 54 tahun. Insidensi benda asing di
esofagus dari tahun 2009 sampai saat ini di RS Dr. M. Djamil Padang sebanyak
17 kasus, diantaranya benda asing yang paling banyak didapat adalah gigi palsu
sebanyak delapan kasus, diikuti dengan koin tujuh kasus, daging ayam satu kasus,
biji durian satu kasus, dan anting satu kasus.13 Menurut Syaariyah dan Goh, benda
asing (gigi palsu) di esofagus merupakan benda asing terbanyak ke empat yang
paling sering ditemukan setelah tulang ikan, tulang ayam, dan koin.14
Pasien datang dengan keluhan utama rasa mengganjal di tenggorok dan
rasa sulit menelan sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Syaariyah menyatakan
odinofagia merupakan gelaja klinis yang tersering pada kasus benda asing di
esofagus dan diikuti dengan gejala-gejala lain seperti rasa mengganjal saat
menelan, produksi air ludah yang meningkat, dan perasaan mual atau muntah saat
menerima makanan.14
Gambaran gejala pada kasus benda asing di esofagus dijelaskan Syaariyah
pada tabel. 1 dibawah ini.14

Tabel 1. Insiden gejala pada benda asing di esofagus

Gejala Insiden
Odinofagia 72 %
Disfagia 71 %
Rasa tercekik 24 %
Muntah 1%
Perubahan suara 15,6 %
Asimptomatik 6%

Pemeriksaan fisik secara umum ditemukan keadaan umum sakit sedang,


kesadaran komposmentis kooperatif, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90x/mnt,
nafas 18x/mnt, suhu 36,7°C, regio toraks : tampak pergerakan dada simetris kiri
dan kanan, suara nafas vesikuler normal kiri dan kanan, ronkhi wheezing dan
stridor tidak ada. Daerah leher tidak ditemukan tanda-tanda emfisema subkutis.
Pada pemeriksaan fisik THT-KL didapatkan telinga kiri dan kanan dalam batas
normal. Kavum nasi sinistra terpasang NGT sedangkan kavum nasi dekstra dan
tenggorok dalam batas normal. Pemeriksaan laringoskopi indirek dalam batas
normal.
Pemeriksaan Rontgen toraks AP di RSUP dr M.Djamil Padang pada
tanggal 24 Desember 2018 didapatkan hasil tampak kawat gigi palsu setinggi
vertebra T1-T2 (gambar 3). Lokasi ini dekat dengan lokasi penyempitan fisiologis
yaitu di dekat sfingter krikofaring. Lokasi tersering benda asing tersangkut di
esofagus adalah pada sfingter krikofaringeus dikarenakan pada daerah tersebut
adalah daerah yang sempit dan terdiri dari otot krikofaring yang akan membuka
disaat bolus melewatinya.14,15
Gigi palsu terbuat dari bahan akrilik yang mana akan berupa gambaran
radiolusen pada pemeriksaan radiologi, tetapi apabila terdapat kawat pada gigi
palsu tersebut, maka akan terlihat gambaran radioopak pada pemeriksaan
radiologi.4
Untuk persiapan operasi dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin,
kimia klinik dan PT/APTT, ditemukan Hb 13,8 gr%, leukosit 9.140/mm3,
hematokrit 41%, trombosit 317.000/mm3, PT 10,8”, APTT 38,1”, Na 137
mmol/L, K 5,0 mmol/L, Cl 97 mmol/L, gula darah sewaktu 128 mg/dl, ureum 15
mg/dl, kreatinin 0.8 mg/dl. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
dan pasien bisa dilakukan anestesi umum untuk esofagoskopi.
Untuk mengeluarkan benda asing “gigi palsu” di esophagus digunakan
esofagoskopi, selain untuk diagnostik, digunakan juga untuk terapeutik. Prinsip
dasar secara endoskopi tidak berubah sejak diperkenalkan oleh Chevalier Jackson.
Esofagoskopi digunakan pertamakali pada tahun 1890 oleh Mackenzie yang
kemudian dikembangkan oleh Jackson, Ingal dan Mosher.15 Jackson membagi
tahapan proses dalam esofagoskopi menjadi 4 tahap, yaitu: 1. Menyusup ke bawah
sinus piriformis kanan, 2. Melewati sfingter krikofaring, 3. Melewati esofagus
bagian torakal, 4. Melewati sfingter diafragma.15 Keuntungan esofagoskopi ini
adalah visualisasi langsung terhadap benda asing, evaluasi derajat perlukaan
esofagus dan dapat mencari benda asing yang multiple.15,16 Pada kasus ini
tindakan esofagoskopi dilakukan pada hari yang sama yaitu saat pasien datang
setelah tertelan gigi palsu. Fang Rui menyatakan keberhasilan dalam ekstraksi
benda asing menggunakan endoskopi memerlukan keahlian, pengalaman,
visualisasi yang baik selama tindakan, dan dengan persiapan alat yang baik.4 Pada
kasus benda asing di esofagus terutama untuk benda asing yang memiliki bagian
yang tajam harus dilakukan segera, sesuai dengan pernyataan Wei Hung bahwa
kasus benda asing di esofagus memiliki batas waktu lebih kurang 24 jam setelah
tertelan harus dikeluarkan, namun pada kasus yang telah tertunda atau dengan
jangka waktu > 24 jam diperlukan tenaga ahli yang berpengalaman untuk
mengatasi kasus ini sehingga dapat ditangani dengan komplikasi yang
minimal.17,18,19 Pada kasus endoskopi yang tertunda memiliki resiko tinggi
terjadinya perforasi esofagus disebabkan gigi palsu memiliki bagian kawat yang
tajam yang dapat tertancap dalam pada lapisan mukosa dari esofagus.19
Komplikasi dan bahaya setelah tindakan esofagoskopi untuk benda asing adalah,
asfiksia yang disebabkan penekanan pada trakea akibat benda asing, emfisema
mediastinum, abses mediastinum, esofagitis traumatik, mediastinitis, selulitis
servikal.20
Beberapa komplikasi benda asing esofagus meliputi edema, laserasi
esofagus, erosi atau perforasi, hematoma, jaringan granulasi, fistula
aortoesophageal atau trakeoesophageal, mediastinitis, abses paraesophageal atau
retropharyngeal, fistula arteriesofagus dengan perdarahan masif, masalah
pernapasan, striktur, dan pelebaran esofagus proksimal, sampai pada kematian.21
Terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien setelah dilakukannya
esofagoskopi yaitu ceftriaxone 2x1 iv, deksamethason 3 x 5 mg iv, ranitidin 2 x
50 mg iv, drip ringer lactate, drip ketorolac 1 ampul 8 jam/kolf dan diet cair
melalui NGT. Setiap kasus benda asing di esofagus pertama kali diberikan terapi
antibiotik dan kortikosteroid intravena untuk mengatasi infeksi dan peradangan
yang terjadi akibat iritasi benda asing terhadap jaringan sekitarnya.22 Trauma
mukosa pada esofagus pasca ekstraksi benda asing dapat ditatalaksana dengan
pemasangan nasogastric tube, antibiotik spektrum luas, kortikosteroid, analgetik
selama 1 minggu pasca tindakan.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Yunizaf M. Benda asing di esofagus. Dalam Soepardi EA, Iskandar N,


Bashiruddin J, Restuty RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. FKUI. 2012: Edisi 7: 266 -269
2. Nwaorgu O.G et al. Esophageal impacted dentures. Journal of the national
medical association. 2004; 96(10) : 1350-53.
3. Fitri F, Azani S. Kesulitan Ekstraksi Benda Asing Gigi Palsu Di Esofagus.
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. 2011.
4. Fang Rui, Sun Jingwu, Hu Yanming, Yao Kun, Hu Wei. Endoscopic
Removal of Esophageal Impacted Denture. Annals of Otology, Rhinology &
Laringology. 2010; 119(4) : 249-51.
5. Marasabessy,SN, Mengko SK, Palandeng OI. Benda Asing Esofagus Di
Bagian/SMF THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
Januari 2010 - Desember 2014. Jurnal e-Clinic (eCl). 2015; 3(1) : 376-380.
6. Onyekwere GN, Onakoya PA, Olusola A S, Kokong DD, Oluwole OD.
Esophageal impacted dentures. Journal of The National Medical
Association. J Natl Med Assoc. Oct 2004; 96(10): 1350–3.
7. Price AS, Wilson ML. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC, 2005; Edisi 6(1):404-7.
8. Weissberg Dov. Refaely Yael. Foreign Body in the Esophagus. Ann Thorac
Surg. 2007; 84: 1854- 7
9. Akhtar N, Taqi M, Ibrahim E. Impaction of a Seed in the Esophagus.
Professional. Med. J. 2008; 15:292-4 12.
10. Joshi SW, Pawar A, Lakhkar D. Denture in Esophagus Mimicking
Carcinoma. Ind J Radiol Imag. 2005; 15: 229-30).
11. Abdurrahman H, Jusuf M. Ekstraksi benda asing di esofagus dengan
esofagotomi. ORL Indonesiana 1986; 17:29-34.
12. Arie Cahyono, Bambang Hermani, Fachri Hadjat, Sukri Rahman. Ekstraksi
benda asing gigi palsu di esofagus dengan esofagotomi servikal. ORLI Vol.
42 No. 1 Tahun 2012. Hal 28-33).
13. Fitri F, Novialdi, Triola S. Penatalaksanaan Benda Asing Gigi Palsu di
Esofagus. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-
KL) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP. Dr. M. Djamil
Padang. 2011.
14. Shaariyah MM, Goh BS. Retrospective Review of Surgical Management of
Foreign Body Ingestion. Med J Malaysia. 2009; 64: 307-10.
15. Athanassiadi Kalliopi, Gerazounis M, Metaxas E, Kalantzi Nikolitsa.
Management of Esophageal Foreign Body. European Journal of Cardi-
Thoracic Surgery. 2002; 21: 653-6.
16. Saki N, Nikakhlagh S, Tahmasebi M. Diagnostic Accuracy of Conventional
Radiography for Esophageal Foreign Bodies in Adults. Iran J Radiol. 2008;
5(4); 199-204.
17. Hung CW, Hung SC, Lee CJ, Lee WH, Wu KH. Risk Factor for
Complication After a Foreign Body is Retained in the Esophagus. The
Journal of Emergency Medicine. 2011; 1-5 14.
18. Mathur NN, Kumar S, Bothra R. Intramural Foreign Body In Oesophagus.
International Journal Of Pediatric Otorhinolaryngology. 2004; 68: 837-9 15.
19. Yadav R, Gaurav M, Mathur MR. Denture Plate Foreign Body Of
Esophagus. 2008; 191-4 16.
20. Jackson C, Jackson CL. Esophagology. In: Bronchoesophagology.
Philadelphia and London; 1958. p. 225- 63
21. Snow JB. Bronchoesophagology. In: Ballenger’s Manual of
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 2003; p. 554-5.
22. Rathore PK, Raj A, Sayal A, Meher R, Gupta B, Girhotra M. Prolonged
Foreign Body Impaction in the Oesophagus. 2009; 50(2): 53-4.

Anda mungkin juga menyukai